JURNAL SOSIAL DAN SAINS VOLUME 3 NOMOR 9 2023 P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X |
|
|
IMPLEMENTASI BLENDED
LEARNING PADA PEMBELAJARAN SENI RUPA 3 DIMENSI KELAS XI DI SMA NEGERI 1
LEMAHABANG KABUPATEN CIREBON Agis Ahmad Rodiansjah, Dwi Wahyuni Kurniawati Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia Email: [email protected] |
|
|
Kata kunci: learning videos;
ornaments; sparkol video scribe Keywords: learning videos;
ornaments; sparkol video scribe |
ABSTRAK Latar Belakang: Pembelajaran seni rupa yang dilakukan secara
blended learning di masa pandemi covid-19 tentunya memiliki
kekurangan dan kelebihan. Dari hal tersebut dirasa perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar, hasil karya
siswa dan evaluasi karya. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui penerapan metode blended learning seni budaya pada
materi seni rupa 3 dimensi kelas XI di SMA N 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon;
(2) menganalisis hasil karya seni rupa 3 dimensi kelas XI di SMA N 1
Lemahabang Kabupaten Cirebon; (3) mengetahui proses evaluasi seni rupa 3
dimensi kelas 11 di SMA N 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon pada pelaksanaan
pembelajaran blended learning. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif untuk membahas fenomena di lapangan dengan empat tahapan berupa
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau
verifikasi. Subjek penelitian adalah kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 6
berdasarkan teknik purposive sampling sebagai sasaran implementasi blended
learning dengan jumlah 71 siswa. Hasil: Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Proses pelaksanaan blended learning pada
pembelajaran seni rupa 3 dimensi kelas XI di SMA N 1 Lemahabang Kabupaten
Cirebon secara umum sudah tercapai berdasarkan pembagian jumlah presensi
siswa yaitu 50% tatap muka dan 50% daring, namun pelaksanaannya tidak sesuai
dengan silabus dan RPP; (2) Hasil karya seni rupa 3 dimensi dengan
memodifikasi objek kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 6 secara keseluruhan telah
memenuhi target guru, namun bagi peneliti masih kurang memuaskan berdasarkan
aspek unsur visual, prinsip desain dan kreativitas; (3) Hasil evaluasi karya
seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek telah memenuhi target bagi guru
berdasarkan nilai rata-rata seluruh siswa siswa di atas KKM yaitu nilai
rata-rata kelas XI MIPA 3 85.89 dan XI MIPA 6 85.6, namun dalam penilaian dan
pengkriteriaan skor yang dilakukan oleh guru dirasa kurang spesifik sehingga
pemberian nilai yang diberikan terlihat belum objektif. Kesimpulan: Berdasarkan hasil temuan
penelitian dan analisis data yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan blended learning pada pembelajaran seni rupa 3
dimensi kelas XI di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon secara umum
sudah tercapai berdasarkan pembagian jumlah nomor presensi siswa yaitu 50%
tatap muka dan 50% daring. ABSTRACT Background: Fine arts learning that
is done in a blended learning manner during the Covid-19 pandemic certainly
has advantages and disadvantages. From this it is felt necessary to do
research to find out how the teaching and learning process is implemented,
student work and work evaluation. Purpose: The aims of this
research were: (1) to find out the application of the art and culture blended
learning method to 3-dimensional art material for class XI at SMA N 1
Lemahabang, Cirebon Regency; (2) analyzing the results of 3-dimensional art
works for class XI at SMA N 1 Lemahabang, Cirebon Regency; (3) knowing the
3-dimensional art evaluation process for class 11 at SMA N 1 Lemahabang,
Cirebon Regency in the implementation of blended learning. Methods: This study uses a descriptive qualitative approach to
discuss phenomena in the field with four stages in the form of data
collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions or
verification. The research subjects were class XI MIPA 3 and XI MIPA 6 based
on the purposive sampling technique as the target for implementing blended
learning with a total of 71 students. Results: The results of this study indicate that (1) The process
of implementing blended learning in 3-dimensional art learning class XI at
SMA N 1 Lemahabang Cirebon Regency in general has been achieved based on the
distribution of the number of student attendance, namely 50% face-to-face and
50% online, but the implementation is not appropriate with syllabus and
lesson plans; (2) The results of 3-dimensional works of art by modifying
class XI MIPA 3 and XI MIPA 6 objects as a whole have met the teacher's
target, but for researchers it is still unsatisfactory based on aspects of
visual elements, design principles and creativity; (3) The results of the
evaluation of 3-dimensional works of art by modifying objects have met the
target for teachers based on the average score of all students above the KKM,
namely the average value of class XI MIPA 3 85.89 and XI MIPA 6 85.6, but in
the assessment and criteria the score made by the teacher is felt to be less
specific so that the value given is not objective Conclusion: Based on the findings of research and data analysis that has
been carried out, it can be concluded that the process of implementing
blended learning in class XI 3-dimensional art learning at SMA Negeri 1
Lemahabang, Cirebon Regency has generally been achieved based on the distribution
of the number of student attendance, namely 50% face-to-face and 50% online. |
|
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan dipaksakan untuk beralih kebisaaan
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikarenakan adanya pandemi virus covid -19 yang menyebar begitu cepat ke
seluruh dunia dalam waktu yang singkat, sehingga mengakibatkan semua kegiatan
pembelajaran di sekolah serta perguruan tinggi di seluruh dunia yang biasanya
bertatap muka secara langsung di kelas terpaksa harus beralih menjadi metode
pembelajaran daring. Di Indonesia, pembelajaran daring diadakan dengan merujuk
pada kebijakan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun
2020 tentang Pencegahan covid-19 di
Instansi Pendidikan dan nomor 36962/MPK.A/HK/2020 untuk menghindari
bertambahnya korban dan memutus rantai virus covid-19 (Cusmiati, 2021).
Adanya pembelajaran daring membantu siapa saja untuk dapat belajar tanpa kenal
waktu dan tempat (Yulianto & Nugraheni, 2021). Namun
demikian, pelaksanaan pembelajaran juga membutuhkan pertemuan tatap muka di
kelas untuk membahas kembali dan melengkapi proses belajar yang telah
dilaksanakan, sehingga setelah pandemi mulai menurun, pemerintah Indonesia
mulai memperbolehkan sekolah-sekolah untuk beroperasi kembali dengan peraturan
harus dilaksanakan dengan secara blended
learning untuk mengurangi jumlah kerumunan di sekolah.
Blended
learning menurut Soekartawi (2006)merupakan
kombinasi dua kualitas pembelajaran yang dilaksanakan melalui tatap-muka maupun
daring. Menurut Husamah (2014) blended learning menggabungkan kualitas
terbaik dari pembelajaran luring dan pembelajaran daring, agar peserta didik
menjadi lebih aktif dalam belajar mandiri dan mengurangi waktu tatap muka atau
berkerumun di kelas. Selain itu, Moebs dan Weibelzahl mengartikan blended learning sebagai kombinasi
antara pembelajaran daring dan luring (tatap muka) dalam kegiatan pembelajaran
terpadu (Moebs & Weibelzahl, 2007).
Seni
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki tiga arti, yaitu: (1)
keterampilan menghasilkan karya yang berkualitas (dalam kehalusan, keindahan,
dll); (2) karya keterampilan luar biasa dalam seni tari, seni lukis, seni
pahat, dll.; (3) Kemampuan rasional untuk menciptakan hal-hal yang bernilai
tinggi (luar biasa) (KBBI, 2008: 1273).
Menurut
Hoeve (1994) Ensiklopedia
Nasional Indonesia menjelaskan bahwa seni berasal dari kata latin “ars” yang berarti keterampilan
mengungkapkan konsep dan gagasan estetis, termasuk kemampuan dan imajinasi
untuk mencapai kemampuan menciptakan benda, suasana atau karya yang menciptakan
keindahan.
Seni
rupa adalah suatu bentuk karya manusia yang diterima secara visual dan secara
garis besar terbagi menjadi seni rupa murni dan seni terapan (Bahari,
2008). Seni rupa adalah cabang
seni rupa yang membentuk karya seni melalui media yang dapat ditangkap oleh
mata dan dirasakan dengan sentuhan. Kesan ini diciptakan dengan berurusan
dengan referensi konseptual dan estetika dari titik, garis, bidang, bentuk,
volume, warna, tekstur dan pencahayaan.
Seni rupa berdasar bentuknya dibagi menjadi dua jenis
yaitu seni rupa dua dimensi dan seni rupa tiga dimensi. Karya seni rupa dua
dimensi atau dwimatra yaitu karya seni rupa yang hanya dapat dinikmati dari
satu arah, yaitu dari arah depan karena hanya memiliki dimensi panjang dan
lebar (Nurhikma, 2020). Sedangkan
seni rupa tiga dimensi merupakan sebuah karya yang memiliki tiga unsur yaitu
panjang, lebar, dan tinggi serta memiliki kesan ruang, volume atau isi yang
bisa dilihat dari sudut yang berbeda. (Kemendikbud, 2020). Contoh karya seni
rupa tiga dimensi adalah patung, topeng, kriya, arsitektur dll.
Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat seni
rupa 3 dimensi, menurut Sahman (1993) teknik
pembuatan karya seni rupa 3 dimensi dapat dibedakan menjadi lima cara, yaitu modeling
(membentuk), carving (memahat), assembling (merakit), casting
(mencetak), constructing (menyusun).
Menurut
KBBI, hasil merupakan sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya)
oleh usaha (tanam-tanaman, sawah, tanah, ladang, hutan, dan sebagainya),
sedangkan arti karya menurut KBBI yaitu hasil perbuatan; ciptaan (terutama hasil
karangan) (Santoso, 2023). Jadi pengertian hasil karya
adalah merupakan sesuatu yang dibuat dari hasil ciptaan yang berasal dari
karangan. Guru dalam melihat dan menilai hasil karya seni rupa 3
dimensi biasanya melihat dari aspek unsur visual, prinsip dan kreativitas siswa
yang menjadi acuan guru agar pada saat memberikan penilaian bisa lebih
objektif.
Modifikasi
secara umum diartikan sebagai usaha untuk mengubah atau menyesuaikan. Namun
secara khusus modifikasi adalah suatu upaya yang dilakukan unutk menciptakan
dan menampilkan sesuatu hal yang baru, unik, dan menarik. Menurut Kartika (2017) dalam
ilmu estetika terdapat unsur disain yang salah satunya, yaitu shape, unsur shape atau bangun dalam karya seni, dapat berupa menyerupai wujud
alam dan tidak menyerupai wujud alam sama sekali. Keduanya akan terjadi sesuai
dengan kemampuan seniman yang menciptakannya. Perubahan wujud tersebut antara
lain, yaitu stilasi, distorsi, transformasi dan deformasi.
Stilasi
adalah penggambaran bentuk dengan cara menggayakan objek atau benda yang
digambar, seperti yang banyak digunakan pada stilasi penggambaran ornamen untuk
motif batik, tatah sungging dan lain sebagainya, sedangkan distorsi adalah
penggambaran bentuk untuk pencapaian karakter, misalnya topeng dengan warna
merah dan mata melotot untuk melebihkan karakter tokoh yang digambarkan,
selanjutnya istilah transfomasi adalah penggambaran karakter dengan cara
memindahkan wujud dari objek yang satu ke objek yang lain, sehingga menciptakan
perujudan karakter ganda pada satu karya, seperti penggambaran manusia
berkepala binatang. Terakhir adalah deformasi, yaitu pencapaian bentuk dengan
cara mengambil unsur tertentu yang mewakili karakter hasil intepretasi yang
sifatnya sangat hakiki.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengkaji
tentang pembelajaran blended learning khususnya pada mata pelajaran seni
budaya di kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Lemahabang Kabuaten Cirebon pada masa
pandemi covid-19, sehingga dipilih pendekatan kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang
membahas fenomena di lapangan. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2021) mendefinisikan metode kualitatif sebagai proses penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa bahasa tulisan atau lisan orang dan
perilaku yang dapat diamati. Menurut Ulfatin (2013), salah satu ciri utama deskriptif adalah penyajiannya yang naratif
(banyak deskripsi kata). Jadi, metode
penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang berorientasi
pada fenomena di lapangan dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
pembelajaran blended learning yang digunakan pada mata pelajaran seni
budaya di kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Lemahabang pada masa pandemi covid-19
dan masalah yang dihadapi siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten
Cirebon selama proses pembelajaran blended learning
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian “Implementasi Blended Learning pada
Pembelajaran Seni Rupa 3 Dimensi Kelas XI di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten
Cirebon” meliputi observasi, wawancara, angket dan studi dokumen.
Pelaksanaan Blended Learning dalam
Pembelajaran Seni Rupa 3 Dimensi
Kelas XI di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon
Dalam
kurikulum ini guru melakukan dua metode pembelajaran karena menyesuaikan dengan
kondisi saat itu. Waktu pelaksanaan belajar mengajar dibagi dua jenis
menggunakan metode blended learning, 50%
tatap muka dan 50% daring. Pelaksanaan teknis kedua jenis metode tersebut
secara lebih rinci akan dijelaskan lebih lanjut pada uraian di bawah ini.
Pembagian
murid untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka dan daring dibagi berdasarkan
nomor presensi. Pada minggu pertama kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 6 untuk nomor
presensi 1-18 melakukan pembelajaran tatap muka di kelas, sedangkan untuk nomor
presensi 19-36 melakukan pembelajaran daring di rumah mengikuti pembelajaran
dengan melalui aplikasi MS Teams dalam waktu yang sama dengan para siswa yang
mengikuti pembelajaran tatap muka. Kemudian untuk minggu depannya ditukar, yang
minggu lalu mengikuti pembelajaran daring menjadi tatap muka, sedangkan yang
tatap muka diganti menjadi daring.
Pelaksanaan
pembelajaran blended learning yang
dilakukan oleh guru seni budaya di sekolah SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten
Cirebon pada materi seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek di kelas XI
MIPA 3 dan XI MIPA 6 semester 2 angkatan 2021/2022 dilakukan dengan tiga tahap,
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran meliputi silabus, rancangan
pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, persiapan media pembelajaran,
instrumen penilaian dan evaluasi pembelajaran.
1)
Silabus
Silabus yang dibuat oleh guru mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber
belajar. Pada kompetensi inti, guru menjelaskan mengenai sikap yang harus
dimiliki oleh peserta didik, patokan tentang pengetahuan dan keterampilan dalam
mengembangkan materi serta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Di dalam
kompetensi dasar terdapat kompetensi yang terdiri dari atas sikap juga
pengetahuan dalam memahami karya seni rupa berdasarkan jenis, tema dan nilai
estetisnya. Kemudian dalam kompetensi dasar juga terdapat keterampilan dalam
membuat karya seni rupa 3 dimensi dengan melihat model.
Materi pokok yang terdapat pada kompetensi dasar atas sikap dan
pengetahuan yaitu karya seni rupa 3 dimensi berdasarkan jenis, tema dan nilai
estetisnya, sedangkan yang terdapat pada kompetensi dasar keterampan yaitu
pembuatan karya seni rupa 3 dimensi dengan melihat model.
Pada kegiatan pembelajaran dari aspek pengetahuan yaitu mengamati dan
mengklasifikasi karya seni rupa berdasarkan jenis, tema dan nilai estetisnya
serta mempresentasikan hasil pengamatan terhadap jenis, tema dan nilai estetis
dalam karya seni rupa. Pada kegiatan pembelajaran dari aspek keterampilan yaitu
membuat karya seni rupa tiga dimensi dengan melihat model (benda mati, benda
hidup dan foto/gambar), bereksplorasi dengan berbagai media dan teknik serta
mengkomunikasikan konsep hasil eksplorasi berkarya tiga dimensi dengan berbagai
media dan teknik.
Penilaian yang dilakukan guru dalam menilai hasil belajar siswa
berdasarkarkan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Alokasi waktu yang
digunakan pada setiap kegiatan pembelajaran yaitu 2 jam pelajaran. Sumber
belajar yang digunakan guru berasal dari buku seni budaya (kementrian pendidikan
dan kebudayaan republik indonesia), Buku Seni Budaya untuk SMA-MA/SMK Kelas XI
dan E-dukasi.net.
Dari uraian di atas mengenai silabus yang dibuat oleh guru menurut
peneliti sangat kurang relevan dengan kompetensi dasar dari Kurikulum 2013
terbaru, tidak sesuai dengan keadaan pandemi covid-19, serta berbeda dengan
pada saat pelaksanaan pembelajarannya. Di dalam silabus kompetensi dasarnya
yaitu mengenai pembelajaran seni rupa 3 dimensi dengan melihat model, sedangkan
pada pelaksanaannya guru mengajarkan mengenai seni rupa 3 dimensi dengan
memodifikasi objek dengan menggunakan metode blended learning. Pada silabus
juga tidak dijelaskan mengenai indikator pencapaian kompetensi serta bahan atau
alat yang digunakan dalam kegiatan pembalajaran.
2)
RPP
Pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru terdapat
kompetensi dasar, materi, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran
(pendahuluan pembelajaran, inti pembelajaran dan penutup), penilaian (sikap,
pengetahuan dan keterampilan) dan alokasi waktu.
Pada kompetensi dasar terdiri dari: (a) KD 3.1 memahami konsep, unsur,
fungsi, jenis dan teknik dalam berkarya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi
objek; (b) KD 3.2 menganalisis karya seni rupa tiga dimensi dengan memodifikasi
objek; (c) KD 3.3 merancang konsep dan teknik seni rupa tiga dimensi dengan
memodifikasi objek secara mandiri; (d) KD 4.1 mempresentasikan teknik dalam
berkarya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek; KD 4.3 menerapkan
konsep, unsur, fungsi, jenis, dan teknik dalam berkarya seni rupa 3 dimensi
dengan memodifikasi objek; (e) KD 4.4 membuat karya seni rupa 3 dimensi dengan
memodifikasi objek
Materi yang di ajarkan dalam RPP adalah modifikasi karya seni rupa 3
dimensi dengan tujuan pembelajarannya yaitu “Melalui Pengalaman belajar daring
peserta didik dapat menganalisis unsur, konsep, fungsi, jenis, dan teknik dalam
berkarya 3 dimensi dengan memodifikasi objek dengan rasa ingin tahu, tanggung
jawab, disiplin dan kreatif selama proses pembelajaran dan bersikap aktif”.
Perumusan materi pembelajaran pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) belum
menggolongkan materi pembelajaran kedalam fakta, konsep, prosedur dan prinsip.
Materi pembelajaran hanya mencantumkan topik dan sub topik. Padahal jika
dilakukan penggolongan maka penyajian kepada peserta didik akan lebih mudah dan
proses pemahaman mereka akan semakin optimal.
Tujuan pembelajaran yang ditulis guru ternyata untuk metode pembelajaran
daring bukan untuk pembelajaran blended learning serta tidak dijelaskan
indikator dari tujuan pembelajaran tersebut. perumusan tujuan pembelajaran
masih belum menggunakan kata kerja operasional karena guru masih menggunakan
kata “menganalisis”, sedangkan kata menganalisis hanya digunakan untuk
menjabarkan kompetensi dasar, sebab kata menganalisis bukan kata operasional
dan juga pada setiap ranah kognitif yang ada pada kompetensi dasar guru tidak
menjelaskan atau menjabarkannya pada perumusan tujuan pembelajaran. Guru pada
tujuan pembelajaran masih belum mencantumkan degree, yaitu tingkat pencapaian
siswa dalam belajar tentang suatu materi pembelajaran yang harus dicantumkan
akan pencapaian tujuan jelas dan terarah.
Kegiatan pembelajaran yang di rancang guru dalam 7x2JP meliputi
pendahuluan, inti dan penutup. Pada bagian pendahuluan pembelajaran di jelaskan
kegiatan guru dalam membuka pembelajaran. Kemudian pada bagian inti
pembelajaran guru menjelaskan mengenai materi pembelajaran sekaligus dengan
penugasan praktik. Pada bagian penutup guru menyimpulkan materi yang sudah di
ajarkan, kemudian membaca doa bersama dan menutup pembelajaran. Dari susunan
kegiatan pembelajaran tersebut tidak dijelaskan secara rinci mulai dari
pertemuan pertama hingga pertemuan ketujuh, namun guru menggabungkan semuanya
dalam satu pertemuan tidak dalam tujuh pertemuan.
Pada penilaian, guru melihatnya dari aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Penilaian pada aspek keterampilan yang dibuat guru tidak
dijelaskan indikator apa saja yang harus di capai hanya berupa produknya saja,
jadi penilaian yang dilakukan dirasa kurang objektif.
3)
Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan yaitu mengikuti buku paket kelas XI yang
disediakan oleh Kemdikbud dan juga dari buku paket seni budaya kelas XI
penerbit BAILMU edisi revisi. Selain itu juga siswa bisa mencari bahan ajar
atau materi yang dibutuhkan di internet.
4)
Persiapan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
metode blended learning berbeda dengan pembelajaran full tatap muka. Media yang
digunakan yaitu perangkat komputer, proyektor InFocus jaringan internet/wifi,
laptop, handphone, video pembelajaran, ruang kelas, sarana dan prasarana ruang
kelas dan tiga model gambar hasil karya 3 dimensi.
5)
Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian yang disediakan oleh guru di SMA N 1 Lemahabang
Kabupaten Cirebon diuraikan sebagai berikut: (a) Penilaian sikap, pada
penilaian sikap berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik
sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum dan
pengamatan langsung dilakukan oleh guru; (b) Pengetahuan. Penilaian pengetahuan
didasarkan melalui tes tertulis, seperti ulangan harian, UTS dan UAS; (c)
Keterampilan, Penilaian keterampilan kemampuan unjuk kerja, diskusi, dan
penilaian portofolio; (d) Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian unjuk kerja dapat dilihat
pada ujian hasil karya dan instrumen penilaian; (e) Penilaian Diskusi, pada
penilaian diskusi terdiri dari penguasaan materi, kemampuan membuat karya
dengan jenis bahan plastisin, dan kemampuan membuat karya dengan teknik: (f)
Penilaian Portofolio, kumpulan semua tugas yang sudah dikerjakan peserta didik,
seperti catatan, PR, dll.
Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan observasi, wawancara dan studi dokumen,
pelaksanaan pembelajaran seni budaya dengan metode blended learning di kelas XI
MIPA 3 dan XI MIPA 6 SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon dilaksanakan 7x2
jam pertemuan, yaitu pertemuan pertama dan kedua pemberian materi, pertemuan
ketiga dan keempat proses berkarya siswa dan pertemuan kelima hingga ketujuh
digunakan untuk guru mengevaluasi karya. Dikarenakan menyesuaikan dengan
keadaan yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring dilakukan dalam
waktu yang sama dengan membagi jumlah siswa yaitu 50% di kelas (tatap muka) dan
50% di rumah (daring).
Pembagian murid untuk pelaksanaan pembelajaran tatap
muka dan daring dibagi berdasarkan nomor presensi. Pada minggu pertama kelas XI
MIPA 3 dan XI MIPA 6 untuk siswa dengan nomor presensi 1-18 melakukan
pembelajaran tatap muka di kelas, sedangkan untuk nomor presensi 19-36
melakukan pembelajaran daring di rumah mengikuti pembelajaran dengan melalui
aplikasi MS Teams dalam waktu yang sama dengan para siswa yang mengikuti
pembelajaran tatap muka. Kemudian untuk minggu selanjutnya ditukar, yang minggu
sebelumnya mengikuti pembelajaran daring menjadi tatap muka, sedangkan yang
tatap muka diganti menjadi daring. Pembelajaran mengikuti penggunaan durasi waktu
MS Teams yang terbatas, maka 2 jam pelajaran setiap pertemuan itu hanya bisa
dilaksanakan dengan alokasi waktu kurang lebih 30 menit.
Dalam setiap pertemuan terdapat beberapa aktivitas
yang harus dilakukan baik oleh siswa maupun guru. Kegiatan tersebut meliputi
aktivitas guru dan siswa sebelum pembelajaran, pengaturan latar kelas (luring
dan daring), pembukaan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran dan penutup.
Secara lebih rinci, kegiatan tersebut akan diuraikan pada tiap pertemuan
pembelajaran sebagai berikut.
1)
Pertemuan Pertama
Berdasarkan observasi, aktivitas dalam inti pembelajaran pada pertemuan
pertama guru menyampaikan materi mengenai konsep, unsur, fungsi, jenis dan
teknik dalam berkarya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek melalui power
point setelah itu memberikan pertanyaan kepada para siswa agar berdiskusi
mengenai jawaban dan mendemonstrasikan hasil jawabannya.
Gambar 1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Inti
Pembelajaran Saat Luring
Gambar 2. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Inti
Pembelajaran Saat Daring
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua guru memberikan stimulus dengan mengirim tiga gambar
patung non figuratif pada grup WhatsApp kelas dan mengajak para siswa untuk
menganalisis ketiga karya tersebut berdasarkan aspek unsur, fungsi, jenis, dan
teknik yang terdapat pada ketiga objek gambar karya patung tersebut. Guru
memberikan waktu kepada siswa untuk berdiskusi setelah itu peserta didik
dipersilahkan untuk mendemonstrasikan hasil analisisnya. Setelahnya para siswa
diminta untuk pertemuan berikutnya membawa bahan lilin malam untuk penugasan
berkarya seni membentuk dengan memodifikasi objek.
Gambar 3. Penugasan Praktik Melalui Grup WhatsApp
Peserta didik yang melakukan pembelajaran tatap muka di kelas menyimak
materi yang disampaikan guru melalui layar proyektor InFocus mengenai
menganalisis karya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek, sedangkan
siswa yang melakukan pembelajaran daring menyimak materi melalui aplikasi MS
Teams. Objek yang dianalisis yaitu tiga gambar patung non figuratif yang
dikirim guru melalui grup WhatsApp. Siswa menganalisis ketiga karya tersebut
dari segi unsur, fungsi, jenis dan teknik yang digunakan. Siswa melakukan
diskusi dan tanya jawab secara tatap muka dan daring. Para siswa yang
melaksanakan pembelajaran di kelas (tatap muka) terlihat serius dalam
menganalisis karya, diskusi dan tanya jawab. Sedangkan para siswa yang
melaksanakan pembelajaran secara daring terlihat kurang antusias dalam
melakukan diskusi dan tanya jawab seperti mematikan mikrofon dan kamera, hanya
beberapa saja yang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
3)
Pertemuan Ketiga
Berdasarkan observasi, pada pertemuan ketiga guru menugaskan peserta
didik untuk berkarya seni patung dengan memodifikasi objek. Patung yang
dimaksud guru yaitu dalam ukuran kecil, sedangkan menurut peneliti hal tersebut
belum bisa dikatakan sebagai sebuah patung.
Dalam memodifikasi karya, siswa diminta untuk memilih teknik
memodifikasi, di antaranya yaitu teknik menstilasi, distorsi, deformasi dan
transformasi. Guru meminta agar proses pembuatan karya didokumentasikan dari
proses pengerjaan 0-25%, 25-50%, 50-75% dan 75-100% (4 foto). Hasil karya
diharuskan 50% beda dari objek yang ditiru dan minimal tinggi karya 10 cm. Hasil
dokumentasi tersebut kemudian dikumpulkan melalui PJ (penanggung jawab) untuk
diupload ke akun instagram kelas.
4)
Pertemuan Keempat
Berdasarkan observasi, pada pertemuan keempat guru meminta siswa untuk
melanjutkan kembali dalam mengerjakan tugas membuat karya seni membentuk
menggunakan lilin malam. Guru mengawasi siswa dalam berkarya di ruang kelas
(tatap muka), namun guru terlihat lebih fokus mengawasi siswa yang berada di
ruang kelas dari pada mengawasi siswa yang berkarya di dalam MS Teams. Guru
hanya sesekali menanyakan atau berbicara pada siswa yang berada di MS Teams
untuk membuka video yang dimatikan.
5)
Pertemuan Kelima
Berdasarkan Observasi, pada pertemuan kelima guru memantau proses siswa
dalam berkarya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek dan mengevaluasi
karya siswa bagi yang telah mengumpulkan karya dan hasil foto dokumentasi karya
melalui akun instagram kelas. Siswa pada pertemuan kelima, mengerjakan tugas
karya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek bagi yang belum
menyelesaikan, sedangkan bagi siswa yang sudah menyelesaikan seluruh tugasnya
diminta untuk mengapresiasi karya temannya di akun instagram kelas.
Gambar 4. Akun Instagram Kelas IX MIPA 3 dan IX
MIPA 6
6) Pertemuan Keenam Hingga Ketujuh
Berdasarkan Observasi, pada pertemuan keenam hingga
ketujuh guru memantau proses siswa dalam berkarya seni rupa 3 dimensi dengan
memodifikasi objek dan mengevaluasi karya siswa bagi yang telah mengumpulkan
karya dan hasil foto dokumentasi karya di akun instagram kelas.
Siswa pada pertemuan keenam hingga ketujuh
mengerjakan tugas karya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek bagi yang
belum menyelesaikan, sedangkan bagi siswa yang sudah menyelesaikan seluruh
tugasnya diminta untuk mengapresiasi karya temannya di akun instagram kelas.
Pelaksanaan
blended leaning pada pembelajaran
seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek kelas XI MIPA 3 dan MIPA 6 di SMA
Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon mengalami beberapa masalah dan kendala,
khususnya pada pembelajaran daring. Guru seni budaya Ibu Anissa Karina H. S.Pd
dalam wawancara secara tidak terstruktur menjelaskan bahwa “seringkali komputer
yang berada di setiap kelas tidak bisa digunakan karena error, tidak ada
jaringan internet dan lain hal, jadi terpaksa guru sering menggunakan handphone atau laptop untuk melaksanakan pembelajaran blended learning”. Guru juga mengeluhkan sulitnya mengawasi
siswa bagi yang melaksanakan pembelajaran daring di rumah karena tidak bisa
mengetahui apakah siswa menyimak materi yang disampaikan dengan baik atau
tidak. Ketika pembelajaran daring melalui aplikasi MS Teams, pada saat guru menyampaikan materi, ada beberapa siswa
yang mematikan kamera dan ada siswa yang terlihat seperti tidak mendengarkan
dan menyimak materi yang sedang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan
dari 63 lembar angket yang disebar kepada siswa kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 6,
terdapat 56 siswa yang mengatakan bahwa pelaksanaan blended learning pada pembelajaran daring dirasa kurang efektif,
alasannya yaitu diantaranya ada yang mengatakan bahwa penyampaian materi dan
praktik terbatas oleh waktu, materi terkadang sulit dimengerti dikarenakan
jaringan internet yang kurang stabil dan pada saat guru menjelaskan tentang
praktik siswa merasa kurang memahami dan lebih paham ketika pada saat
pembelajaran luring.
Dari berdasarkan hasil observasi dan sebaran angket
pada siswa kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 6 peneliti menyimpulkan bahwa proses
pelaksanaan blended learning pada pembelajaran seni rupa 3 dimensi kelas
XI di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon secara umum sudah tercapai,
namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru agar proses
pembelajaran dapat berjalan lebih baik dan ideal. Salah satu keberhasilan
pembelajaran dapat dilihat dari ketercapaian dari pembagian jumlah siswa
berdasarkan nomor presensi yaitu 50% di kelas (tatap muka) dan 50% di rumah
(daring). Kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran salah satunya berupa
penyusunan silabus dan RPP yang dibuat oleh guru belum sesuai dengan realita
pelaksanaan pembelajaran blended learning.
Hasil Karya Seni Rupa 3 Dimensi Kelas XI di SMA Negeri 1 Lemahabang
Kabupaten Cirebon
Penugasan seni rupa 3 dimensi telah dilakukan oleh seluruh siswa, baik
siswa kelas XI MIPA 3 maupun siswa kelas XI MIPA 6. Penugasan yang dimaksud
yaitu memodifikasi karya patung abstrak yang sebelumnya sudah dikirim guru
melalui grup WhatsApp. Hasil karya
siswa memiliki kreativitas dan keunikan yang berbeda di antara satu siswa
dengan siswa yang lain. Setelah karya dikumpulkan, guru seni budaya kemudian
melakukan penilaian terhadap semua karya tersebut.
Berdasarkan sampel 2 karya
terbaik, 2 karya tengah dan 2 karya terbawah dari kelas XI Mipa 3 dan XI Mipa
6, hasil karya seni rupa 3 dimensi peserta didik dengan memodifikasi objek atas
dasar kreativitas sudah bagus menurut guru namun masih harus ditingkatkan lagi
terutama dalam hal memodifikasi objek. Bagi peneliti hasil karya siswa masih
kurang memuaskan, karena dari semua karya siswa, masih ada beberapa siswa yang
masih tidak memberikan gubahan atau modifikasi pada karyanya, entah karena
siswa itu tidak paham tentang memodifikasi karya atau karena hal lain, dan juga
bahan yang digunakan menurut peneliti kurang cocok untuk siswa tingkat SMA dan
tugas membuat bentuk karya dari plastisin ini cenderung cocok untuk anak
tingkat TK atau SD. Tinggi karya hampir rata-rata dibawah 10cm sehingga
terlihat kurang memuaskan. Objek yang dimodifikasi juga kebanyakan objek flora
yang mungkin sudah mereka pahami dan jumpai pada kehidupan sehari-hari.
Karya seni rupa 3 dimensi
siswa kelas XI MIPA 3 dan MIPA 6 dalam aspek unsur visual sudah bagus karena
dilihat dari karya para siswa sudah bisa memberikan kesan garis, bentuk,
tekstur, warna, volume dan gelap terang. Dalam hal prinsip desain, secara
keseluruhan siswa sudah mampu untuk mengaplikasikan prinsip rupa pada karya
yang terlihat dari karya siswa bisa menciptakan bentuk karya yang memiliki
kesan keseimbangan, proporsi, dominasi dan irama.
Kretivitas siswa kelas XI
MIPA 3 dan XI MIPA 6 dalam mengerjakan tugas membuat karya seni rupa 3 dimensi
dengan memodifikasi objek menurut peneliti masih harus ditingkatkan lagi karena
masih ada beberapa siswa dalam membuat karya terlihat masih sama dengan bentuk
objek tanpa memberikan modifikasi atau perubahan dalam karyanya.
Evaluasi
Karya Seni Rupa 3 Dimensi Kelas XI di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon
pada Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Blended
Learning
Evaluasi karya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek di kelas
XI Mipa 3 dan XI Mipa 6 dilakukan guru dengan memberikan penugasan kepada
peserta didik untuk membuat karya seni membentuk dari bahan plastisin dengan
memodifikasi objek dari gambar karya seni patung non figuratif dan yang dinilai
oleh guru dilihat dari kreativitas siswa. Kreativitas siswa itu menurut
instrumen penilaian yang dibuat oleh guru yaitu peserta didik dapat membuat dan
menganalisis fungsi, jenis dan teknik beserta contoh seni rupa tiga dimensi
dengan memodifikasi objek.
Tabel 1. Instrumen Penilaian Unjuk Karya
Soal |
Aspek
yang Dinilai |
Skor |
1 |
Peserta didik
dapat membuat dan menganalisis fungsi, jenis dan teknik beserta contoh seni
rupa tiga dimensi dengan memodifikasi objek dengan sangat tepat. |
4 |
|
Peserta didik
dapat membuat dan menganalisis fungsi, jenis dan teknik beserta contoh seni
rupa tiga dimensi dengan memodifikasi objek dengan tepat. |
3 |
|
Peserta didik
dapat membuat dan menganali fungsi, jenis dan teknik beserta contoh seni rupa
tiga dimensi dengan memodifikasi objek dengan kurang tepat. |
2 |
|
Peserta didik
dapat membuat dan menganalisis fungsi, jenis dan teknik beserta contoh seni
rupa tiga dimensi dengan memodifikasi objek dengan tidak tepat. |
1 |
|
Jumlah Skor Maksimum |
8 |
Kriteria penilaian (skor)
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
Cara mencari nilai (N) =
Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal dikali skor ideal
(100)
Dari instrumen penilaian
karya seni membentuk dengan memodifikasi objek di atas, di dapatkan nilai akhir
kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 6 oleh guru yaitu berdasarkan menjumlahkan nilai rata-rata seluruh siswa. kelas XI MIPA 3 mendapatkan nilai rata-rata 85.89 sedangkan nilai rata-rata XI MIPA 6 adalah
85.6.
Dalam penilaian yang dibuat oleh guru pada karya seni rupa 3 dimensi
dengan memodifikasi objek menurut peneliti terdapat ketidaksesuaian dalam
instrumen penilaian unjuk karya pada aspek yang dinilai dan kriteria pada
keterangan skor tidak menggunakan skala interval. Instrumen penilaian unjuk
karya dirasa masih kurang spesifik yaitu belum menampilkan indikator penilaian
secara rinci mengenai harus bagaimana kualitas karya patung yang baik dan
benar. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa guru dalam memberikan
penilaian kepada siswa dirasa kurang objektif.
Latar belakang guru yang merupakan lulusan dari jurusan seni tari mungkin
mengakibatkan kurangnya guru dalam menguasai materi, kurang dalam menyampaikan
materi, kurang menguasai dalam menganalisis karya siswa serta kurang memahami
cara mengevaluasi karya siswa. Sehingga pada pelaksanaan dan hasil pembelajaran
seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek menjadi kurang memuaskan.
Menurut peneliti, aspek penilaian karya yang spesifik berdasarkan materi
yang diajarkan bisa dilihat dari unsur visual, prinsip desain dan kreativitas.
Berikut ini tabel instrumen penilaian unjuk karya siswa yang sesuai menurut
peneliti.
Tabel 2. Instrumen Penilaian Unjuk Karya
No. |
Aspek
yang Dinilai |
Skor |
1. |
Unsur visual |
30 |
2. |
Prinsip desain |
30 |
3. |
Kreativitas |
40 |
|
TOTAL |
100 |
Cara mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah
skor maksimal dikali skor ideal (100)
Masalah evaluasi karya siswa
pada blended learning bukan hanya
terdapat pada penilaian karya oleh guru, tapi juga terdapat pada kesungguhan
siswa dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan. Pemberian batas waktu
pengumpulan karya tidak dimanfaatkan oleh beberapa siswa karena ada sedikit
siswa di kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 6 yang sulit untuk mengerjakan dan
mengumpulkan tugas yang telah diberikan. Kendala juga terdapat pada pengumpulan
foto dokumentasi proses pengerjaan karya yang diupload melalui akun instagram kelas seperti hanya
menyertakan satu atau dua foto proses pengerjaan saja kurang dari yang
diinstruksikan oleh guru yaitu 4 foto dokumentasi karya. Foto proses
dokumentasi karya tersebut meliputi 0-25% pengerjaan, 25 - 50% pengerjaan, 50 –
75% pengerjaan dan 75 – 100% pengerjaan. Dari beberapa kendala itu
mengakibatkan guru sulit untuk memberikan penilaian karya pada beberapa siswa
tersebut.
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan analisis
data yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan blended learning pada pembelajaran
seni rupa 3 dimensi kelas XI di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon
secara umum sudah tercapai berdasarkan pembagian jumlah nomor presensi siswa
yaitu 50% tatap muka dan 50% daring. Namun guru masih belum mampu menyusun
silabus dan RPP yang sesuai dengan realita pelaksanaan pembelajaran.
Hasil karya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi
objek kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 6 menurut guru telah memenuhi target
berdasarkan aspek kreativitas siswa. Bagi peneliti penilaian karya siswa yang
dilakukan oleh guru belum objektif jika hanya berdasarkan kreativitas siswa,
namun juga harus berdasarkan aspek unsur visual dan prinsip desain. Berdasarkan
analisis peneliti, karya siswa siswa masih ada beberapa yang belum memenuhi
aspek unsur visual, prinsip desain dan kreativitas. Pada bahan yang digunakan
untuk penugasan tidak sesuai untuk siswa tingkatan SMA, rata-rata tinggi hasil
karya siswa terlalu kecil dan hasil karya siswa masih ada yang belum memberikan
modifikasi bentuk pada karya.
Hasil evaluasi
karya seni rupa 3 dimensi dengan memodifikasi objek kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA
6 telah memenuhi target bagi guru. Hal tersebut berdasarkan hasil nilai
rata-rata karya siswa kelas XI MIPA 3 yaitu 85.89, dan hasil nilai rata-rata
siswa kelas XI MIPA 6 adalah 85.6 yang bisa dibilang sudah memenuhi target bagi
guru. Namun dalam penilaian yang dilakukan oleh guru dirasa kurang spesifik
pada aspek yang dinilai dan pada kriteria pemberian skor, sehingga pemberian
nilai yang diberikan kurang objektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahari,
N. (2008). Kritik seni: wacana, apresiasi, dan kreasi. Pustaka Pelajar.
Cusmiati, C. (2021). Efektivitas Perkuliahan Dalam
Jaringan Daring Di Masa Pandemi COVID-19 Di Universitas Muhammadiyah Mataram.
Universitas Muhammadiyah Mataram.
Hoeve, V. (1994). Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta:
PT Ichtiar Baru.
Husamah, H. (2014). Pembelajaran bauran (Blended
learning). Research Report.
Kartika, D. S. (2017). Seni Rupa Modern (Edisi Revisi).
Rekayasa Sains.
Moebs, S., & Weibelzahl, S. (2007). Blended
Learning: Towards a mix for SMEs-stakeholders and their priorities. Blended
Learning, 162.
Moleong, L. J. (2021). Metodologi penelitian
kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Nurhikma, N. (2020). Analisis Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Seni Rupa Dua Dimensi Untuk Peserta Didik Kelas X SMAN 3 Bantaeng.
Fakultas Seni dan Desain.
Rahmat, I., & Ridwan, R. (2020). Implementasi Andragogi
Platform E-learning pada Blended Learning di Universitas Negeri Padang. Journal
of Education Technology, 4(2), 133-140.
Sahman, H. (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Santoso, B. (2023). Modul konsep Pembelajaran Berbasis
Alam Perspektif Al-Qurân. Al-Tarbiyah: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 1(4),
221–242.
Soekartawi, S. (2006). Blended e-learning: Alternatif
model pembelajaran jarak jauh di Indonesia. Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi (SNATI).
Ulfatin, N. (2013). Metode Penelitian Kualitatif.
Bayumedia Publishing.
Witthin, A. E., Harini, N., & Gusanti, Y. (2022).
Penerapan Blended Learning pada Pembelajaran Seni Budaya bagi Siswa Kelas VIIIC
SMPN 16 Malang. JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(7),
958-970.
Yulianto, D., & Nugraheni, A. S. (2021).
Efektivitas Pembelajaran Daring Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia:
Effectiveness Of Online Learning in Indonesian Language Learning. Decode: Jurnal
Pendidikan Teknologi Informasi, 1(1), 33–42.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License. |