1061 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 3 NOMOR 10 2023
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG
PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI KLINIK SARTIKA
MANURUNG JL. PARANG II
TAHUN 2023
Angga Theresia Sitanggang, Merlina Sinabariba, Ermawaty Arisan Siallagan, Aprilita Br
Sitepu
STIKES Santa Elisabeth Medan, Indonesia
Email: anggatheresiasiatanggang@gmail.com, merlina.sinabariba@yahoo.com,
adrianzefano.marp[email protected], aprilitasitepu6@gmail.com
Kata kunci:
Pengetahuan,
umur,
pendidikan,
pekerjaan,
paritas, Ibu dan
diare
Keywords:
Knowledge, age,
education,
employment,
parity, mother
and diarrhea
ABSTRAK
Latar Belakang: Diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak di bawah lima
tahun, dan bertanggung jawab atas kematian 370.000 anak pada tahun 2019. Ancaman paling
parah yang di timbulkan oleh diare adalah dehidrasi. Selama episode diare, air dan elektrolit
termasuk natrium, klorida, kalium dan bikarbonat hilang melalui tinja cair, muntah, keringat,
urin dan pernafasan. Seseorang dengan diare menjadi dehidrasi ketika kehilangan cairan yang
tidak segera di gantikan/tidak segera di tangani. Selain itu diare merupakan penyebab utama
malnutrisi, membuat orang tersebut lebih rentan terhadap serangan diare dan penyakit lainnya
di masa depan
Tujuan: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan
Ibu Tentang Penanganan Diare Pada Balita di Klinik Sartika Manurung Jl. Parang II Tahun
2023.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dengan menggunakan
metode total sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 responden. Pengumpulan data
menggunakan data primer dan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan menyebarkan
kuesioner tersebut kepada responden.
Hasil: Dari hasil kesimpulan penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan
antara umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas dengan penanganan diare pada balita.
Kesimpulan: Secara epidemologik, biasanya diare didefenisikan sebagai pengeluaran fases
lunak atau cair 3 kali atau lebih dalam satu hari, tetapi ibu mungkin menggunakan istilah
berbeda beda untuk menggambarkan diare. Penanganan diare pada balita dapat diberikan
oralit dan atau pengganti oralit dengan pemberian larutan gula dan garam garam.
ABSTRACT
Background: Diarrhea is the second leading cause of death in children under five years old,
and is responsible for the deaths of 370,000 children in 2019. The most serious threat posed
by diarrhea is dehydration. During an episode of diarrhea, water and electrolytes including
sodium, chloride, potassium and bicarbonate are lost through liquid stools, vomit, sweat,
urine and exhalation. A person with diarrhea becomes dehydrated when they lose fluids that
are not replaced/treated promptly. Additionally diarrhea is a major cause of malnutrition,
making the person more susceptible to future bouts of diarrhea and other illnesses.
Purpose: This research is conducted to know the description of mother's knowledge about
handling diarrhea.
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Diare Pada
Balita Di Klinik Sartika Manurung Jl. Parang Ii Tahun 2023
2023
Angga Theresia Sitanggang, Merlina Sinabariba, Ermawaty Arisan Siallagan, Aprilita Br
Sitepu 1062
PENDAHULUAN
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah
dan/atau lendir dalam fases. Secara epidomologik, biasanya diare didefenisikan sebagai
pengeluaran fases lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, tetapi ibu mungkin
menggunakan istilah berbeda beda untuk menggambarkan diare. Secara lebih praktis, diare
didefenisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi atau konstensi fases menjadi lebih
lunak pada anak sehingga dianggap abnormal oleh ibu anak tersebut (Sodikin, 2019).
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui fases. Kelainan
yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung menyebabkan diare sedangkan
kelainan penyerapan usus besar lebih jarang menyebabkan diare. Diare adalah buang air
besar dengan frekuensi yang tidak normal atau meningkatnya dari frekuensi sebelumnya
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair (Sodikin, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) penyakit diare merupakan penyebab
kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan bertanggung jawab atas kematian
370.000 anak pada tahun 2019. Ancaman paling parah yang di timbulkan oleh diare adalah
dehidrasi. Selama episode diare, air dan elektrolit termasuk natrium, klorida, kalium dan
bikarbonat hilang melalui tinja cair, muntah, keringat, urin dan pernafasan. Seseorang
dengan diare menjadi dehidrasi ketika kehilangan cairan yang tidak segera di gantikan.
Selain itu diare merupakan penyebab utama malnutrisi, membuat orang tersebut lebih
rentan terhadap serangan diare dan penyakit lainnya di masa depan (World Health
Organization, 2019).
Menurut United Nations Childrens Fund (UNICEF) Diare adalah pembunuh utama
anak anak, terhitung sekitar 9% dari semua kematian di antara anak di bawah 5 tahun di
seluruh dunia pada tahun 2019. Ini berarti lebih dari 1.300 anak kecil meninggal dunia
setiap hari, atau sekitar 484.000 anak per tahun, meskipun tersedia solusi pengobatannya.
Sebagian besar kematian akibat diare terjadi pada anak anak kurang dari 5 tahun yang
tinggal di Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika. Meskipun banyak korban, kemajuan sedang
di buat. Dari tahun 2000 hingga 2019, jumlah total kematian tahunan akibat diare pada anak
di bawah 5 tahun menurun sebesar 61% (UNICEF, 2019).
Di Indonesia penyakit diare merupakan penyakit endemis yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan masih penyumbang angka kematian di
Indonesia terutama pada balita. Sarana pelayanan penderita diare pada balita yang datang
ke sarana kesehatan ditargetkan oleh program sebesar 20% dari perkiraan jumlah penderita
diare pada balita. Sedangkan sasaran pelayanan penderita diare pada semua umur
ditargetkan sebesar 10% dari perkiraan jumlah penderita diare semua umur (Profil
Kesehatan Indonesia , 2020).
Methods: This research uses descriptive approach using total sampling method wit of 30
respondents. Data collection uses primary data and is carried out using questionnaire and
distributing the q uestionnaire to respondents.
Results: From the results, the researchers concluded that there is relationship between age,
education, employment and parity with the handling of diarrhea in toddlers.
Conclusion: Epidemiologically, diarrhea is usually defined as three or more times daily
passing soft or liquid stools, but mothers may use different terms to describe diarrhea.
Treatment of diarrhea in toddlers can be given ORS and/or ORS substitute by giving a
solution of sugar and salt. The use of ORS given with reduce sthe severity of diarrhea and
reducing the frequency of bowel movements for toddlers. For this reason, mother need to
deal with diarrhea because it provides the initial action to do to children.
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1063 http://sosains.greenvest.co.id
Pada tahun 2020 cakupan pelayanan penderita diare semua umur sebesar 44,4% dan
pada balita sebesar 28,9% dari sasaran yang ditetapkan. Disparitas antar provinsi untuk
cakupan pelayanan penderita diare semua umur adalah antara 4,9% (Sulawesi Utara) dan
Nusa Tenggara Barat (78,3%). Sedangkan disparitas antar provinsi untuk cakupan
pelayanan penderita diare balita adalah antar 4,0% (Sulawesi Utara) dan Nusa Tenggara
Barat (61,4%) (Profil Kesehatan Indonesia , 2020).
Menurut dinas kesehatan provinsi Sumatra Utara, target cakupan pelayanan
penderita diare semua umur yang datang ke sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan
jumlah penderita diare semua umur (Insidens Diare semua umur di kali jumlah penduduk
di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun). Tahun 2019 jumlah penderita diare semua
umur yang di layani yaitu sebanyak 177.438 orang atau 45,13% ada penurunan
dibandingkan tahun 2018 yaitu sebanyak 214.303 orang atau 55,06%, tahun 2017 yaitu
sebanyak 180.777 orang atau 23,47% dan tahun 2016 yaitu sebanyak 235.495 orang atau
30,92% dari perkiraan diare di sarana kesehatan. (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara, 2018).
Berdasarkan kemenkes etiologi diare disebabkan oleh infeksi, baik itu oleh virus,
bakteri, maupun parasit merupakan penyebab tersering. Virus, terutama rota virus
merupakan penyebab infeksi virus utama (60-70%), 10-20% adalah infeksi bakteri, dan
kurang dari 10% adalah infeksi parasit. Sedangkan faktor penyebab non-infeksi adalah
alergi, gangguan penyerapan di usus, keracunan makanan, dan tumor (Kemenkes, 2022).
Gejala diare yang sering terjadi antara lain sebagai berikut : BAB cair/frekuensi 3x
ataulebih per hari, perut kembung, mual dan muntah, nyeri perut, lemas dan kadang disertai
dengan demam. Diare yang tidak segera ditangani dengan baik bisa menyebabkan
dehidrasi. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak lebih rentan mengalami
dehidrasi. Dehidrasi dapat berupa gejala ringan, sedang, maupun berat (Kemenkes, 2022).
Berdasarkan penelitian pertama menurut Humrah, pada penelitian ini didapatkan
bahwa ada sebanyak 58 orang ibu yang telah mengisi kuesioner tentang pengetahuan dan
penanganan ibu balita dan hanya 4 orang ibu yang berpengetahuan baik dalam penanganan
awal diare pada balita. Saran untuk masyarakat khususnya untuk ibu-ibu agar lebih
menambah pengetahuan tentang penanganan awal diare pada balita terutama tanda-tanda
dehidrasi dan mengajarkan ibu cara pembuatan oralit dirumah agar nantinya apabila anak
terkena diare ibu bisa memberikan penanganan awal sehingga diare tidak bertambah parah
(Humrah, 2018).
Berdasarkan penelitian kedua menurut Agniatautami 2023, berdasarkan survei awal
yang dilakukan di lingkungan kerja Puskesmas Harapan Raya dari 5 orang ibu yang di
wawancarai di puskesmas harapan raya diperoleh 4 orang ibu diantaranya ketika anak
mengalami diare, melakukan perawatan diri secara mandiri di rumah seperti memberikan
obat warung kepada anak yang mengalami diare ringan. Sementara 1 orang ibu menjawab
penanganan pada anak ketika diare ringan maupun sedang dilakukan dengan membuat
larutan oralit sederhana terbuat dari garam dikombinasikan dengan gula dan langsung
membawa ke puskesmas terdekat (Agnitautami, 2023).
Berdasarkan survei awal pendahuluan di Klinik Sartika Manurung pada bulan april
Tahun 2023 dengan jumlah anak yang mengalami diare sebanyak 40 orang, pengamatan
yang penulis lakukan melalui wawancara dengan ibu balita dimana ada 20 orang ibu terlibat
dalam wawancara dan 16 orang kurangnya pengetahuan ibu dalam penanganan diare pada
balita, kejadian diare di Klinik Sartika Manurung selama penulis dinas di klinik tersebut
masih menjadi permasalahan kesehatan yang di hadapi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Diare Pada Balita di Klinik
Sartika Manurung Jl. Parang II Tahun 2023.” Hal ini penting guna memberikan informasi
yang akurat kepada masyarakat tentang penyebab terjadinya penyakit diare pada balita dan
dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat serta mencegah terjadinya kembali
kejadian diare yang bisa menyebabkan kematian jika terlambat di tangani.
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Diare Pada
Balita Di Klinik Sartika Manurung Jl. Parang Ii Tahun 2023
2023
Angga Theresia Sitanggang, Merlina Sinabariba, Ermawaty Arisan Siallagan, Aprilita Br
Sitepu 1064
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang di
angkat adalah bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang penanganan diare pada balita
di klinik sartika manurung jl. parang II Tahun 2023.
Penelitian ini memiliki tujuab untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu Tentang
penanganan diare pada balita di klinik Sartika Manurung jl. parang II tahun 2023. Untuk
mengetahui gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas) ibu tentang
penanganan diare pada balita di klinik Sartika Manurung Jl. parang II tahun 2023. Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penanganan diare pada balita
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan memperoleh
gambaran pengetahuan ibu tentang penanganan diare pada balita di Klinik Sartika
Manurung pada tahun 2023. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang membawa balita
dengan diare sebanyak 30 orang ke klinik tersebut. Sampel dalam penelitian ini juga terdiri
dari 30 orang ibu yang membawa balitanya berobat karna diare, dan pengambilan sampel
dilakukan dengan metode total sampling, yang berarti seluruh populasi diambil sebagai
sampel.
Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup variabel pengetahuan, umur,
pendidikan, pekerjaan, dan paritas ibu. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner dengan 23 pertanyaan dan skor pengetahuan diberikan berdasarkan pilihan ganda
dengan skala ordinal. Lokasi penelitian adalah Klinik Sartika Manurung pada tahun 2023,
dan waktu penelitian berlangsung dari tanggal 5 Mei hingga 2 Juni tahun 2023.
Prosedur pengambilan dan pengumpulan data mencakup penggunaan kuesioner,
wawancara langsung, dan evaluasi hasil kuesioner. Uji validitas belum dilakukan dalam
penelitian ini, tetapi akan dilakukan dengan bantuan software SPSS. Uji reliabilitas
menggunakan metode Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai reliabilitas yang baik
(0,821).
Analisis data akan meliputi analisis univariat, yang bertujuan untuk memberikan
gambaran data masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi dan presentase kelompok. Data-data yang dikumpulkan akan diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase untuk masing-masing variabel
penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Tabel 1. Karakteristik Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Paritas Ibu Tentang
Penanganan Diare Pada Balita Di Klinik Sartika Manurung Tahun 2023.
No
Umur
(%)
1.
2.
20-35 tahun
> 35 tahun
96,7
3,3
Total
100
No
Pendidikan
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
PT
0
3,3
46,7
15
0
Total
100
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1065 http://sosains.greenvest.co.id
No
Pekerjaan
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
IRT
Pedagang
PNS
Buruh
Dll/tidak bekerja
0
16,7
0
13,3
70
Total
100
No
Paritas
(%)
1.
2.
3.
Primipara
Multipara
Grande multipara
30
70
0
Total
100
Sumber : Data primer diolah, 2023
Tabel 5.1 Menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik umur, mayoritas responden
umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (96,7%), dan minoritas umur > 35 tahun sebanyak 1
orang (3,3%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, dapat di lihat bahawa
mayoritas responden pendidikan terakhir SMA dengan jumlah 15 orang (15 %), dan
minoritas ibu memiliki pendidikan terakir SMP dengan jumlah 14 orang (46,7%), ibu
memiliki pendidikan terakir SD dengan jumlah 1 orang (3,3%). Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan, dapat dilihat bahwa mayoritas responden ibu yang tidak bekerja
berjumlah 21 orang (70 %), dan minoritas ibu yang memiliki pekerjaan pedagang sebanyak
6 orang (16,7%) dan pekerjaan buruh dengan jumlah 3 orang (10 %). Karakteristik
responden berdasarkan paritas, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki paritas
multipara dengan jumlah 21 orang (70%), dan minoritas responden yang memiliki paritas
primipara dengan jumlah 9 orang (30%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Pengetahuan Diare Pada Balita Di Klinik Sartika Manurung Tahun 2023
No
Pengetahuan
frekuensi
(%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
1
3
26
3,3
10
86,7
Total
30
100
Sumber : Data primer diolah, 2023
Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas memiliki pengetahuan kurang dengan
jumlah 26 orang (86,7%) dan minoritas responden memiliki pengetahuan cukup dengan
jumlah 3 orang (10%), dan memiliki pengetahuan baik dengan jumlah 1 orang (3,3 %).
2. Pembahasan
A. Kateristik berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas di klinik
Sartika Manurung Tahun 2023.
Berdasarkan umur, penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat bahwa
mayoritas berdasarkan umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (96,7%), dan minoritas umur
> 35 tahun sebanyak 1 orang (3,3%). Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut hendrawan semakin cukup umur,
tingkat matang dan kekuatan seseorang akan lebih mumpuni dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih tua dapat dipercaya dari orang
yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini merupakan bukti pengalaman dan kematangan
jiwa (A.Wawan, 2018).
Bertambahnya usia seseorang akan menjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologis (mental), pertumbuhan pada manusia terjadi akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Diare Pada
Balita Di Klinik Sartika Manurung Jl. Parang Ii Tahun 2023
2023
Angga Theresia Sitanggang, Merlina Sinabariba, Ermawaty Arisan Siallagan, Aprilita Br
Sitepu 1066
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik dan bertambah (Nursalam, 2016 &
Pembe, et al, 2011).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Humrah dkk, 2017) dengan
judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Dalam Penanganan Awal Balita Diare Di Desa
Bone Kec. Bajeng Kab. Goa Tahun 2017” diketahui bahwa mayoritas usia responden
berumur 20-35 tahun sebanyak 44 orang (75,7%), dan minoritas usia responden berumur
>35 tahun sebanyak 14 orang (24,3%) .
Menurut asumsi Humrah dkk, Usia dewasa merupakan masa dimana seseorang yang
lebih cepat menerima pengetahuan dan merupakan masa dimana seseoarang dapat secara
maksimal mencapai prestasi yang memuaskan dalam karirinya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Desak dkk, 2021) dengan
judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada Balita Di Kelurahan Baler
Bale Agung Kabupaten Jembrana Tahun 2021”. Diketahui bahwa mayoritas usia responden
berusia 20-35 tahun sebanyak 26 orang dengan persentase 83.3%, dan minoritas ibu berusia
> 35 tahun sebanyak 5 dengan presentase 16.7%.
Menurut asumsi Desak dkk, usia yang dapat mempengaruhi terhadap daya tangkap
dan cara berfikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan umur, jumlah kriteria ibu mayoritas
berdasarkan umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (96,7%), dan minoritas sebanyak 1 orang
(3,3%). Berdasarkan teori Nursalam (2016) Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya umur tidak akan menjamin akan semakin
baik pula tingkat pengetahuan seseorang jadi dapat disimpulkan bahwa umur tidak menjadi
penentu tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini terjadi karena walaupun pada usia tersebut
sudah merupakan remaja akhir, penuh kreatifitas dan semangat dalam mencari tahu sesuatu
hal, namun kedewasaan dan kreatifitas tergantung pada minat dan kemampuan individual
masing-masing (Nursalam 2016). Sedangkan menurut Dharmawati dan Wirata 2016,
mengatakan bahwa Umur tidak dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang hal ini
disebabkan semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja tetapi terdapat faktor intrinsik (pengalaman, lingkungan,
pengetahuan sebelumnya) yang dapat menghambat seseorang dalam proses belajar
(Dharmawati dan Wirata, 2016).
Berdasarkan pendidikan, penelitian yang dilakukan oleh peneliti frekuensi
responden berdasarkan pendidikan mayoritas responden memiliki pendidikan SMA
sebanyak 15 orang (50%), minoritas pendidikan SMP sebanyak 14 orang (46,7%) dan
dengan pendidikan SD yaitu sebanyak 1 orang (3,3%).
Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
diberikan seseorang pada orang lain mengenai sesuatu hal agar mereka dapat memahami
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah pula mereka menerima informasi dan akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang dimilikinya (Nursalam, 2015).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju ke arah cita cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo, pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (A.Wawan, 2018).
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1067 http://sosains.greenvest.co.id
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Desak dkk, 2021) dengan
judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada Balita Di Kelurahan Baler
Bale Agung Kabupaten Jembrana Tahun 2021”. Terlihat dari jumlah persentase responden
mayoritas pendidikan SMA paling banyak 26 orang (86.7%), minoritas tingkat pendidikan
SMP sebanyak 3 orang (10.0%) dan tingkat pendidikan SD sebanyak 1 orang (3.3%).
Menurut asumsi (Desak dkk, 2021), tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu dapat
mempengaruhi pola pikir ibu tersebut. Semakin tinggi pendidikannya, maka pola pikirnya
pun semakin baik. Rata-rata ibu memiliki pendidikan yang rendah, hal ini didukung oleh
penelitian yang yang menjelaskan bahwa pengetahuan erat hubungannya dengan
pendidikan, diharapkan bahwa pendidikan seseorang yang tinggi maka akan semakin luas
pula pengetahuaannya (Wawan dan Dewi, 2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Yessi Arsurya dkk, 2017)
dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Diare Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Korong Gadang Kecematan Kuranji Kota
Padang”. Dimana hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa
mayoritas ibu balita berpendidikan SMA 147 orang (94,7%) dan minoritas ibu
berpendidikan SD sebanyak 8 orang (5,3%).
Menurut asumsi Yessi Arsurya dkk bahwa pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pengetahuannya dan pengalamannya. Selebihnya responden
yang berpendidikan sekolah dasar/SD memiliki pengetahuan yang belum baik tentang
pengananan diare pada balita sehingga diperlukan tindaklanjut tenaga kesehatan dan
pemerintah.
Berdasarkan asumsi peneliti, mayoritas ibu memiliki pendidikan terakhir SMA
dengan jumlah 15 orang (50 %), minoritas pendidikan terakir SMP dengan jumlah 14 orang
(46,7%) dan sebagian kecil ibu memiliki pendidikan SD dengan jumlah 1 orang (3,3%).
memiliki pengetahuan yang kurang dikarenakan keterbatasan ilmu yang didapat
dibandingkan dengan pendidikan tinggi, karena semakin tinggi pendidikan seseorang,
maka pengetahuan juga akan semakin luas dan semakin mudah menerima informasi, ide-
ide dari orang lain, dan sebaliknya bila responden yang memiliki latar belakang pendidikan
rendah pada umumya mengalami kesulitan untuk menerima informasi. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(Immediate Impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu dapat mempengaruhi pola pikir ibu tersebut.
Semakin tinggi pendidikannya, maka pola pikirnya pun semakin baik.
Berdasarkan pekerjaan, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu yang tidak bekerja
berjumlah 21 orang (70 %), dan minoritas ibu yang memiliki pekerjaan pedagang sebanyak
6 orang (16,7%) dan pekerjaan buruh dengan jumlah 3 orang (10 %). Pekerjaan adalah
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak mengupayakan
mencari nafkah yang membosannkan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga (A.Wawan, 2018)
Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam (2013), pekerjaan adalah suatu
keburukan yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan.
Sedangkan bekerja merupakan kagiatan yang menyita waktu.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Humrah dkk, 2017) dengan
judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Dalam Penanganan Awal Balita Diare Di Desa
Bone Kec. Bajeng Kab. Goa Tahun 2017” menunjukkan bahwa mayoritas responden Ibu
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Diare Pada
Balita Di Klinik Sartika Manurung Jl. Parang Ii Tahun 2023
2023
Angga Theresia Sitanggang, Merlina Sinabariba, Ermawaty Arisan Siallagan, Aprilita Br
Sitepu 1068
Rumah Tangga (IRT) sebanyak 48 orang (82,8%) dan wiraswasta sebanyak 10 orang (17,2
%). Menurut asumsi Humrah dkk, Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial, seperti lingkungan pekerjaan.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan (Desak dkk, 2021) dengan judul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada Balita Di Kelurahan Baler Bale Agung Kabupaten
Jembrana Tahun 2021”. Menunjukkan bahwa mayoritas responden ibu sebagai IRT
sebanyak 22 orang (73.3%), minoritas responden ibu sebagai wiraswasta sebanyak 5 orang
(16.7%), dan sebagai buruh sebanyak 3 orang (10.0%).
Menurut asumsi Desak dkk, semakin banyaknya ibu bekerja maka semakin banyak
pula relasi dan pengalaman yang diperoleh ibu tentang informasi cara penangganan diare
pada balita dimana pun ibu berada.
Menurut asumsi peneliti, Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar ibu yang tidak
bekerja berjumlah 21 orang (70 %), dan sebagian kecil ibu yang memiliki pekerjaan
pedagang sebanyak 6 orang (16,7%) dan pekerjaan buruh dengan jumlah 3 orang (10 %).
Meskipun responden sebagai ibu tidak bekerja disisi lain, bukan berarti responden
kehilangan kesempatan untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya. Responden yang lebih
banyak dirumah dapat menambah pengetahuan melalui berbagai media, seperti dari
Handphone, membaca koran tentang masalah kesehatan, ataupun mengunjungi ke petugas
kesehatan untuk memperoleh informasi tentang penanganan diare. Pekerjaan seseorang
akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Penjelasan mengapa pekerjaan
berpengaruh terhadap seseorang adalah ketika pekerjaan tersebut lebih sering
menggunakan otak daripada menggunakan otot. Kinerja dan kemampuan otak seseorang
dalam menyimpan (daya ingat) bertambah atau The 6th University Research Colloquium
2017 Universitas Muhammadiyah Magelang ISSN 2407-9189 309 meningkat ketika sering
digunakan, hal ini berbanding lurus ketika pekerjaan seseorang lebih banyak menggunakan
otak daripada otot Pangesti (2012).
Berdasarkan paritas, frekuensi responden berdasarkan paritas mayoritas responden
memiliki paritas multipara sebanyak 21 orang (70%) dan minoritas responden memiliki
paritas primipara sebanyak 9 orang (39%). Paritas merupakan jumlah persalinan yang
pernah dialami atau banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita.Paritas
ialah istilah yang menunjukkan jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran janin
yang mampu hidup diluar rahim. Paritas yang terlalu tinggi serta jarak kehamilan yang
terlalu dekat akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin (BKKBN, 2016).
Sedangkan menurut Manuaba (2010), paritas dibagi menjadi primipara yaitu wanita
yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, multipara yaitu wanita yang telah
melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali,
dan grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari empat kali.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Humrah dkk tahun 2017) dengan
judul gambaran pengetahuan ibu balita dalam penanganan awal balita diare di desa bone
kec. Bajeng kab. Gowa tahun 2017 yang menjelaskankan bahwa dalam penelitian ini adalah
mayoritas ibu multipara yaitu sebanyak 42 orang (72,4%), dan minoritas ibu primipara
yang memiliki anak 1 orang sebanyak 16 orang (27,6%).
Menurut asumsi Humrah dkk, Ibu yang memiliki anak lebih dari satu mempunyai
pengamalaan yang lebih baik karena sudah pernah mengalaminya. Pengalamaan yang
dialami ibu dalam merawat anaknya yang pernah mengalami penyakit diare memiliki kesan
yang kuat dalam memberikan penanganan pada anaknya yang menderita diare (Wawan dan
Dewi, 2010). Pegetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang,
pengetahuan bisa didapat dari mana saja dan kapan saja. Pengetahuan tentang penangan
awal balita diare di rumah sangat penting bagi ibu untuk membantu ibu memberikan