Volume 1, Nomor 5, Mei 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
386 http://sosains.greenvest.co.id
MODAL SOSIAL DALAM COMMUNITY BASED TOURISM (OBJEK
WISATA HUTAN MANGROVE LEGUK BULAN DI KAMPUNG
TANJUNG)
Shavira Alprilnanda Widari
Universitas Bangka Belitung
E-mail: awshavira@gmail.com
Diterima:
17 April 2021
Direvisi:
24 April 2021
Disetujui:
14 Mei 2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana mengenai
Modal Sosial dalam Community Based Tourism (Studi Objek
Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan di Kampung Tanjung
Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat) dalam mengelola
dan mengembangkan Objek Wisata Hutan Mangrove Leguk
Bulan yang Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism).
Masyarakat di Kampung Tanjung memiliki modal sosial yang
cukup tinggi ini bisa dilihat dari sebuah nilai-nilai yaitu seperti,
Nilai Jaringan Sosial(Social Network), Nilai Kepercayaan(Trust),
dan Nilai Norma Sosial (Social Norms) dalam aktivitas untuk
mengelola dan mengembangkan suatu objek wisata yang ada di
kampung mereka sendiri. Oleh karenanya kajian ini sangat
menarik sekali untuk diteliti karena dengan adanya nilai-nilai ini
membuat keberlangsungan kegiatan masyarakat yang terlibat
dalam mengelola dan mengembangkan objek wisata ini
menciptakan sebuah lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar
kampung tanjung tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian yang
menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini termasuk
penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara Purposive sampling. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa dua bentuk modal sosial yaitu eksklusif dan
inklusif berjalan cukup baik sesuai dengan harapan dan tujuan
bersama, maka dari itu hal tersebut tentu memberikan nilai yang
lebih serta nilai yang positif dalam menjalin sebuah hubungan
bekerjasama. Kemudian dalam hal ini, dengan terjalinnya
hubungan kerjasama yang baik tentu mempermudahkan dalam
mengembangkan objek wisata hutan mangrove leguk bulan itu
sendiri.
Kata Kunci :Modal Sosial, Objek Wisata,Jaringan,
Kepercayaan,Norma Sosial.
Abstract
This study aims to explain how the Social Capital in Community
Based Tourism (Study of Leguk Bulan Mangrove Forest Tourism
Object in Kampung Tanjung , Muntok District, West Bangka
Regency) in managing and developing Community Based Tourism
Objects for Leguk Bulan Mangrove Forest. The community in
Kampung Tanjung has a high enough social capital, which can be
seen from a number of values, namely, the value of a social
network, trust value, and social norms in activities to manage and
develop a community. tourist attraction in their own village.
Therefore this study is very interesting to research because with
Modal Sosial dalam Community Based Tourism (Objek
Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan di Kampung
Tanjung)
2021
Shavira Alprilnanda Widari 387
Pendahuluan.
Negara dan pembangunan merupakan dua unsur yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Hal ini dikarenakan suatu negara agar dapat mempertahankan kehidupannya,
selalu melakukan pembangunan. Pembangunan itu sendiri dapat dilakukan melalui
berbagai aspek, seperti pembangunan ekonomi, sosial dan budaya maupun politik.
Potensi wisata sekarang ini membuat pemerintah disetiap daerah menggali sumber daya
yang bisa dikelola pada setiap daerahnya agar menjadi pendapatan daerah yang sangat
besar. Potensi wisata ini bisa dilihat dari sektor pariwisata budaya, sejarah ataupun
pariwisata bahari sehinga meningkatkan jumlah pendapatan daerah. Hal tersebut dapat
dilihat dari keseriusan pemerintah dalam mengelola sektor pariwisata dan perkembangan
pariwisata di Indonesia saat ini. Dan ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang
paling produktif di dunia menurut Alongi dalam (Prakash Hati et al., 2020) mangrove
dianggap sebagai sistem adaptif yang kompleks di mana para aktor dengan nilai dan
kepentingan yang berbeda berinteraksi dengan lingkungan alamnya menurut Hoque
dalam (Dahdouh-Guebas et al., 2021).
Pemberdayaan sesungguhnya merupakan usaha atau proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat lokal, sehingga mereka mampu mengidentifikasi permasalahan
yang ada didaerahnya, menemukan potensi yang ada, menganalisis berbagai kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman untuk selanjutnya mampu merencanakan berbagai
program didaerahnya (Ringa, Setiawina, & Dewi, 2018) salah satunya adalah pariwisata.
Ada beberapa hal penting dalam meningkatkan kualitas pariwisata di Indonesia
yaitu dengan melihat pola konsumsi pariwisata internasional, perkembangan teknologi
dan industri pariwisata, pengembangan Community Based Tourism, serta pengelolaan dan
pemanfaatan neraca satelit pariwisata. Jika dilihat Community Based Tourism ini
komunitas yang melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan dalam
perolehan bagian pendapatan terbesar secara langsung dari kehadiran para wisatawan
(Baksh, 2013). Salah satu hal penting lainnya adalah modal sosial.
Pentingnya mengetahui modal sosial dalam pengembangan ekowisata karena
keberhasilan pengembangan ekowisata disuatu kawasan memerlukan adanya
keseimbangan antara aspek lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Menurut Goeldenes
dan Milic dalam (Oktadiyani, Muntasib& Sunkar, 2013) Ekowisata mengedepankan
konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan bagi masyarakat lokal dan
these values, the sustainability of community activities involved in
managing and developing this tourist attraction creates a job
opportunity for the community around the Kampung Tanjung. This
research includes research that uses qualitative research methods,
this research includes research that uses data collection
techniques conducted by purposive sampling. The results of this
study conclude that the two forms of social capital, namely
exclusive and inclusive, run quite well in accordance with common
expectations and goals, therefore this certainly provides more
value and positive value in establishing a cooperative
relationship. Then in this case, with the establishment of a good
cooperative relationship, it certainly makes it easier to develop a
tourist attraction for the Leguk Bulan Mangrove Forest itself.
Keywords: Social Capital, Tourism Objects, Networks, Trust,
Social Norms.
Volume 1, Nomor 5, Mei 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
388 http://sosains.greenvest.co.id
pengakuan terhadap budaya lokal. Menurut Nugroho dalam ( Suranto & Hardianto,
2019).
Pengertian ekowisata yaitu suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap
kelestarian wilayah yang masih alami (Natural area ) agar dapat memberikan manfaat
secara ekonomi tetapi keutuhan budaya masyarakat setempat masih bisa di pertahankan.
Dalam arti luas ekowisata merupakan gabungan antara konservasi dan pariwisata yang
dipahami sebagai dikembalikannya keuntungan yang diperoleh atas jasa pariwisata untuk
menjaga kawasan yang perlu dilindungi ataupun dilestarikan baik itu keanekaragaman
hayati maupun perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.
Konsep Ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh The International Ecotourism
Society (TIES) pada tahun 1991, dimana ekowisata didefiniskan sebagai perjalanan
bertanggung jawab ke daerah-daerah yang masih alami dapat mengkonservasi lingkungan
dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat (Amaliyah, 2017).
Dewasa ini, perkembangan dan pembangunan pariwisata di Bangka Barat
khususnya di Kota Muntok mengalami perkembangan dan perbaikan yang signitifikan.
Sehubungan dengan wisata yang ada di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Barat memiliki
6 kecamatan yang dimana salah satu dari kecamatan tersebut peneliti memilih Kecamatan
Muntok. Kecamatan Muntok memiliki objek wisata yang sangat bernilai keindahannya,
diantaranya Wisata Pantai Batu Rakit, Wisata Pantai Tanjung Kalian, Wisata Pantai
Tanjung Ular, Wisata Tanah Merah, Wisata Pantai Menggiris, Wisata Batu Alam Batu
Balai, Wisata Sejarah Bukit Menumbing, Wisata Sejarah Wismaranggam, Wisata Sejarah
Museum Timah “Banka Tin Winning” dan yang terakhir adalah Hutan Mangrove Leguk
Bulan.
Meningkatnya data kunjungan wisata ke Kota Muntok, peniliti melihat adanya
objek-objek pengembangan wisata baru yang dilakukan pemerintah untuk menunjang
sustainability wisata dalam pengembangan wisata yang ada di Kota Muntok ini, sehingga
wisata yang di Kota Muntok bukan saja dilirik dari wisata sejarahnya yang terkenal tetapi
ada wisata yang berbasis lingkungan yang dapat dikembangkan sehingga mempunyai
nilai untuk membentuk kearifan lokal daerah setempat.Dengan adanya pola ekowisata
berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat akan menjalankan usaha sendiri,
akan tetapi perlibatan para pihak terkait mulai dari tingkat komunitas, masyarakat,
pemerintah, dunia usaha dan organisasi non pemerintah diharapkan membangun suatu
jaringan dan menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-
masing (Kawasan et al., 2019).
Beberapa pemaparan di atas terhadap wisata yang ada di Kota Muntok peneliti
melilih Ekowisata Hutan Mangrove Leguk Bulan sebagai objek penelitian.ini. Ekowisata
ini adalah wisata terbaruyang masih dalam pengelolaan dan pengembangan yang berada
di Kampung Tanjung . Ekowisata Hutan Mangrove ini merupakan wisata yang terbaru
dan pertama kali wisata yang berbasis lingkungan dikembangkan di Kota
Muntok.Pengembangan wisata alam atau lebih dikenal dengan ekowisata hutan mangrove
mempunyai fungsi penting bagi lingkungan dan masyarakat karena keduanya dapat
berjalan secara berkelanjutan menurut widagdyo dalam (Dwian Hartomi Akta Padma
Eldo1, 2020).
Adanya Desa Wisata akan menjadi produk wisata lebih bernilai dengan budaya
desa tanpa merusaknya. Ada satu hal yang dapat memberikan kesanuntuk menciptakan
suatu daerah wisata adalahdisesuaikan adat istiadat budaya lokal di daerah tersebut.
Keadaan ini yang menjadikandibentuknya kegiatan wisata di desa karena ciri khas adat
istiadatwarga yang tinggal di lingkungan tersebut (Sari & Rifai, 2020).
Lahan Hutan Magrove ini dulunya merupakan tempat pembuangan sampah oleh
Volume 1, Nomor 5, Mei 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
Shavira Alprilnanda Widari 389
masyarakat sekitar, tetapi beberapa tahun ini masyarakat sudahmulai terbuka atau open
minded terhadap pembangunan ekonomi terutama yang berkenaan dengan kesejahteraan
hidup masyarakat, misalnya pengembangan wisata yang dibangun melalui potensi alam
yang dimiliki masyarakat. Salah satu nya yang menjadi minat bagi masyarakat yakni
pengembangan wisata berbasis masyarakat Community Based Tourism yang menjadi
priotitas dalam pengembangan ekowisata yang dimana kita ketahui penunjang ekonomi
yang sangat besar sekarang ini terdapat di dalam wisata.
Kini dikelola menjadi tempat Ekowisata yang bisa menjaga lingkungan dan
meningkatkan pendapatan daerah serta juga dapat mensejahterakan masyarakat sekitaran
wisata tersebut. Mengembangkan wisata yang masih dibilang baru perlu sekali diterapkan
atau ditanamkan modal sosial diantara masyarakat dan pemerintah yang dimana modal
sosial yang bisa dilihat dalam nilai-nilai yaitu berupa tentang kepercayan, norma dan
jaringan sosial dalam menerapkan modal sosial dalam pengembangan wisata yang
berbasis tentang masyarakat (Community Based Tourism)agar pengembangan wisata ini
memiliki komitmen antara pemerintah dan masyarakat dalam mencapai tujuan bersama.
Pengemasan pariwisata merupakan satu usaha yang dilakukan dalam mengelola
dan mengembangkan dengan tujuan dapat memajukan objek wisata tersebut dan dapat
membuka peluang lapangan pekerjaan. Potensi Obyek Wisata Mangrove Leguk Bulan
melihat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengembangan
pariwista yang berbasis Community Based Tourism, sehingga kedepannya pengembangan
wisata ini tetap berlanjut. Paradigma pariwisata tidak lagi hanya dilihat dari segi
ekonomi, tetapi memberikan pula ruang bagi penyertaan dan penumbuhkembangan
modal sosial (Arta, 2012). Partisipasi masyarakat dalam melibatkan diri yaitu dengan
mendukung pengembangan pariwisata ini dan menjaga lingkungan pariwisata dengan
baik dan benar. Pengembangan potensi pariwisata akan mampu menarik wisatawan dan
diharapkan meningkatkan ekonomi lokal yang ada dimasyarakat. Kemudian, dengan
menggali potensi daerah atau potensi masyarakat membuat daya tarik wisata.
Potensi tersebut dikembangkan dengan menggabungkan dan mengangkatnilai-
nilai kearifan lokal agar lebih dikenal seluruh masyarakat akan mendatangkan rejeki
melalui retribusi bagi pemerintah daerah maupun dari aktivitas perdagangan. Dalam
melibatkan diri tersebut masyarakat yang ikut berpartisipasi harus memiliki kepercayaan
(trust) antara masyarakat lain, pemerintah, agar penerapan modal sosial dalam pariwisata
Mangrove Leguk Bulan yang berbasis Community Based Tourism ini terlaksanakan
dengan baik sesuai prosedur yang sudah diterapkan.
Pengembangan wisata alam atau lebih dikenal dengan ekowisata hutan mangrove
mempunyai fungsi penting bagi lingkungan dan masyarakat karena keduanya dapat
berjalan secara berkelanjutan (Purwowibowo et al., 2019).
Modal sosial merupakan kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan(trust)
dalam sebuah komunitas. Rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh
jaringan,norma-norma dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya
koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebijakan bersama. Modal sosial
diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan,
mobilitas,ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan.
Modal sosial sendiri dapat didefinisikan sebagai jaringan kerja sama diantara
masyarakat yang memfasilitasi pencairan solusi dari permasalahan yang ada. Modal
sosial merupakan kumpulan dari hubungan yang aktif diantara manusia rasa percaya,
saling pengertian dan kesamaan nilai perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah
jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerja sama.Kemudian,
permasalahan di atas pengembangan wisata perlu mendapatkan perhatian yang besar
Volume 1, Nomor 4, April 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
390 http://sosains.greenvest.co.id
serta dukungan penuh dari pemerintah atau dinas yang berwenang maupun
masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif dari obyek wisata lain (Syahriar
&Darwanto, 2015)
Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh
kembangnya pariwisata yang ada di Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat.
Pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan perannya dalam pengembangan
pariwisata dalam pengembangan ekonomi daerah. Pengembangan pariwisata berbasis
Community Based Tourism dengan modal sosial dipilih dalam penelitian ini karena
dianggap mampu mengembangkan Summber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya
Alam (SDA) serta meningkatkan ekonomi dan lapangan pekerjaan.
Konsep Modal Sosial (Social Capital) merupakan salah satu konsep baru yang
digunakan unntuk mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan
masyarakat. Modal Sosial atau (Social Capital) adalah sumber daya yang dipandang
sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Kemudian dalam hal ini yang
disebut dengan sumber daya adalah sesuatu yang dapat dikonsumsi‟ atau disimpan.
Modal sosial di sini tidak diartikan dengan materi tetapi merupakan Modal Sosial yag
terdapat pada seseorang. Modal Sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan
pola- pola hubungan antar dindividu dalam suatu kelompok menentukan bertahannya dan
berfungsinya sebuah kelompok masyarakat (Hasbunallah, 2006).
Putnam menggunakan konsep modal sosial untuk lebih banyak menerangkan
perbedaan-perbedaan dalam keterlibatan yang dilakukan oleh masyarakat. Modal Sosial
yaitu segala hal yang berkaitan dengan kerjasama dalam masyarakat untuk mencapai
kualitas hidup yang lebih baik dan ditopang oleh nilai-nilai yang menjadi unsur
keutamannya seperti Trust(rasa saling percaya), Norma Sosial (Social Norms), Jaringan
Sosial (Social Networks), timbal balik aturan-aturan kolektif dari suatu masyarakat dan
sejenisnya (Hasbunallah, 2006)
Putnam menekankan bahwa kapital sosial sebagai suatu nilai tentang kepercayaan
timbal balik (mutual trust) anatara anggota masyarakat ataupun secara keseluruhan
terhadap pimpinannya. Modal sosial ini dilihat sebagai institusi sosial yang melibatkan
jaringan (networks), norma-norma (norms) dan kepercayaan sosial (social trust) yang
mendorong pada sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama hal ini juga
mengandung pengertian bahwa diperlukan adanya suatu ikatan atau jaringan/jaringan
sosial yang ada dalam masyarakat dan norma yang mendorong produktivitas komunitas.
MetodePenelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin
dalam (Ibrahim, 2015) pendekatan kualitatif yaitu untuk mendapatkan data dan
mengumpulkan informasi yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian
kualitatif dapat dipandang sebagai penelitian yang fleksibel, karena penelitian ini
menggambarkan kondisi apa adanya. Penelitiannya dilakukan dengan cara
observasi,wawancara dan dokumentasi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analisis deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui masing-masing variabel, baik satu variabel
atau lebih sifatnya independen tanpa membuat hubungan maupun perbandingan dengan
variabel yang lain (Mukhtar, 2013). Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif
ini karena dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Pendekatan deskriptif kualitatif ini guna mengidentifikasi Modal Sosial
Community Based Tourism pada Objek Wisata Mangrove Leguk Bulan di Kampung
Tanjung Kecamatan Muntok Bangka Barat.Metode penelitian ini berusaha
Modal Sosial dalam Community Based Tourism (Objek
Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan di Kampung
Tanjung)
2021
Shavira Alprilnanda Widari 391
menggambarkan secara mendalam terhadap situasi dan proses yang akan diteliti. Metode
ini sangat relevan digunakan untuk penelitian guna menjelaskan bagaimana bentuk modal
sosial yang meliputi jaringan , kepercayaan, norma sosial dan bagaimana proses
Sustainability dalam pengembangan wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan yang berbasis
Community Based Tourism di Kota Muntok Kabupaten Bangka Barat untuk mencapai
tujuan tersebut, maka peneletian menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Hasil dan Pembahasan.
A. Gambaran Umum Tempat Objek Wisata Hutan Mangrove.
Objek Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan merupakan objek wisata
yang masih ditahap dalam pengembangan dan pengelola yang dilakukan oleh
pihak swasta sebagai kepemilikan objek wisata tersebut, kemudian dilibatkan
masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata ini serta dikontrol
oleh pihak Kelurahan Tanjung agar kegiatan ini berjalan dengan sesuai prosedur
tanpa ada gangguan selama proses kegiatan. Pengembangan merupakan dari hasil
merencanakan,menerapkan,serta mempertahankan apa yang telah dimiliki, dalam
hal ini juga objek wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan harus memiliki strategi
pengembangan wisata dan konsep keberlanjutan wisata yang dimana
pembangunan yang berkelanjutan merupakan pedoman dasar bagi pengelola
pariwisata yang berkaitan dengan lingkungan alam sehingga dapat dimanfaatkan
dalam pembangunan yang berkelanjutan dan bisa dirasakan oleh generasi
selanjutnya.
B. Proses Sustainibilty dalam pengembangan Objek Wisata Hutan Mangrove
Leguk Bulan di Kampung Tanjung Muntok Kabupaten Bangka Barat berbasis
Community Based Tourism.
1. Proses awal pengembangan Objek Wisata Hutan Mangrove Leguku Bulan
Objek Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan merupakan lahan mangrove
yang dijadikan objek wisata untuk pemanfaatan wisata alami yang berbasis
masyarakat yang dimana lahan ini adalah lahan milik swasta yang dulunya
dijadikan tempat penambangan liar oleh masyarakat yang tidak bertanggung
jawab dan kemudian dikelola menjadi suatu objek wisata yang bisa bermanfaat
dan bernilai untuk banyak orang. Pengembangan objek wisata hutan mangrove
leguk bulan berdiri pada tahun 2019 dan dibuka untuk umum pada awal tahun
2020 di atas lahan seluas 30 hektare.
Upaya dalam pengembangan Objek Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan
wisata dengan masyarakat lokal sebagai stakeholderserta bekerjasama dengan
Pemeritahan Kelurahan Kampung Tanjung . Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pihak swasta dalam pengembangan wisata ini, tanpa adanya kerjasama dari pihak
yang terlibat atau yang bersangkutan tidak menutup kemungkinan mengalami
perkembangan yang lambat dan tidak maksimal kedepannya.
2. Strategi Pengembangan Objek Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan yang
Berkelanjutan
Potensi alam dan budaya pada suatu kawasan yang dikembangkan dalam
upaya mensinergikan berbagai kepentingan sebagaimana makna dari suatu
kawasan wisata yang memiliki daya tarik dan nilai promosi. Menuju kepada
Community Based Tourismpembangunan atau pengembangan pariwisata yang
Volume 1, Nomor 5, Mei 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
392 http://sosains.greenvest.co.id
berbasis masyarakat menjamin bahwa keuntungan yang optimal akan diperoleh
secara berkelanjutan.
Menganut prinsip disini senang disana, senang artinya, prinsip
tersebut harus dapat menyebabkan wisatawan kembali kerumah dengan
membawa memori yang indah tentang Objek pariwisata atau daya tarik wisata
karena telah memberikan kenangan manis untuk wisatawan dan mengajarkan
sesuatu yang berharga bagi wisatawan, maka dari hal itu kita sebagai pengelola
dan pengembangan pariwisata harus memberikan strategi-strategi kedepan agar
wisata ini tetap memberikan hasil yang tetap bagus serta bisa berlanjut dan bisa
dirasakan oleh generasi berikutnya.
3. Proses Evaluasi Objek Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan.
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dari sistem manajemen.
Adanya evaluasi ini, maka akan diketahui bagaimana kondisi suatu objek yang
dievaluasi baik dari program, pelaksanaan maupun hasilnya dan kegiatan evaluasi
merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan
program (Palimbunga, 2017).
Pengembangan dan pengelolaan objek wisata tentu harus melakukan
evaluasi yang bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan yang
dicapai. Dengan adanya evaluasi tersebut tentu akan mengetahui kelemahan dan
kekuatan program yang dibuat oleh pihak pengelola objek wisata.
Melihat pencapaian untuk keberhasilan suatu program yang dilihat
berdasarkan indikator pelaksanaan program pengembangan objek wisata dapat
dilihat dari meningkatnya pengembangan yang dikembangkan di tempat wisata
tersebut, misalnya seperti meningkatnya keragaman daya tarik wisata, event serta
wisata yang memiliki nilai daya saing agar terciptanya pariwsata yang unggul.
Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian Modal Sosial dalam Commuity
Based Tourism (Studi Objek Wisata Hutan Mangrove Leguk Bulan di Kampung
Tanjung Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat), menyimpulkan bahwa
dua bentuk modal sosial yaitu eksklusif dan inklusif berjalan cukup baik sesuai
dengan harapan dan tujuan bersama, maka dari itu hal tersebut tentu memberikan
nilai yang lebih serta nilai yang positif dalam menjalin sebuah hubungan kerja
sama. Kemudian dalam hal ini, dengan terjalinnya hubungan kerjasama yang baik
tentu mempermudah dalam mengembangkan Objek Wisata Hutan Mangrove
Leguk Bulan itu sendiri, serta kedepannya dapat membuat wisata yang
dikembangkan tersebut jauh lebih maju lagi, dan banyak dikenal serta dikunjungi
oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah.
Bilbiografi
Amaliyah, Aam. (2017). Model Pengembangan Masyarakat Islam Berbasis Ekowisata Di
Desa Waymuli Induk Rajabasa Lampung Selatan. UIN Raden Intan Lampung.
Arta, Ketut Sedana. (2012). Kolaborasi Masyarakat Sipil, Politik dan Ekonomi dalam
Pemanfaatan Modal Sosial. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 1(2), 117128.
Baksh, Rukavina. (2013). Deskripsi modal sosial masyarakat di Desa Ekowisata
Tambaksari (studi kasus Desa Tambaksari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Volume 1, Nomor 5, Mei 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
Shavira Alprilnanda Widari 393
Pasuruan, Jawa-Timur). Agroland: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 20(3), 193199.
Dahdouh-Guebas, Farid, Hugé, Jean, Abuchahla, Guilherme M. O., Cannicci, Stefano,
Jayatissa, Loku P., Kairo, James G., Kodikara Arachchilage, Sunanda, Koedam,
Nico, Mafaziya Nijamdeen, Thanne W. G. F., Mukherjee, Nibedita, Poti,
Meenakshi, Prabakaran, Nehru, Ratsimbazafy, Hajaniaina A., Satyanarayana,
Behara, Thavanayagam, Mathiventhan, Vande Velde, Katherine, & Wodehouse,
Dominic. (2021). Reconciling nature, people and policy in the mangrove social-
ecological system through the adaptive cycle heuristic. Estuarine, Coastal and Shelf
Science, 248(December 2019), 129. https://doi.org/10.1016/j.ecss.2020.106942
Dwian Hartomi Akta Padma Eldo1, Azra Prabowo. (2020). Strategi Pengelolaan Objek
Wisata Mangrove Mangrove Pandansari Tourism Object Management Strategy As
One of the Original Income of Brebes. 6(2).
Hasbunallah, Jousairi. (2006). Sosial Capital (Menuju Keunggulan BudayaManusia
Indonesia). Jakarta: MR-unitedpress. Jakarta: Mr Unitedpress.
Ibrahim. (2015). metode penelitian interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma.
Kawasan, Perancangan, Mangrove, Ekowisata, Gresik, D. I., Rohman, Mohammad
Yazid, Arsitektur, Program Studi, Sains, Fakultas, Teknologi, D. A. N., Islam,
Universitas, & Sunan, Negeri. (2019). Dengan Pendekatan Community Based
Tourism ( Cbt ) Tugas Akhir Disusun Oleh :
Mukhtar. (2013). metode penelitian deskriptifkualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Oktadiyani, Poppy, Muntasib, E. K. S. Harini, & Sunkar, Arzyana. (2013). Social Capital
of Communities in Kutai National Park Buffer Zone for Ecotourism Development.
Media Konservasi, 18(1), 19.
Palimbunga, Ika Pujiningrum. (2017). Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam
Pengembangan Pariwisata di Kampung Wisata Tablanusu Kabupaten Jayapura
Provinsi Papua: Kajian Pariwisata Budaya. MELANESIA: Jurnal Ilmiah Kajian
Sastra Dan Bahasa, 01(02), 1532. Retrieved from
https://www.neliti.com/publications/236290/bentuk-partisipasi-masyarakat-dalam-
pengembangan-pariwisata-di-kampung-wisata-ta
Prakash Hati, Jyoti, Samanta, Sourav, Rani Chaube, Nilima, Misra, Arundhati, Giri,
Sandip, Pramanick, Niloy, Gupta, Kaushik, Datta Majumdar, Sayani, Chanda,
Abhra, Mukhopadhyay, Anirban, & Hazra, Sugata. (2020). Mangrove classification
using airborne hyperspectral AVIRIS-NG and comparing with other spaceborne
hyperspectral and multispectral data. Egyptian Journal of Remote Sensing and
Space Science, 24(2), 273281. https://doi.org/10.1016/j.ejrs.2020.10.002
Purwowibowo, Santoso, Budhy, Hendrijanto, Kris, Hariyono, Syech, Wahyudi, Djoko, &
Nufus, Belqis Hayyinatun Nufus. (2019). Wringinputih: Destinasi Desa Wisata
yang Memanjakan Sejuta Rasa bagi Wisatawan Lokal dan Mancanegara. Journal
of Tourism and Creativity, 3(1), 49. Retrieved from
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/tourismjournal/article/view/13996
Ringa, Maria Bernadheta, Setiawina, Nyoman Djinar, & Dewi, Made Heny Urmila.
(2018). peran pemerintah, sektor swasta dan modal sosial terhadap pembangunan
pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di kota Kupang Nusa Tenggara
Timur. Bisman-Jurnal Bisnis & Manajemen, 19. Retrieved from
http://www.jurnal.pnk.ac.id/index.php/bisman/article/view/351
Sari, Safa Putri Wulan, & Rifai, Achmad. (2020). Pengelolaan Desa Wisata Hutan
Mangrove Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Aksara: Jurnal
Ilmu Pendidikan Nonformal, 6(2), 121. https://doi.org/10.37905/aksara.6.2.121-
138.2020
Volume 1, Nomor 5, Mei 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
394 http://sosains.greenvest.co.id
Suranto, Andreas, & Hardianto, Florentinus Nugro. (2019). Model Konseptual Hubungan
Modal Sosial dan Kinerja BUMDes. Management Dynamic Conference 5 (MADIC
5), (September), 214220. Retrieved from
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/madic/article/view/7550/2520
Syahriar, Galang Hendry, & DARWANTO, Darwanto. (2015). Modal Sosial Dalam
Pengelolaan Dan Pengembangan Pariwisata Di Obyek Wisata Colo Kabupaten
Kudus. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.