68 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 4 NOMOR 1 2024
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
INSECURITIES: FENOMENA KONSEP DIRI AKIBAT POLA ASUH ORANG
TUA
Kamila Majazeta Yusrina, Najmii Ula Aliffah, Mina Holilah
Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
Kata kunci:
Insecure, Pola
Asuh, Konsep Diri
Keywords:
Insecure;
Parenting; Self
Concept
ABSTRAK
Latar Belakang : Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah
dan atau ibu, dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam keluarga Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara dan observasi sebagai metode
pengumpulan data. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang
tua dapat berpengaruh terhadap kepercayaan diri seorang anak. Sehingga orang tua perlu
memperhatikan dan menerapkan pola asuh yang tepat kepada anaknya.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena konsep diri akibat pola
asuh orang tua serta mengidentifikasi hal-hal yang menjadi faktor pemicu terjadina
insecure di kalangan remaja.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara.
Hasil: Dukungan dari orang tua berpengaruh terhadap kepercayaan diri untuk
menunjukan kemampuan yang dimiliki di hadapan orang lain. Dan orang tua yang selalu
mengajarkan untuk bersyukur terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki diri
sendiri memberikan pengaruh lebih untuk meminimalisir tumbuhnya rasa insecure
Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua
dapat berpengaruh terhadap kepercayaan diri seorang anak. Sehingga orang tua perlu
memperhatikan dan menerapkan pola asuh yang tepat kepada anaknya.
ABSTRACT
Background: Parenting style in the family means the habits of parents, father and or
mother, in leading, nurturing and guiding children in the family In this study, researchers
used interviews and observation as data collection methods. Based on this study, it can
be concluded that parenting can affect a child's self-confidence. So parents need to pay
attention and apply the right parenting style to their children.
Purpose: This study aims to analyze the phenomenon of self-concept due to parenting
and identify things that trigger insecurity among adolescents.
Methods: The method used in this study is qualitative research method. Data collection
can be done in a variety of settings, sources, and ways.
Results: Support from parents affects self-confidence to show their abilities in front of
others. And parents who always teach to be grateful for their own strengths and
weaknesses have more influence to minimize the growth of insecurity.
Conclusion: Based on this study, it can be concluded that parenting can affect a child's
self-confidence. So parents need to pay attention and apply the right parenting style to
their children.
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
69 http://sosains.greenvest.co.id
PENDAHULUAN
Konsep diri merupakan bentuk kepercayaan, rasa, dan nilai yang dimiliki individu.
Konsep diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang memiliki hubungan dengan
lingkungan baik pada lingkungan terdekat seperti keluarga maupun lingkungan
masayrakat. Cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri dapat dikatakan sebagai
konsep diri, karena itu merupakan awal dari dirinya dalam memandang prbadinya seperti
pada identitas, pikiran, perasaan, perilaku, penampilan, dan karakteristik pribadi yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain pada lingkungannya.
Seseorang yang memiliki persepsi diri negatif, akan menimbulkan perasaan tidak
percaya diri yang akhirnya akan menyebabkan keputusasaan. Persepsi diri negatif dapat
dipengaruhi juga oleh individu itu sendiri dan lingkungan. Banyaknya tuntutan yang
berasal dari keluarga maupun lingkungan membuat seseorang menjadi cemas terhadap
masa depan yang akan dilaluinya. Hal ini merupakan fenomena yang dapat memberikan
pengaruh terhadap perilaku seseorang dalam melihat dirinya sendiri sehingga
menimbulkan rasa kekhawatiran dan ketidakpercayaan terhadap dirinya sendiri atau istilah
yang populer saat ini yaitu insecure.
Insecure merupakan rasa cemas ataupun ketakutan terhadap lingkungan sekitar
akibat dari ketidakpuasan terhadap kondisi diri sendiri. Insecurity atau dapat dikatakan
sebagai perasaan tidak aman. Disini seseorang merasakan malu, bersalah, kekurangan atau
bahkan merasa tidak mampu dalam melakukan sesuatu. Hal yang dapat ditimbulkan dari
gejala ini yaitu seseorang akan takut berinteraksi dengan orang lain. Padahal interaksi
merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Greenberg pada, ia
mnegatakan bahwa sebagai manusia setiap orang pasti akan merasakan perasaan insecure.
Perasaan insecure ini dalam takaran sedikit termasuk baik untuk individu, contohnya dapat
membantu perkembangan diri seseorang dengan memandang bahwa kita mampu mencapai
sesuatu yang jauh lebih tinggi dari apa yang kita bayangkan sebelmnya. Akan tetapi tidak
sedikit pula rasa insecure ini mengganggu kehidupannya dalam sehari-hari. Perasaan
insecure berkepanjangan dapat berdampak buruk bagi kesehatan, mulai dar fisik (seperti
kelelahan yang berkepanjangan) bahkan mental (depresi).
Perasaan insecure juga dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Kenny and
Kenny dalam Cimi et al., (2013) mendefinisikan bahwa pola asuh merupakan segala
sesuatu yang dilakukan orang tua untuk membentuk perilaku anak-anak mereka meliputi
semua peringatan dan aturan, pengajaran dan perencanaa, contoh dan kasih sayang serta
pujian dan hukuman. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda dan tentunya
mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan agar tepat dalam mendidik anak. Bentuk
dari pola asuh yaitu pola asuh permisif, pola asuh otoriter, dan pola asuh demokratis.
Pengaruh bentuk pola asuh orang tua tentunya sangat berkaitan erat dengan kepribadian
seseorang. Salah satu aspek kepribadian pada seseorang yang memiliki peran penting
adalah kepercayaan diri. Saat ini permasalahan yang berkaitan dengan kepercayaan diri
yaitu insecurities yang mana sebagian besar seseorang pernah mengalami permasalahan
tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut guna memecahkan pertanyaan terkait pengaruh pola asuh orang tua terhadap rasa
kepercayaan diri seseorang.
Insecurities: Fenomena Konsep Diri Akibat Pola Asuh Orang Tua
2024
Kamila Majazeta Yusrina, Najmii Ula Aliffah, Mina Holilah 70
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Menuru Leedy dan Ormrod dkk Sarosa & Sarwiji, (2017) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya,
yakni peneliti berusaha tidak memanipulasi fenomena yang diamati. Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi, analisa data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan pada makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2020)
Menurut Bogdan dan Taylor Lexy, (2002) metode penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Noor, (2020) mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa metode peneltian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendalami
peristiwa khusus pada kondisi obyek yang alamiah dan menghasilkan data deskriptif secara
tertulis atau lisan, dimana dalam pengumpulan datanya secara fundamental sangat
bergantung pada proses pengamatan peneliti itu sendiri.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara dan observasi sebagai metode
pengumpulan data. Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan peneliti
mengumpulkan data yang beragam dari responden dalam berbagai situasi dan
konteks(Sarosa & Sarwiji, 2017). Menurut Stewart dan Cash Herdiyanto & Herdiyanto,
(2016) wawancara didefinisikan sebagai sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat
pertukaran atau pembagian aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan
informasi Tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam
pikiran dan hati seseorang, bagaimana pandangannya tentang dunia; hal-hal yang tidak
diketahui peneliti melalui observasi. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara semi-terstruktur dimana pewawancara sudah menyiapkan topik dan
daftar pertanyaan sebelum aktivitas wawancara dilaksanakan (Sarosa & Sarwiji, 2017)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lingkungan pertama tempat manusia belajar adalah dari keluarga. Tentunya kita
memahami bahwa apa yang sudah dilakukan orang tua di masa lalu adalah hal yang tidak
bisa diubah. Pola asuh tersebutlah yang membentuk kepribadian atau diri kita sekarang.
Ada orang tua yang suka mendidik anaknya dengan tegas, ada yang mendidik anak secara
bebas tanpa aturan apa pun, hingga dengan cara yang diplomatis.
Remaja merupakan salah satu fase yang penting dalam siklus perkembangan
individu. Remaja adalah periode transisi individu dari masa anak-anak menuju masa
dewasa. Banyak perubahan yang terjadi selama masa remaja. Perubahan yang dialami
bermacam-macam, dari segi fisk, psikis, maupun sosialnya (Papalia et al., 2011). Dari segi
sosial, lingkungan berpengaruh dalam kehiduan remaja. Salah satunya interaksi dengan
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
71 http://sosains.greenvest.co.id
orang lain. Pengalaman individu saat berinteraksi dengan orang lain dapat mempengaruhi
cara dalam memandang dirinya atau disebut dengan konsep diri (Agustiani, 2006).
Konsep diri terdiri dari dua bagian yaitu positif dan negatif (Puspasari, 2007).
Seseorang yang mempunyai konsep diri yang positif akan memiliki perasaan yang positif
seperti memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi sehingga dapat menerima dan
mengevaluasi dirinya secara positif. Dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Fatimah & Hakim, (2019) pada siswa SMPN 2 Sukodono hasilnya menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsep diri maka semakin tinggi pula kepercayaan diri siswa tersebut.
Penelitian Hafidhoh, (2019) juga menemukan bahwa ada hubungan konsep diri dengan
kepercayaan diri siswa SMK N 1 Mojokerjo, semakin tinggi konsep diri semakin tinggi
pula tingkat kepercayaan diri siswa tersebut. Selain itu seseorang yang memiliki konsep
diri yang positif akan memiliki sifat seperti terbuka dengan orang lain, tidak memiliki
kendala saat berbicara dengan orang lain, dan mampu berbaur dengan lingkungan
sekitarnya (Hutagalung, 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Aprilianti, Mudjiran, dan
Apriliyanti et al., (2017) pada siswa SMK Negeri 6 Padang menjelaskan bahwa ada
hubungan significant antara konsep diri dengan tingkah laku sosial siswa. Semakin tinggi
konsep diri remaja maka semakin baik pula tingkah laku sosial remaja.
Menurut Erikson dalam Santrock et al., (2014) pada masa remaja pengaruh teman
sebaya cukup kuat karena pada masa ini remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama
teman-teman daripada keluarga. Hal ini membuat peran orang tua menjadi berkurang
sehingga pola asuh yang diterapkan kurang maksimal. Hal ini diperkuat oleh Saraswatia et
al., (2015) mengatakan bahwa faktor yang paling besar mempengaruhi konsep diri remaja
yaitu adanya pengaruh teman sebaya. Penelitian lain menyebutkan bahwa tidak ada
hubungan antara pola asuh demokratis dengan konsep diri remaja tuna daksa di panti
rehabilitasi (Mutrofin et al., 2014).
Selain pola asuh orang tua, konsep diri juga tidak dipengaruhi oleh adanya perbedaan
jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah, (2013)
pada zaman sekarang perempuan jarang menduduki satu peran saja dalam aktifitasnya,
seperti perempuan berperan sebagai seorang anak, istri, ibu, dan bekerja dalam masyarakat.
Peran antara laki-laki dengan perempuan, keduanya sama dapat melaksanakan pekerjaan
dalam bidang domestik, publik, dan sosial. Salah satunya perempuan bernama Minarni
Sudaryanto atlet pebulu tangkis yang telah mengharumkan nama Indonesia dikancah
Internasional (Flora dalam www.m.liputan6.com, 2019). Selain dalam bidang karier
perempuan juga dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya sama seperti laki-laki.
Contohnya seorang perempuan bernama Sabrina berasal dari Wales, baru saja
menyelesaikan pendidikan dengan gelar PhD dan menjadi Kepala pemadam kebakaran
(Hens dalam www.m.liputan6.com, 2019). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Muthuri dan Arasa (2017) bahwa tidak ada perbedaan konsep diri ditinjau dari jenis
kelamin. Sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti memperkuat hasil
penelitian dan teori di atas, bahwa pola asuh orang tua dan jenis kelamin tidak
mempengaruhi konsep diri seseorang.
Wawancara yang dilakukan kepada 3 informan pada prinsipnya untuk menggali data
tentang a) Bagaimana penerapan pola asuh orang tua, meliputi; persepsi dan pengalaman
pelaku sebagai seorang anak, apakah orang tua memberikan cukup kasih sayang, perhatian,
dan motivasi. b) Tingkat kepercayaan diri, meliputi; apakah pelaku merasa percaya diri dan
menerima dirinya dengan segala kekurangannya, bagaimana pelaku berinteraksi dengan
orang lain, dan persepsi pelaku terhadap perbedaan yang ada di lingkungan sosial.
Insecurities: Fenomena Konsep Diri Akibat Pola Asuh Orang Tua
2024
Kamila Majazeta Yusrina, Najmii Ula Aliffah, Mina Holilah 72
Penerapan Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan
anak. Seorang anak yang dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka, saling
menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat anggota keluarganya, maka ia
akan tumbuh menjadi generasi yang terbuka, fleksibel, penuh inisiatif dan produktif, suka
akan tantangan dan percaya diri. Orang tua dapat saja menerapkan berbagai pola asuh yang
dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga.
Apabila pola-pola yang diterapkan orang tua keliru, maka yang akan terjadi
bukannya perilaku yang baik, bahkan akan mempertambah buruk perilaku anak. Anak
tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi
dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang
berlaku di lingkungannya. Ini disebabkan oleh orang tua merupakan orang pertama yang
dapat membentuk pribadi seorang anak.
Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu,
dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam keluarga. Mengasuh dalam arti
menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Membimbing dengan cara membantu,
melatih, dan sebagainya. Keluarga adalah sebuah institusi keluarga batih yang disebut
nuclear family. Menurut ahmad tafsir pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian, pola
asuh orang tua adalah upaya orang tua yanng konsisten dan persisten dalam menjaga dan
membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga dewasa. Pola asuh orang tua adalah pola
perilaku yang diterapkan pada anak kepribadian anak setelah ia menjadi dewasa. Watak
ditentukan oleh cara- cara anak sewaktu ia masih kecil bagaimana diajarkan cara makan,
bagaimana cara menjaga kebersihan, berdisiplin, diajarkan cara bermain dan bergaul
dengan anak lain dan sebagainya. Itulah sebabnya, pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak kecil hingga dewasa.
Kualitas dan intensitas pola asuh orang tua bervariasi dalam mempengaruhi sikap
dan mengarahkan perilaku anak. Pola asuh itu dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
orang tua, mata pencaharian dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Bentuk-
bentuk pola asuh orang tua mempengaruhi pembentukan hidup, keadaan sosial ekonomi,
adat istiadat, suku bangsa dan sebagainya. Setiap suku bangsa memiliki pola asuh masing-
masing dalam mendidik anak. Adat istiadat suatu suku bangsa memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua suatu suku bangsa.
Pengetahuan, gagasan dan konsep yang dianut sebagian besar suatu suku bangsa yang
disebut adat-istiadat itu mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mendidik anak.
Sejumlah nilai yang terkandung dalam adat- istiadat itulah yang terwariskan, tumbuh dan
berkembang di dalam diri anak dan kemudian menjadi kepribadian anak. Oleh karena itu,
pola asuh yang diterapkan oleh suatu suku bangsa akan melahirkan anak dengan
kepribadian yang khas.
Dari penjelasan diatas, 2 informan menyatakan bahwa, “Komunikasi dalam keluarga
aku itu bisa dibilang kurang karena jarang ada yang dibahas buat sengaja ngobrol, jarang
basa basi. Tapi kasih sayang dan perhatian orang tua tetap saya rasakan.
Insecurities
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
73 http://sosains.greenvest.co.id
Schaefer & Millman, Beberapa anak pemalu tampak kurang ramah dan kurang
berbicara dengan orang lain. Misalnya, beberapa anak pemalu menemukan kebahagiaan
sendirian saat bermain game atau game buatan sendiri. Mereka merasa tidak nyaman,
sering gelisah dan cemas, serta ingin meninggalkan situasi sosial. Ketakutan akan penilaian
negatif ini sering disertai dengan perilaku sosial yang buruk, seperti kecanggungan dan
kesulitan berbicara. Banyak anak pemalu tidak belajar di sekolah atau di masyarakat, tetapi
berperilaku berbeda di rumah. Situasinya bahkan lebih buruk ketika dia tampak pemalu di
rumah (Mu’awwanah, 2017).
Anak-anak pemalu sering kekurangan keterampilan sosial. Mereka menunjukkan
sedikit minat pada orang lain, tidak berkomunikasi atau menerima, dan menunjukkan belas
kasih atau kepedulian terhadap orang lain. Kondisi ini tentu dapat menghalangi orang lain
untuk melihat kualitas positif darianak-anaknya. Mereka membutuhkan waktu lama untuk
bertemu orang baru dan mendapatkan pengalaman baru, sehingga jarang dipuji atau dilihat
oleh guru dan teman. Salah satu situasi sulit yang dihadapi anak pemalu adalah situasi pesta
(Mu’awwanah, 2017).
Dari penjelasan diatas, 2 informan menyatakan bahwa, “Kalau dibandingin sama
orang lain atau anak orang lain ngga pernah sih. paling pencapaian sama saudara kandung,
teteh atau kaka. Misal kaya, tuh liat teteh kamu mah dulu..” lanjut informan 1 menyatakan
“kalau dalam akademik ngga pernah dibandingin sama orang tua, tapi kalau tentang
perilaku dan kebiasaaan suka, misal kaya, tuh liat dia mah rajin nyapu dan beres-beres
rumah..”
Berdasarkan narasumber ketiga, komunikasi yang baik dengan orang tua serta pola
asuh orang tua tentunya sangat berpengaruh terhadap kepribadian diri kita sendiri karena
dengan pola asuh yang baik seperti selalu mendukung apaapun kegiatan ataupun pilihan
yang sedang dijalankan, tidak membandingkan kemampuan anak dengan orang lain
menambah kepercayaan diri pribadi selain itu tentunya memberikan semangat dan rasa
percaya diri yang lebih akan hal yang sedang dijalani bahwa diri sendiri itu bisa
menyelesaikan hal tersebut. Dengan pola asuh orang tua yang tidak selalu menuntut untuk
sempurna memberikan rasa aman dan nyaman terhadap pribadi karena tidak adanya
tekanan untuk selalu merasa sempurna. Lalu tentunya support dari orang tua sangat
berpengaruh terhadap semangat pribadi agar lebih baik kedepannya dengan cara
memberikan reward itu menambah kepercayaan diri seseorang bahwa dia itu yakin dengan
kemampuan yang dimiliki. Dukungan dari orang tuapun berpengaruh terhadap
kepercayaan diri untuk menunjukan kemampuan yang dimiliki di hadapan orang lain. Dan
orang tua yang selalu mengajarkan untuk bersyukur terhadap kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki diri sendiri memberikan pengaruh lebih untuk meminimalisir tumbuhnya rasa
insecure.
KESIMPULAN
Insecurities menggambarkan perasaan yang dialami oleh individu dengan harga diri
rendah, yang memiliki perasaan takut dan cemas, dan yang pemalu sedangkan perilaku
tidak aman pada masa remaja merupakan respon atau reaksi terhadap suatu objek berupa
perasaan tidak aman. Inferioritas, ketakutan, atau kecemasan, dan malu. Oleh karena itu,
perilaku malu pada anak remaja merupakan perilaku yang tidak menyenangkan dari dalam
dirinya dan dapat mempengaruhi pikiran, emosi, dan kehidupan sosialnya. Remaja pemalu
sering bersembunyi dari orang lain dan sering takut, curiga, berhati-hati, dan ragu-ragu
untuk melakukan sesuatu. Mereka sering menarik diri dari hubungan dengan orang lain.
Insecurities: Fenomena Konsep Diri Akibat Pola Asuh Orang Tua
2024
Kamila Majazeta Yusrina, Najmii Ula Aliffah, Mina Holilah 74
Dalam situasi sosial, mereka sering tidak aktif, sering diam, berbicara pelan, dan
menghindari kontak mata. Orang sering melihat mereka sebagai remaja yang mudah bosan
dan sering terasing, yang semakin menambah rasa malu remaja tersebut. Remaja yang
pemalu jarang mendapatkan masalah mereka sering luput dari perhatian (terutama di
sekolah).
Pada umumnya, sikap pemalu lebih umum terjadi pada remaja perempuan daripada
laki-laki terutama sewaktu bertumbuh dewasa. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh sifat
pemalu diantaranya, kehilangan keberanian dalam mengemukakan pendapat, remaja
pemalu dapat mengalami krisis eksistensi dalam kelompok sebaya, anak tidak terlihat atau
dikenal oleh teman-temannya, anak menjadi kurang kreatif karena tidak memiliki
kepercayaan diri untuk menunjukkan potensi dirinya.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua dapat
berpengaruh terhadap kepercayaan diri seorang anak. Sehingga orang tua perlu
memperhatikan dan menerapkan pola asuh yang tepat kepada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan
Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung: Refika Aditama.
Apriliyanti, A., Mudjiran, M., & Ridha, M. (2017). Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan
Tingkah Laku Sosial Siswa. Jurnal Educatio: Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(2), 25
29.
Cimi, A., Erlyani, N., & Rahmayanti, D. (2013). Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kepercayaan Diri Anak. Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan,
1(1), 5763.
Fatimah, S. N., & Hakim, S. N. (2019). Konsep Diri Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Orang
Tua Dan Jenis Kelamin. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hafidhoh, N. B. (2019). Pola Asuh Orang Tua Dalam Pembentukan Moral Anak. Thesis,
Tidak Diterbitkan. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.
Herdiyanto, Y. K., & Herdiyanto, Y. K. (2016). Hubungan Antara Perilaku Prososial
Dengan Psychological Well-Being Pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana, 3(1).
Hutagalung, R. E. P. (2019). Perbudakan Modern Anak Buah Kapal Ikan (ABKI) Asal
Indonesia: Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam Perspektif
Kepolisian. Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial-LKPS.
Indah, I. (2013). Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat. Academica, 5(2).
Lexy, J. M. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 5033650371.
Mu’awwanah, U. (2017). Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini. A-Ṣibyān: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(01), 4758.
Mutrofin, S., Izzah, A., Kurniawardhani, A., & Masrur, M. (2014). Optimasi Teknik
Klasifikasi Modified K Nearest Neighbor Menggunakan Algoritma Genetika. Jurnal
Gamma, 10(1).
Noor, H. R. Z. Z. (2020). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif: Petunjuk
Praktis Untuk Penyusunan Skripsi, Tesis, Dan Disertasi: Tahun 2015. Deepublish.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2011). Human Development Edition: 11 T.
Puspasari, A. (2007). Mengukur Konsep Diri Anak. Elex Media Komputindo.
Santrock, J. W., Mondloch, C. J., & Mackenzie-Thompson, A. (2014). Essentials Of Life-
Span Development.
Saraswatia, G. K., Zulpahiyana, Z., & Arifah, S. (2015). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Konsep Diri Remaja Di SMPN 13 Yogyakarta. JNKI (Jurnal Ners
Dan Kebidanan Indonesia)(Indonesian Journal Of Nursing And Midwifery), 3(1),
Volume 4, Nomor 1, Januari 2024
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
75 http://sosains.greenvest.co.id
3338.
Sarosa, S., & Sarwiji, B. (2017). Metodologi Pengembangan Sistem Informasi.
Sugiyono, P. D. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi (Mix
Methods)(DI Sutopo (Ed.). ALFABETA, CV.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License.