1111 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 3 NOMOR 10 2023
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
ANALISA PENGARUH SERVICE QUALITY, PRICE
FAIRNESS, WORD OF MOUTH, NORMA SUBJEKTIF
DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL
TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG DI UNIT
RAWAT JALAN RS “M” JAKARTA
Nurullah Armyta, Sandra Dewi, Supriyantoro
Universitas Esa Unggul, Indonesia
Email: sandra@esaunggul.ac.id, [email protected]
Kata kunci:
Service Quality,
Price Fairness,
Word Of Mouth,
Norma Subjektif
Dan Perceived
Behavioral
Control
Keywords:
Service Quality,
Price Fairness,
Word Of Mouth,
Norma Subjektif
and Perceived
ABSTRAK
Latar Belakang: Keputusan memilih Rumah Sakit sebagai tempat berobat
adalah hal yang mempengaruhi tingkat kunjungan pasien yang dimediasi oleh
banyak faktor. Pengambilan intensi berkunjung dapat diambil secara hati-hati
jika didukung oleh data dan informasi yang relevan yang mendukung
pertimbangan terhadap isu yang dihadapi.
Tujuan: Mengetahui pengaruh service quality,price fairness, word of mouth
serta norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap intensi pasien
untuk berkunjung.
Metode: Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif cross sectional
analisa regresi berganda dengan uji hipotesis . Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dan proses pengumpulan data
menggunakan kuesioner dengan skala likert, selanjutnya dianalisis
menggunakan three box method.
Hasil: Dari hasil uji parsial koefisien regresi, diketahui bahwa service
quality memiliki pengaruh paling tinggi, nilai koefisien regresi β sebesar
+0,327. Secara keseluruhan variabel yang diteliti yaitu service quality,
price fairness, word of mouth, norma subjektif dan perceived behavioral
control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berkunjung.
Kesimpulan: Penelitian ini telah menggambarkan bila rumah sakit melakukan
perbaikan terhadap semua indikator di dalam kualitas layanan akan
mempengaruhi intensi berkunjung secara lebih baik.
ABSTRACT
Background: The decision to choose a hospital as a place of treatment is
something that affects the level of patient visits mediated by many factors.
Careful adoption of visiting intentions if supported by relevant data and
information that supports consideration of the issue at hand.
Purpose: Knowing the effect of service quality, price fairness, word of
mouth as well as subjective norms and perceived behavioral control on
patient intentions to visit.
Analisa Pengaruh Service Quality, Price Fairness, Word of
Mouth, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral
Control Terhadap Intensi Berkunjung Di Unit Rawat Jalan
Rs “M” Jakarta
2023
Nurullah Armyta, Sandra Dewi, Supriyantoro 1112
Behavioral
Control
Methods: This study used quantitative cross sectional research multiple
regression analysis with hypothesis test. Sampling using purposive
sampling techniques and data collection process using questionnaires with
Likert scale, then analyzed using the three box method.
Results: From the results of the partial test of the regression coefficient, it
is known that service quality has the highest influence, the value of the
regression coefficient β of +0.327. Overall, the variables studied, namely
service quality, price fairness, word of mouth, subjective norms and
perceived behavioral control, have a significant influence on visiting
intentions
Conclusion: This study has illustrated that if hospitals make improvements to
all indicators in service quality, they will better influence their visit intentions.
PENDAHULUAN
Rumah Sakit memiliki fungsi antara lain: penyelenggaraan pelayanan pengobatan
dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan serta penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan. Kesehatan adalah hal yang sangat dibutuhkan bagi manusia, karena itu
masyarakat menjadi semakin aware akan pentingnya kesehatan. Hal ini mendorong fasilitas
pelayanan kesehatan tumbuh dengan pesat dengan berbagai fasilitas pendukung yang
dibutuhkan pasien. Sehingga menimbulkan persaingan antara fasilitas pelayanan
kesehatan. Fasilitas kesehatan bersaing untuk memperoleh kepercayaan masyarakat dengan
memberikan pelayanan terbaik dan efisien (Andrianto et al., 2020).
Keputusan memilih Rumah Sakit sebagai tempat berobat adalah hal yang
mempengaruhi tingkat kunjungan pasien yang dimediasi oleh banyak faktor. Pengambilan
intensi berkunjung dapat diambil secara hati-hati jika didukung oleh data dan informasi
yang relevan terhadap masalah yang dihadapi. Proses pengambilan keputusan pembeli
individu atas jasa-jasa professional berbeda-beda, tergantung dari jenis keputusan,
partisipasi dalam pengambilan keputusan, jenis jasa, dan beberapa faktor lainnya (Bloom
& Kotler, 1987).
Agar rumah sakit dapat bertahan ditengah persaingan yang tinggi, perlu
menghadirkan jasa dan layanan yang kompetitif sehingga pasien puas dan loyal untuk terus
menggunakan jasanya (revisit). Kepuasan pasien merupakan faktor penting untuk bisa terus
dijaga agar bisa bertahan ditengah ketatnya persaingan (Iswara & Rustam, 2021).
Kepuasan pasien seringkali dihubungkan dengan service quality dimana service
quality adalah refleksi antara persepsi harapan pasien akan layanan yang diterima dengan
layanan sesungguhnya. Service quality didefinisikan sebagai penilaian yang berkaitan
dengan keunggulan atau keunggulan layanan secara keseluruhan (Kazemi et al., 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Park et al (2021) yang dilakukan pada 540 pasien
klinik di Korea Selatan. Menujukan bahwa service quality berpengaruh signifikan terhadap
patient satisfaction dan revisit intention. Naibaho & Hariyanto (2022), hasil penelitian
menujukan bahwa service quality berperan cukup signifikan dalam mempengaruhi
keputusan pelanggan untuk kembali lagi menggunakan layanan. Pighin et al (2022),
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1113 http://sosains.greenvest.co.id
melakukan penelitian di Argentina, dengan hasil penelitian menujukan ada pengaruh yang
signifikan antara service quality terhadap revisit intention. Dari kesemua penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa service quality berpengaruh terhadap kepuasan pasien yang akan
berpengaruh kepada keputusan pasien untuk berobat kembali. Di sisi lain, terdapat bukti
yang menyatakan bahwa kepuasan tidak hanya mempengaruhi revisiting intention dan juga
word of mouth tetapi juga sebagai mediator antara service quality dan revisiting intention.
Berlawanan dengan hal diatas maka terdapat studi yang menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan korelasi yang lemah antara kepuasan dan revisit intention dan pada akhirnya
terdapat banyak studi yang gagal menunjukkan peran kepuasan pasien sebagai faktor
mediasi.(Amarantou et al., 2019)
Oleh sebab demikian, berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas,
maka peneliti menilai penelitian ini penting dilakukan dan diperlukan guna mengetahui
seberapa besar pengaruh service quality,price fairness, word of mouth serta norma subjektif
dan perceived behavioral control terhadap intensi pasien untuk berkunjung di Unit Rawat
Jalan RS “M” Jakarta.
KAJIAN TEORITIS
A. Teori Intensi Berkunjung
Model Theory of Reasoned Action (TRA) digunakan untuk mempelajari perilaku
manusia. Penelitian dalam psikolog sosial menunjukkan bahwa intensi perilaku seseorang
terhadap perilaku tertentu merupakan faktor penentu apakah iya atau tidaknya individu
dalam melakukan perilaku tersebut (Ajzen dan Fishbein, 1975). Theory of reasoned action
(TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen pada tahun 1980.
B. Teori Service Quality
Wilson et al., (2016) menyatakan “service quality, the customer's perception of the
service component of a product, is also a critical determinant of customer satisfaction” hal
ini berarti, kualitas pelayanan adalah persepsi konsumen atas sekumpulan pelayanan seunit
produk, dan juga merupakan penentu yang penting dalam mendapatkan kepuasan
konsumen. Service quality menurut Lovelock (2014), adalah suatu tolak ukur dari seberapa
baik tingkat pelayanan yang diberikan sesuai harapan pelanggan. Service quality yang baik
berarti sesuai dengan harapan pelanggan dan dilakukan secara konsisten. Menurut
Lovelock dan Wright (2017) menjelaskan bahwa ada lima dimensi yang membentuk sifat
sifat service quality, yaitu : Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy.
C. Teori Price Fairness
Price menurut menurut Kotler & Keller (2009) : Price is the amount of money
charged for a product or service”. Definisi tersebut diartikan bahwa harga adalah sejumlah
uang yang mempunyai nilai tukar untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Price adalah pandangan atau persepsi mengenai
harga bagaimana konsumen memandang harga tertentu (tinggi, rendah, wajar)
mempengaruhi pengaruh yang kuat terhadap maksud membeli dan kepuasan membeli
(Schiffman & Kanuk, 2010). Menurut (Kotler & Amstrong, 2018), harga adalah sejumlah
uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan
para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk
dan jasa. Price diartikan sebagai bentuk keterjangkauan harga dari layanan perawatan
kesehatan dan transparansi dalam penagihan (Swain & Singh ,2021).
D. Teori Word of Mouth
Word of Mouth Marketing adalah komunikasi tentang produk antara orang-orang
yang dianggap independen dari perusahaan. yang menyediakan produk. Komunikasi ini
dilakukan dalam medium yang akan dianggap independen dari perusahaan. Menurut Kotler
& Keller, (2012) Word of Mouth (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan
proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu maupun
kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi
secara personal. Word of mouth atau komunikasi dari mulut ke mulut adalah pertukaran
Analisa Pengaruh Service Quality, Price Fairness, Word of
Mouth, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral
Control Terhadap Intensi Berkunjung Di Unit Rawat Jalan
Rs “M” Jakarta
2023
Nurullah Armyta, Sandra Dewi, Supriyantoro 1114
pendapat atau gagasan yg dilakukan oleh dua orang atau lebih dimana tidak satupun
merupakan sumber pemasaran (Lam & Mizerski, 2005) (Minor dan Mowen, 2010).
E. Teori Norma Subjektif
Fisbein dan Ajzen (1972) mendefinisikan norma subjektif sebagai adanya tekanan
untuk melakukan sesuatu. Keyakinan seseorang mengenai pengaruh lingkungan sosial
terhadap dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Norma subjektif
merujuk pada anggapan bahwa sesorang atau grup tertentu akan menyetujui dan
mendukung prilaku tersebut. Norma subjektif ditentukan oleh tekanan sosial yang diterima
oleh individu untuk berprilaku tertentu dan juga motivasi dari orang itu sendiri untuk
menuruti. Pengaruh dari norma subjektif untuk membentuk anggapan dianggap lebih lemah
dari penelitian sebelumnya dibanding sikap. (Ham, Jeger, and Ivković 2015)
F. Kerangka Teoritik dan Hubungan Antar Variabel
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Service Quality, Price Fairness,
Word of Mouth, Norma Subjektif Dan Perceived Behavioral Control sebagai variabel
independen; Intensi berkunjung sebagai variabel dependen.
G. Hipotesis
Sesuai dengan masalah yang di teliti, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai
berikut :
1) Hipotesis 1
H0 : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara service quality, price
fairness, word of mouth, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap intensi
berkunjung , nilai β > 0 dan nilai t hitung < t tabel atau nilai sig > α
H1: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara service quality, price fairness,
word of mouth, norma subjektif dan perceived behavioral control terhadap intensi
berkunjung, nilai β < 0 dan nilai t hitung > t tabel atau nilai sig < α
2) Hipotesis 2
H0 : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara service quality dan intensi
berkunjung, nilai β > 0 dan nilai t hitung < t tabel atau nilai sig > α
H2: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara service quality terhadap intensi
berkunjung, nilai β < 0 dan nilai t hitung > t tabel atau nilai sig < α
3) Hipotesis 3
H0 : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara price fairness dan intensi
berkunjung, nilai β > 0 dan nilai t hitung < t tabel atau nilai sig > α
H3: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara price fairness terhadap intensi
berkunjung, nilai β < 0 dan nilai t hitung > t tabel atau nilai sig < α
4) Hipotesis 4
H0 : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara word of mouth dan intensi
berkunjung, nilai β > 0 dan nilai t hitung < t tabel atau nilai sig > α
H4: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara word of mouth terhadap intensi
berkunjung, nilai β < 0 dan nilai t hitung > t tabel atau nilai sig < α
5) Hipotesis 5
H0 : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara norma subjektif dan
intensi berkunjung nilai β > 0 dan nilai t hitung < t tabel atau nilai sig > α
H5:Terdapat hubungan positif dan signifikan antara norma subjektif , terhadap
intensi berkunjung, nilai β < 0 dan nilai t hitung > t tabel atau nilai sig < α
6) Hipotesis 6
H0 : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara perceived behavioral
control dan intensi berkunjung nilai β > 0 dan nilai t hitung < t tabel atau nilai sig > α
H6: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara perceived behavioral control ,
terhadap intensi berkunjung, nilai β < 0 dan nilai t hitung > t tabel atau nilai sig < α
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1115 http://sosains.greenvest.co.id
METODE PENELITIAN
Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian kuantitatif cross sectional
analisa regresi dengan uji hipotesis (hypothesis test). Uji hipotesis bertujuan untuk
menjelaskan dan menganalisis pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya
dalam model penelitian yang disusun. Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh objek
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pada unit rawat jalan di Rumah Sakit “M”
Jakarta dengan rata-rata kunjungan pasien rawat jalan per minggu selama Januari sd
Oktober 2022 sebanyak 219 orang. Proses pengumpulan data menggunakan kuisioner
dengan skala likert, selanjutnya dianalisis menggunakan three box method (Bell et al.,
2022; Greener, 2022; Zikmund et al., 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 61 orang pasien dengan jenis kelamin laki-laki
atau 42% sedangkan perempuan mendominasi yaitu 84 orang atau 58%. Berdasarkan usia,
pasien dengan usia <15 tahun sebanyak 3%, usia 15 sd 25 tahun 28%, usia 26 sd 35 tahun
sebanyak 32%, 36 sd 45 tahun sebanyak 23% dan lebih dari 40 tahun sebanyak 12%.
Berdasarkan pendidikan, SD/SMP hanya 1%, SMA 16%, Diploma 26% dan yang paling
banyak adalah pendidikan Sarjana sebanyak 57%. Berdasarkan pekerjaan didominasi oleh
pasien dengan status sebagai Pegawai swasta yaitu 45%, Ibu Rumah Tangga 27%,
PNS/Polri/TNI 8%, Wirausaha 10% dan masih dengan status pelajar/mahasiswa sebanyak
10%.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas menggunakan teknik korelasi produk moment dari pearson, dan
bertujuan untuk menguji dari setiap butir pertanyaan dengan menghubungkan dari setiap
skor butir pertanyaan dari skor total jawaban yang diperoleh dari jawaban kuesioner oleh
responden. Nilai r-tabel dengan responden 30, diketahui nilai degree of freedom/derajat
kebebasan (df) yaitu df (n-2) atau 30-2 = 28, bila tingkat signifikansinya 5%, maka r-tabel
nya adalah 0,3610 dan akan dinyatakan valid, bila r-hitung > r-tabel. Untuk uji reliabilitas
ini dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dimana suatu instrumen
dinyatakan reliabel jika nilai koefisiensi reliabilitas lebih besar dari 0,6 atau lebih.
C. Analisa Deksripsi Pada Masing-Masing Variabel (Three Box Method)
Diperoleh hasil untuk variabel Service Quality yang terdiri dari 15 butir pernyataan,
diperoleh nilai rata-rata indeks dari keseluruhan butir pernyataan yaitu sebesar 115,9 dan
masuk ke dalam kategori “Tinggi”. Berdasarkan semua butir pernyataan diatas yang
menunjukkan nilai tertinggi dengan nilai indeks sebesar 121,0 pada dimensi reliability
ditunjukkan pada kalimat “Staf medis pada rumah sakit “M” Jakarta memberikan diagnosis
yang akurat” dan butir pernyataan dengan nilai indeks terendah sebesar 111,4 adalah pada
pada dimensi empathy kalimat “Staf medis rumah sakit M” Jakarta bersabar dalam
menangani keluhan pasien”. Dimana 17% merasa bahwa kesabaran staf masih belum baik,
sehingga perlu dievaluasi dan dilakukan perbaikan di dalam indikator kualitas pelayanan.
Diperoleh hasil untuk variabel Price Fairness yang terdiri dari 9 butir pernyataan,
diperoleh nilai rata-rata indeks dari keseluruhan butir pernyataan yaitu sebesar 116,3 dan
masuk ke dalam kategori “Tinggi”. Berdasarkan semua butir pernyataan diatas yang
menunjukkan nilai tertinggi dengan nilai indeks sebesar 1201,0 pada butir pernyataan
“Harga layanan lebih baik dibandingkan dengan rumah sakit lainnya” dan dan butir
pernyataan dengan nilai indeks terendah sebesar 112,6 adalah pada kalimat “Harga layanan
pada rumah sakit “M” Jakarta transparan/ tidak ada yang ditutupi”. Dimana sebanyak 20%
merasa tidak setuju akan transparansi harga di RS. Dapat disimpulkan bahwa harga layanan
di rumah sakit “M” sudah kompetitif namun harga layanan harus transparan seperti yang
diharapkan oleh pasien.
Analisa Pengaruh Service Quality, Price Fairness, Word of
Mouth, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral
Control Terhadap Intensi Berkunjung Di Unit Rawat Jalan
Rs “M” Jakarta
2023
Nurullah Armyta, Sandra Dewi, Supriyantoro 1116
Diperoleh nilai rata-rata indeks dari keseluruhan butir pernyataan yaitu sebesar
1112,5 dan masuk ke dalam kategori “Tinggi”. Berdasarkan semua butir pernyataan diatas
yang menunjukkan nilai tertinggi pada dimensi merekomendasikan dengan nilai indeks
sebesar 114,6 pada butir pernyataan “Saya mendapat rekomendasi dari orang-orang
terdekat tentang RS “M”” dan butir pernyataan dengan nilai indeks terendah sebesar 109,0
adalah pada kalimat “Saya termotivasi untuk datang ke RS “M” Jakarta karena orang-orang
terdekat. Sebanyak 19% membantah bahwa kedatangannya ke rawat jalan RS “M”
disebabkan motivasi dari rekomendasi orang-orang terdekatnya .Dapat disimpulkan bahwa
dimensi word of mouth sudah cukup , namun dalam hal mendapat dorongan belum ada
motivasi dari orang-orang terdekat.
Diperoleh nilai rata-rata indeks dari keseluruhan butir pernyataan yaitu sebesar 116,5
dan masuk ke dalam kategori “Tinggi”. Berdasarkan semua butir pernyataan diatas yang
menunjukkan nilai tertinggi dengan nilai indeks sebesar 117,6 pada butir pernyataan
“Rekan kerja saya menyarankan berobat ke rumah sakit “M” Jakarta” dan butir pernyataan
dengan nilai indeks rendah sebesar 115,8 adalah pada kalimat “Saya cenderung mengikuti
pendapat orang tua untuk berobat di rumah sakit “M” Jakarta” dan Teman saya berpendapat
sebaiknya saya berkunjung ke rumah sakit yang tersedia banyak dokter yang berkompeten.
Kedua butir ini menunjukkan bahwa norma subjektif pasien yang datang untuk berkunjung
dikarenakan suatu nilai rumah sakit yang tertanam masih memerlukan perbaikkan.
Diperoleh nilai rata-rata indeks dari keseluruhan butir pernyataan yaitu sebesar 113,8
dan masuk ke dalam kategori “Tinggi”. Berdasarkan semua butir pernyataan diatas yang
menunjukkan nilai tertinggi dengan nilai indeks sebesar 115,8 pada butir pernyataan adalah
pada kalimat Harga Obat yang digunakan cukup murah dibandingkan dengan rumah sakit
lain dan butir pertanyaan dengan nilai indeks terendah yakni 111,0 adalah Fasilitas pada
RS “M” nyaman dan lengkap sehingga membuat nyaman pasien dan keluarga . Pada nilai
terendah ini didapatkan 25% responden tidak setuju bahwa fasilitas nyaman dan lengkap
sehingga sebagai RS dengan bangunan yang lama saat ambil alih maka perlu dipikirkan
upaya peremajaan dan renovasi bertahap.
Diperoleh nilai rata-rata indeks dari keseluruhan butir pernyataan yaitu sebesar 113,1
dan masuk ke dalam kategori “Tinggi”. Berdasarkan semua butir pernyataan diatas yang
menunjukkan nilai tertinggi ditunjukkan pada kalimat “Secara keseluruhan kualitas
pelayanan pada rumah sakit “M” Jakarta cukup baik” dan kalimat Harga pelayanan pada
Rumah sakit “M” Jakarta sesuai dengan pelayanan yang saya terima” yaitu sebesar 118,6,
dengan nilai indeks tersebut telah menunjukkan bahwa secara keseluruhan kualitas
pelayanan di rumah sakit “M” sudah cukup baik. Namun perlu menjadi perhatian bahwa
nilai terendah pada kalimat Saya berkunjung ke rumah sakit “M” Jakarta karena
pengalaman orang lain meyakinkan saya yaitu sebesar 109 dimana didapatkan bahwa 14,4
% responden tidak berpendapat bahwa kunjungannya ke poliklinik RS “M” didasari oleh
pengaruh pengalaman orang lain. Dimensi norma subjektif sendiri paling rendah nilainya
dibandingkan dimensi lainnya . Hal ini perlu menjadi evaluasi dan perhatian lebih lanjut
karena norma subjektif berpengaruh terhadap intensi.
Hasil Uji Parsial Koefiisien Regresi
a) Pengaruh Service Quality Terhadap Patient Intention
Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung untuk variabel Service Quality adalah
5,577 > dari t tabel 1,656 (df 138) pada tingkat signifikansi sebesar 0,000 dengan nilai
koefisien regresi β sebesar +0,327. Karena nilai p-value 0,000< 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel Service Quality berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap Patient Intention. Dengan demikian hipotesa H2 yang menyatakan bahwa
“terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara Service Quality terhadap Patient
Intention pada pasien Rumah Sakit “M” Jakarta”, diterima. Sehingga bilamana dilakukan
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1117 http://sosains.greenvest.co.id
perbaikkan dan konsistensi yang terus-menerus pada service quality maka akan
meningkatkan intesi untuk berobat ke RS “M” Jakarta.
b) Pengaruh Price Fairness Terhadap Patient Intention
Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung untuk variabel Price Fairness adalah 2,350
yang lebih dari t tabel 1,656 (df 138) pada tingkat signifikansi sebesar 0,020 <0,05 dengan
nilai koefisien regresi β sebesar +0,140 maka dapat disimpulkan bahwa variabel Price
Fairness berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Patient Intention. Dengan
demikian hipotesa H3 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif antara Price Fairness terhadap Patient Intention pada pasien Rumah Sakit “M”
Jakarta” diterima.
c) Pengaruh Word-of-Mouth Terhadap Patient Intention
Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung untuk variabel Word-of-Mouth adalah
5,112 > t tabel 1,656 (df138) pada tingkat signifikansi sebesar 0,000 <0,05 dengan nilai
koefisien regresi β sebesar +0,224 maka dapat disimpulkan bahwa variabel Word-of-Mouth
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Patient Intention. Dengan demikian
hipotesa H4 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara
Word-of-Mouth terhadap Patient Intention pada pasien Rumah Sakit “M” Jakarta”
diterima.
d) Pengaruh Subjective Norm Terhadap Patient Intention
Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung untuk variabel Subjective Norm adalah
3,484> t tabel 1,656 (df138) pada tingkat signifikansi sebesar 0,001 <0,05 dengan nilai
koefisien regresi β sebesar +0,149 maka dapat disimpulkan bahwa variabel Subjective
Norm berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Patient Intention. Dengan
demikian hipotesa H5 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif antara Subjective Norm terhadap Patient Intention pada pasien Rumah Sakit “M”
Jakarta”, diterima.
e) Pengaruh Behavior Control Terhadap Patient Intention
Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung untuk variabel Behavior Control adalah
3,607> t tabel 1,656 pada tingkat signifikansi sebesar 0,000 <0,005 dengan nilai koefisien
regresi β sebesar +0,153. Karena nilai p-value maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Behavior Control berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Patient Intention.
Dengan demikian hipotesa H6 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan
dan positif antara Behavior Control terhadap Patient Intention pada pasien Rumah Sakit
“M” Jakarta”, diterima. (Ghozali & Latan, 2015)
D. Pembahasan Hasil Penelitian
i. Pengaruh Service Quality, Price Fairness, Word Of Mouth, Norma
Subjektif, dan Perceived Behavioral Control Terhadap Intensi Berkunjung
di Unit Rawat Jalan RS MTSJ
Berdasarkan Analisa hipotesis H1 yang menyatakan terdapat hubungan positif dan
signifikan antara service quality, price fairness, word of mouth, norma subjektif dan
perceived behavioral control terhadap intensi berkunjung diterima. Artinya semakin baik
nilai dari variabel-variabel tersebut maka semakin tinggi keinginan pasien untuk berobat di
unit rawat jalan rumah sakit “M” Jakarta.
Sesuai dengan teori Fishbein dan Ajzen maka intensi ini memang dipengaruhi oleh
keyakinan dan juga sikap. Dalam penelitian ini sikap dinilai dari respon individu terhadap
service quality, harga dan juga word of mouth. Didukung juga oleh persepsi individu yang
dinilai dari norma subjektif dan juga perceived behavioral control. Dari analisa 3 box
method nilai yang terendah pada norma subjektif, hal ini dapat dipahami bahwa sebagai
rumah sakit yang relatif baru beroperasional maka belum terbentuk suatu persepsi pada
pasien untuk secara insting memilih rumah sakit ini, demikian pula belum banyak keluarga
atau orang terdekat yang telah memiliki pengalaman berobat di rumah sakit ini
sebagaimana halnya rumah sakit lama yang telah ada dari lintas generasi. Norma subjektif
ditentukan oleh tekanan sosial yang diterima oleh individu untuk berprilaku tertentu dan
Analisa Pengaruh Service Quality, Price Fairness, Word of
Mouth, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral
Control Terhadap Intensi Berkunjung Di Unit Rawat Jalan
Rs “M” Jakarta
2023
Nurullah Armyta, Sandra Dewi, Supriyantoro 1118
juga motivasi dari orang itu sendiri untuk mengikuti (Ham,Jeger and Ivkovic, 2015) Namun
memang ini sesuai dengan Armitage dan Corner (2001) bahwa tidak selalu kepercayaan
normatif terkait dengan intensi. Dewasa ini pengaruh sosial media cukup tinggi dalam
menentukan prilaku yang kadang norma subjektif terbentuk cukup kuat dalam hal ini. Dari
analisa 3 box method pula didapatkan nilai tertinggi pada dimensi Perceived Behavioral
Control yang menunjukkan anggapan bahwa harga yang ditetapkan tidak membuat pasien
merasa tidak sanggup untuk datang berobat.
Persepsi service quality akan membantu penyedia layanan kesehatan untuk
mendeteksi kesenjangan dalam layanan dan proses yang membutuhkan perbaikan.
Penyedia merasa bahwa memuaskan pasien dapat menghemat waktu dan uang yang
dihabiskan untuk menyelesaikan keluhan pasien di masa depan.
Menjadi tantangan tersendiri sebagai rumah sakit yang baru diambil alih dengan
branding nama baru dengan volume kunjungan pasien yang masih rendah. Informasi dan
keterangan di lapangan menunjukkan secara keseluruhan strategi pemasaran dan
pengembangan Rumah Sakit sudah memikirkan variabel dari penelitian ini namun dalam
evaluasinya dikatakan diperlukan ketajaman dan terperinci dalam breakdown
pelaksanannya untuk itu diperlukan kehandalan dan pengalaman person in charge untuk
dapat survive dan berkompetisi dalam persaingan Rumah Sakit.
ii. Pengaruh Service Quality Terhadap Intensi Berkunjung di Unit Rawat
Jalan RS MTSJ
Berdasarkan hasil analisa hipotesa H2 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh
yang signifikan dan positif antara Service Quality terhadap Patient Intention pada pasien
Rumah Sakit “M” Jakarta”, diterima. Artinya semakin baik kualitas pelayanan yang
diterima pasien akan berdampak terhadap tingginya keinginan pasien untuk berobat di unit
rawat jalan RS tersebut.
Sesuai Haque et al, 2020 service quality telah menjadi strategi perusahaan yang
penting bagi organisasi perawatan kesehatan. Untuk menjadi penyintas yang sukses dalam
lingkungan yang kompetitif, sangat penting untuk memberikan layanan yang memenuhi
atau melebihi harapan mereka kepada penerima layanan kesehatan. Menurut Zeithaml et
al. (2013) service quality merupakan komponen dari satisfaction. Hal ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siripipatthanakul (2021), penelitian pada 352 pasien klinik
di Thailand, hasil penelitian menujukan bahwa service quality (Tangibles, Reliability dan
Empathy) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pasien untuk
menggunakan kembali layanan kesehatan
Fokus pada service quality yang menjadi strategi rumah sakit nampak pada hasil
penilaian responden aspek tangibility seperti penampilan, sarana dan prasarana tampak
cukup baik. Dimensi empathy tampak memerlukan perbaikkan meskipun skornya tinggi
tapi komposisinya terendah dibanding yang lainnya kurangnya kesabaran staf medis dalam
menghadapi keluhan termasuk yang paling rendah menurut 16,5% responden, hal ini perlu
mendapat perhatian dikarenakan menurut Janet&Luk (2019) Kualitas yang dirasakan
layanan dapat menghasilkan intensi pengguna untuk membeli lagi, terlepas dari efek
kualitas terhadap kepercayaan dan kepuasan. Empathy termasuk kualitas dasar dalam
layanan kesehatan dimana adanya aspek perhatian dan rasa kedekatan dan diperhatikan
yang menjadi aspek penting dalam layanan kesehatan yang akan mendukung keinginan
untuk berobat atau datang kembali sesuai dengan Siripipatthanakul (2021), .Naibaho &
Hariyanto (2022) , Pighin et al (2022). Di sisi lain hasil dari 3 box method menunjukkan
dimensi reliability sehubungan dengan ketepatan diagnosa sudah cukup baik. Adanya unsur
dimensi ini dapat mendorong kepuasan yang berujung kepada kunjugan kembali.
Karena itu walaupun secara keseluruhan baik tapi dapat disusun langkah perbaikkan
seperti program pelatihan service excellence yang disesuaikan dengan standar customer
care yang berfokus pada persepsi pasien. Hal ini sesuai dengan (Lovelock,2014) dimana
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1119 http://sosains.greenvest.co.id
penyedia merasa bahwa memuaskan pasien dapat menghemat waktu dan uang yang
dihabiskan untuk menyelesaikan keluhan pasien di masa depan.
service quality dievaluasi setiap minggunya salah satunya melalui pembahasan feed
back pasien yang dikumpulkan oleh tim customer relation, media sosial dan juga marketing
dan segera ditindaklanjuti. Dimulai dari tahun lalu manajemen bekerjasama dengan unit
hospitality dari luar menyelenggarakan pelatihan customer care yang menyangkut cara
berhadapan dan berkomunikasi dengan pelanggan. Selain itu manajemen juga mulai
membuat program penghargaan untuk staf medis yang mendapat apresiasi dari pelanggan.
service quality menjadi titik berat perhatian Rumah Sakit dalam rencana strategisnya
karena dalam industry layanan Kesehatan, aspek ini dianggap sebagai penentu dalam
mempertahankan dan menaikkan jumlah pasien karena akan melibatkan aspek lainnya
terkait kepuasan pasien dan keinginan untuk berkunjung kembali.
iii. Pengaruh Price Fairness Terhadap Intensi Berkunjung di Unit Rawat Jalan
RS MTSJ
Berdasarkan hasil analisa hipotesa H3 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh
yang signifikan dan positif antara Price Fairness terhadap Patient Intention pada pasien
Rumah Sakit “M” Jakarta”, diterima.
Referensi tingkat kewajaran harga mendapat aspek tertinggi pada dimensi tingkat
kewajaran harga dimana menurut Swain and Singh (2021)price fairness price diartikan
sebagai bentuk keterjangkauan harga dari layanan perawatan kesehatan dan transparansi
dalam penagihan. Diikuti dengan dimensi konsumen merasa membayar harga yang wajar
dan dapat diterima (Muskat et al, 2019) Secara emosional dimana konsumen merasa harga
yang ditetapkan merupakan sebuah etika memang terendah dalam perhitungan three box
method sesuai dengan Pantouvakin dan Bouranta (2014) bahwa kepuasan pasien dalam
kaitannya dengan kunjungan kembali tidak hanya People, Process dan Physical Evidence
yang baik, penetapan harga yang sesuai juga berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Price
fairness juga berhubungan dengan penilaian konsumen (dikaitkan dengan unsur emosi)
terhadap harga dari penjual, apakah terdapat perbedaan (atau kurangnya perbedaan) antara
harga penjual dan harga dari pesaing lain masih masuk akal, dapat diterima dan dapat
dijustifikasi (Xia et al., 2004). Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Amriza &
Susanto (2017) dimana hasil penelitian menujukan bahwa harga berpengaruh positif dan
signifikan terhadap revisit intention pada poliklinik di Rumah Sakit X. Cakici et al., (2019),
penelitian dilakukan di Turkey, hasil penelitian menujukan bahwa Price Fairness
berdampak positif dan signifikan terhadap Patient Satisfaction dan keinginan berkunjung
kembali. Jadi dapat dikatakan bahwa selain kualitas pelayanan yang baik, tempat pelayanan
kesehatan yang nyaman, persepsi konsumen terhadap price fairness berkontribusi
signifikan terhadap kepuasan konsumen . Walaupun secara keseluruhan baik namun masih
ada kekurangan dalam etika penetapan harga dimana transparansi harga sebanyak 20,6%
responden merasa masih belum transparan harga yang ditetapkan yakni dimana
sesungguhnya yang membuat pasien datang berobat merasa aman dan nyaman adalah
adanya suatu kepastian harga yang dapat dipercaya dan tidak adanya harga tersembunyi
atau yang mendadak muncul kemudian yang melenceng dari rencana pasien terutama segi
pembiayaan. Dari dimensi referensi tingkat kewajaran harga maka rumah sakit dinilai
cukup baik oleh pasien yang datang dibandingkan dengan rumah sakit pesaing sekitarnya.
Dalam hal ini rumah sakit “M” yang memiliki target pasaran premium dengan
layanan mutakhir yang didukung alat-alat yang canggih dan juga program perekrutan
dokter yang memiliki reputasi interaksi yang baik dengan pasien disamping kehandalan
dari spesialisasinya yang menjadi strategi rumah sakit diharapkan mendukung komponen
price fairness , disamping bertanggung jawab untuk komitmen terhadap harga yang
transparan
iv. Pengaruh Word Of Mouth (WOM) Terhadap Intensi Berkunjung di Unit
Rawat Jalan RS MTSJ
Berdasarkan hasil maka dapat disimpulkan bahwa variabel Word-of-Mouth
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Patient Intention. Dengan demikian
Analisa Pengaruh Service Quality, Price Fairness, Word of
Mouth, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral
Control Terhadap Intensi Berkunjung Di Unit Rawat Jalan
Rs “M” Jakarta
2023
Nurullah Armyta, Sandra Dewi, Supriyantoro 1120
hipotesa H4 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara
Word-of-Mouth terhadap Patient Intention pada pasien Rumah Sakit “M” Jakarta”,
diterima.
Saat pelanggan membagikan pengalaman dan kesan positif mereka, WOM memiliki
efek positif pada intensi untuk kunjungan ulang (W. G. Kim et al., 2009). Dimensi
membicarakan dan merekomendasikan mendapatkan nilai indeks tertinggi dalam three box
method, dapat dinilai bahwa sebagian besar pembicaraan dengan orang yang memiliki
pengalaman berkunjung di rumah sakit ini memiliki pengalaman cukup baik dan memiliki
kemungkinan untuk berkunjung kembali sesuai dengan Liu&Lee (2016) sehingga
pengalaman inilah yang dibagikan ke kerabat dan kolega untuk kemudian mereka ber
intensi untuk berkunjung kembali(Nikookar et al., 2014). Dalam industri layanan promosi
dari mulut ke mulut telah disarankan untuk memiliki efek langsung pada intensi
mengunjungi kembali, oleh karena itu, ketika pelanggan puas dengan pengalaman layanan
menjadi aspek promosi tersendiri yang cukup efektif (Cantallops & Salvi, 2014). Pujian
WOM harus berhubungan positif dengan intensi mengunjungi kembali lokasi wisata (Liu
& Lee, 2016).
Seorang pasien yang puas akan mendatangkan pasien-pasien yang lain dimana hal
ini menjadi suatu kekuatan tersendiri dari segi pemasaran meskipun demikian nilai
terendah dari dimensi mendorong yakni motivasi dari orang-orang terdekat sebanyak
17,9% sesuai dengan pernyataan bahwa WOM cenderung lebih singkat sehingga terkadang
sulit untuk masuk ke dalam memori (Stern 1994) jadi bisa saja karena sifat dari word of
mouth ini yang cenderung tidak terstruktur dan berulang untuk diterima lawan bicara maka
tidak terlalu mendorong pasien secara kuat untuk kunjungan.
Rumah sakit “M” amat peduli terhadap komplain atau umpan balik dari pasien yang
datang berobat dan selalu menghubungi dan memberi perhatian terhadap ketidaknyamanan
yang dirasakan pasien, sehingga tampaknya sudah sadar betul akan efek promosi yang bisa
didapatkan dari word of mouth.Kegiatan CSR cukup sering dilakukan rumah sakit. Dalam
setahunnya kegiatan ini minimal 3 kali. Utamanya dilakukan pada area penduduk terdekat
selain itu juga support pada kegiatan-kegiatan keagamaan dan juga kegiatan sosial yang
bekerjasama dengan pihak ketiga seperti bakti sosial bibir sumbing bersama smile train
yang diharapkan pula membantui membangun branding rumah sakit melalui word of
mouth.
v. Pengaruh Subjective Norm Terhadap Intensi Berkunjung di Unit Rawat
Jalan RS MTSJ
Berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan bahwa variabel Subjective Norm
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Patient Intention. Dengan demikian
hipotesa H5 yang menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara
Subjective Norm terhadap Patient Intention pada pasien Rumah Sakit “M” Jakarta”
diterima. Norma subjektif adalah pendapat yang dirasakan oleh orang yang signifikan atau
memiliki hubungan dekat kepada individu yang mempengaruhi pengambilan keputusan
(Han&Kim,2010). Dibanding variable lain norma subjektif dalam three box method
memiliki nilai total indeks tertinggi. Dewasa ini banyak sekali informasi dari luar dan
bertubi terutama dari media sosial yang turut mempengaruhi norma subjektif disamping
tingkat interaksi dan pergaulan seseorang, sesuai dengan Ajzen dan Fishbein (1972) dan
juga menurut Taylor dan Todd Norma subjektif sebagaimana didefinisikan adalah terletak
di dalam diri namun bukan setara dengan rangka norma sosial, sementara norma sosial
mengacu pada suatu rentang yang lebih dapat diterima namun juga bukan mesti pada suatu
tindakkan dimana indikator yang mengkarakteristikkan prilaku ini adalah pengaruh internal
dan eksternal.
Dari hasil kuesioner yang ada didapatkan bahwa kebanyakan pengaruh dari rekan
kerja sebagai faktor eksternal yang paling banyak mempengaruhi intensi pasien untuk
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1121 http://sosains.greenvest.co.id
berobat dengan indeks 117,6. Faktor internal yakni pengaruh dari orang tua kurang
mendapatkan porsi hal ini mungkin dikarenakan masih rendahnya tingkat paparan keluarga
di rumah sakit “M” dimana 22% merasa tidak mendapat paparan mengenai rumah sakit ini
dari orang tua, hal ini bisa dicermati dikarenakan lokasinya yang berada di area
perkantoran, keberadaan rumah sakit yang relatif baru sehingga belum terpapar antara
generasi dan juga faktor psikososial dimana dewasa ini kurangnya waktu interaksi dengan
orang tua. Nilai internal dari faktor orang tua dan keluarga bisa didapatkan dengan
memperluas paparan pasien ke area di luar lokasi rumah sakit yang terletak di area
perkantoran dan secara tidak langsung kegiatan-kegiatan sosial yang direncanakan juga
membentuk suatu persepsi subjektivitas ini. Dengan adanya kesan yang baik dan juga
perluasan dari area layanan akan meningkatkan paparan orang dan bila dilakukan secara
terus menerus akan membentuk norma subjektif dari pasien. Pengembangan layanan digital
marketing menjadi salah satu perhatian pengembangan marketing Rumah Sakit. Paparan
terhadap keberadaaan layanan rumah sakit yang disesuaikan dengan target segmentasi
pasar melalui tampilan media elektronik diharapkan mempercepat pengaruh terhadap
norma subjektif ini.
vi. Pengaruh Perceived Behavioral Control Terhadap Intensi Berkunjung di
Unit Rawat Jalan RS MTSJ
Berdasarkan hasil analisa bahwa variabel Behavior Control berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap Patient Intention. Dengan demikian hipotesa H6 yang
menyatakan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara Behavior Control
terhadap Patient Intention pada pasien Rumah Sakit “M” Jakarta”, diterima.
Peralatan canggih di Rumah sakit “M” dirasakan cukup baik dan mutakhir sesuai
dengan teknologi terkini , hal ini tercermin dari dimensi facility resource dalam hal ini
sesuai dengan Alam et,al (2014) dan Huang&Ge (2019) bahwa PBC terkait sejauh mana
seseorang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melakukan suatu perilaku. Kontrol
perilaku yang dirasakan sangat terkait dengan keyakinan seseorang tentang pengaruh faktor
situasional dan internal untuk memfasilitasi perilaku dimana keyakinan bahwa rumah sakit
memiliki fasilitas yang mumpuni mendorong untuk berkunjung ke Rumah Sakit.
Dari hasil 3 box method tampak bahwa pasien tidak merasa bahwa fasilitas di rumah
sakit “M” cukup baik yakni sebanyak 23,4%. Sebagai Rumah Sakit dengan bangunan lama
saat diambil alih dan juga jumlah pasien yang belum tetap dan cenderung sedikit untuk
rawat jalan maka peru dilakukan pembaharuan dan renovasi secara berkala dalam
pengembangan bertahap ke depannya supaya dapat menjadi rumah sakit yang sesuai
dengan perkembangan jaman, memenuhi ekspektasi pasien dan dapat menjadi one stop
service ke depannya hingga pasien merasa yakin, aman dan nyaman untuk berobat.Dari
dimensi self efficacy pasien merasa harga obat di rumah sakit “M” sudah cukup bersaing
Bilamana didukung oleh fasilitas yang baik maka akan mendukung kinerja rumah sakit
dalam mencapai sasaran .
Tampilan yang bagus dan modern seuai dengan perkembangan jaman yang dapat
menimbulkan harapan kenyamanan dan keyakinan. Faktor perceived behavioral control
yang ingin diciptakan bergantung pada segmen yang ingin digapai. Secara bangunan maka
rumah sakit ini lebih cenderung kepada rumah sakit butik dengan layanan privat di tengah
lingkungan elit. Potensi pasar yang disasar oleh rumah sakit adalah menengah ke atas
sehingga investasi baik fisik dan non fisik direncanakan setiap tahunnya baik dari
perbaikkan ruangan, teknologi layanan dan juga peralatan canggih.
E. Temuan Penelitian
Intensi berkunjung adalah intensi untuk datang untuk berobat di rumah sakit, intensi
ini akan semakin kuat bila didukung oleh sikap, norma subjektif serta perceived behavioral
control. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa service
quality, price fairness, word of mouth, norma subjektif dan perceived behavioral control
secara kuat dan signifikan mempengaaruhi intensi berkunjung. Dari keseluruhan variable
ini didapatkan bahwa service quality yang memiliki nilai paling dominan. Distribusi data
Analisa Pengaruh Service Quality, Price Fairness, Word of
Mouth, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral
Control Terhadap Intensi Berkunjung Di Unit Rawat Jalan
Rs “M” Jakarta
2023
Nurullah Armyta, Sandra Dewi, Supriyantoro 1122
responden didapatkan bahwa mayoritas adalah perempuan yakni 58% dengan pekerjaan
terbanyak karyawan swasta sebanyak 45% dengan tingkat pendidikan sarjana sebanyak
57% dalam rentang usia produktif yakni 26-35 tahun maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
untuk mendorong peningkatan intensi berkunjung ke rumah sakit dari ke semua variabel
diatas, penekanan atau konsentrasi dapat diutamakan pada service quality. Dari dimensi
pada service quality yakni reliability sudah cukup baik artinya kecakapan dokter dan juga
peralatan medis pendukung dianggap terpercaya. Satu hal yang sederhana dan bisa
ditingkatkan adalah dari dimensi empathy yaitu kesabaran staf medis dalam menghadapi
keluhan pasien. Peningkatan pada empathy adalah perbaikkan non tangible yang
sebenarnya cukup sederhana dan dapat langsung dikerjakan secara cepat untuk
meningkatkan kepuasan pasien yang akan mendorong peningkatan intensi berkunjung.
F. Keterbatasan Penelitian
Di dalam penelitian yang berjudul Analisa Pengaruh Kualitas Layanan, Price
Fairness, Word of Mouth, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral Control Terhadap
Intensi Berkunjung di Unit Rawat Jalan RS “M” Jakarta, tentunya memiliki berbagai
keterbatasan, diantaranya adalah penelitian ini bisa menjadi lebih detil bila
membandingkan antara satu waktu yang berikutnya terutama jika dikaitkan dengan
variabel layanan yang kesemuanya memberikan data lebih banyak bila dilakukan secara
kohort. Disamping itu penelitian secara kualitatif dapat melengkapi dan memperdalam hal-
hal yang menjadi fokus perhatian.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitin yang telah disajikan di atas, penulis memperoleh
kesimpulan bahwa semua variabel independen di dalam penelitian ini berpengaruh secara
signifikan terhadap intensi berkunjung.
Implikasi yang dapat penulis uraikan dari hasil penelitian yaitu berdasarkan variabel
penelitian yang terdiri dari service quality yaitu dengan menindaklanjuti feed back
pelanggan dan bekerjasama dengan hospitality untuk secara kontinu melakukan
perbaikkan. Dari segi price fairness dengan melakukan perbaikkan billing terkait
transparansi harga. Untuk variabel word of mouth dilakukan evaluasi kegiatan CSR dan
juga menjaga kepuasan pasien yang berobat. Dari segi norma subjektif peru dilakukan
pengembangan digital marketing untuk mendorong menanamkan norma subjektif.
Perceived behavioral control yang mempengaruhi secara kuat dan signifikan terhadap
intensi berkunjung maka perlu perbaikkan serta peremajaan bertahap terhadap gedung dan
fasilitasnya.
Perlunya membahas sejauh mana kinerja dan pencapaian serta aspek apa yang perlu
dikejar dan diperbaiki dari upaya promosi yang sudah dilakukan terutama kegiatan CSR
yang cukup sering dilakukan Rumah Sakit. Melakukan pengembangan divisi marketing
dengan mengikuti perkembangan jaman yakni melalui platform sosial media untuk
interaksi, testimoni langsung pasien sebagai sarana promosi dan branding rumah sakit.
Untuk itu perlunya diperkuat tim ini dengan sumber daya mumpuni dan fasilitas dan dana
yang cukup. Melakukan perbaikkan fasilitas Rumah Sakit secara bertahap agar tidak
mengganggu layanan namun juga untuk meningkatkan jumlah kunjungan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Amarantou, V., Chatzoudes, D., Kechagia, V., & Chatzoglou, P. D. (2019). The impact of
service quality on patient satisfaction and revisiting intentions: the case of public
emergency departments. Quality Management in Healthcare, 28(4), 200208.
Bell, E., Bryman, A., & Harley, B. (2022). Business research methods. Oxford university
press.
Volume 3, Nomor 10, Oktober 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1123 http://sosains.greenvest.co.id
Cakici, A. C., Akgunduz, Y., & Yildirim, O. (2019). The impact of perceived price justice
and satisfaction on loyalty: the mediating effect of revisit intention. Tourism Review,
74(3), 443462.
Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial least squares konsep, teknik dan aplikasi
menggunakan program smartpls 3.0 untuk penelitian empiris. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Greener, S. (2022). An introduction to business research methods. Pearson.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2018). Principles of Marketing. Edisi 15 Global Edition.
Pearson.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2012). Marketing Management (14th ed.). Prentice Hall.
Lam, D., & Mizerski, D. (2005). The effects of locus of control on wordofmouth
communication. Journal of Marketing Communications, 11(3), 215228.
Liu, C.-H. S., & Lee, T. (2016). Service quality and price perception of service: Influence
on word-of-mouth and revisit intention. Journal of Air Transport Management, 52,
4254.
Wilson, A., Zeithaml, V., Bitner, M. J., & Gremler, D. (2016). EBOOK: Services
Marketing: Integrating customer focus across the firm. McGraw Hill.
Zikmund, W. G., Babin, B. J., Carr, J. C., & Griffin, M. (2010). Business Research
Methods, Eight Edition. South Western, USA: Cengage Learning.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License.