Volume 1, Nomor 6 , Juni 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
491
http://sosains.greenvest.co.id
PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT MANGKOL
Veggy Shintya Putri, Ibrahim dan Luna Febriani
Universitas Bangka Belitung
Email : veggyshintya28@gmail.com, iim_babel@yahoo.com dan
Lunafebria[email protected]m
Diterima:
16 Mei 2021
Direvisi:
8 Juni 2021
Disetujui:
15 Juni 2021
Abstrak
Hutan merupakan vegetasi alami utama dan salah satu sumber
daya alam yang sangat penting. Indonesia menjamin kemajuan
pengembangan dan pemeliharaan kebudayaan daerah yang
menjadi kekayaan nasional. Hutan sebagai modal pembangunan
nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan
penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial
budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk
itu hutan harus dikelola secara berkesinambungan untuk
kesejahteraan masyarakat. Salah satu masyarakat Bangka
Belitung yang masih sangat bergantung pada hutan yaitu di
Kelurahan Dul, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka
Tengah. Dimana Kelurahan Dul termasuk bagian gugus kawasan
hutan konservasi Taman Hutan Raya Bukit Mangkol. Tujuan
dari penelitian ini yaitu mengetahui inisiasi, bentuk, peluang dan
tantangan pengelolaan kawasan konservasi Taman Hutan Raya
Bukit Mangkol dengan fokus penelitian di Bukit Pinteir.
Penelitian ini menggunakan teori antroposentrisme. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa belum
sepenuhnya ada koordinasi antara pihak Yayasan Arrahman
Arrahiim dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bangka Tengah terkait wewenang pengelolaan kawasan
konservasi tersebut dalam pemanfaatan blok-blok yang telah
ditentukan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya
peluang dari pengelolaan kawasan tersebut yaitu sudah mulai
banyak pengunjung yang ingin menikmati keindahan alamnya
dan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat yang berjualan
sekitar kaki bukit. Kemudian tantangannya yaitu terkait
permasalahan administrasi terkait pengelolaan kawasan
konservasi yang belum selesai dan belum sesuai dengan SOP
(Standar Operasional Prosedur) Pengelolaan Pariwisata Alam di
kawasan Taman Hutan Raya Bukit Mangkol.
Kata Kunci : Peluang, Tantangan, Hutan Konservasi, Taman
Hutan Raya.
Abstrack
Forests are the main natural vegetation and one of the most
important natural resources. Indonesia guarantees the progress
of the development and maintenance of regional culture which is
a national treasure. Forests as the capital for national
development have real benefits for the life and livelihoods of the
Indonesian people, both ecological, socio-cultural and economic
benefits, in a balanced and dynamic manner. For this reason,
Peluang dan Tantangan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Taman Hutan Raya Bukit Mangkol
Veggy Shintya Putri, Ibrahim dan Luna Febriani
492
Pendahuluan
forests must be managed in a sustainable manner for the welfare
of the community. One of the people of Bangka Belitung who is
still very dependent on the forest is in Dul Village, Pangkalan
Baru District, Central Bangka Regency. Where Dul is part of a
cluster of conservation forest areas for the Bukit Mangkol
Grand Forest Park. The purpose of this research is to find out
the initiation, form, opportunities and challenges of managing
the Bukit Mangkol Grand Forest Park conservation area with
the research locus at Bukit Pinteir. This research uses
anthropocentrism theory. The method used in this research is
descriptive qualitative method. The results of the study found
that there was not yet complete coordination between the
Arrahman Arrahiim Foundation and the Environment Agency of
Central Bangka Regency regarding the authority to manage the
conservation area in the utilization of the blocks that had been
determined. The conclusion from this research is that there is an
opportunity from the management of the area, namely that there
are already many visitors who want to enjoy its natural beauty
and can improve the economy of the people who sell around the
foothills. Then the challenge is related to administrative
problems related to the management of conservation areas that
have not been completed and are not in accordance with the
SOP (Standard Operating Procedure) for Natural Tourism
Management in the Bukit Mangkol Forest Park area.
Keywords: Opportunities, Challenges, Conservation Forest,
Grand Forest Park.
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Pemerintah
menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok atas hutan konservasi, hutan lindung, dan
hutan produksi (Mulyanie, 2016). Kawasan konservasi memiliki kontribusi terhadap
aspek ekologi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta ekonomi menurut Dominggus
dalam (Suryawan, Christita, & Yuliantoro, 2015) Pengelolaan dan pengembangan
kawasan konservasi ditujukan untuk mengusahakan kelestarian sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya (Utami & Pancasilawan, 2017), ada juga yang menyebutnya taman
hutan raya yang juga merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam
pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan
iklim mikro, serta pengawetan keanekaragaman hayati (Erwin, Bintoro, & Rusita, 2017)
Keberadaan sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia,
menjadikan kompleksitas hubungan antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan
dalam pengelolaan sumber daya alam menurut Budimanta dalam (Marina & Hadi
Dharmawan, 2011). Negara Indonesia menjamin kemajuan pengembangan dan
pemeliharaan kebudayaan daerah yang menjadi kekayaan kebudayaan nasional (Novita,
2017).
Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan merupakan kebijakan prioritas
Kementerian Kehutanan. Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat
adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Tentunya dalam
pemberdayaan masyarakat direncanakan suatu model pengelolaan masyarakat yang
komprehensif dan berbasis ekosistem berkelanjutan menurut Sulistiyani dalam (Susanto,
2016).
Volume 1, Nomor 6 , Juni 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
493
http://sosains.greenvest.co.id
Pembangunan pariwisata alam berkelanjutan telah menjadi pertimbangan dalam
pengelolaan sumber daya alam yaitu bahwa kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat
dipenuhi sambil memelihara integritas budaya, proses esensial ekologi, keanekaragaman
biologi dan sistem penyangga kehidupan (Siswantoro, Anggoro, & Sasongko, 2012). Ada
beberapa daerah yang harus perhatikan wilayahnya adalah strategi kunci untuk menjaga
keutuhan habitat bumi dan keanekaragaman spesies yang berada di hutan dalam
menghadapi peningkatan dampak manusia menurut Geldmann dan Gray dalam (De
Alban et al., 2021)
Kawasan hutan Indonesia ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dalam bentuk Surat
Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan
Provinsi. Penunjukan kawasan hutan ini disusun berdasarkan hasil pemandu serasian
antara Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dengan Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK).
Saat ini krisis sumber daya hutan yang mengancam Indonesia, merupakan
dampak dari paradigma pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang hanya
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan keberlanjutannya. Wacana
tentang keragaman hayati, pembangunan berkelanjutan dan tata kelola sumber daya alam
hadir sebagai kritik terhadap paradigma lama tersebut, meskipun dalam pelaksanaannya
masih belum sepenuhnya berhasil mengatasi persoalan dasarnya yaitu masalah penataan,
pemikiran dan pemanfaatan sumber daya alam. Dengan begini, tinjauan ringkas terhadap
peluang dan tantangan pengelolaan (krisis) sumber daya hutan termasuk tantangan
implementasi ekonomi hijau, khususnya di Indonesia.
Menilik secara historis terkait kerusakan hutan di Indonesia dari masa ke masa,
maka kondisi kerusakan hutan yang terjadi saat ini merupakan akibat dari pengelolaan
sumber daya yang kurang baik dan tidak memperhatikan segi keberlanjutannya. Provinsi
Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang kaya akan potensi sumber daya
alamnya. Pernyataan tersebut didukung oleh berbagai fakta sejarah yang ada. Provinsi
Bangka Belitung memiliki beberapa kabupaten dan kecamatan, salah satunya kabupaten
Bangka Tengah. Kabupaten Bangka Tengah merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi alam yang bisa dijadikan ekowisata yang cukup bagus yang perlu dikelola dan
dikembangkan dengan baik, salah satunya yakni Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya
Bukit Mangkol yang terletak di Kabupaten Bangka Tengah.
Taman Hutan Raya Bukit Mangkol merupakan satu-satunya taman hutan raya
yang ada di Kabupaten Bangka Tengah yang memiliki nilai strategis yang terletak tidak
jauh dari pusat kota pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan memiliki
sumber daya alam yang patut dilestarikan dan menentukan hajat hidup orang banyak.
Luas taman hutan raya Bukit Mangkol adalah 6.009,51 Ha. Sebagai bahan pertimbangan
dalam penelitian ini akan dicantumkan penelitian terdahulu yang menjadi bahan
pembanding dalam penelitian ini yang memiliki persamaan dari unsur pengelolaan
kawasan konservasi.
Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Enny Insusanty dan Azwin
(2014) dengan judul Strategi Pengelolaan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim
Pekanbaru. Kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim merupakan salah satu Tahura yang
ada di provinsi Riau. Kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim telah banyak mengalami
kerusakan hutan yang diakibatkan adanya pembukaan lahan untuk dijadikan areal kebun
sawit hingga taraf yang memprihatinkan akibat penebangan liar dengan presentase
penutupan tajuk berkisar antara 0% hingga 70%.
Para penduduka melakukan kegiatan perambahan dan perusakan hutan dengan
alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ketersediaan sumber daya lahan yang
Peluang dan Tantangan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Taman Hutan Raya Bukit Mangkol
sangat terbuka di Tahura menjadi. daya tarik bagi masyarakat yang membutuhkan
sumber daya lahan. Karakteristik permasalahan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
kawasan Tahura SSH karena faktor dari dalam tahura dan luar tahura. Faktor dari dalam
adanya ketersediaan sumber daya, adanya oknum petugas yang tidak disiplin, dan
penegakan hukum yang tidak tegas dan tuntas. Dorongan dari luar yaitu adanya motif
sosial ekonomi dan aspek kesejahteraan.
Sama halnya yang dilakukan peneliti yaitu terkait pengelolaan kawasan Taman
Hutan Raya Bukit Mangkol mengambil fokus lokus disatu gugus bukit yaitu bagian
kawasan Bukit Pinteir yang terletak di Kelurahan Dul, Kecamatan Pangkalan Baru,
Kabupaten Bangka Tengah. Kelurahan Dul sendiri berbatasan langsung dengan Kota
Pangkalpinang. Dengan jarak temput kurang lebih 15-20 menit dari pusat kota. Namun
untuk wilayah Bukit Pinteir itu sendiri terletak di Kelurahan Dul dengan waktu tempuh
sekitar 10-15 menit dari kantor lurah Dul. Kawasan Bukit Pinteir tersebut dikelola oleh
Yayasan Arrahman Arrahiim yang pengurusnya merupakan masyarakat dari Kelurahan
Dul. Namun tetap harus dengan koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bangka Tengah.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menarik untuk dilakukan melihat bahwa
hutan konservasi Taman Hutan Raya Bukit Mangkol menjadi salah satu kawasan hutan
yang harus dilindungi dan dijaga keberadaannya. Kemudian pengelolaan kawasan hutan
tersebut masih belum sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) Pengelolaan
Pariwisata Alam di kawasan Taman Hutan Raya Bukit Mangkol. Sehingga masih ada
tahapan perizinan bidang administrasi yang belum selesai. Tidak hanya itu penelitian ini
menarik untuk diteliti karena dengan adanya pengelolaan tersebut juga memberikan
dampak untuk masyarakat seperti adanya peningkatan perekonomian masyarakat yang
membangun usaha warung makan di kaki Bukit Pinteir. Meskipun awalnya terdapat
kekeliruan pemanfaatan kawasan hutan. Seperti yang dijelaskan dalam teori
antroposentrisme bahwa teori ini lebih mengedepankan keperluan, kepentingan dan
interes manusia di atas segalanya. Namun pengelolaan kawasan ini tetap harus sesuai
dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) Pengelolaan Pariwisata Alam di Kawasan
Taman Hutan Raya Bukit Mangkol. Sehingga dengan adanya pengelolaan ini agar bisa
menjadikan masyarakat yang sadar akan lingkungannya.
Melalui penelitian ini diharapkan agar bisa menjadi pedoman serta panduan
terhadap masyarakat yang ada di sekitar kawasan Bukit Pinteir guna untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat untuk bisa menjaga wilayah tersebut dan tidak merambah
atau menebang pohon yang ada di sekitar tahura tersebut serta dapat mengedukasi
masyarakat terkait hak kepemilikan lahan tersebut. Kemudian penelitian ini diharapkan
dapat memberikan edukasi pengetahuan khususnya di bidang ilmu sosial dan juga
lingkungan kemudian penelitian ini diharapkan dapat juga digunakan sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya terkait adanya peluang dan tantangan dari pengelolaan
kawasan Bukit Pinteir dengan menggunakan analisis perspektif sosiologi lingkungan.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah ilmu dalam bidang sosiologi lingkungan
karena penelitian ini tentu erat sekali dengan peristiwa yang terjadi di lingkungan
khususnya hutan.
Pentingnya penelitian ini karena banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh hutan
untuk manusia apa lagi kalau sudah dijadikan kawasan untuk wisata sudah pasti
menghasilkan banyak pemasukan karena hal ini mampu menarik wisatawan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
Veggy Shintya Putri, Ibrahim dan Luna Febriani 494
Volume 1, Nomor 6 , Juni 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
495
http://sosains.greenvest.co.id
deskriptif. Dimana penelitian kualitatif menjadi relevan karena peneliti membutuhkan
data secara deskriptif dalam mengkaji permasalahan yang akan diteliti sesuai dengan
rumusan masalah penelitian terkait peluang dan tantangan pengelolaan kawasan
konservasi taman hutan raya Bukit Mangkol studi pada Bukit Pinteir di Kabupaten
Bangka Tengah.
Peneliti mengumpulkan data di lapangan pada bulan Desember 2020-Februari
2021. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dul, Kabupaten Bangka Tengah. Alasan
peneliti memilih penelitian di Kelurahan Dul dikarenakan hutan konservasi taman hutan
raya Bukit Mangkol juga masuk kawasan Kelurahan Dul. Sehingga dalam penelitian ini
peneliti lebih mengkrucutkan lagi fokus penelitian yaitu di Bukit Pinteir yang masih
masuk salah satu gugusan taman hutan raya Bukit Mangkol. Untuk kawasan Bukit Pinteir
sendiri sudah dikelola oleh Yayasan Arrahman Arrahiim, namun harus tetap
berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangka Tengah. Selain itu,
Bukit Pinteir memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat Kelurahan Dul, namun harus tetap mempertahankan kelestarian hutan
tersebut dengan baik sesuai degan aturan dan batasan wilayah yang sudah ditetapkan.
Hasil dan Pembahasan
A.
Inisiasi dan Bentuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya
Bukit Mangkol Studi Pada Bukit Pinteir
1. Inisiasi pengelolaan
Kawasan tersebut dikelola oleh Yayasan Arrahman Arrahiim di bawah naungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bangka Tengah. Yayasan tersebut awal mula dibentuk
guna untuk menjaga aset-aset desa jangan sampai dikuasai orang-orang tertentu atau
kepentingan pribadi. Kemudian sekarang mulai fokus pada pengelolaan hutan saat masa
pandemi Covid 19 melanda Indonesia, khususnya wilayah Bangka Belitung. Awal mula
tujuan pengelolaan tersebut guna untuk membantu dan memudahkan masyarakat yang
ingin pergi berkebun. Namun ternyata yang berkunjung jadi ramai. Akhirnya
masyarakat yang dalam hal ini tergabung dalam yayasan Arrahman Arrahiim, sepakat
untuk mengelola kawasan tersebut khususnya di Bukit Pinteir. Mereka melakukan
pertemuan dengan masyarakat lainnya dan berkumpul di masjid guna membahas terkait
pengelolaan kawasan tersebut. Masyarakat berinisiasi untuk membentuk kawasan
wisata. Masyarakat lain pun setuju, dengan tujuan agar kampung mereka ramai dengan
dibentuknya wisata tersebut. Jadi, semua itu tidak lepas dari peran masyarakat itu
sendiri. Hingga saat ini terhitung Januari 2021, proses pengelolaan yang dilakukan
pihak Yayasan Arrahman Arrahiim masih tahapan administrasi. Termasuk di dalamnya
terkait perizinan penggunaan lahan dan berkoordinasi dengan pihak Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Bangka Tengah. Untuk pengelolaan kawasan konservasi itu sendiri
harus sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) Pengelolaan Pariwisata Alam
di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Mangkol
2. Bentuk pengelolaan
Pengelolaan yang dilakukan oleh Yayasan Arrahman Arrahiim mengarah ke agrowisata.
Dapat diketahui bahwa di sekitar kawasan Bukit Pinteir tersebut banyak sekali
perkebunan yang dikelola oleh masyarakat seperti kebun jagung, durian, tanaman pucuk
merah, bayam hutan, cabai, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dengan adanya
perkebunan tersebut menjadi salah satu daya tarik pengunjung. Sehingga dengan
demikian perekonomian masyarakat sekitar bisa meningkat dikarenakan adanya
masyarakat yang berjualan sekaligus membuka warung di sekitar base camp. Hal
tersebut menjadi tujuan utama dari Yayasan Arrahman Arrahiim yaitu agar
Peluang dan Tantangan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Taman Hutan Raya Bukit Mangkol
meningkatkan perekonomian masyarakat. Pihak Yayasan Arrahman Arrahiim juga
menyediakan fasilitas untuk pengunjung agar bisa memilah tanaman yang mereka
inginkan. Untuk sistem pembayaran tetap semua kembali ke masyarakat. Jadi pengunjung
yang datang tidak hanya sekadar mendaki, tetapi juga bisa sambil berkebun.
B.
Peluang dan Tantangan Pengelolaan Kawasan Bukit Pinteir
1. Peluang pengelolaan
a. Adanya dukungan dan bantuan dari pemerintah
b. Lokasi yang strategis
c. Adanya dukungan dari media
d. Menambah wawasan edukasi tentang pertanian, peternakan juga pengenalan
pohon-pohon bagi masyarakat dan pengunjung terkait
e. Adanya relasi dengan pihak wisata seperti tour and travel lainnya
f. Meningkatkan hasil penjualan dari kedai yayasan sehingga bisa menjadi tambahan
kas yayasan dan lanjut untuk pembangunan musholla
2. Tantangan pengelolaan
a. Administrasi yang belum selesai
b. Adanya larangan untuk membangun bangunan yang permanen
c. Partisipasi dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah
d. Dapat mengganggu aktivitas habitat satwa
e. Terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari membuang sampah sembarangan
yang dilakukan oleh pengunjung
f. Mengganggu perkebunan milik masyarakat
C.
Implikasi Teori Antroposentrisme Pengelolaan Kawasan Bukit Pinteir
Pada dasarnya teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori
Antroposentrisme dari Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Asal katanya dari bahasa
Yunani yaitu : anthropos, artinya manusia, dan dari bahasa Latin yaitu centrum, yang
artinya adalah titik tengah. Antroposentrisme dibagi menjadi dua aliran yang pertama
yaitu aliran lingkungan hidup (environmentalism) dan kedua yaitu aliran modernisasi
ekologi (ecological modernization). Penggunaan istilah antroposentris dikenal pertama
kali pada tahun 1863. Teori antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Pandangan ini diikuti oleh
pemikiran bahwa dunia diciptakan hanya untuk kepentingan manusia saja. Cara
pandang ini menyebabkan manusia menguras alam demi memenuhi kepentingan dan
kehidupannya tanpa memberi perhatian kepada kelestarian alam karena keuntungan
menjadi tujuan utama. Terkait dengan teori antroposentrisme dalam praktik pariwisata
modern, antroposentrisme menjadi salah satu basis pemahaman penyelenggaraannya.
Pariwisata menjadi narasi besar yang memiliki tujuan untuk kemajuan dengan tolak
ukur keberhasilannya ketika jumlah kunjungan wisatawan pada suatu destinasi
meningkat dari waktu ke waktu (logika pertumbuhan) menururt (Nugroho, Arismayanti,
& Arida, 2017)
Teori ini memandang bahwa manusia merupakan pusat dari sistem alam semesta.
Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan
ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara
langsung atau tidak langsung (Suka, 2012). Menurut Petersen dalam (Hudha, Husamah,
& Rahardjanto, 2019), menyebutkan bahwa antoposentrisme adalah etika yang berpusat
pada manusia, hanya manusia memiliki nilai, ini berarti bahwa manusia tidak peduli
langsung pada non-manusia, meskipun mereka mungkin peduli jika lebih lanjut untuk
kepentingan mereka sendiri (misalnya dalam hal kesejahteraan atau pemenuhan hak).
Veggy Shintya Putri, Ibrahim dan Luna Febriani 496
Volume 1, Nomor 6, Juni 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
497
http://sosains.greenvest.co.id
Kaitan teori ini dengan konteks penelitian yaitu dengan adanya pengelolaan
kawasan konservasi pada Taman Hutan Raya Bukit Mangkol Studi pada Bukit Pinteir,
yang pertama lebih mengarah ke penerapan teori Antroposentrisme. Dimana teori etika
lingkungan ini memandang bahwa manusia sebagai pusat alam semesta, dan hanya
manusialah yang mempunyai hak untuk memanfaatkan dan menggunakan alam demi
kepentingan dan kebutuhan hidupnya. Sama kaitannya dengan yang dilakukan oleh
Yayasan Arrahman Arrahiim, mereka memanfaatkan dan mengelola kawasan hutan
tersebut lebih ke arah etika antroposentrisme yang lebih mengutamakan perekonomian
sebagai alasan untuk mengelola kawasan tersebut. Dengan adanya pengelolaan tersebut
menjadi kawasan pariwisata, diakui bahwa bisa meningkatkan perekonomian
masyarakat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh Yayasan
Arrahman Arrahiim mengarah ke teori antroposentrisme. Dimana mereka cenderung
lebih mementingkan perekonomian masyarakat guna mendapatkan keuntungan. Seperti
yang terjadi pada pengelolaan yang sedang dilakukan sekarang, mereka lebih fokus
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Oleh karena itu dari teori
antroposentrisme dikerucutkan lagi menjadi adanya kecenderungan mengarah ke aliran
modernisasi ekologi. Di mana pengelolaan tersebut dikontrol dan dibatasi oleh aturan
dan kebijakan dari dinas lingkungan hidup kabupaten Bangka Tengah.
Kesimpulan
Mengenai inisiasi dan bentuk pengelolaan kawasan konservasi taman hutan raya
Bukit Mangkol studi pada Bukit Pinteir tersebut, peneliti menemukan bahwa temuan di
lapangan beberapa masih belum sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)
Pengelolaan Pariwisata Alam di kawasan taman hutan raya Bukit Mangkol. Kawasan
tersebut saat ini dikelola oleh Yayasan Arrahman Arrahim Kelurahan Dul. Hingga
terakhir peneliti melakukan wawancara Januari 2021, ternyata belum sepenuhnya
berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangka Tengah selaku yang
memiliki wewenang mengelola dan tetap berkoodinasi dengan pusat, yaitu Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Peneliti menemukan beberapa peluang dan tantangan dalam pengelolaan
kawasan Bukit Pinteir. Pertama adalah peluang yaitu adanya dukungan dan bantuan
dari pemerintah, lokasi yang strategis, adanya dukungan dari media, menambah
wawasan edukasi tentang pertanian, peternakan, dan pengenalan nama-nama pohon
bagi masyarakat dan pengunjung, adanya relasi dengan pihak wisata seperti tour and
travel lainnya, meningkatkan hasil penjualan dari kedai yayasan sehingga bisa menjadi
tambahan pemasukan kas yayasan dan bisa melanjutkan pembangunan musholla.
Kedua adalah tantangan yaitu administrasi yang belum selesai, adanya larangan untuk
membangun bangunan yang permanen, partisipasi dan pengetahuan masyarakat yang
masih rendah, dapat mengganggu aktivitas habitat satwa, akan terjadi kerusakan
lingkungan akibat dari membuang sampah sembarangan yang dilakukan oleh
pengunjung, mengganggu perkebunan milik masyarakat.
Bibliography
De Alban, Jose Don T., Leong, Bryan Po Ian, Venegas-Li, Rubén, Connette, Grant M.,
Jamaludin, Johanness, Latt, Kyaw Thinn, Oswald, Patrick, Reeder, Carl, & Webb,
Edward L. (2021). Conservation beyond the existing protected area network is
required to improve species and habitat representation in a global biodiversity
hotspot. Biological Conservation, 257(March).
https://doi.org/10.1016/j.biocon.2021.109105
Peluang dan Tantangan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Taman Hutan Raya Bukit Mangkol
Erwin, Erwin, Bintoro, Afif, & Rusita, Rusita. (2017). Vegetation Diversity in Utilization
Block, Integrated Conservation Education Forest, Wan Abdul Rachman Great
Forest Park, Lampung Province. Jurnal Sylva Lestari, 5(3), 1.
https://doi.org/10.23960/jsl351-11
Hudha, Atok Miftachul, Husamah, & Rahardjanto, Abdulkadir. (2019). Etika ingkungan
(Teori dan Praktik Pembelajarannya). Retrieved from
http://eprints.umm.ac.id/46884/7/Hudha Husamah Rahardjanto - Etika
Lingkungan.pdf
Ibrahim, M. A. (2015). metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Insusanty, E., & Azwin, A. (2014). Strategi pengelolaan Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Hasyim Pekanbaru. Fakultas Pertanian, Universitas Lancang Kuning, 11(2),
56-68.
Marina, Ina, & Hadi Dharmawan, Arya. (2011). Analisis Konflik Sumberdaya Hutan Di
Kawasan Konservasi. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 5(1), 9096.
https://doi.org/10.22500/sodality.v5i1.5830
Mulyanie, Erni. (2016). Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan Konservasi
Hutan di Gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Geografi, 4(1), 1
14.
Novita, Retno. (2017). Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Hasyim Di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Provinsi Riau. Journal of
Chemical Information and Modeling, 4(2), 110.
Nugroho, Saptono, Arismayanti, Ni Ketut, & Arida, Sukma. (2017). Tren pariwisata
milenium: diskursus dengan alam, bahasa, sejarah, dan pasar. Pustaka Larasan
bekerja sama dengan Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana.
Shapiro, Aurélie C., Grantham, Hedley S., Aguilar-Amuchastegui, Naikoa, Murray,
Nicholas J., Gond, Valery, Bonfils, Djoan, & Rickenbach, Olivia. (2021). Forest
condition in the Congo Basin for the assessment of ecosystem conservation status.
Ecological Indicators, 122. https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2020.107268
Siswantoro, Hariadi, Anggoro, Sutrisno, & Sasongko, Dwi P. (2012). Strategi Optimasi
Wisata Massal Di Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.
Jurnal Ilmu Lingkungan, 10(2), 100. https://doi.org/10.14710/jil.10.2.100-110
Suka, I. Ginting. (2012). Teori Etika Lingkungan. Denpasar: Udayana University Press.
Suryawan, A. D. Y., Christita, Margareta, & Yuliantoro, Isdomo. (2015). Potensi dan
strategi pengembangan Taman Hutan Raya Gunung Tumpa Manado , Sulawesi
Utara dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati subkawasan Wallacea
Potential and development strategies of Mount Tumpa Great Forest Park , Manado
, North. 1, 714720. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010405
Susanto, Andrian. (2016). Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Balai Taman Nasional Gunung Merapi
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, 2(2),
112119. https://doi.org/10.21776/ub.jiap.2016.002.02.3
Utami, Sawitri Budi, & Pancasilawan, Ramadhan. (2017). Kolaborasi dalam Pengelolaan
Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Manajemen Pelayanan Publik, 1(1), 59.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Licensed