Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
619 http://sosains.greenvest.co.id
PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK TALKING
CHIP TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA SMAN 1 JUWANA
Ulfatun Nuraini
, Supardi dan Tri Hartini
Universitas PGRI Semarang
E-mail: aulfa1058@gmail.com, supardi24@gmail.com,
Diterima:
23 Juni 2021
Direvisi:
04 Juli 2021
Disetujui:
15 Juli 2021
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh angket kebutuhan peserta
didik (AKPD) yang dilakukan peneliti di SMA N 1 Juwana.
Berdasarkan hasil angket kebutuhan peserta didik (AKPD) di
SMA N 1 Juwana didapatkan hasil antara lain siswa gagal
menyesuaikan diri di sekolah terdapat 35, 30% dan itu termasuk
yang paling tinggi, siswa belum bisa memiliki kepekaan diri dan
social terdapat 32,39%, siswa sulit untuk belajar kelompok
terdapat 32,99%, siswa jenuh dan enggan masuk sekolah
terdapat 31,93%, kurangnya etika dalam bergaul terdapat
31,95% . peneliti kemudian melakukan wawancara untuk
memperkuat data dari AKPD yang didapati bahwa dari respon
yang diwawancarai menyatakan masih rendah dalam
menyesuaikan diri. Sebagai kelas try out dipilih dengan teknik
random sampling yaitu XI MIPA-A. Kelas XI MIPA-B
berjumlah 36 peserta didik digunakan kelompok ekperimen dan
kelas XI MIPA-C berjumlah 36 digunakan sebagai kelompok.
Berdasarkan perhitungan uji t diperoleh hasil t Hitung sebesar
3,086 sementara t tabel dengan db=(n1+n2)-2 = (10+10)-2 =18
dan taraf signifikansi 5%(0,05) sebesar 2,101 karena nilai sekor t
hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak. Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penyesuaian diri siswa antara
kelompok eksperimen dan kelompok control. Dengan demikian
menunjukkan terdapat : Pengaruh Bimbingan Kelompok
Dengan Talking Chip Terhadap Penyesuaian Diri Siswa SMA N
1 Juwana. Saran hendaknya guru bimbingan dan konseling
bagi siswa secara efektif dan optimal degan penggunaan
berbagai metode diantaranya memberikan layanan bimbingan
kelompok dengan teknik talking chip tehadap penyesuaian diri.
Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, Talking Chip,
Penyesuaian Diri
Abstract
This study was motivated by a questionnaire of the needs of
students (AKPD) conducted by researchers at SMA N 1 Juwana.
Based on the results of the questionnaire needs of students
(AKPD) at SMA N 1 Juwana obtained results among others
students failed to adjust in school there are 35, 30% and that is
among the highest, students can not have self-sensitivity and
social there are 32.39%, students are difficult to learn groups
there are 32.99%, students are saturated and reluctant to attend
school there are 31.93% , lack of ethics in associating there is
31.95%.the researchers then conducted an interview to reinforce
Pengaruh Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Talking Chip
Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Sman 1 Juwana
2021
Rofiudin 620
data from the AKPD which found that from the response
interviewed stated that it is still low in adjusting. As a try out
class selected with random sampling technique namely XI MIPA-
A. Class XI MIPA-B numbered 36 students used experiment
group and class XI MIPA-C numbered 36 used as a group.
Based on the calculation of t test obtained t result Calculate by
3,086 while t table with db=(n1+n2)-2 = (10+10)-2 =18 and
significance level 5%(0.05) of 2,101 because the value of the t
count is greater than t table then Ho is rejected. It can be
concluded that there is an influence of student self-adjustment
between the experimental group and the control group. Thus
showing there is "The Influence of Group Guidance With Talking
Chip On Self-Adjustment of High School Students N 1
Juwana".Advice should be teacher guidance and counseling for
students effectively and optimally with the use of various
methods including providing group guidance services with
techniques talking chip tehadap self-adjustment.
Keywords: Group Guidance, Talking Chip, Self-Adjustment
Pendahuluan
Penyesuaian diri dapat diperoleh melalui proses belajar memahami, mengerti dan
berusaha melakukan apa yang diinginkan diri dengan baik akan mampu mencari sisi
positif, kreatif dalam mengelola kondisi serta mampu mengendalikan diri, sikap dan
perilakunya. Kemampuan tersebut membuat individu akan lebih mudah diterima untuk
lingkungannya, namun tidak semua dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, transisi
tersebut menimbulkan konflik emosi (Septikasari & Frasandy, 2018). Bahwa siswa yang
mampu menyesuaikan diri di lingkungan sekolah dengan baik belum tentu sehat secara
mental karena kesehatan mental tidak hanya sekedar dilihat atau diukur dari derajat
penyesuaian diri yang tinggi saja, tapi masih ada hal lain yang perlu diperhatikan seperti
nilai-nilai kebaikan yang hidup dilingkungan sekitar yang saling bersangkutan. Secara
umum manusia juga dituntut mengalami penyesuaian diri sehingga mampu mengatasi
segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
harus mampu menampilkan diri sesuai dengan atau aturan yang berlaku (Handono &
Bashori, 2013).
Interaksi di lingkungan sekolah merupakan hubungan timbal balik antara guru
dengan siswa yang terdapat disekolah. Oleh karena itu siswa dapat menerapkan hubungan
baik dengan teman, guru dan lingkungan sekolah (Sigalingging & Sianturi, 2019). Hal
tersebut merupakan kemampuan individu yang menjadikan penyesuaian diri.
Menurut Desmita penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon
mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik- konflik dan
frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara
tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana dia tinggal
(Rokhmatika, 2013).
Penyesuaian Diri pada anak usia remaja awal diantaranya persoalan penting yang
dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan permasalahan-permasalahan
Penyesuaian Diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga
seperti keretakan keluarga. Penyesuaian Diri remaja dengan kehidupan sekolah.
Permasalahan Penyesuaian Diri disekolah kenyataannya akan timbul ketika remaja mulai
memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah
Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
621 http://sosains.greenvest.co.id
sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan Penyesuaian Diri
dengan guru-guru, teman dan mata pelajaran. Sebagai akibat dari hal tersebut, maka
prestasi belajar menjadi menurun dan anak akan menjadi tidak tenang dan anak akan
menjadi terbebaskan karena kurang perhatian dari orang tuanya (RIGA ARIANTI, 2014).
Menurut Sukardi Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan
dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk
menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dan pengambilan keputusan
(Kurniawan & Pranowo, 2018). Dengan menggunakan layanan Bimbingan Kelompok
dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam penyesuaian diri dan menolong
individu agar dapat memahami diri sendiri dari kebutuhan dan permasalahan yang
berhubungan dengan penyesuaian diri (Nurhidayati, 2016). Sehingga dengan
dilaksanakannya layanan bimbingan kelompok siswa dapat memperoleh pengalaman,
informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan penyesuian diri siswa di sekolah.
Berdasarkan masalah siswa tersebut dengan bantuan teknik talking chip . Teknik
talking chip adalah teknik pembelajaran yang menggunakan benda-benda kecil sebagai
syarat sebelum memulai pembicaraan atau aktivitas dalam belajar (Hariyanto, 2015).
Berdasarkan Angket Kebutuhan Peserta Didik (AKPD) yang saya berikan pada kelas XI
SMA N 1 Juwana yaitu siswa gagal menyesuaikan diri di sekolah terdapat 35, 30% dan
itu termasuk yang paling tinggi, siswa belum bisa memiliki kepekaan diri dan social
terdapat 32,39%, siswa sulit untuk belajar kelompok terdapat 32,99%, siswa jenuh dan
enggan masuk sekolah terdapat 31,93%, kurangnya etika dalam bergaul terdapat 31,95%
Presentasi tersebut merupakan yang paling tinggi dari semua kelas XI di SMA N 1
Juwana. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti temukan studi pendahuluan
di SMA N 1 Juwana. Berdasarkan hasil wawancara dan obsevasi untuk memperkuat data
AKPD dengan 3 orang siswa yang berinisial AL, KL dan SD dengan siswa SMA N 1
Juwana dapat dianalisis dengan hasilnya banyak siswa yang tidak berani mengungkapkan
pendapat baik didalam kelas maupun diluar, takut tidak diterima di kelompok,
komunikasi sosial masih rendah, dari salah satu siswa mengalami introvert, kurangnya
perhatian dari teman dilingkungan sekolah (Putri & Nauli, 2015).
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi di SMA N 1 Juwana dari
guru BK kelas XI SMA N 1 Juwana mendapatkan bahwa penyesuaian diri di lingkungan
sekolah ditemukan fakta perilaku yang muncul siswa menyatakan jenuh dengan rutinitas,
mengaku kesulitan bergaul dengan teman, Komunikasi sosial masih rendah, Siswa
mengalami introvert, Percayaan diri rendah, kurangnya perhatian dari teman
dilingkungan sekolah. Oleh sebab itu perlu ada upaya untuk menangani masalah
penyesuaian diri disekolah agar dapat lebih fokus pembelajaran yang efektif dan efisien.
Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian yang digunakan oleh Mazaya yang berjudul
Pengaruh Antara Kepercayaan Diri Terhadap Penyesuaian Diri Pada Siswa Remaja Kelas
X Disekolah Menengah Akhir Muhamadiyah 5 Karanggeneng (Aziz, 2017). Didalam
penelitian tersebut menjelaskan bahwa masalah penyesuaian diri yang terjadi dapat
memberikan pengaruh besar 48,61% terhadap kecenderungan somatisasi, hal ini seperti
yang terjadi di SMA AL Islam Surakarta. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa
penyesuaian diri memiliki pengaruh sangat penting terhadap perkembangan kesehatan
jiwa dan mental pada siswa. beberapa siswa mengalami permasalahan-permasalahan
dalam melakukan penyesuaian diri. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
penyesuaian diri yaitu individu tidak mampu mengatasi kebutuhan dari dalamnya,
mengalami ketegangan atau konflik sehingga individu tersebut tidak dapat selaras dengan
orang lain atau lingkungan sekitarnya (Kusumaningsih, 2013).
Pengaruh Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Talking Chip
Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Sman 1 Juwana
2021
Ulfatun Nuraini
, Supardi, dan Tri Hartini 622
Bahwa guru BK di SMA N 1 Juwana usaha untuk menangani siswa yang
penyesuaian diri yang masih rendah yaitu salah satunya memanggil siswa yang
bermasalah ke ruang BK dan guru BK memberikan layanan bimbingan dan dibantu
dengan teman dekat untuk menambah masukan dari permasalahan yang akan diselesaikan
dengan permasalahan siswa tersebut dapat mengerti permasalahannya yang harus
diperbaiki dan siswa dapat melatih berkomunikasi dengan teman kelasnya, siswa akan
berusaha dalam melakukan perubahan sesuai dengan kemampuannya (Nurfika, 2020).
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini
dapat di identifikasi bahwa penyesuaian diri siswa XI SMA N 1 Juwana masih rendah.
Terdapat siswa yang belum mampu menyesuaikan diri Perilaku tersebut antara lain:
Komunikasi sosial siswa masih rendah, Siswa mengalami introvert, Percayaan diri
rendah, Kurangnya perhatian dari teman dilingkungan sekolah. Berdasarkan identifikasi
masalah diatas maka ruang ligkup masalah yang akan dibahas agar dapat dibatasi
sehingga pembatasan masalah dalam penelitian ini akan lebih spesifiknya dan tidak
meluas. Peneliti membatasi masalah yang akan dibahas hanya siswa yang tidak mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan kelas dengan menggunakan layanan bimbingan
kelompok dengan teknik Talking Chip.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Layanan Bimbingan Kelompok
Dengan Teknik Talking Chip Berpengaruh Terhadap Penyesuaian Diri Siswa SMA N 1
Juwana dan Penyesuaian Diri Siswa SMA N 1 Juwana Setelah Mendapatkan Layanan
Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Talking Chip. Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan baik secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis hasil dari penelitian ini dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang bimbingan konseling khususnya dalam memberikan layanan
Bimbingan Kelompok dengan teknik Talking Chip terhadap penyesuaian diri siswa.
Bagi Guru mampu menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan ,teknologi dan kreatif dalam
menggunakan media pembelajaran yang digunakan. Bagi Sekolah memberikan masukan
kepada sekolah dalam upaya meningkatkan penyesuaian diri siswa di sekolah dengan
memanfaatkan teknologi dan layanan bimbingan dan konseling. Bagi peneliti dapat
digunakan sebagai latihan mengembangkan wawasan, menambah pengetahuan dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling terutama layanan Bimbingan Kelompok
dengan teknik Talking Chip.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel (Y)
Menurut Sugiyono Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, yaitu Pengaruh Bimbingan Kelompok
dengan Talking Chip Terhadap Penyesuaian Diri Siswa SMA N 1 Juwana. Peneliti
mengambil subjek penelitian siswa kelas XI MIPA-A dan MIPA-B SMA N 1 Juwana
yang berjumlah 72 siswa. Dari kelas MIPA-B dan MIPA-C diambil 10 dengan random
Peneliti memilih subjek penelitian peserta kelas XI MIPA-B dan kelas XI MIPA- C
karena memiliki persentase masalah penyesuaian diri rendah . Untuk mengetahui kelas
kelas MIPA-B dan MIPA-C diambil 10 dengan menggunakan uji t. Setelah hasil pretest
diketahui, peneliti menganalisis menggunakan uji t. Apabila setelah dianalisis tidak ada
perbedaan maka ditetapkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dilakukan
secara random. Dalam Menyusun item soal Setelah membuat kisi-kisi, maka peneliti
membuat item soal untuk mengungkap penyesuaian diri siswa. Skala terdiri dari 35 item
soal yang sudah dipakai untuk mengetahui penyesuaian diri siswa, Menyusun Skor Skala.
Dalam penelitian ini berisi pernyataan-pernyataan tentang penyesuaian diri siswa. Format
Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
623 http://sosains.greenvest.co.id
respon yang digunakan dalam instrument terdiri dari peryataan positifdan negatif. Dari
masing-masing peryataan tersebut terdapat 4 pilihan yaitu item positif (SS) 4, (S) 3,(TS)
2, (STS) 1 dan item negatif (SS) 1, (S) 2,(TS) 3 (STS) 4.
Penelitian ini menggunakan taraf signifikan sebesar 5% analisis butir untuk
mengetahui valid tidaknya butir soal dalam instrumen dengan cara yaitu skor-skor yang
ada dalam butir soal dikorelasikan dengan skor total, kemudian dibandingkan pada taraf
signifikansi 5%. Apabila r hitung > r tabel maka butir instrumen dinyatakan valid.
Demikian pula sebaliknya jika r hitung < r tabel maka butir instrumen dinyatakan
tidak valid. Berdasarkan analisis product moment diperoleh r hitung ( rxy ) sebesar
0,204. Angka tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r tabel product moment
dengan N = 25 dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,396. Dikarenakan r hitung > r
tabel 0,204 > 0,284 maka butir item nomor 1 dinyatakan tidak valid. Butir pernyataan
yang dinyatakan tidak valid adalah butir instrumen 1,6,7,9,13,21,
22,23,33,34,38,39,41,46. Item tersebut gugur karena hasil uji coba instrumen tidak
menunjukkan adanya kesamaan antara data yang terkumpul dengan data sesungguhnya
pada objek yang diteliti.
Berdasarkan bahwa hasil pretest dan posttest rata-rata per indikator dari kelompok
ekperimen terdapat perbedaan. Hasil yang diperoleh dari pretest kelompok eksperimen
perindikator dengan skor rata-rata 11,9 setelah kelompok eksperimen diberikan treatmen
meningkat di hasil post test menjdai 17,9. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikansi dari hasil pretest dan post test kelompok
eksperimen. Adapun selisih dari perindikator antara lain pada indicator 1 (Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional) dengan skor 12,4 menjadi 15,9 terdapat
selisih 3,5 point, indikator 2 (Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi) dengan skor
11,9 menjadi 18,8 terdapat selisih 6,9 point, indikator 3 (Memiliki pertimbangan rasional
dan pengarahan diri) dengan skor 11,6 menjadi 15,4 terdapat selisih3,8 point, indicator 4
(mampu dalam belajar) dengan skor 15,8 menjadi 25,5 terdapat selisih 9,7 point,
indikator 5 (menghargai pengalaman) dengan skor 9,4 menjadi 12,9 terdapat selisih 3,5
point, indicator 6 (bersikap realistis dan objektif) dengan skor 10,3 menjadi 19,4 terdapat
selisih 9,1. Pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik talking chip
kelompok menjadi peningkatan pada kelompok eksperimen yang tertinggi pada indikator
mampu dalam belajar dengan skor pretest 15,8 menjadi 25,5 post test.
Pengaruh Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Talking Chip
Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Sman 1 Juwana
2021
Ulfatun Nuraini
, Supardi, dan Tri Hartini 624
Gambar 1. perindikator penyesuaian diri hasil prestest dan posttest kelompok
Ekperimen.
Tabel 1. Rekapitulasi perindikator penyesuaian diri
No
Indikator
Pretest
Selisih
Kelompok
eksperimen
Skor
Kategori
skor
Kategori
1
Tidak menunjukkan adanya ketegangan
emosional
12,4
Rendah
15,9
Tinggi
3,5
2
Tidak menunjukkan adanya frustasi
pribadi
11,9
Rendah
18,8
Tinggi
6,9
3
Memiliki pertimbangan rasional dan
pengarahan diri
11,6
Rendah
15,4
Tinggi
3,8
4
Mampu dalam belajar
15,8
Rendah
25,5
Tinggi
9,7
5
Menghargai pengalaman
9,4
Rendah
12,9
Tinggi
3,5
6
Bersikap realistic dan objektif
10,3
Rendah
19,4
Tinggi
9,1
Jumlah
71,4
36,5
Rata-rata
11,9
6,08
Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
625 http://sosains.greenvest.co.id
Hasil dan Pembahasan
Penelitian pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik talking chip
terhadap penyesuaian diri siswa SMA N 1 Juwana. Hal tersebut dilakukan berdasarkan
analisis AKPD dan wawancara diperoleh hasil bahwa tingkat penyesuaian diri rendah.
Sehingga peneliti memberikan perlakuan pada siswa SMA N 1 Juwana berupa layanan
bimbingan kelompok.
Berdasarkan dari diskusi data dan hasil perhitungan analisis data menunjukkan
bahwa hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi ada pengaruh layanan bimbingan kelompok
dengan teknik talking chip terhadap penyesuaian diri siswa SMA N 1 Juwana
diterima. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diketahui bahwa terdapat perbedaaan
peningkatan penyesuaian diri pada kelompok eksperimen setelah diberikan treatmen
berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik talking chip, ini dibuktikan dengan
hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan t test yang telah dilakukan. Dari hasil
perhitungan analisis pertama pada pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok
control diperoleh t hitung sebesar 0,533 sementara t Tabel dengan db = (n1+n2) - 2=
(10+10) -2 = 18 dan tarafn signifikansi 5% (0.05) sebesar 2,101 karena jumlah t Hitung
lebih kecil dari t Tabel maka Ho diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan penyesuaian diri siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol.
Perhitungan anaisis data uji t data post test pada kelompok eskperimen dan
kelompok kontrol diperoleh berdasarkan perhitungan uji t diperoleh hasil t Hitung sebesar
3,086 sementara t tabel dengan db=(n1+n2)-2 = (10+10)-2 =18 dan taraf signifikansi
5%(0,05) sebesar 2,101 karena nilai sekor t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penyesuaian diri siswa antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan treatmen berupa layanan bimbingan
kelompok dengan teknik talking chip. Hal tersebut didukung rekapitulasi pretest dan post
test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
sebelum diberikan perlakuan atau treatmen menunjukkan bahwa penyesuaian diri siswa
tergolong rendah hal itu dapat dilihat dari ragunya siswa untuk menentukan penyesuain
dirinya belum pernah menerima materi tentang penyesuaian diri dari guru BK, dan siswa
belum mengetahui penyesuaian diri, dari karakteristik penyesuaian diri dan aspek-aspek
penyesuaian diri. Penjelasan tersebut juga ditunjukkan dari hasil pretest untuk kelompok
eksperimen dengan skor rata-rata sebesar 73,1. Hasil data tersebut berbeda setelah
diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik talking chip, dari
hasil post test pada kelompok ekperimen diperoleh skor rata-rata sebesar 107,1. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 34
point setelah diberikan treatmen sebanyak enam kali pertemuan. Sedangkan pada
kelompok control siperoleh skor rata-rata pretest sebesar 70,4 dari hasil rata-rata post test
sebesar 92,2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol mengalami
peningkatan sebesar 21,8. Hasil dari perindikator pada indikator pertama saat pretest pada
kelompok eksperimen 12,4, sedangkan posttest 15,9 ada peningkatan rata-rata sebesar 3,5
setelah diberikan treatmen, sedangkan hasil perindikator pertama saat pretes pada
kelompok kontrol 12,6 sedangkan posttest 15,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 2,7.
Hasil dari indikator kedua saat pretes pada kelompok eksperimen sebesar 11,9
sedangakan post test 18,8 sehingga mengalami peningakatan rata-rata sebesar 6,9 setelah
diberikan layanan, sedangkan hasil perindikator kedua kelompok control saat pretes yaitu
11,3 sedangkan posttest 17,4 ada peningkatan rata-rata sebesar 6,1 setelah diberikan
layanan. Hasil perindikator ketiga saat preteskelompok eksperimen sebesar 11,6
Pengaruh Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Talking Chip
Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Sman 1 Juwana
2021
Ulfatun Nuraini
, Supardi, dan Tri Hartini 626
Sedangkan post test 15,4 mengalami peningkatan skor rata-rata sebesar 3,8, sedangakan
hasil perindikator kelompok control saat pretes sebesar 11,9 sedangkan posttest 12,8
kesimpulanya dari skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,9. Setelah diberikan
layanan. Hasil perindikator ke empat kelompok eksperimen saat pretest sebsar 15,8
sedangkan posttest 25,5 sehingga mengalami peningkatan sebesar 9,7. Hasil perindiaktor
keempat saat pretes kelompok kontrol sebesar 16 sedangakan post tes sebesar 20,6
sehingga mengalami peningkatan skor rata-rata sebesar 4,6 setelah diberikan layanan.
Hasil perindikator ke lima saat pretes kelompok eksperimen sebesar 9,4 sedangakan post
tes sebesar 12,9 sehingga mengalami peningkatan,sedangkan hasil perindikator kelompok
control eksperimen saat post tes sebesar 9,1 sedangkan post test sebesar 11,2 sehingga
mengalami peningkatan sebesar 2,1 setelah diberikan layanan. Hasil perindikator ke enam
pada saat pretes kelompok eksperimen sebesar 10,3 sedangkkan post test 19,4 sehingga
mengalami peningkatan rata-rata sejumlah 9,1 sedangkan kelompok kontrol saat pretest
sebesar 9,8 sedangakan posttest 15,6 sehingga mengalami peningkatan skor rata-rata
sejumlah 5,8 setelah dikasih treatmen. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan
peningkatan penyesuaian diri pada kelompok ekperimen lebih besar daripada kelompok
kontrol setelah diberikan treatmen berupa bimbingan kelompok dengan teknik talking
chips.
Penelitian ini membahas tentang penyesuaian diri siswa hal ini disebabkan karena
siswa yang belum mampu menyesuaikan diri Perilaku tersebut yaitu Komunikasi sosial
siswa masih rendah, Siswa mengalami introvert, Percayaan diri rendah, Kurangnya
perhatian dari teman dilingkungan sekolah (Rahma, 2019). Hal tersebut didukung pula
hasil dari rekapitulasi pretes dan post test pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pada kelompok ekperimen sebelum diberikan treatmen menunjukkan bahwa
penyesuaian diri tergolong rendah, hal itu dapat dilihat dari masih ragu-ragu siswa untuk
menentukan penyesuaian dirinya sendiri, belum pernah menerima materi tentang
penyesuaian diri darin guru BK, da siswa belum mengetahui penyesuaian diri, dari
karakteristik penyesuaian diri dan aspek-aspek penyesuaian diri. Menurut Ghufron dan
Risnawata menyatakan bahwa penyesuaian diri dipahami sebagai interaksi seseorang
yang kontinu dengan diriya sendiri, orang lain dan dunianya (Siregar, 2019).
Penyesuaian diri merupakan salah satu ciri kepribadian yang sehat yaitu
kemampuan untuk menyesuaikan diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan. Penyesuaian diri menurut Siswanto adalah faktor yang terpenting
bagi kehidupan manusia dalam hal adaptation maupun adjustment individu yang mampu
menyesuaikan diri dengan baik, idealnya mampu menggunakan kedua mekanisme
penyesuaian diri tersebut secara luwes tergantung pada situasinya (DEWI, 2017).
Sebaliknya individu dianggap kaku bila kurang mampu menggunakan kedua mekanisme
tersebut dengan baik atau hanya salah satu cara saja yang dominan digunakan.
Kesimpulan
Penyesuaian diri sesudah diberikan treatmen bimbingan kelompok dengan teknik
talking chip menjadi meningkat, hal ini ditunjukkan hasil pretest untuk kelompok
eksperimen dengan skor rata-rata sebesar 73,1. Hasil data tersebut berbeda setelah
diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik talking chip, dari
hasil post test pada kelompok ekperimen diperoleh skor rata-rata sebesar 107,1. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 34
point setelah diberikan treatmen. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah
dilakukan dalam penelitian ini terlihat tingkat perbedaan hasil data pretest dan posttest
dari kategori rendah menjadi tinggi. Dimana hasil pengujian uji hipotesis yang telah
dilakukan dalam penelitian ini diketahui bahwa t hitung sebsar 3,086 dan t tabel 2,101
Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
627 http://sosains.greenvest.co.id
hal tersebut menunjukkan bahwa t hitung 3,086> t tabel 2,101 sehingga Ha diterima Ho
ditolak. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang
berbunyi ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik talking chip
terhadap penyesuaian diri siswa SMA N 1 Juwana diterima.
Bibliografi
Aziz, M. Abdul. (2017). Pengaruh antara kepercayaan diri terhadap penyesuaian diri
pada siswa remaja kelas x di sekolah menengah akhir muhammadiyah 5
karanggeneng. Gresik: Universitas Muhammadiyah Gresik.
DEWI, BERNADETTA CHOBIRUS CAMAR TYAS. (2017). HUBUNGAN
PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA ASRAMA DENGAN PRESTASI BELAJAR.
Unika Soegijapranata Semarang.
Handono, Oki Tri, & Bashori, Khoiruddin. (2013). Hubungan antara penyesuaian diri
dan dukungan sosial terhadap stres lingkungan pada santri baru. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan.
Hariyanto, Yacob. (2015). Pengaruh metode pembelajaran tipe talking chips terhadap
hasil belajar siswa pada kompetensi dasar memahami model atom bahan semi
konduktor di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro,
4(3).
Kurniawan, Drajat Edy, & Pranowo, Taufik Agung. (2018). Bimbingan Kelompok
dengan Teknik Sosiodrama Sebagai Upaya Mengatasi Perilaku Bullying di Sekolah.
Jurnal Bimbingan Dan Konseling Terapan, 2(1).
Kusumaningsih, Marta Ratih. (2013). Hubungan antara komunikasi interpersonal dengan
penyesuaian diri pada siswa remaja. Character: Jurnal Penelitian Psikologi., 2(1).
Nurfika, Linda. (2020). Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Self
Control Siswa Di SMK Negeri 1 Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Aceh: UIN Ar-
Raniry Banda Aceh.
Nurhidayati, Diana Dwi. (2016). Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui
bimbingan kelompok dengan teknik problem solving pada siswa.
PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 5(1), 24.
Putri, Hertika Nanda, & Nauli, Fathra Annis. (2015). Faktorfaktor yang berhubungan
dengan perilaku bullying pada remaja. Riau: Riau University.
Rahma, Zariatul. (2019). Hubungan Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Diri Siswa
Di SMA Negeri 8 Banda Aceh. Aceh: UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
RIGA ARIANTI, RIGA ARIANTI. (2014). Hubungan pola asuh orang tua tunggal
dengan prestasi beljar anak usia sekolah di nagari taeh baruah wilayah kerja
puskesmas koto baru simalanggang tahun 2014. STIKes PERINTIS PADANG.
Rokhmatika, Lailatul. (2013). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial
Teman Sebaya Dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri Di Sekolah Pada Siswa
Kelas Unggulan. Jurnal BK UNESA, 1(1).
Septikasari, Resti, & Frasandy, Rendy Nugraha. (2018). Keterampilan 4C abad 21 dalam
pembelajaran pendidikan dasar. Tarbiyah Al-Awlad, 8(2), 107117.
Sigalingging, Ganda, & Sianturi, Ira Ardany. (2019). Hubungan Teman Sebaya dengan
Perilaku Seksual Remaja di SMK Medan Area Medan Sunggal. Jurnal Darma
Agung Husada, 5(1), 915.
Siregar, Nurhayati. (2019). Meningkatkan kepercayaan diri melalui layanan bimbingan
kelompok teknik psikodarma pada siswa kelas VIII-2 MTs. EX PGA Proyek UNIVA
Medan. Sumatera Utara: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Pengaruh Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Talking Chip
Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Sman 1 Juwana
2021
Ulfatun Nuraini
, Supardi, dan Tri Hartini 628
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.