Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
673 http://sosains.greenvest.co.id
Etika pada akhirnya membantu kita untuk membuat pilihan, pilihan nilai yang menjelma
dalam sikap dan perilaku kita yang sangat menentukan makna hidup ini.
Perspektif pebisnis sering dihadapkan pada suatu dilema antara pilihan berbisnis
dengan orientasi priofit atau berbisnis secara etis di Era Industri 4.0. Sedangkan pilihan lain
yaitu bisnis yang berorientasi profit sekaligus etis, yang selama ini sepertinya sulit
dilakukan, sebab kedua hal tersebut lebih sebagai pilihan orientasi yang mutually exclusive
atau saling menghilangkan dan tidak sejalan satu dengan lainnya. Apabila laba yang
sebesar-besarnya yang ingin dicapai, maka kemungkinan harus mengabaikan etika,
sebaliknya jika lebih mengutamakan etika maka mustahil diperoleh profit yang sebesar-
besarnya. Ketika bisnis secara etis masih sejalan dengan orientasi profit karena biayanya
tidak besar maka kemungkinan pelaku bisnis masih bersedia berbisnis secara etis. Namun
jika harus dihadapkan pada pilihan yang dilematis antara profit dan etika, maka fenomena
yang ada memaksa pebisnis pada pilihan yang mengutamakan profit, karena profit mutlak
diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhan bisnisnya.
Diakui oleh banyak pebisnis sangatlah sulit untuk memperoleh win-win solution
sehingga pebisnis memperoleh profit sekaligus berdimensi etis. Namun apabila
perdagangan bebas telah berjalan sepenuhnya, akan terjadi perubahan paradigma berbisnis
secara bertahap. Dimensi etika dalam bisnis menjadi kunci keberhasilan barang dan jasa
yang ditawarkan bisa diterima atau tidak diterima oleh konsumen. Suatu cara berbisnis
tidak etis yang selama ini masih bisa berjalan sukses karena berbagai jaminan dari penguasa
tertentu, akan mendapat kecaman, tekanan dan reaksi internasional. Bahkan kecenderungan
perilaku konsumen di pasar global bersedia membeli produk dengan pertimbangan etika.
Apakah suatu praktik bisnis bisa dikatakan berdimensi etis atau tidak etis bisa dikaji
dengan memahami esensi dari etika bisnis dari pandangan utilitariabism (kemanfaatan),
relativism (relativitas) dan legalism (legalitas). Menurut pandangan utilitariabism, bisnis
dinyatakan etis jika memberikan manfaat kepada banyak orang. Tetapi pandangan ini akan
akan berdampak adanya pihak-pihak yang dikorbankan. Sebagai contoh pembangunan
jalan layang jelas menguntungkan, namun dalam profit yang diperoleh pebisnis
mempunyai dampak berupa hilangnya kesempatan petani mengelola tanah produktif dan
rusaknya keseimbangan ekosistem.
Berdasarkan perspektif relativism, bisnis dinyatakan etis bila mayoritas
berpandangan setuju atau sesuatu yang bersifat umum dilakukan. Namun berbisnis secara
etis bukan merupakan pengikut relativism. Seprti misalnya banyak kasus bribery dan
extorsion yang keduanya merupakan kasus penyuapan. Pada bribery, inisial penyuapan
berasal dari pemberi (giver), sedangkan extorsion inisial penyuapan dari pihak penerima
(receiver). Demikian juga berbisnis secara etis bukan pengikut pandangan legalism, karena
berbisnis lebih dari sekedar taat pada aturan hukum yang ada, namun ketentuan legal
merupakan persyaratan minimum dari suatu tindakan bisnis yang etis. Seperti misalnya
ketentuan upah minimum, maka perusahaan yang berdimensi etis akan memberikan upah
lebih dari jumlah tersebut yaitu pemberian upah yang berorientasi pada terpenuhinya
kebutuhan karyawan lebih luas dengan memperhatikan kemampuan perusahaan secara
jujur.
Etika bisnis merupakan sesuatu yang berlaku secara universal, artinya esensi etika
bisnis berlaku di mana saja, kapan saja dan siapa saja tanpa memandang jabatan, ras,
pendidikan dan agama. Pertimbangan normatif yang menjadi basis apakah sesuatu itu baik
atau buruk mempunyai karakteristik memperhatikan sungguhsungguh seberapa besar
kerugian dan profit bagi manusia, menentang upaya memperoleh profit sendiri (override
self-interest) dan didasari pada pertimbangan yang fair. Bisnis yang berdimensi etis akan
selalu memprioritaskan sumber daya manusia dari pada modal, menghargai martabat
manusia, menghormati human right, profit sharing dan lebih memperhatikan pihak yang