Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018; e-ISSN 2774-700X
574 http://sosains.greenvest.co.id
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN METODE INKUIRI
KELAS IV SDN 32 SUNGAI JARING
Misna Ilyas
SDN 32 Sungai Jaring
E-mail: misnailyas.spd@gmail.com
Diterima:
1 Juli 2021
Direvisi:
05 Juli 2021
Disetujui:
15 Juli 2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD N 32 Sungai Jaring dengan
menggunakan metode Pendekatan Inkuiri. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 32 Sungai Jaring
yang berjumlah 26 orang. Prosedur penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus. Berdasarkan deskripsi data dan analisis
data disimpulkan bahwa keterampilan IPA menggunakan
Pendekatan inkuiri siswa kelas IV SD N 32 Sungai Jaring
dari siklus 1 hingga siklus 2 mengalami peningkatan. Hasil
peningkatan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama,
Pendekatan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam melafalkan dan menggunakan intonasi dalam IPA
dari klasifikasi lebih dari cukup (67,69%) meningkat
menjadi klasifikasi baik (72,31%). Kedua, Pendekatan
inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memilih kata atau diksi dalam IPA dari klasifikasi cukup
(61,54%) meningkat menjadi klasifikasi lebih dari cukup
(69,23%). Ketiga, Pendekatan inkuiri dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menggunakan struktur kalimat
dalam IPA dari klasifikasi hampir cukup (54,62%)
meningkat menjadi klasifikasi lebih dari cukup (69,23%),
keempat, Pendekatan inkuiri dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengaitkan isi pembicaraan
dengan topik dalam IPA dari klasifikasi baik (80%)
meningkat menjadi klasifikasi baik sekali (86,92%),
Pendekatan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami materi pelajara IPA dari klasifikasi
hampir cukup (53,85%) meningkat menjadi klasifikasi
lebih dari cukup (70%).Dapat disimpulkan secara keseluruhan
keterampilan IPA dengan menggunakan Pendekatan inkuiri
siswa kelas IV SD N 32 Sungai Jaring dapat meningkat dari
penilaian cukup menjadi lebih dari cukup.
Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Pendekatan Inkuiri
Abstract
This study aims to describe the results of science study of grade
IV students of SD N 32 Sungai Jaring using the Inkuiri Approach
method. The subject of this study was a grade IV student of SD N
32 Sungai Jaring which amounted to 26 people. The research
procedure is carried out in two cycles. Based on the data
description and data analysis, it was concluded that the science
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Dengan Metode Inkuiri Kelas Iv Sdn
32 Sungai Jaring
2021
Misna Ilyas 575
skills using the incugate approach of grade IV students of SD N
32 Sungai Jaring from cycle 1 to cycle 2 improved. The results of
the increase are as follows. First, the inquiry approach can
improve students' ability to recite and use intonation in science
from classification more than adequately (67.69%) improved to
good classification (72.31%). Second, the inquiry approach can
improve students' ability to choose words or dictions in science
from sufficient classification (61.54%) increased to a
classification of more than enough (69.23%). Third, the inquiry
approach can improve students' ability to use sentence structures
in science from almost enough classification (54.62%) increased
to a classification of more than enough (69.23%), fourth, The
inquencing approach can improve students' ability to associate
the content of the conversation with topics in science from good
classification (80%) improved to a very good classification
(86.92%), The inquencing approach can improve students'
ability to understand science student material from almost
enough classification (53.85%) increased to a classification of
more than enough (70%). It can be concluded that the overall
science skills using the incugate approach of grade IV students
of SD N 32 Sungai Jaring can increase from sufficient
assessment to more than enough.
Keywords: Science Learning Results, Incugate Approach
Pendahuluan
Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) merupakan salah satu ilmu yang berperan penting
dalam kehidupan. Selain itu, IPA memiliki peranan penting dalam membangun Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Ashadi, 2016). Pembelajaran IPA di SD dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Depdiknas
menyatakan “Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar” (Afifah, 2015).
Kenyataan di lapangan berdasarkan pengalaman penulis di SDN 32 Sungai Jaring,
pembelajaran IPA masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah. Hal ini terlihat
dari proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru (teacher centered). Guru tidak
mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata (Ismawati, 2017). Fenomena
tersebut disebabkan bahwa pembelajaran selama ini lebih banyak didominasi oleh guru.
Siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga motivasi siswa untuk
belajar kurang. Interaksi yang terjadi pada umumnya dalam satu arah saja yaitu dari guru
ke siswa, akibatnya dalam pembelajaran siswa lebih bersifat pasif, lebih senang menerima
dan mencatat informasi dari guru tanpa ada kemauan untuk lebih meningkatkan
kemampuannya. Pada akhirnya, siswa mengalami gejala kebosanan dalam mengikuti
pembelajaran IPA. Hal ini terlihat dari berbagai tingkah laku siswa antara lain tidak
memperhatikan guru menerangkan pembelajaran, mengantuk, keluar masuk kelas,
mengganggu teman, pasif, mencontek dan tidak mengerjakan PR yang diberikan guru
(Yuhana & Aminy, 2019).
Selain itu jika dilihat dari hasil belajar, maka hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN
32 Sungai Jaring masih rendah. Dari hasil Ulangan Harian (UH) IPA kelas IV semester I
Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018; e-ISSN 2774-700X
576 http://sosains.greenvest.co.id
diperoleh nilai rata-rata siswa > 50%, artinya persentase ketuntasan belajar IPA siswa
berada dibawah standar KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Ini berarti, pembelajaran
IPA siswa kelas IV di SDN 32 Sungai Jaring masih rendah dan perlu ditingkatkan. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1: Nilai Ujian Semester I Siswa Kelas IV SDN 32 Sungai Jaring Tahun Ajaran
2019/2020
Ujia
n
Sem
ester
Nilai
IPA
Pencapaian
KKM
Nil
ai ≥ 70
N
ilai≤ 70
Terti
nggi
Terendah
I
92
50
18
1
2
Sumber: Observer SDN 32 Sungai Jaring
Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah, hal ini
terjadi karena ketidaktahuan siswa dengan tujuan pembelajaran dan kurang tertarik
dengan apa yang disampaikan guru di kelas. Upaya yang dapat dilakukan agar
pembelajaran IPA menarik bagi siswa salah satunya adalah dengan menggunakan
pendekatan Inkuiri.Pembelajaran Inkuiri mengkaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka .
Pembelajaran Inkuiri adalah pengajaran yang memungkinkan siswa menguatkan,
memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam
berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan
masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan dan menemukan
sendiri (Damayanti, 2014). Johnson menyatakan bahwa ”pembelajaran Inkuiri melibatkan
para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pembelajaran
akademis dengan kehidupan nyata yang mereka hadapi” (Hidayat, 2012).
Berdasarkan paparan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
Inkuiri adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman
sesungguhnya. Pembelajaran Inkuiri terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami
apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang
mereka alami dalam kehidupan sehari-hari (Trisnadewi, Darsana, & Wiyasa, 2014).
Pembelajaran tentang objek yang dipelajari secara langsung memungkinkan peningkatan
perolehan pengetahuan sesuai dengan harapan, sehingga pembelajaran terasa lebih
bermakna bagi siswa karena mereka mengalami dan membuktikan sendiri (Divayana,
Suyasa, & Sugihartini, 2016).
Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang
tenang dan menyenangkan. Dengan demikian dapat memungkinkan siswa untuk
termotivasi dalam belajar karena pembelajaran dilakukan secara alamiah dan siswa dapat
mempraktekkannya secara langsung. Hal ini dijelaskan Mulyasa bahwa: Inkuiri
memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran
dilakukan secara alamiah, sehingga siswa dapat mempraktekkan secara langsung apa-apa
yang dipelajarinya (Arif & Ma’rifati, 2019). Pembelajaran Inkuiri mendorong siswa
memahami hakekat, makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin
dan termotivasi untuk senantiasa Batang Anai belajar bahkan kecanduan belajar (Silalahi,
2011).
Pendekatan Inkuiri dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena siswa
bekerja dan mengalami sendiri sehingga siswa akan lebih bersemangat karena masalah
yang dihadapkan sesuai dengan kehidupan siswa. Hal ini dijelaskan oleh Nurhadi.
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Dengan Metode Inkuiri Kelas Iv Sdn
32 Sungai Jaring
2021
Misna Ilyas 577
Pendekatan Inkuiri mempunyai kelebihan yaitu pembelajaran menjadi lebih bermakna
bagi siswa karena pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja secara alami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik dan
strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Anggareni, Ristiati, &
Widiyanti, 2013). Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan Inkuiri akan menambah
semangat dan kreatifitas siswa, karena masalah yang dihadapkan kepada siswa adalah
masalah yang ada di lingkungannya dan akan berguna di kehidupan tersebut. Berdasarkan
uraian di atas, jelaslah bahwa dengan menggunakan pendekatan Inkuiri dapat membantu
siswa dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata yang dialaminya,
sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, serta siswa
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP:2006), untuk mata
pelajaran IPA banyak kompetensi dasar yang dapat diterapkan dengan menggunakan
pendekatan inkuiri, salah satu materinya adalah Perkembangbiakan generatif pada
tumbuhan. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, peneliti merasa tertarik
untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Hasil
Belajar IPA dengan Menggunakan Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas IV SDN 32 Sungai
Jaring. (Putra, 2018) Tahun Pelajaran 2019/2020.
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Oleh sebab itu sesuai
dengan penelitian yang akan dilaksanakan berasal dari persoalan praktek pembelajaran di
kelas secara lebih profesional, prosedur pelaksanaan penelitian ini mengikuti
prinsip-prinsip dasar penelitian (Rahman, 2018).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Rahman, 2018).
PTK merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan
situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan guru ditujukan untuk
meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan disebut
penelitian tindakan kelas (Rahman, 2018). Dari uraian beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk
memperbaiki pembelajaran di kelas. PTK dilaksanakan secara berulang sampai masalah
yang dihadapi oleh guru tersebut dapat teratasi.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV SDN 32 Sungai Jaring. Penelitian
tindakan yang dilakukan adalah penggunaan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA
semester 2 tahun ajaran 2019/2020. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi atas 2 siklus
yaitu siklus I dan siklus II dengan rentang waktu dimulai dari perencanaan sampai hasil
penelitian yang telah dilakukan. Peneliti berkolaborasi dengan observer.
Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru,
sedangkan guru kelas yang lain sebagai pengamat (observer). Tahap-tahap pembelajaran
setiap tindakan disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran. Deskripsi pembelajaran
untuk keefektifan pendekatan inkuiri sebanyak 2 siklus Penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari dua siklus yang mana siklus I terdiri dari dua kali pertemuan, sedangkan siklus
II terdiri dari satu kali pertemuan dan satu kali hasil belajar pada akhir siklus.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan inkuiri
Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018; e-ISSN 2774-700X
578 http://sosains.greenvest.co.id
Pendekatan ini menggunakan tiga instrumen penelitian berupa lembaran observasi proses
kegiatan guru, lembaran observasi proses kegiatan siswa, dan tes hasil belajar siswa
(Winarsih & Mulyani, 2012).
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri membuat siswa merasa
senang karena selain mendapat pengetahuan, siswa juga dapat melatih dan
mengembangkan sikapnya. Melalui pendekatan inkuiri, siswa dapat menunjukkan
aktivitas yang baik secara keseluruhan, yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil
belajar siswa (Rahmawati & Haryani, 2014). Hal ini dapat dijelaskan seperti berikut:
a) Proses kegiatan siswa
Hal yang paling mendasar dituntut dalam proses pembelajaran adalah aktivitas
siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi antara guru
dan siswa ataupun antara siswa itu sendiri, sehingga suasana belajar menjadi segar dan
konduksif (mendukung), dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya
semaksimal mungkin. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada
Tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Persentase Aktivitas Siswa Kelas IV SDN 32 Sungai Jaring dalam Pembelajaran
IPA pada Siklus I dan Siklus II
N
No.
Indikator Aktivitas Siswa
Rata-rata
Ketera
ngan
Si
klus II
(
%)
1
1
Siswa mendengarkan/memper-hatikan
penjelasan guru mengenai materi
pelajaran dengan aktif.
92%
Mengalami
kenaikan
(20%)
2
2
Siswa mngajukan pertanyaan kepada
guru mengenai materi pelajaran dengan
baik.
84%
Mengalami
kenaikan
(20%)
3
3
Siswamenjawab/menanggapi
pertanyaan yang diajukan oleh guru
dan temannya dengan baik dan tepat.
88%
Mengalami
kenaikan
(32%)
4
4
Siswamengerjakanpekerjaan
sekolah/latihan sekolah.
92%
Mengalami
kenaikan
(24%)
5
5
Siswa tidak melakukan tingkah laku
yang menyimpang, misalnya: berbicara
diluar topik bahasan, mengganggu
teman, meribut, mengerjakan tugas
lain, dan keluar masuk kelas.
92%
Mengalami
kenaikan
(18%)
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran IPA
dengan menggunakan pendekatan inkuiri, terjadi peningkatan aktivitas siswa. Hal ini
terbukti dari kenaikan rata-rata persentase untuk masing-masing indikator keberhasilan
aktivitas siswa yang telah ditetapkan.
b) Aktivitas guru
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran pada umumnya dilihat dari pengelolaan
pelaksanaan pembelajaran pada persentase aktivitas guru. Dalam hal ini terlihat
peningkatan pengelolaan pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan inkuiri, seperti
dapat dicermati pada Tabel 9 di bawah ini:
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Dengan Metode Inkuiri Kelas Iv Sdn
32 Sungai Jaring
2021
Misna Ilyas 579
Tabel 9. Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I dan Siklus II
Siklus
Rata-rata Per Siklus
I
65%
II
96%
Target
70%
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui
pendekatan inkuiri pada siklus I dapat dilihat rata-rata persentase 65% sehingga belum
dikatakan baik. Hal ini disebabkan guru belum terbiasa melaksanakan pembelajaran
melalui pendekatan inkuiri. Pada siklus II, rata-rata persentase 96% sehingga pelaksanaan
pembelajaran melalui pendekatan inkuiri sudah jauh meningkat dari siklus I.
c) Hasil belajar
Data mengenai hasil belajar siswa diperoleh melalui tes hasil belajar. Dalam hal
ini, terlihat perbedaan peningkatan ketuntasan hasil belajar pada siklus I dan siklus II
pada Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Siklus
Persentase dan
Jumlah Siswa yang Telah
Mencapai Nilai >70
Nilai Rata-
rata secara Klasikal
Siklus I
64%=16 orang
68
Siklus II
92%=23 orang
81
Berdasarkan Tabel 9 tentang hasil belajar siswa dalam dua siklus, terlihat pada
siklus I, siswa yang tuntas belajar ada 16 orang (64%), dengan nilai rata-rata secara
klasikal 68, sedangkan pada siklus II, siswa yang tuntas belajar ada 23 orang ( 92%),
dengan nilai rata-rata secara klasikal 81. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa
persentase ketuntasan belajar siswa siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 28%,
sedangkan untuk nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal juga mengalami peningkatan
dan sudah mencapai KKM. Berdasarkan pembicaraan peneliti dengan observer setelah
selesai pelaksanaan siklus II, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri
dapat meningkatkan proses pembelajaran. Dengan penelitian yang telah dianalisis, maka
hipotesis penelitian ini dinyatakan diterima yaitu: melalui pendekatan Inkuiri dapat
ditingkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA Kelas IV SDN 32 Sungai Jaring.
Dengan demikian, hipotesis penelitian tentang pembelajaran IPA melalui pendekatan
inkuiri yang peneliti lakukan telah dapat diakhiri.
Kesimpulan
Rencana pembelajaran yang disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan inkuiri yaitu: mengenali dan menjelaskan masalah,
pembentukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis untuk menguji hipotesis,
menarik kesimpulan. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan
inkuiri terdiri dari 5 langkah. Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dibagi atas
tiga tahapan yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Pada tahap awal dilaksanakan
kegiatan pengaktifan pengembangan materi dengan menggunakan pendekatan inkuiri.
Pada tahap inti dilaksanakan langkah-langkah inkuiri yaitu mengenali dan menjelaskan
Volume 1, Nomor 7, Juli 2021
p-ISSN 2774-7018; e-ISSN 2774-700X
580 http://sosains.greenvest.co.id
masalah, pembentukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data untuk menguji
hipotesis, menarik kesimpulan. Pada tahap akhir, kegiatan siswa diarahkan untuk
menyimpulkan pelajaran dan memberikan tes akhir. Dilihat dari tes akhir siklus I, nilai
rata-rata yang diperoleh siswa 76. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II
dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada akhir tes siklus II adalah 81. Dilihat dari
nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes akhir setiap siklus dengan menggunakan
pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Bibliografi
Afifah, Rohmatun Nurul. (2015). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Ilmu
Pengetahuan Alam Berbasis Metode Percobaan. Universitas PGRI Yogyakarta.
Anggareni, N. W., Ristiati, N. P., & Widiyanti, NLPM. (2013). Implementasi strategi
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep
IPA siswa SMP. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran IPA Indonesia, 3(1).
Arif, Much Machfud, & Ma’rifati, Rr Kusuma Dwi Nur. (2019). Implementasi Strategi
Pembelajaran kontekstual Di MI (Madrasah Ibtidaiyah). PREMIERE: Journal of
Islamic Elementary Education, 1(2), 2134.
Ashadi, Firman. (2016). Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(5), 717729.
Damayanti, Ida. (2014). Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran IPA sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 2(3), 112.
Divayana, Dewa Gede Hendra, Suyasa, P. Wayan Arta, & Sugihartini, Nyoman. (2016).
Pengembangan media pembelajaran berbasis web untuk matakuliah kurikulum dan
pengajaran di jurusan pendidikan teknik informatika Universitas Pendidikan
Ganesha. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika: JANAPATI, 5(3), 149
157.
Hidayat, Muhtar S. (2012). Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran. INSANIA:
Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 17(2).
Ismawati, Riva. (2017). Strategi REACT dalam pembelajaran kimia SMA. Indonesian
Journal of Science and Education, 1(1), 17.
Putra, Purniadi. (2018). Penerapan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA untuk
mengembangkan karakter siswa di SDN 01 Kota Bangun. Muallimuna: Jurnal
Madrasah Ibtidaiyah, 3(1), 2847.
Rahman, Taufiqur. (2018). Aplikasi model-model pembelajaran dalam penelitian
tindakan kelas. CV. Pilar Nusantara.
Rahmawati, Ria, & Haryani, Sri. (2014). Penerapan Praktikum Berbasis Inkuiri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,
8(2).
Silalahi, Rensus. (2011). Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Edisi Khusus, 2, 134143.
Trisnadewi, Komang Ary, Darsana, I. Wayan, & Wiyasa, I. Komang Ngurah. (2014).
Penerapan Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Audiovisual Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD No. 3
Tibubeneng, Kuta Utara, Badung. MIMBAR PGSD Undiksha, 2(1).
Winarsih, A., & Mulyani, S. (2012). Peningkatan profesionalisme guru IPA melalui
lesson study dalam pengembangan model pembelajaran PBI. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 1(1).
Yuhana, Asep Nanang, & Aminy, Fadlilah Aisah. (2019). Optimalisasi peran guru
Peningkatan Hasil Belajar Ipa Dengan Metode Inkuiri Kelas Iv Sdn
32 Sungai Jaring
2021
Misna Ilyas 581
pendidikan agama Islam sebagai konselor dalam mengatasi masalah belajar siswa.
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 7(1), 7996.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.