Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
637 http://sosains.greenvest.co.id
POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN
PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA
Ni Made Rarasitha Kencana Dewi
Universitas Udayana
E-mail: rarasith[email protected]
Diterima:
20 Juni 2021
Direvisi:
7 Juli 2021
Disetujui:
14 Juli 2021
Abstrak
Preeklampsia merupakan salah satu golongan hipertensi
dalam kehamilan. Preeklampsia adalah kelainan pada ibu
hamil yang ditandai dengan adanya hipertensi dan
proteinuria setelah umur kehamilan 20 minggu. Kelainan
pada ibu hamil ini ditandai dengan tekanan darah
140/90 mmHg dan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam. Jumlah
pasien preeklampsia di Rumah Sakit Harapan Bunda
pada tahun 2016-2019 mengalami peningkatan, namun
pada tahun 2020 mengalami penurunan. Preeklampsia
membutuhkan terapi antihipertensi untuk mencapai dan
mempertahankan target tekanan darah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat
antihipertensi pada pasien preeklampsia di Rumah Sakit
Harapan Bunda. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
observasional dimana data rekam medis diambil secara
retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Sampel yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 58
pasien yang terdiri dari 41 pasien preeklampsia ringan
(70,69%) dan 17 pasien preeklampsia berat (29,31%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pasien
preeklampsia (100%) mendapatkan pengobatan
antihipertensi secara monoterapi yaitu nifedipine yang
merupakan golongan Calcium Channel Blocke. Pasien
preeklampsia yang mencapai target terapi sebesar
82,76% dan yang belum mencapai target terapi sebesar
17,24%.
Kata kunci: Hipertensi, Rumah Sakit Harapan Bunda,
Preeklampsia, Antihipertensi, Tekanan Darah
Abstract
Preeclampsia is one of the groups of hypertension in
pregnancy. Preeclampsia is a disorder in pregnant
women characterized by hypertension and proteinuria
after 20 weeks of gestation. This abnormality in pregnant
women is characterized by blood pressure 140/90 mmHg
and proteinuria 300 mg/24 hours. The number of
preeclampsia patients at Harapan Bunda Hospital in
2016-2019 has increased, but in 2020 it has decreased.
Preeclampsia requires antihypertensive therapy to
achieve and maintain blood pressure targets. This study
aims to determine the pattern of use of antihypertensive
drugs in preeclampsia patients at Harapan Bunda
Hospital. This research is an observational study where
Pola Pengobatan Antihipertensi pada Pasien
Preeklampsia di Rumah Sakit Harapan Bunda
2021
Ni Made Rarasitha Kencana Dewi 638
medical record data are taken retrospectively and
analyzed descriptively. Samples that met the inclusion
and exclusion criteria were 58 patients consisting of 41
patients with mild preeclampsia (70.69%) and 17 patients
with severe preeclampsia (29.31%). The results showed
that all preeclampsia patients (100%) received
monotherapy antihypertensive treatment, namely
nifedipine which is a Calcium Channel Blocke group.
Preeclampsia patients who reached the therapeutic target
were 82.76% and those who had not reached the
therapeutic target were 17.24%.
Keywords: Hypertension, Harapan Bunda Hospital,
Preeclampsia, Antihypertensives, Blood Pressure
Pendahuluan
Hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan secara kronis tekanan darah
di pembuluh darah (Nzelu, Dumitrascu-Biris, Nicolaides, & Kametas, 2018). Peningkatan
tekanan darah terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Hipertensi dalam kehamilan (HDK) mempengaruhi
10% ibu hamil di seluruh dunia. Hipertensi ini merupakan penyakit tidak menular yang
dapat menyebabkan kematian maternal dan juga menjadi penyebab utama kematian ibu
melahirkan (Alatas, 2019). Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil memiliki dampak yang
bervariasi seperti gangguan ginjal, berat badan lahir rendah, dan proses pelahiran preterm.
Hipertensi mengakibatkan suplai darah ke plasenta menurun. Hipertensi dalam kehamilan
memiliki dampak yang buruk yaitu lepasnya plasenta secara tiba-tiba sebelum waktunya
dan dapat menyebabkan kematian pada bayi (Rakhmawati & Bismantara, 2020).
Preeklampsia merupakan salah satu golongan hipertensi dalam kehamilan (Alatas,
2019). Preeklampsia adalah kelainan pada ibu hamil yang ditandai dengan adanya
hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20 minggu. Kelainan pada ibu hamil ini
ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg dan proteinuria 300 mg/24 jam
(Saraswati & Mardiana, 2016). Menurut (Danu, 2020), preeklampsia memiliki dampak
buruk bagi ibu dan janin/bayi. Dampak preeklampsia pada ibu adalah sindrom HELPP,
stroke, berbagai masalah organ seperti edema paru, gagal ginjal, gagal hati, gangguan
pembekuan darah. Dampak preeklampsia pada janin/bayi adalah bayi berisiko terlahir
premature, kematian janin dalam kandungan atau kematian segera setelah lahir, gangguan
pertumbuhan janin di dalam kandungan, dan berat bayi lahir rendah. Beberapa faktor risiko
yang dapat menyebabkan preeklampsia adalah adanya riwayat preeklampsia pada
kehamilan sebelumnya, memiliki riwayat hipertensi kronis, kehamilan pertama, kehamilan
ganda, obesitas, umur yang ekstrim pada ibu hamil (<20 tahun dan >35 tahun), dan diabetes
mellitus (Danu, 2020).
Penderita preeklampsia berat dapat berlanjut menjadi eklampsia, oleh karena itu
diagnosis dini serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak (Kristianingsih, Sagita, & Sari, 2019). Eklampsia adalah kejang
yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda preeklampsia (Andalas, Ramadana, &
Rudiyanto, 2017). Tingkat kejadian eklampsia di Provinsi Bali pada tahun 2013-2017 yakni
pada tahun 2013 tingkat kejadian eklampsia sebesar 18,37%, pada tahun 2014 mengalami
peningkatan menjadi 22,92%, tahun 2015 turun menjadi 18,18%, tahun 2016 turun menjadi
14% namun pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 17,39%..
Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
639 http://sosains.greenvest.co.id
Preeklampsia merupakan salah satu bentuk dari hipertensi yang terjadi pada
kehamilan sehingga membutuhkan terapi antihipertensi (Magee, Khalil, Kametas, & von
Dadelszen, 2020). Penggunaan obat hipertensi pada kehamilan dapat dikatakan berhasil
dan efektif ketika tekanan darah mencapai target yaitu <140/90 mmHg (Sulastri, 2021).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Qoyimah & Adnan, 2016) menyimpulkan bahwa
pasien preeklampsia berat pada ibu hamil mendapatkan terapi antihipertensi nifedipine
dengan hasil yang menunjukkan adanya perbaikan tekanan darah sebesar 52,94% dan
47,06% yang masih belum mengalami perbaikan tekanan darah. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh (Rakhmawati & Bismantara, 2020) bahwa pasien preeklampsia
mendapatkan terapi antihipertensi monoterapi dan kombinasi 2 obat. Obat antihipertensi
monoterapi yang digunakan adalah nifedipine sebesar 62% dan metildopa sebesar 8% serta
kombinasi 2 obat yang digunakan adalah kombinasi nifedipine dan metildopa sebesar 30%.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa distribusi pasien berdasarkan hasil pengobatan
yaitu adanya perbaikan tekanan darah pada pasien sebesar 96% dan 4% yang masih belum
mengalami perbaikan tekanan darah.
Pemilihan obat selama kehamilan harus mempertimbangkan rasio manfaat dan risiko
bagi ibu maupun janin untuk menghasilkan terapi yang aman dan rasional (Schellack &
Schellack, 2011). Tatalaksana terapi hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah
pasien sampai batas tidak mengganggu atau merusak fungsi organ maupun fisiologis yang
lain, menurunkan risiko total morbiditas dan mortalitas. Penggunaan obat hipertensi pada
kehamilan dapat dikatakan berhasil dan efektif ketika tekanan darah mencapai target yaitu
<140/90 mmHg (Sulastri, 2021). Efektivitas suatu obat antihipertensi pada pasien
preeklampsia dapat dilihat dari kualitas hidup pasien dan kepatuhan dalam penggunaan
obat antihipertensi (Chambali, Meylina, & Rusli, 2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Harapan Bunda karena merupakan Rumah Sakit Bersalin yang berlokasi di Denpasar, Bali
dengan jumlah populasi preeklampsia yang memadai. Penelitian ini bwetujuan untuk
mengetahui pola penggunaan obat antihipertensi yang diterima oleh pasien preeklampsia
untuk mengetahui keberhasilan pada pasien dengan melihat tekanan darah telah mencapai
target sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional yang datanya diambil secara
retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik non probability sampling dengan jenis purposive sampling berdasarkan kriteria
inklusi dan kriteria ekslusi yang telah ditetapkan sebagai sampel. Sampel yang digunakan
yaitu semua sampel yang diperoleh dari rekam medik periode 2018-2019 yang memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah data pasien
preeklampsia yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Harapan Bunda periode 2018-
2019, data pasien preeklampsia yang mendapatkan terapi antihipertensi, data pasien
preeklampsia yang menjalani rawat inap tanpa penyakit penyerta di Rumah Sakit Harapan
Bunda periode 2018-2019, dan usia gestasi pasien >20 minggu, sedangkan kriteria eksklusi
pada penelitian ini adalah data rekam medik pasien yang tidak terbaca, tidak jelas, dan tidak
lengkap. Analisis data penelitian dilakukan terhadap pola penggunaan obat antihipertensi
pada pasien ibu hamil dengan preeklampsia untuk mengetahui keberhasilan pada pasien
dengan melihat tekanan darah telah mencapai target. Data yang dikumpulkan berupa
tekanan darah pasien saat masuk rumah sakit dan saat keluar dari rumah sakit serta obat
antihipertensi yang diberikan pada pasien. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
yaitu data karakteristik pasien meliputi usia pasien dan tekanan darah serta data pengobatan
berupa jenis obat yang diberikan kepada pasien. Data diolah menggunakan komputer
Pola Pengobatan Antihipertensi pada Pasien
Preeklampsia di Rumah Sakit Harapan Bunda
2021
Ni Made Rarasitha Kencana Dewi 640
dengan software (Microsoft excel) dan diinterpretasikan dalam bentuk tabel. Hasil analisis
data akan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel beserta persentase penggunaan obat
antihipertensi dan hasil pengobatannya.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan data rekam medik pasien preeklampsia yang
menggunakan obat antihipertensi yang melakukan rawat inap di Rumah Sakit Harapan
Bunda Denpasar, Bali periode 2018-2019. Terdapat 58 kasus preeklampsia yang memenuhi
kriteria inklusi yang terdiri dari 41 kasus preeklampsia ringan dan 17 kasus preeklampsia
berat.
Klasifikasi pasien berdasarkan usia bertujuan untuk mengetahui distribusi usia
pasien yang mengalami preeklampsia.
Tabel 1. Distribusi Usia Pasien Preeklampsia di RS Harapan Bunda
Usia (Tahun)
Persentase (%)
<20 dan >35
22.41
20-35
77.59
TOTAL
100
Tabel 1. menjelaskan mengenai distribusi usia pasien preeklampsia di RS Harapan
Bunda. Pasien preeklampsia di RS Harapan bunda dengan usia dibawah 20 dan diatas 35
tahun diketahui jumlah pasien sebanyak 13 dengan presentase 22,41%, sedangkan untuk
rentang usia antara 20-35 tahun diketahui jumlah pasien sebanyak 45 dengan presentase
77,59%. Usia reproduktif dari seorang wanita adalah 20-35 tahun. Usia reproduktif ini
merupakan periode yang paling aman untuk hamil dan melahirkan. Hal tersebut dikatakan
aman karena pada usia tersebut risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan lebih rendah
(Mustaghfiroh, Sari, & Prima, 2020). Ibu hamil dengan usia <20 tahun alat reproduksi dan
sistem peredaran darah belum siap untuk beradaptasi dengan kehamilan sehingga lebih
mudah mengalami kenaikan tekanan darah dan lebih cepat menimbulkan kejang (Nursal,
Tamela, & Fitrayeni, 2017). Ibu hamil yang berusia >35 tahun terjadi proses degeneratif
yang mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional yang terjadi pada pembuluh
darah perifer yang bertanggung jawab terhadap tekanan darah sehingga lebih rentan
mengalami preeklampsia (Mustaghfiroh et al., 2020). Preeklamsia bisa terjadi pada
kelompok usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan yaitu antara
usia 20-35 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu ibu hamil
belum mengetahui tentang manfaat pemeriksaan kehamilan dan belum melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur. Sehingga setiap wanita yang hamil wajib dilakukan
pemantauan kehamilan yang intensif agar dapat meminimalkan faktor risiko yang mungkin
terjadi melalui kunjungan Ante Natal Care (ANC) yang memadai dan teratur (Wati &
Widiyanti, 2020)
Preeklampsia dapat dibedakan menjadi bentuk ringan dan berat. Pasien
dikategorikan mengalami preeklampsia ringan apabila tekanan darah sistolik (SBP) ≥140
mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) ≥90 mmHg sedangkan pasien dikategorikan
mengalami preeklampsia berat apabila tekanan darah sistolik (SBP) ≥160 mmHg dan
tekanan darah diastolik (DBP) ≥110 mmHg (Peres, Mariana, & Cairrão, 2018).
Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
641 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 2. Distribusi Pasien Berdasarkan Diagnosis Preeklampsia
Jenis Preeklampsia
Jumlah
Persentase (%)
Preeklampsia Ringan
41
70.69
Preeklampsia Berat
17
29.31
TOTAL
58
100
Tabel 2. menjelaskan mengenai distribusi pasien berdasarkan diagnosis
preeklampsia. Pasien preeklampsia berdasarkan diagnosis preeklampsia ringan diketahui
sejumlah 41 pasien dengan presentase 70,69%, sedangkan preeklampsia berat sejumlah 17
pasien dengan presentase 29,31%. Kehamilan dengan preeklampsia lebih umum terjadi
pada primigravida, keadaan ini disebabkan secara imunologik pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies yang dilakukan oleh HLA-G (Human Leukocite Antigen
G) terhadap antigen plasenta belum terbentuk secara sempurna, sehingga proses implantasi
trofoblas ke jaringan desidual ibu menjadi terganggu. Primigravida juga rentan mengalami
stres dalam menghadapi persalinan yang akan menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan
kortisol. Efek dari kortisol adalah meningkatkan respon simpatis, sehingga curah jantung
dan tekanan darah juga akan meningkat (Marniati, Rahmi, & Djokosujono, 2019).
Tabel 3. Obat Antihipertensi yang digunakan Pada Pasien Preeklampsia
Jenis Terapi
Golongan
Nama Generic
Jumlah
Persentase (%)
Monoterapi
CCB
Nifedipine
58
100
TOTAL
58
100
Tabel 3. menjelaskan mengenai obat antihipertensi yang digunakan pada pasien
preeklampsia. Pasien preeklampsia yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Harapan
Bunda mendapatkan obat antihipertensi monoterapi golongan Calcium Channel Blocker
(CCB) yaitu nifedipine sebesar 100%. Hal ini sejalan dengan penelitian (Qoyimah &
Adnan, 2016) yang menunjukkan bahwa pasien preeklampsia mendapatkan obat
antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah nifedipine sebesar 100%. Penggunaan
obat antihipertensi golongan CCB seperti nifedipine banyak digunakan karena merupakan
salah satu golongan antihipertensi pilihan pertama bagi pasien preeklampsia (Rakhmawati
& Bismantara, 2020).
Nifedipine merupakan obat yang ideal untuk penanganan preeklampsia karena
efektif menurunkan tekanan darah tanpa menyebabkan efek samping yang berbahaya.
Nifedipine memberikan aksi tanpa menurunkan aliran darah uteroplasenta dan tidak
menyebabkan abnormalitas pada jantung janin (Qoyimah & Adnan, 2016). Nifedipine
termasuk golongan C berdasarkan kategori keamanan obat menurut FDA. Kategori C
adalah obat yang pada hasil studi terhadap binatang percobaan memperlihatkan adanya
efek samping pada janin tetapi tidak ada studi kontrol pada wanita hamil sehingga obat
hanya boleh digunakan jika besar manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
terhadap janin (Ardhany, 2019)
Klasifikasi pasien berdasarkan outcome dilakukan untuk mengetahui keberhasilan
pasien preeklampsia yang menggunakan obat antihipertensi. Penggunaan obat hipertensi
pada kehamilan dapat dikatakan berhasil dan efektif ketika tekanan darah mencapai target
yaitu <140/90 mmHg (Sulastri, 2021).
Tabel 4. Distribusi Pasien Preeklampsia Berdasarkan Outcome
Pola Pengobatan Antihipertensi pada Pasien
Preeklampsia di Rumah Sakit Harapan Bunda
2021
Ni Made Rarasitha Kencana Dewi 642
Outcome
Jumlah
Persentase (%)
Berhasil
48
82.76
Tidak Berhasil
10
17.24
TOTAL
58
100
Tabel 4. menunjukkan bahwa pasien preeklampsia sebanyak 58 kasus yang
mendapatkan terapi antihipertensi dengan hasil yang mengalami perbaikan tekanan darah
sebesar 82,76% dan yang belum mengalami perbaikan tekanan darah sebesar 17,24%.
Secara teoritis, tekanan darah yang normal berada pada rentang 120-129 mmHg untuk
tekanan darah sistolik dan 80-84 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Pasien yang
mengalami preeklampsia ini termasuk di dalam rentang tekanan darah yang normal.
Pasien preeklampsia di Rumah Sakit Harapan Bunda mendapatkan obat
antihipertensi monoterapi golongan Calcium Channel Blocker (CCB) yaitu nifedipine.
Peningkatan dosis obat atau dengan penambahan obat antihipertensi (kombinasi) diberikan
bila target tekanan darah tidak tercapai. Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 17,24%
pasien preeklampsia belum mencapai target terapi. Dosis nifedipine yang diberikan yaitu
30 mg sekali sehari (maksimum 90 mg sekali sehari) atau 20 mg 2 kali sehari (awalnya 10
mg 2 kali sehari). Menurut JNC VIII juga menyatakan bahwa dosis nifedipine yang
diberikan yaitu 30-90 mg perhari, maka peningkatan dosis obat sesuai dengan literature
dapat diberikan pada pasien yang belum mencapai target tekanan darah.
Penambahan obat antihipertensi (kombinasi) juga dapat diberikan bila target tekanan
darah tidak tercapai. Terapi kombinasi obat metildopa dan nifedipine sangat efektif untuk
mengontrol hipertensi pada preeklampsia. Kombinasi kedua obat tersebut dapat mengatasi
hipertensi kehamilan serta efektif mencegah eclampsia (Sulastri, 2021). Kombinasi dari
kedua obat ini akan mempercepat kerja kedua obat karena bekerja di tempat yang berbeda
(Tanzil, 2019). Terapi kombinasi obat antihipertensi yang dapat diterima adalah golongan
β-Bloker dengan Calcium Channel Blocker kelompok dihidropiridin. Golongan β-Bloker
efektif pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang (tekanan darah diastolik 95-
105 mmHg), apabila β-Bloker tidak dapat menurunkan tekanan darah pada dosis layak
maka dapat ditambahkan Calcium Channel Blocker kelompok dihidropiridin (Nifedipine).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Harapan Bunda,
seluruh pasien preeklampsia (100%) mendapatkan pengobatan antihipertensi secara
monoterapi yaitu nifedipine yang merupakan golongan Calcium Channel Blocker. Pasien
preeklampsia sebanyak 58 kasus yang mendapatkan pengobatan antihipertensi dengan hasil
yang mencapai target terapi sebesar 82,76% dan yang belum mencapai target terapi sebesar
17,24%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan untuk melakukan
peningkatan dosis obat atau dengan penambahan terapi kombinasi antihipertensi karena
masih terdapat pasien preeklampsia yang belum mencapai target terapi. Selain itu,
meningkatkan konseling bagi ibu hamil mengenai preeklampsia agar dapat mendeteksi
secara dini dan mengantisipasi dengan pemantauan kehamilan yang intensif agar dapat
meminimalkan faktor risiko yang mungkin terjadi melalui kunjungan Ante Natal Care
(ANC) yang teratur.
Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
643 http://sosains.greenvest.co.id
Bibliografi
Alatas, Haidar. (2019). Hipertensi pada Kehamilan. Herb-Medicine Journal, 2(2), 2751.
Andalas, Mohd, Ramadana, Andry Khairani, & Rudiyanto, Rudiyanto. (2017). Eklampsia
Postpartum: Sebuah Tinjauan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(1), 3337.
Ardhany, Syahrida Dian. (2019). Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
Preeklampsia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palangka Raya
Tahun 2016. Jurnal Surya Medika (JSM), 4(2), 1725.
Chambali, Miftachul Ainin, Meylina, Lisna, & Rusli, Rolan. (2019). Analisis Efektivitas
Biaya Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Preeklampsia di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Periode 2018. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences, 10, 3237.
Danu, Indra Wardhana. (2020). Nutrisi untuk Mencegah Pre-Eklampsia pada Masa
Kehamilan. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.
Kristianingsih, Ani, Sagita, Yona Desni, & Sari, Mutia. (2019). FAktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Pre Eklamsi Berat Pada Ibu Bersalin di Ruang
Kebidanan RSUD HM. Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Ibu Dan Anak Akademi Kebidanan An-Nur, 4(1).
Magee, Laura A., Khalil, Asma, Kametas, Nikos, & von Dadelszen, Peter. (2020). Toward
personalized management of chronic hypertension in pregnancy. American Journal
of Obstetrics and Gynecology.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.07.026
Marniati, Marniati, Rahmi, Nuzulul, & Djokosujono, Kusharisupeni. (2019). Analisis
Hubungan Usia, Status Gravida dan Usia Kehamilan dengan Pre-Eklampsia pada Ibu
Hamil di Rumah Sakit Umum dr. Zaionel Abidin Provinsi Aceh Tahun. Journal Of
Healthcare Technology And Medicine, 2(1), 99109.
Mustaghfiroh, Lailatul, Sari, Nurhana, & Prima, Resty Prima. (2020). Usia, Gravida, Status
Gizi, dan Riwayat Hipertensi Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia. Jurnal
Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 10(1), 4150.
Nursal, Dien Gusta Anggraini, Tamela, Pratiwi, & Fitrayeni, Fitrayeni. (2017). Faktor
Risiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun
2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), 3844.
Nzelu, Diane, Dumitrascu-Biris, Dan, Nicolaides, Kypros H., & Kametas, Nikos A. (2018).
Chronic hypertension: first-trimester blood pressure control and likelihood of severe
hypertension, preeclampsia, and small for gestational age. American Journal of
Obstetrics and Gynecology, 218(3), 337.e1-337.e7.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ajog.2017.12.235
Peres, Gonçalo Miguel, Mariana, Melissa, & Cairrão, Elisa. (2018). Pre-eclampsia and
eclampsia: an update on the pharmacological treatment applied in Portugal. Journal
of Cardiovascular Development and Disease, 5(1), 3.
Qoyimah, Ulfah Nurul, & Adnan, Adnan. (2016). Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien Preeklampsia Berat Rawat Inap di RS PKU
Muhammadiyah Bantul Periode Januari-Desember 2015. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina,
1(2), 192202.
Rakhmawati, Elly, & Bismantara, Lintang. (2020). Studi Penggunaan Obat Anti Hipertensi
Pada Pasien Preeklamsia Di Instalasi Rawat Inap Rs X Kediri. Java Health Jounal,
6(1), 110.
Saraswati, Nuning, & Mardiana, Mardiana. (2016). Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil (Studi Kasus Di Rsud Kabupaten
Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of Public Health, 5(2), 9099.
Pola Pengobatan Antihipertensi pada Pasien
Preeklampsia di Rumah Sakit Harapan Bunda
2021
Ni Made Rarasitha Kencana Dewi 644
Schellack, Gustav, & Schellack, Natalie. (2011). Pharmacotherapy during pregnancy,
childbirth and lactation: principles to consider: evidence-based pharmacy practice. SA
Pharmaceutical Journal, 78(3), 1217.
Sulastri, S. (2021). Studi Eksplorasi Penatalaksanaan Hipertensi Pada Wanita Melahirkan.
Proceeding of The URECOL, 347356.
Tanzil, Sutomo. (2019). Rasionalitas Penggunaan Antagonis Kalsium Pada Wanita Hamil.
Biomedical Journal of Indonesia, 5(2), 7279.
Wati, Lisna, & Widiyanti, Rani. (2020). Faktor Risiko Kejadian Pre Eklampsi Di Kota
Cirebon Tahun 2019. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan,
11(1), 147158.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.
.