1304 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 3 NOMOR 12 2023
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
ANALISIS FAKTOR PRODUKSI JARING KEJER (BOTTOM GILL
NET) TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN
(PORTUNUS PELAGICUS) DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI
(PPP) BONDET KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT
1
Sherina Prahitaningtyas,
2
Aan Sri Anjati
1
Universitas Swadaya Gunung Jati, Indonesia
2
Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon, Indonesia
Kata kunci:
RLB,
faktor produksi,
jaring kejer,
rajungan.
ABSTRAK
Latar Belakang: Penggunaan faktor produksi yang berlebihan akan menghambat
pencapaian hasil produksi yang optimal dan pengeluaran biaya yang berlebihan
sehingga merugikan nelayan. Sebaliknya, kurang optimalnya penggunaan faktor
produksi menyebabkan produksi dan pendapatan nelayan tidak maksimal.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-
faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan rajungan dengan alat
tangkap jaring kejer.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan
analisis Regresi Linier Berganda (RLB) menggunakan aplikasi SPSS.
Hasil: Berdasarkan analisis RLB dihasilkan persamaan Y = 21,220 (C)
1,248 (X
2
)
+ 9,924 (X
3
) - 583 (X
4
) + 4,741 (X
5
).
Kesimpulan:
Hasil analisis uji RLB dengan SPSS menunjukkan bahwa jika
koefisien (X
1
) total panjang jaring dianggap
konstan karena perbedaan panjang
jaring yang tidak jauh berbeda sehingga tidak
mempengaruhi produksi, peningkatan
pada (X
2
) jumlah bahan bakar minyak sebesar 1 (liter) akan mengurangi produksi
sebesar -1,248, (X
3
) setting sebanyak 1 (penurunan jaring) akan meningkatkan
produksi sebesar 9,924, (X
4
) lama perendaman sebesar 1 (jam) akan mengurangi
produksi sebesar -583, dan (X
5
)
jumlah ABK sebanyak 1 (orang) akan
meningkatkan produksi sebesar 4,741.
ABSTRACT
Background: The use of excessive production factors will hinder the achievement of
optimal production results and excessive cost expenditure to the detriment of
Volume 2, Nomor 12, Desember 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1305 http://sosains.greenvest.co.id
Keywords:
RLB,
production
factors, kejer
nets, crabs.
.
fishermen. Conversely, the less optimal use of production factors causes production
and fishermen's income to be not optimal.
Purpose: The purpose of this study is to determine and analyze production factors that
affect the catch of crabs with fishing gear.
Method: The method used in this research is a survey method with Multiple Linear
Regression (RLB) analysis using the SPSS application.
Results: Based on the RLB analysis, the equation Y = 21,220 (C) 1,248 (X2) + 9,924
(X3) - 583 (X4) + 4,741 (X5).
Conclusion: The results of the RLB test analysis with SPSS show that if the coefficient
(X1) of the total length of the net is considered constant because the difference in net
length is not much different so it does not affect production, an increase in (X2) the
amount of fuel oil by 1 (liter) will reduce production by - 1,248, (X3) setting 1 (net
lowering) will increase production by 9,924, (X4) soaking time by 1 (hour) will reduce
production by -583, and (X5) the number of crew members by 1 (person) will increase
production by 4,741.
PENDAHULUAN
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bondet meliputi wilayah perairan dan daratan
yang merupakan tempat bertambat dan berlabuhnya perahu atau kapal perikanan, tempat
pendaratan hasil perikanan dan sebagainya (Suherman, Rosyid, & Boesono, 2012). PPP
Bondet sebagai salah satu unsur prasarana ekonomi dengan tujuan untuk menunjang
keberhasilan pembangunan perikanan, terutama perikanan skala kecil. Potensi perikanan
tangkap Kabupaten Cirebon, berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Cirebon (2015) terdiri atas ikan pelagis besar (5.627 ton/tahun), ikan pelagis
kecil (11.425 ton/tahun), ikan demersal (4.261 ton/tahun), kerang (331 ton/tahun). Potensi
tersebut memungkinkan jika subsektor perikanan tangkap dapat berperan sebagai basis
ekonomi dalam peningkatan pendapatan daerah (Gumilang, 2019; Rizal, Gumilar, &
Lestari, 2017; Supriadi, 2021).
Terdapat beberapa jenis alat tangkap yang digunakan nelayan PPP Bondet
Kabupaten Cirebon sebagai mata pencahariannya. Salah satu alat tangkap tradisional yang
digunakan bagi para nelayan adalah jaring kejer (bottom gill net) (Supriadi, 2021). Jaring
kejer adalah salah satu alat tangkap berbentuk persegi panjang yang digunakan untuk
menangkap rajungan (Portunus pelagicus) di perairan pantai. Martasuganda, (2002)
menyatakan bahwa jaring kejer adalah alat tangkap yang juga disebut dengan jaring insang
satu lembar (Gillnet).
Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat diperlukan dalam proses
produksi agar tidak terjadi pemakaian faktor produksi yang terlalu berlebih atau kurang.
Penggunaan faktor produksi yang berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi
yang optimal dan pengeluaran biaya yang berlebihan sehingga merugikan nelayan.
Sebaliknya, kurang optimalnya penggunaan faktor produksi menyebabkan produksi dan
pendapatan nelayan tidak maksimal (Juliastuti, Mudzakir, & Hapsari, 2016; Supriadi,
2021).
Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor Produksi
Alat Tangkap Jaring Kejer (Bottom Gill Net) Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan
(Portunus pelagicus) di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bondet
Analisis Faktor Produksi Jaring Kejer (Bottom Gill Net)
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus
Pelagicus) Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp)
Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
2023
Sherina Prahitaningtyas, Aan Sri Anjati 1306
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk
meningkatkan hasil tangkapan rajungan dengan alat tangkap jaring kejer di PPP Bondet
Kabupaten Cirebon.
METODE PENELITIAN
Gambar 1 Lokasi Daerah Perairan PPP Bondet Kabupaten Cirebon Sumber:
ArcGIS Map, 2021
Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bondet, Desa
Mertasinga Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Penelitian ini
dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan April sampai dengan Juni 2021.
Tabel 1 Alat dan Bahan
No.
Alat Penelitian
1
Jaring Kejer
2
Perahu motor < 5 GT
3
Alat Tulis
4
Laptop
5
Stopwatch
6
Meteran
7
Kamera
Penelitian dilakukan menggunakan metode survei dengan mengambil sampel dari
kegiatan usaha unit penangkapan jaring kejer di PPP Bondet Kabupaten Cirebon. Menurut
Antika, Mudzakir, & Boesono, (2014), metode survei pada dasarnya mencari fakta dari
gejala yang ada. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematik, faktual
dan akurat mengenai faktor, karakteristik serta hubungan fenomena yang diteliti.
Menurut Antika, Mudzakir, & Boesono, (2014), teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik secara langsung. Teknik ini merupakan pengambilan
data (subyek responden), bukan berdasarkan secara acak atau daerah tetapi berdasarkan
Volume 2, Nomor 12, Desember 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1307 http://sosains.greenvest.co.id
atas adanya tujuan tertentu (purposive sampling). Menurut Sugiyono, (2020), purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang
dipilih adalah perahu yang menggunakan alat tangkap jaring kejer dalam operasi
penangkapan rajungan dan dapat mewakili para nelayan di lokasi penelitian. Sampel yang
diambil mencerminkan kondisi yang sebenarnya di lapangan dan dapat berkomunikasi
dengan peneliti seperti:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Geografi dan Iklim
Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang
terletak dibagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Propinsi
Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Cirebon memiliki luas 990,36 km2 yang berada pada
ketinggian 0-130 meter di atas permukaan laut (Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon,
2021). Berdasarkan letak geografisnya, wilayah Kabupaten Cirebon berada pada posisi
108o40’ – 108o48’ BT dan 6o30’ – 7o00’ LS, yang dibatasi oleh:
Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Indramayu
Sebelah barat Laut berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka
Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Brebes
(Jawa Tengah)
Kedalaman perairan di wilayah Kabupaten Cirebon berkisaran antara 5 meter sampai
dengan 30 meter dengan dasar perairan terdiri atas lumpur dan pasir, posisinya terlindung
oleh tanjung Indramayu serta kedalaman sangat landai berdasarkan ombak yang relatif
kecil.
Kondisi iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan
alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai, terutama bagian utara, timur, dan
barat. Sedangkan di sebelah selatan adalah daerah perbukitan dengan curah hujan yang
rata-rata per-tahun berkisaran antara 1000-3000 mm per- kubik. Jumlah curah hujan
tertinggi di bagian tengah dan selatan yaitu daerah perbukitan di kaki Gunung Ciremai.
Musim Penangkapan
Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan dilakukan sepanjang tahun, akan tetapi ada
waktu tertentu yang mengakibatkan hasil tangkapan berkurang. Hal ini diakibatkan oleh
faktor alam, seperti cuaca yang kurang mendukung.
Musim penangkapan ikan di perairan Cirebon terutama di PPP Bondet terbagi
menjadi 4 musim, yaitu musim barat, musim peralihan, musim timur, dan musim kumbang
(musim peralihan yang didahulukan oleh angin kumbang). Musim barat terjadi antara bulan
Desember hingga bulan Juni, angin tertiup dari arah barat dan barat laut dengan kecepatan
relatif tinggi dan merupakan musim hujan. Musim timur terjadi sekitar bulan Juni hingga
Agustus dengan angin yang tertiup dari arah timur dan tenggara yang mempunyai
karakteristik kering dan relatif tidak cepat (Hutabarat & Evans, 1985).
Unit Penangkapan Kejer
Perahu
Perahu yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap jaring kejer terbuat dari
kayu jati (Tectona grandis) dengan rata-rata berukuran panjang 7 meter, lebar 2 meter dan
tinggi 3 meter (Supriadi, Putri, & Widayaka, 2020). Ukuran volume perahu yang digunakan
nelayan jaring kejer yaitu 2 GT dengan tenaga penggerak yang digunakan adalah dompeng
Tienli atau kubuta yang bersifat outboard berkekuatan 20-24 PK. Mesin tersebut
ditempatkan di bagian kiri perahu, sedangkan alat tangkap jaring kejer berada di bagian
kanan perahu. Penempatan pelampung tanda dan pemberat tambahan di bagian haluan
Analisis Faktor Produksi Jaring Kejer (Bottom Gill Net)
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus
Pelagicus) Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp)
Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
2023
Sherina Prahitaningtyas, Aan Sri Anjati 1308
perahu yang bertujuan untuk mempermudah nelayan pada saat setting jaring kejer di lokasi
penangkapan.
Gambar 2. Konstruksi Perahu Jaring Kejer Sumber : Evie Erawati, 2016
Alat Tangkap
Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Bondet Kabupaten Cirebon antara lain bubu, cantrang, jaring insang, rawai dasar,
dan trammel net. Jumlah produksi yang diperoleh setiap tahun dari 5 jenis alat tangkap
sejak tahun 2015 2018 di PPP Bondet sebagaimana tertera pada tabel 2.
Tabel 2.
Data Produksi Hasil Tangkapan Ikan di PPP Bondet Tahun 2015-2018
Alat
Tangkap
Produksi Ikan (Kg)
2015
2016
2017
2018
Bubu
503,300
1.855,400
3.134,830
4.159,433
Cantrang
12.801,300
7.136,380
6.649,250
3.827,754
Jaring Insang
8.381,300
10.760,200
9.660,540
6.440,020
Rawai Dasar
539,900
954,700
1.939,200
2.711,955
Trammel Net
3.390,200
4.175,900
4.984,760
4.805,212
Total
27.545,600
30.100,000
31.212,690
21.944,374
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, 2021
Data produksi rajungan di Kabupaten Cirebon yang diperoleh dari berbagai wilayah
dan alat tangkap periode tahun 2015 2020 sebagaimana tertera pada tabel 3
Tabel 3
Data Produksi Rajungan di Kabupaten Cirebon Periode Tahun 2016 2020
No.
Tahun
Jumlah Produksi (ton)
1.
2016
5,684.00
2.
2017
5,691.04
3.
2018
4,901.95
4.
2019
5,538.42
5.
2020
6,288.21
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, 2021
Jumlah produksi rajungan berdasarkan penelitian yang dilakukan 15 perahu dengan
menggunakan alat tangkap jaring kejer dalam 1 kali trip didapatkan data kurang lebih 110
Volume 2, Nomor 12, Desember 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1309 http://sosains.greenvest.co.id
kg. Jika diakumulasikan dalam satu tahun hasil tangkapan rajungan dapat mencapai 26,4
ton. Nelayan di wilayah perairan Bondet diperkirakan menghasilkan 0,42% dari jumlah
produksi rajungan di Kabupaten Cirebon pada tahun 2020.
1. Jaring kejer umumnya berbentuk persegi panjang, panjang jaring kejer dalam 1 pieces
100-120 meter, lebar ± 1 meter dengan ukuran mata jaring ± 3,5 inci. Adapun yang alat
tangkap digunakan umumnya nelayan PPP Bondet adalah sebanyak 6 pieces atau
panjang total ± 600 meter. Konstruksi jaring kejer sebagaimana dijelaskan pada gambar
di bawah ini adapun uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut :
2. Badan jaring atau jaring utama (main net), yaitu sebuah lembaran yang tergantung pada
tali ris atas dan tali ris bawah merupakan bagian jaring yang digunakan untuk
menangkap rajungan. Badan jaring kejer umumnya terbuat dari Polyamide (PA)
monofilament dengan warna benang yang dipakai yaitu bening atau transparan agar
sasaran tangkapan tidak dapat mendeteksi keberadaan jaring di dalam perairan dengan
ukuran mata jaring (mesh size) ± 3,5 inci.
3. Tali ris atas dan bawah, terbuat dari bahan Polyethylene (PE) multifilament yang
berdiameter 0,3 0,4 cm. Tali ris atas dipasangkan pelampung, sedangkan tali ris bawah
dipasangkan pemberat.
4. Pelampung (float), terbuat dari karet (rubber) atau karet bekas sandal yang dibentuk
bulat dengan diameter 3,5 cm, dalam 1 pieces jaring terdapat ± 100 buah pelampung
dengan jarak ± 1 meter antar pelampung lainnya. Pelampung berfungsi untuk
menghasilkan gaya apung pada permukaan jaring.
5. Tali pelampung (float line), berfungsi untuk mengikat pelampung pada tali ris bagian
atas. Jenis tali yang digunakan sebagai tali pelampung terbuat dari bahan PE
Multifilament dengan diameter 2 mm. Panjang tali pelampung sama dengan panjang tali
ris atas.
6. Pemberat (sinker), pada alat tangkap jaring kejer jenis pemberat yang digunakan yaitu
timah dengan bentuk bulatan kecil berdiameter ± 0,5 cm. Timah yang digunakan dalam
satu alat tangkap jaring kejer dapat mencapai berat 8 kg dengan jarak 0,5 m antar
pemberat lainnya. Pemberat digunakan agar dapat menenggelamkan badan jaring di
dasar perairan.
7. Tali pemberat (sinker line), terbuat dari bahan PE Multifilament dengan diameter 2 mm,
yang berfungsi untuk mengikat pemberat yang terbuat dari timah dan mengaitkannya
pada tali ris bawah. Panjang tali pemberat sama dengan panjang tali ris bawah.
8. Tali selambar, terbuat dari tali tambang dengan diameter 5 mm yang berfungsi untuk
mengikat badan jaring kejer pada perahu serta ujung lainnya diikatkan pada pelampung
tanda.
9. Pelampung tanda, berfungsi sebagai tanda lokasi atau tempat dimana jaring kejer
direndam. Pelampung tanda biasanya dilengkapi dengan bendera yang mudah dikenali
oleh nelayan, dan pada bagian bawah pelampung diikatkan batu bata agar pelampung
dapat berdiri tegak.
Analisis Faktor Produksi Jaring Kejer (Bottom Gill Net)
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus
Pelagicus) Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp)
Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
2023
Sherina Prahitaningtyas, Aan Sri Anjati 1310
Gambar 3. Konstruksi Jaring Kejer Sumber : Evie Erawati, 2016
Keterangan :
1 : Tali Selambar Belakang 6 : Pemberat
2 : Tali Selambar Depan 7 : Tali Ris Atas
3 : Pelampung Tanda 8 : Tali Ris Bawah
4 : Badan Jaring 9 : Tali Pelampung
5 : Pelampung 10 : Tali Pemberat: Pelampung
11 : Tali Pemberat
Nelayan
Di wilayah PPP Bondet, nelayan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu nelayan
pemilik atau disebut juga juragan dan nelayan buruh atau pekerja. Nelayan pemilik atau
juragan yaitu nelayan yang memiliki sarana produksi dan bertanggung jawab membiayai
operasional penangkapan serta berperan dalam proses pendaratan sampai tahap pemasaran,
sedangkan nelayan buruh atau pekerja yaitu nelayan yang melakukan operasional ikan.
Data mengenai jumlah nelayan dan kapal di Kecamatan Gunungjati tahun 2020 dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data Jumlah Nelayan dan Kapal di Kecamatan Gunungjati
No
Desa
Jumlah Nelayan
Jumlah Kapal
1
Jatimerta
96
28
2
Kalisapu
394
68
3
Astana
12
10
4
Wanakaya
33
12
5
Sirnabaya
189
63
6
Grogol
621
207
7
Mertasinga
1.071
326
8
Klayan
54
26
Jumlah
2.470
740
Volume 2, Nomor 12, Desember 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1311 http://sosains.greenvest.co.id
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, 2021
Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring kejer berusia antara 20 sampai 60
tahun dengan tingkat pendidikan paling rendah tamat SD. Keterampilan menangkap ikan
dengan alat tangkap jaring kejer diperoleh secara turun temurun, hidup di lingkungan
nelayan yang sebagian besar mata pencahariannya yaitu nelayan (Rahmasari, 2017).
Kegiatan operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring kejer memerlukan
tenaga kerja 3-4 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut: Juru mudi, orang yang
bertugas untuk mengemudikan perahu. Penabur jaring, orang bertugas untuk menurunkan
jaring (setting) dan mengangkat jaring (hauling) yang dibantu oleh juru mudi.
Metode Pengoperasian Jaring Kejer
Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap yang sangat penting sebelum melakukan operasi
penangkapan dengan tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tahap
persiapan meliputi pemeriksaan perahu, pemeriksaan jaring, persiapan bahan bakar, dan
persiapan konsumsi. Bahan bakar yang diperlukan dalam 1 trip adalah 10-25 liter
tergantung jarak yang ditempuh.
Tahap Penentuan Daerah Penangkapan
Penentuan daerah penangkapan ikan nelayan jaring kejer masih cenderung
tradisional, yaitu berdasarkan pengalaman nelayan dan insting juragan atau juru pantau
yang mampu memperkirakan arah angina musim barat maupun timur.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan, daerah operasi penangkapan
dengan jaring kejer di PPP Bondet jarak dari pelabuhan pendaratan ikan (fishing base) ke
daerah operasi penangkapan ikan (fishing ground) pada umumnya antara 5-10 mil.
Kedalaman perairan yang dijadikan objek penangkapan oleh nelayan jaring kejer sekitar 3
meter.
Operasi Penangkapan
Setelah tahap persiapan memenuhi persyaratan maka perahu jaring kejer siap menuju
fishing ground. Pemberangkatan nelayan dilakukan sekitar pukul 11.00 WIB, waktu yang
diperlukan untuk sampai ke fishing ground antara 75 menit 90 menit tergantung jarak
yang ditempuh ke fishing ground. Saat perahu bergerak menuju fishing ground juru mudi
harus memperhatikan keadaan war
na perairan, arah angin, arus, dan gelombang. Tahap operasi penangkapan jaring
kejer meliputi tahap-tahap sebagai berikut : Penebaran jaring atau setting, hal ini dilakukan
jika nelayan sudah menentukan daerah yang diperkirakan adanya sasaran tangkapan.
Pertama- tama kecepatan perahu akan dikurangi. Kemudian pelampung tanda diturunkan
dan diikatkan pada tali pelampung yang terletak pada tali ris atas. Pada saat bersamaan
jaring bagian bawah diturunkan. Penurunan jaring dilakukan dengan cara perahu memutari
perairan sampai jaring selesai diturunkan. Juru mudi harus tetap menjaga posisi perahu,
karena arah angin datang dari samping atau lambung perahu. Ini tujuan agar jaring tidak
terbelit di dalam air. Penurunan seluruh jaring ke dalam air kurang lebih dilakukan selama
30 menit yang diakhiri dengan pelampung tanda. Setelah jaring ditebar, nelayan kembali
ke darat melakukan kegiatan lain untuk mengisi waktu menunggu perendaman jaring kejer
tersebut.
Analisis Faktor Produksi Jaring Kejer (Bottom Gill Net)
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus
Pelagicus) Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp)
Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
2023
Sherina Prahitaningtyas, Aan Sri Anjati 1312
Gambar 4. Proses Penurunan Jaring Kejer (Setting) di Perairan Bondet Sumber :
Data Hasil Penelitian, 2021
Perendaman jaring dalam air adalah tahap setelah dilakukannya setting. Jaring
dibiarkan dalam air dengan tujuan agar rajungan yang menjadi sasaran tangkapan tersebut
terjerat pada jaring. Perendaman jaring dalam air antara 16-17 jam.
Pengangkatan jaring atau hauling, nelayan berangkat kembali ke laut untuk
mengangkat jaring pukul 03.00 WIB, ini dilakukan nelayan secara cepat dengan tujuan agar
rajungan yang tertangkap pada jaring tidak terlepas dan saat pada ditumpuk dalam keadaan
rapih. Sehingga pada saat setting selanjutnya tidak ada jaring yang kusut. Rajungan dan
ikan yang tersangkut atau terpuntal pada jaring dapat diambil setelah jaring diangkat di atas
perahu.
Gambar 5. Proses Pengangkatan Jaring Kejer (Hauling) di Perairan Bondet
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2021
Model Produksi
Model yang digunakan untuk menganalisis aspek teknis data diperoleh berdasarkan
model analisis Regresi Linier Berganda (RLB). Menurut Gaspersz (1992), jika ada satu
variabel tak bebas (variabel terikat) pada satu atau beberapa variabel bebas, maka hubungan
ini dicirikan melalui model regresi. Persamaan ini dapat diketahui melalui Uji Regresi
Linier Berganda menggunakan SPSS Versi 24 dan hasil perhitungan dapat dilihat pada
Lampiran 6. Persamaan tersebut dapat diketahui setelah melalui serangkaian analisis
pengujian asumsi klasik yaitu : Uji Normalitas, Uji Linearitas, Uji Multikolinearitas, Uji
Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi (lampiran 5).Data observasi dan wawancara yang
disajikan (lampiran 4) menunjukan bahwa 15 data hasil wawancara yang merupakan
Volume 2, Nomor 12, Desember 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1313 http://sosains.greenvest.co.id
nelayan jaring kejer yang terdapat di sekitar Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bondet,
Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Uji Normalitas atau Uji Kolmogorov-smirnov
Berdasarkan data pada lampiran 5, tertampil hasil output SPSS nilai uji normalitas
berdasarkan uji Kolmogorov-smirnov menghasilkan nilai Asymp.Sig .200. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji Normalitas / uji Kolmogorov- smirnov yaitu :
Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal.
Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari 0,05 maka data penelitian berdistribusi tidak
normal.
Maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas kolmogorov-
smirnov dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi
atau persyaratan normalitas dalam model regresi sudah terpenuhi.
Uji Linearitas
Dasar pengambilan keputusan dalam uji linearitas dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
Membandingkan nilai sig. dengan 0,05 :
Membandingkan nilai deviation from linearity sig. > 0,05, maka ada hubungan yang
linearitas secara signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent.
Membandingkan nilai deviation from linearity sig. < 0,05, maka tidak ada hubungan
yang linearitas secara signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent.
Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel :
Jika nilai F hitung < F tabel, maka ada hubungan yang linearitas secara sig. antara variabel
independent dengan variabel dependent.
Jika nilai F hitung > F tabel, maka tidak ada hubungan yang linearitas secara sig. antara
variabel independent dengan variabel dependent.
Berdasarkan data pada lampiran 5, nilai sig. dari output diperoleh nilai deviation
from linearitas sig. adalah X2 (800) lebih besar dari 0,05. Maka disimpulkan bahwa ada
hubungan linearitas secara signifikan antara Y dengan X2. Berdasarkan data pada lampiran
5 dan lampiran 9 nilai F dari output, diperoleh nilai F X2 (800) F hitung < F tabel X2 (3,63)
maka dapat disimpulkan bahwa data ada hubungan linear secara signifikan antara Y dengan
X2, dengan demikian asumsi atau persyaratan uji linearitas dalam model regresi sudah
terpenuhi.
Uji Multikolinieritas
Dasar pengambilan keputusan pada uji multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF adalah
sebagai berikut :
Berdasarkan nilai Tolerance :
Jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas dalam
model regresi.
Jika nilai Tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya terjadi multikolinieritas dalam model
regresi.
Berdasarkan nilai VIP :
Jika nilai VIP < 10,00 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi.
Jika nilai VIP > 10,00 maka artinya terjadi multikolinieritas dalam model regresi.
Analisis Faktor Produksi Jaring Kejer (Bottom Gill Net)
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus
Pelagicus) Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp)
Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
2023
Sherina Prahitaningtyas, Aan Sri Anjati 1314
Berdasarkan tabel output Coefficients (Lampiran 5) pada bagian Collinearty Stastistik
diketahui nilai Tolerance dan VIP :
X2 (781), X3 (372), X4 (501), dan X5 (276) lebih besar daripada 0,10 untuk Tolerance
maka artinya tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi, sedangkan VIP X2
(1,280), X3 (2,685), X4 (1,997), dan X5 (3,617) lebih kecil daripada 10,00 mengacu pada
dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolinieritas dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala multikolinieritas dalam model regresi. Dengan demikian asumsi atau
persyaratan uji multikolinieritas dalam model regresi sudah terpenuhi.
Uji Heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusan dalam uji Heteroskedastisitas sebagai berikut:
Jika nilai Sig. lebih besar dari 0,05 maka kesimpulannya adalah tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi.
Jika nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 maka kesimpulannya adalah terjadi gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi.
Berdasarkan tabel output Coefficients uji heteroskedastisitas (lampiran 5) diperoleh
nilai Sig. X2 (498), X3 (101), X4 (698), dan X5 (132) lebih besar dari 0,05, maka sesuai
dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi. Dengan
demikian asumsi atau persyaratan uji heteroskedastisitas dalam model
regresi sudah terpenuhi.
Uji Autokorelasi / Durbin Watson
Dasar pengamban keputusan dalam Uji Autokorelasi Durbin Watson adalah sebagai
berikut:
Jika d (Durbin Watson) lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
Jika d (Durbin Watson) terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima yang
berarti tidak ada autokorelasi.
Jika d (Durbin Watson) terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4- dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Tampilan output SPSS mengenai uji Autokorelasi (lampiran 5) menunjukan nilai
Durbin-Watson sebesar 2,448. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-
Watson (lampiran 10) pada signifikan 0,05 (5%) dengan rumus (k ; N). Adapun jumlah
variabel indenpenden (k) adalah 5 dan jumlah sampel (N) sebanyak 15. Setelah
memperoleh rumus (k ; N) = (5 ; 15) dan menyesuaikan tabel Durbin-Watson didapatkan
nilai dL sebesar 0,562 dan nilai dU sebesar 2,21. Nilai Durbin-Watson 2,448 lebih besar
dari batas atas (dU) yaitu 2,21 dan lebih dari (4-dU) 4-2,21= 1,79. Maka sebagaimana dasar
pengambilan keputusan dalam uji Durbin-Watson di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat adanya gejala autokorelasi. Dengan demikian asumsi atau persyaratan uji
autokorelasi dalam model regresi belum terpenuhi.
Uji Run Test
Uji run test dilakukan sebagai alternatif uji lain untuk mendeteksi gejala autokorelasi. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji run test sebagai berikut:
Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka terdapat gejala autokorelasi.
Volume 2, Nomor 12, Desember 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1315 http://sosains.greenvest.co.id
Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat gejala
autokorelasi
Berdasarkan output SPSS mengenai uji run test (lampiran 5) diperoleh nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,986 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
gejala autokorelasi. Dengan demikian masalah autokorelasi yang tidak dapat terselesaikan
dengan Durbin Watson dapat teratasi melalui uji run test sehinnga analisis regresi linier
dapat dilanjutkan.
Uji Regresi Linear Berganda (RLB)
Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh
antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel (Katemba & Djoh, 2017).
Secara umum regresi linear terdiri dari dua, yaitu regresi linear sederhana yaitu dengan satu
buah variabel bebas dan satu buah variabel terikat dan regresi linear berganda dengan
beberapa variabel bebas dan satu buah variabel terikat. Regresi linear berganda atau analisis
regresi linear berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi linear sederhana, hanya
variabel bebasnya lebih dari satu buah (Kurniawan, 2016). Persamaan umumnya adalah:
dengan Y adalah variabel terikat, X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta
(intersept) dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas. Berdasarkan
penelitian, didapatkan nilai persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Produksi Ikan (Per-Trip)
X1 = Total Panjang Jaring Kejer (meter) X2 = Jumlah Bahan Bakar Minyak (liter) X3 =
Setting (penurunan jaring)
X4 = Lama Perendaman (jam) X5 = ABK (orang)
Berdasarkan hasil output data SPSS versi 24 mengenai uji RLB (lampiran 6),
persamaan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa:
- Koefisien regresi total panjang jaring (X1) tidak muncul di tabel output dikarenakan
perbedaan nilai panjang jaring yang tidak jauh berbeda sehingga nilai tersebut dianggap
konstan dan tidak mempengaruhi hasil produksi.
Koefisien regresi bahan bakar minyak (X2) sebesar -1,248, hal ini berarti jika bahan bakar
minyak diperbesar satu satuan maka akan mengurangi produksi sebesar -1,248 satuan.
Koefisien regresi setting (X3) sebesar 9,924, hal ini berarti jika setting diperbesar satu
satuan maka akan meningkatkan produksi sebesar 9,924 satuan. Dengan meningkatkan
setting maka peluang untuk mendapatkan hasil tangkapan akan semakin banyak.
Koefisien regresi lama perendaman (X4) sebesar -583, hal ini berarti jika lama perendaman
diperbesar satu satuan maka akan mengurangi produksi sebesar - 583 satuan. Dengan
meningkatkan waktu lama perendaman maka peluang hasil tangkapan untuk melepaskan
diri dari jaring semakin banyak sehingga dapat mengurangi produksi.
Koefisien regresi jumlah ABK (X5) sebesar 4,741, hal ini berarti jika setting diperbesar
satu satuan maka akan meningkatkan produksi sebesar 4,741 satuan. Menurut Rachman
Pudji (2013), semakin banyak jumlah ABK maka semakin cepat untuk pengangkatan jaring
dan menambah pula hasil tangkapan.
Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi penangkapan jaring kejer
adalah koefisien regresi setting (X3) sebesar 9,924 dan koefisien regresi jumlah ABK (X5)
sebesar 4,471 karena mempunyai nilai positif yang berpengaruh dalam meningkatkan hasil
produksi.
Uji F Simultan
Analisis Faktor Produksi Jaring Kejer (Bottom Gill Net)
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus
Pelagicus) Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp)
Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
2023
Sherina Prahitaningtyas, Aan Sri Anjati 1316
Uji F simultan berguna untuk menguji apakah ada pengaruh dari variabel X secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel Y. Dasar pengambilan keputusan dalam uji F
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Nilai Signifikan (Sig.) dari Output ANOVA:
Jika nilai Sig. < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya variabel X secara simultan
berpengaruh terhadap variabel Y.
Jika nilai Sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya variabel X secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel Y.
Berdasarkan Perbandingan Nilai F Hitung dengan F Tabel:
Jika nilai F hitung > F tabel, maka hipotesis diterima, artinya variabel X secara simultan
berpengaruh terhadap variabel Y.
Jika nilai F hitung < F tabel, maka hipotesis ditolak, artinya variabel X secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel Y.
Berdasarkan tabel output SPSS (lampiran 7), diketahui nilai Sig. adalah sebesar 562 lebih
besar dari 0,05, maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji F dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ditolak atau dengan kata lain variabel (X1) total panjang
jaring, (X2) jumlah bahan bakar minyak, (X3) setting, (X4) lama perendaman, dan (X5)
jumlah ABK secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel (Y) Produksi.
Berdasarkan tabel output SPSS (lampiran 7), diketahui nilai F adalah sebesar 782 dan akan
dibandingkan dengan nilai F tabel (lampiran 9). F tabel dicari pada distribusi nilai tabel
statistik pada sig. 5% atau 0,05 dengan rumus F tabel = (k ; n-k). Dimana “k” adalah jumlah
variabel independen (variabel bebas atau x) yakni 5, sementara “n” adalah jumlah
responden atau sampel penelitian yakni 15. Setelah didapatkan rumus (k ; n-k) = (5 ; 10),
diketahui nilai F tabel sebesar 3,33. Nilai F hitung sebesar 782 lebih kecil dari nilai F tabel
yaitu 3,33. Berdasarkan dasar pengambilan keputusan uji F, maka hipotesis ditolak atau
dengan kata lain variabel (X1) total panjang jaring, (X2) jumlah bahan bakar minyak, (X3)
setting, (X4) lama perendaman, dan (X5) jumlah ABK tidak berpengaruh secara simultan
terhadap variabel (Y) Produksi (Dirja & Faturrohman, 2019).
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai Koefisien Determinasi berguna untuk memprediksi dan melihat seberapa besar
kontribusi pengaruh yang diberikan variabel X (variabel bebas) secara simultan (bersama-
sama) terhadap variabel Y (variabel terikat). Berdasarkan hasil pengolahan data pada
(lampiran 8) dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah 238. Artinya
sebesar 23,8% variasi simultan dapat dijelaskan berpengaruh terhadap variabel
indenpenden. Sisanya yaitu 76,2% adalah variabel lain di luar persamaan regresi atau
variabel yang tidak diteliti untuk penelitian dengan menggunakan data primer S (Hadi
Ismanto & Pebruary, 2021).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Faktor Produksi Jaring Kejer (Bottom Gill Net)
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa Nilai analisis uji
regresi linier berganda (RLB) mengenai faktor produksi alat tangkap jaring kejer terhadap
Volume 2, Nomor 12, Desember 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1317 http://sosains.greenvest.co.id
hasil tangkapan rajungan. Hasil pengujian RLB, koefisien yang berpengaruh langsung
terhadap hasil tangkapan pada alat tangkap jaring kejer di wilayah PPP Bondet
Berpengaruh mengurangi hasil tangkapan Koefisien regresi bahan bakar minyak
(X2) sebesar -1,248. Jika bahan bakar minyak diperbesar satu satuan maka akan
mengurangi produksi sebesar -1,248 karena semakin banyak bahan bakar minyak yang
ditambah akan membuat pengeluaran nelayan meningkat sedangkan hasil tangkapan
nelayan tidak maksimal karena melakukan penangkapan pada musim sedang. Koefisien
regresi lama perendaman (X4) sebesar -583. Jika lama perendaman diperbesar satu satuan
maka peluang hasil tangkapan melepaskan diri akan semakin besar sehingga dapat
mengurangi produksi alat tangkap tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Antika, Melina, Mudzakir, Abdul Kohar, & Boesono, Herry. (2014). Analisis kelayakan
finansial usaha perikanan tangkap dogol di pangkalan pendaratan ikan (PPI) Ujung
Batu Jepara. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology,
3(3), 200207.
Dirja, Dirja, & Faturrohman, Muhammad Ichsan. (2019). Analisis Faktor Produksi
Tangkapan Ikan Dengan Jaring Rampus di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bondet
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Barakuda 45: Jurnal Ilmu Perikanan Dan Kelautan,
1(2), 4656.
Gumilang, Andi Perdana. (2019). Analisis daya saing sektor perikanan di Kabupaten
Cirebon. Barakuda 45: Jurnal Ilmu Perikanan Dan Kelautan, 1(1), 17.
Hadi Ismanto, S. E., & Pebruary, Silviana. (2021). Aplikasi SPSS dan Eviews dalam
analisis data penelitian. Deepublish.
Hutabarat, S., & Evans, S. M. (1985). Introduction to oceanography. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Juliastuti, Merida Tri, Mudzakir, Abdul Kohar, & Hapsari, Trisnani Dwi. (2016). Analisis
Faktor Produksi Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Terhadap Hasil Tangkapan
Rajungan (Portunus Sp) di Desa Sukoharjo Kabupaten Rembang Jawa Tengah.
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 5(1), 57
66.
Katemba, Petrus, & Djoh, Rosita Koro. (2017). Prediksi tingkat produksi kopi
menggunakan regresi linear. Jurnal Ilmiah FLASH, 3(1), 4251.
Kurniawan, Robert. (2016). Analisis regresi. Prenada Media.
Martasuganda, Sulaiman. (2002). Jaring Insang (Gill net) Serial Teknologi Penangkapan
Ikan Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Ilmu Perikanan Dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 68.
Rahmasari, Lisda. (2017). Pengaruh jarak tempuh melaut, lama bekerja dan teknologi
terhadap pendapatan nelayan. Jurnal Sains Dan Teknologi Maritim, (2), 163174.
Rizal, Achmad, Gumilar, Iwang, & Lestari, Lupita. (2017). Typology of fisheries sector
and income disparities at cirebon regency. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 7(2), 155
166.
Sugiyono, P. D. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mix
Methods)(DI Sutopo (ed.). ALFABETA, CV.
Suherman, Agus, Rosyid, Abdul, & Boesono, Herry. (2012). Pelabuhan Perikanan.
Supriadi, Dedi. (2021). Produktivitas Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) Waring Di
Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp) Bondet Kabupaten Cirebon. Jurnal Akuatek, 2(1),
718.
Supriadi, Dedi, Putri, Ega Fachrunisa, & Widayaka, Restu. (2020). Pengaruh berbagai
Analisis Faktor Produksi Jaring Kejer (Bottom Gill Net)
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus
Pelagicus) Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp)
Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
2023
Sherina Prahitaningtyas, Aan Sri Anjati 1318
faktor produksi terhadap hasil tangkapan jaring Kejer (bottom gillnet) di perairan
Kabupaten Cirebon. Jurnal Akuatek, 1(1), 1826.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.