Review Literatur: Pengaruh Pijat Oxytosin Terhadap Kelancaran
Asi Pada Ibu Post Partum
Is Susiloningtyas, Nur Khalimatus Sa’diyah 583
Pendahuluan
ASI mengandung barbagai zat yang membutuhkan dalam proses pertumbuhan,
perkembangan bayi, kesehatan dan imunitas bayi (Widiyanto, 2012). Air Susu Ibu (ASI)
merupakan makanan pertama, utama yang terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI
yang diproduksi selama hari-hari pertama kelahiran, mengandung kolostrum yang dapat
melindungi bayi dari penyakit. Komponen penting untuk kelangsungan hidup bayi adalah
dengan pemberian ASI dengan pemberian ASI sedini mungkin.
World Health Organization (WHO) dan United National Chlidren, Emergency
Fund (UNICEF) merekomendasikan pemberian nutrisi yang optimal bagi bayi baru lahir
melalui strategi global pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (WHO, 2019). America
Academy Of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada bayi
selama minimal 6 bulan dan dapat dilanjutkan minimal sampai bayi berusia 12 bulan
(Wulandari & Iriana, 2016).
Proses laktasi terjadi dibawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama
hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Produksi dan sekresi ASI merupakan
proses fisiologis dari laktasi, maka faktor – faktor yang berpengaruh pada proses laktasi
antara lain posisi dan fiksasi bayi yang benar pada payudara serta frekuensi dan durasi
menyusui, pengosongan pada payudara, nutriasi, keadaan ibu baik fisik maupun psikis
serta keadaan payudara. Gangguan pada laktasi terjadi karena berbagai faktor diantaranya
faktor bayi, ibu dan lingkungan.
Peningkatan kadar prolaktin dalam darah akan mencapai puncak pada 45 menit
pertama setelah lahir dengan dirangsang oleh pemberian ASI sedini mungkin (Widayanti,
2014). Apabila ASI dikeluarkan atau dikosongkan secara menyeluruh maka akan
meningkatkan produksi ASI menjadi lebih banyak. Pemberian ASI awal sampai bayi
berumur 6 bulan dapat mengurangi 22% kematian bayi dibawah umur 28 hari.
Hambatan pemberian ASI Eksklusif pada BBL sering disebabkan karena ASI yang
belum keluar dan berkurangnya produksi ASI, hal ini karena kurangnya rangsangan
hormon prolactin dan hormon oksitosin yang sangat berpengaruh besar terhadap
kelancaran produksi ASI (Listyaningrum & Vidayanti, 2016).
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI (Maita, 2016). Pijat oksitosin dilakukan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam. Ibu akan merasa tenang, rileks,
meningkatkan rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon
oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (Asih, 2018). Tindakan pijat oksitosin ini
memberikan sensasi rileks pada ibu dan melancarkan aliran saraf serta saluran ASI kedua
payudara lancar (Fuadah & Tristanti, 2017).
Cara pijat oksitosin (cara memijat punggung) antara lain:
1. Ibu duduk rileks bersandar ke depan, tangan dilipat diatas meja dengan
kepala diletakkan diatasnya
2. Payudara tergantung lepas tanpa bra
3. Penolong memijat disepanjang sisi tulang belakang
4. Menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan
5. Tekan kuat membentuk gerakan melingkar-lingkar kecil
6. Lakukan pemijatan hingga sebatas bra
7. Lakukan selama 2-3 menit (Roesli & Yohmi, 2013)
Pijat oksitosin bermanfaat untuk meningkatkan relaksasi dan tingkat kenyamanan
ibu, sehingga memicu produksi hormon oksitosin dan mempengaruhi pengeluaran ASI
(Sulaeman, Lina, & Purnamawati, 2019). Efek pijat oksitosin adalah sel kelenjar
payudara mensekresi ASI sehingga bayi mendapat ASI sesuai dengan kebutuhan dan
berat badan bayi bertambah.