Volume 2, Nomor 11, November 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1211 http://sosains.greenvest.co.id
Pengetahuan mengenai organ reproduksi yang rendah dapat menjadi salah satu
pemicu berbagai keluhan dan permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan kesehatan
reproduksi, khususnya dikalangan kaum wanita. Hal ini dilatar belakangi oleh peristiwa
menstruasi yang merupakan darah kotor, dan keputihan sehingga jika kurang dijaga
kebersihannya akan berpotensi terhadap timbulnya infeksi pada organ reproduksi
(Pemiliana et al., 2019)
Perilaku hygiene merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam.
Salah satu upaya untuk mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri
dengan perilaku personal hygiene. Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, yaitu
personal yang artinya perseorangan dan hygiene berarti sehat.Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Isro’in & Andarmoyo, 2012)
Dampak yang terjadi apabila perilaku personal hygiene tersebut tidak dilakukan
antara lain remaja putri tidak akan bisa memenuhi kebersihan alat reproduksinya,
penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi juga tidak terjaga, sehingga dapat terkena
infeksi saluran kemih, keputihan, kanker serviks dan kesehatan reproduksi lainnya
(Maharani & Andriyani, 2018)
Cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan remaja adalah dengan
melakukan metode peer education strategy menurut (UNICEF, 2012) adalah proses
kegiatan yang berlangsung diantara teman sebaya yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang atau sekelompok orang. Pendidik adalah
kegiatan seseorang yang lebih ke arah penyebaran informasi tertentu. Sebaya adalah
seseorang yang berasal dari sekelompok yang sama. Pendidik sebaya adalah orang yang
menyebarluaskan informasi tertentu kepada teman sebaya dengan harapan dapat
mempengaruhi sikap dan tindakan kelompok sebayanya. Prinsip utama pendidikan sebaya
adalah kegiatan yang dilakukan sukarela dengan memberikan informasi, pendampingan
atas dasar rasa peduli atas nasib dan masa depan teman sebaya. Menurut Fitriani (2011)
bahwa salah satu strategi yang digunakan dalam metode peer education yaitu strategi yang
digunakan dalam pendidikan yang membahas suatu topik dengan cara beertukar pikiran
dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama. Jumlah anggota
kelompok kecil minimal 2 dam maksimal 15 orang. (Fitriani, 2011)
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan perilaku perawatan diri
pada remaja perempuan yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan yang dapat diberikan yaitu terkait perilaku perawatan diri saat menstruasi dan
kesehatan reproduksi yang merupakan masalah penting sehingga memerlukan perhatian
dari semua pihak. Peran utama orang tua diharapkan mampu dalam memberikan
pendidikan kesehatan untuk remaja putri agar lebih terbuka tentang masalah kesehatan
reproduksi (Proverawati & Misaroh, 2014)
Dalam penelitian (Sri Lestariningsih, 2015) yang berjudul faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik higiene menstruasi melaporkan bahwa di SMPN 7
Bandarlampung 44% siswi mempunyai praktik higiene menstruasi yang buruk, 11,3%
pengetahuan mengenai higiene menstruasi tidak baik. Pengetahuan ini terbukti
berhubungan secara bermakna dengan praktek hygiene menstruasi. 18% responden tidak
terpapar informasi dari media massa mengenai praktik hygiene menstruasi. Lain halnya
dengan SMP Negeri 1 Terbanggibesar Lampung Tengah, yang terpapar informasi dan
berpengetahuan baik sebesar 59,0% namun tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan praktik higiene menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian Dinengsih & Hakim (2020) dapat diketahui bahwa rata-
rata pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelompok Metode Ceramah
adalah 66,6, dengan nilai minimum 48,4, nilai maksimum 87,1 dan standar deviasi 10,1.