Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
705 http://sosains.greenvest.co.id
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA
AKHLAK MULIA SISWA SMAN 1 BANDUNG
Asep Kusno Suseno
Universitas Islam Nusantara
Diterima:
20 Juni 2021
Direvisi:
9 Juli 2021
Disetujui:
14 Juli 2021
Abstrak
Strategi guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak
mulia siswa memiliki peranan penting. Pembinaan akhlak mulia
pada siswa sejatinya menentukan potret akhlak para siswa dan
bisa menjadi ukuran keberhasilan dan ketidak berhasilan
pendidikan terutama pendidikan Islam. Guru memiliki peran yang
strategis dalam pembinaan akhlak mulia ini sehingga fungsi dan
perannya bisa dimaksimalkan, terutama guru pendidikan agama
Islam. Tujuan dalam penelitian ini adalah: mendeskripsikan
strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak
mulia peserta didik di SMA Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri
24 Bandung; mendeskripsikan hambatan guru pendidikan agama
Islam dalam menerapkan strategi pembinaan akhlak mulia peserta
didik di SMA Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri 24 Bandung
mendeskripsikan implikasi strategi guru pendidikan agama Islam
dalam pembinaan akhlak mulia peserta didik di SMA Negeri 1
Bandung dan SMA Negeri 24 Bandung. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan memilih lokasi
penelitian di SMA Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri 24
Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi guru
dalam pembinaan akhlak mulia peserta didik adalah dengan
kegiatan pembiasaan, keteladanan, memberikan nasehat,
memberikan motivasi, larangan, pengawasan, dan hukuman,
Kemudian untuk hambatan yang dilalui guru dalam menerapkan
strategi yaitu terbatasnya pengawasan pihak sekolah, lingkungan
keluarga, latar belakang siswa yang kurang mendukung,
lingkungan masyarakat (pergaulan), pengaruh media elektronik
gadget. Selanjutnya untuk implikasi strategi guru pendidikan
agama Islam dalam pembinaan akhlak mulia peserta didik yaitu
dalam kegiatan pembiasaan yaitu siswa melaksankan salat dhuhur
berjamaah secara disiplin tanpa perlu instruksi dari guru sudah
berjalan sendiri.
Kata Kunci: Strategi, Guru PAI, Pembinaan Akhlak Mulia
Abstract
The strategy of Islamic religious education teachers in fostering
students' noble character has an important role. The development
of noble character in students actually determines the moral
portrait of students and can be a measure of the success and
failure of education, especially Islamic education. Teachers have
a strategic role in fostering this noble character so that their
functions and roles can be maximized, especially Islamic religious
education teachers. The objectives of this study are to describe the
strategy of Islamic religious education teachers in fostering the
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membina Akhlak Mulia Siswa SMAN 1 Bandung
2021
Asep Kusno Suseno 706
noble character of students at SMA Negeri 1 Bandung and SMA
Negeri 24 Bandung, describe the obstacles of Islamic religious
education teachers in implementing the strategy of fostering the
noble character of students in SMA Negeri 1 Bandung and SMA
Negeri 24 Bandung, and describe the implications of the strategy
of Islamic religious education teachers in fostering the noble
character of students in SMA Negeri 1 Bandung and SMA Negeri
24 Bandung. This study uses a qualitative approach, choosing the
research location in SMA Negeri 1 Bandung and SMA Negeri 24
Bandung. The results showed that the teacher's strategy in
fostering the noble character of students was by habituation,
exemplary activities, giving advice, giving motivation,
prohibitions, supervision, and punishment. background of
students who are less supportive, the community environment
(association), the influence of electronic media gadgets. Further
to the strategic implications of Islamic religious education
teachers in coaching learners noble character that is in the
conditioning activity that students dhuhur congregation
implementing a disciplined manner without instruction from the
teacher has to walk alone
Keywords: Strategy, Master PAI, Noble Moral Guidance.
Pendahuluan
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa pada
dasarnya akan sangat memengaruhi tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai akhlak
itu sendiri, terlebih apabila pengaruh terhadap tingkat kesadaran siswa dalam mengamalkan
nilai-nilai luhur, baik yang ada dalam lembaga atau di luar lembaga pendidikan (Zainal,
Normawati, & Rahmawati, 2019). Pendidikan merupakan suatu proses atau usaha yang
dilakukan secara terencana sehingga terwujud dalam sikap dan perilaku yang baik pada diri
seseorang dan mampu menemukan jati dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat (Putry, 2019). Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan
yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis (Afni, Wahid, Hastati, Jumrah, & Mursidin,
2021).
Terkait dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak peserta
didik ini, sangatlah sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat
125:




















“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Makna ayat di atas sangat erat kaitannya dengan strategi pendidikan agama Islam
dalam membina akhlak peserta didik, dimana guru sebagai pendidik memberikan pelajaran
kepada siswa menggunakan berbagai strategi dengan penuh bijaksana serta keteladanan
budi pekerti yang luhur. Al-Quran membahas mengenai perilaku (akhlak) terutama akhlak
terpuji yang hendaknya diterapkan oleh umat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena
akhlak yang mulia merupakan ukuran utama dalam mencapai kebahagiaan, keamanan,
Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
707 http://sosains.greenvest.co.id
ketertiban dalam kehidupan semua manusia dan dapat juga dikatakan bahwa akhlak
merupakan tiang berdirinya umat, sebagaimana salat sebagai tiang agama Islam.
Strategi guru PAI yang baik dan tepat tentu dapat memberikan perubahan pada
akhlak siswa (Asyari, 2019). Begitu pula sebaliknya strategi guru pendidikan agama Islam
yang tidak baik dan tidak tepat dapat menjadi penyebab kegagalan pendidikan Islam dalam
membina akhlak siswa di sekolah (Sya’roni, Ritonga, & Jamil, 2021). Tidak pahamnya
siswa terhadap pendidikan agama dikarenakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
tidak memakai strategi tertentu, sehingga proses pengajaran tidak berjalan dengan
maksimal, lain halnya apabila dalam pengajaran guru memakai teknik strategi yang tepat
dalam penyampaian materi bisa dipastikan siswa akan lebih bisa mengerti dan memahami
serta mampu mengamalkan (Abdullah, 2019).
Penanaman nilai akhlakul karimah ini, memiliki peran penting dalam kehidupan
umat manusia (Jentoro, Yusro, Yanuarti, Karolina, & Deriwanto, 2020). Agama menjadi
pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan
bermartabat (Halili, 2020). Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi
spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehingga dapat disebut sebagai pribadi
muslim (Utomo, 2018). Penanaman akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh
dalam rangka membentuk kepribadian manusia dengan menggunakan sarana pendidikan
dan pembinaan yang terprogram dengan baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
dan konsisten (Sylviyanah, 2012). Tujuan dari pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan
pembentukan akhlak itu sendiri, yaitu membangun mental dan pribadi muslim yang ideal
(Awaliyah & Nurzaman, 2018).
Para siswa itu memiliki kecerdasan yang luar biasa yang dapat dikembangkan tetapi
karena pengaruh lingkungan yang kurang mendukung untuk melakukan hal-hal yang baik,
maka kecerdasan itu mereka tuangkan pada hal-hal yang tidak bermanfaat sehingga dapat
merusak akhlak mereka (Ultra, Hawi, & Suryana, 2020). Semua perilaku itu terjadi karena
melihat usia remaja ini merupakan masa yang masih rawan, emosi mereka masih labil serta
belum mempunyai pegangan agama yang cukup kuat sehingga mudah mengalami
kegoncangan jiwa yang menyebabkan mereka kebingungan untuk memilih mana yang baik
dan mana yang buruk bagi mereka.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa proses bimbingan dan
pembinaan akhlak bagi siswa merupakan suatu momentum untuk mengatasi segala macam
tindakan siswa yang menjurus kepada kejahatan, sehingga bimbingan dan penyuluhan
memberikan jalan pemecahan dan alternatif dari segala macam problem yang dihadapi
anak-anak. Peran dan tanggung jawab guru dalam pendidikan sangat berat apalagi dalam
konteks pendidikan Islam, semua aspek kependidikan dalam Islam terkait dengan nilai-
nilai yang melihat guru bukan saja dari penguasaan material pengetahuan, tetapi juga pada
investasi nilai-nilai moral dan spiritual yang di embannya untuk ditranformasikan kearah
pembentukan kepribadian Islam, guru dituntut bagaimana membimbing, melatih dan 5
membiasakan peserta didik berperilaku yang baik (Fajriana & Aliyah, 2019). Karena itu,
eksistensi guru tidak saja mengajarkan tetapi sekaligus mempraktikkan ajaran-ajaran dan
nilai-nilai kependidikan Islam. Sebagaimana firman Allah:


















“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. ar-Rum: 41).
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membina Akhlak Mulia Siswa SMAN 1 Bandung
2021
Asep Kusno Suseno 708
Tugas guru pendidikan agama Islam di sekolah adalah membina dan mendidik
peserta didiknya melalui pendidikan agama Islam yang dapat membentuk akhlak peserta
didik dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari (Maisyanah, Syafa’ah, &
Fatmawati, 2020). Tugas tersebut terasa berat karena ada unsur tanggung jawab mutlak
guru, akan tetapi jika keluarga dan masyarakat juga mendukung dan bertanggung jawab
serta bekerja sama dalam mendidik anak, maka pembentukan akhlak mulia akan dicapai
dengan baik.
Banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah, salah satunya yaitu
dengan membiasakan siswa untuk senantiasa berbenah diri dengan mengikuti berbagai
kegiatan pembinaan akhlak siswa, seperti salat dhuhur berjamaah, Khotmil Qur’an, BTQ,
sholawatan dll, kemudian juga membiasakan siswanya untuk melakukan komunikasi
dengan guru maupun dengan teman sejawat secara sopan dan santun menggunakan bahasa
kromo inggil dan ngoko. Pembiasaan-pembiasaan baik itu diberikan melalui kegiatan
ekstrakurikuler siswa sampai dengan pembinaan langsung lewat Bimbingan dan Konseling
yang pengaplikasiannya pada pemberian sanksi.
Berdasarkan hasil penelitian dari (Yasyakur, 2017), penanaman kedisiplinan
beribadah sholat lima waktu merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan akhlak
mulia peserta didik, namun dalam penelitian tersebut belum memuat strategi lain dalam
meningkatkan akhlak mulia tersebut. Penelitian ini memuat berbagai strategi yang dapat
meningkatkan akhlak mulia siswa. Strategi pembelajaran dan pembiasaan merupakan
komponen yang penting dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan
dari pembinaan karena dengan adanya strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembinaan akhlak peserta didik yang juga bertujuan untuk meningkatkan muru guru
Pendidikan Agama Islam khususnya peningkatan dalam bidang cara mengajar, dengan
strategi tersebut bisa dijadikan jembatan dalam kegiatan (PBM) proses belajar mengajar.
Tujuan secara khusus dalam penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang strategi
guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak peserta didik pada sekolah SMA
Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri 24 Bandung; memperoleh gambaran tentang
pelaksanaan kegiatan guru pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak peserta didik
pada sekolah SMA Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri 24 Bandung; mengetahui faktor
pendukung dalam upaya membina akhlak peserta didik pada sekolah SMA Negeri 1
Bandung dan SMA Negeri 24 Bandung; dan mengetahui faktor penghambat dalam upaya
membina akhlak peserta didik pada sekolah SMA Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri 24
Bandung.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif-yaitu penelitian pada suatu kelompok manusia, suatu
obyek, suatu sistem pemikiran atau suatu kasus peristiwa pada masa sekarang yang
bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta. Peneliti dapat membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan
suatu studi komparatif, adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian
terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu
sehingga banyak ahli menemakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif
(normative survey), metode penelitian ini juga menyelidiki kedudukan (status) fenomena
suatu faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya.
Metode deskriptif ini juga berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan
gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala dan juga menjawab pertanyaan
sehubungan dengan obyek penelitian pada saat ini. Adapun teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini meliputi:
Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
709 http://sosains.greenvest.co.id
1. Wawancara
Kegiatan wawancara ditujukan untuk memperoleh informasi tentang kelebihan,
kelemahan dan hambatan yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina akhlak peserta didik pada sekolah SMA Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri
24 Bandung dalam bentuk secara lisan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang strategi guru
Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak peserta didik pada sekolah SMA
Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri 24 Bandung, kegiatan observasi dilakukan dengan
cara mendatangi tempat yang diteliti secara langsung ketika proses atau kegiatan PBM
berlangsung.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah laporan data tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri
dari penjelasan terhadap peristiwa ini, serta ditulis dengan sengaja untuk menyiapkan
atau meneruskan keterangan menjadi peristiwa tersebut. Dokumentasi ini dilakukan
untuk membantu kesesuaian data yang diperoleh dari hasil wawancara.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini secara umum hampir semua sekolah yang menjadi sampel dalam
penelitian ini memiliki visi dan misi yang mendukung terwujudnya budaya akhlak mulia
di sekolah, misalnya SMA Negeri 1 Bandung menetapkan visi Mewujudkan sumber daya
manusia yang unggul, berkarakter, berprestasi, dan berwawasan lingkungan menuju
perkembangan abad 21. Visi ini menjelaskan bahwa SMA Negeri 1 Bandung bertekad
untuk mewujudkan pribadi muslim yang unggul dan berkarakter/ berakhlak mulia.
Hal yang sama pun juga terjadi di SMA Negeri 24 Bandung. Pada rumusan visi
sekolah, SMA Negeri 24 Bandung menentukan visi Terwujudnya lulusan berkarakter yang
dilandasi ketaatan beragama, kepedulian terhadap lingkungan, berakar budaya bangsa dan
berprilaku hidup sehat sehingga mampu hidup selaras dengan tuntutan perubahan di era
global. SMA Negeri 24 Bandung juga secara gamblang merumuskan visi dan misi yang
menyebutkan pembentukkan karakter dan akhlak mulia bagi para peserta didik ataupun
lulusannya. Penulis menarik kesimpulan bahwa visi dan misi sekolah merupakan cita-cita
sekaligus menjadi arah yang akan dilalui dan dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu
tertentu. Penetapan pengembangan kultur akhlak mulia dalam visi dan misi sekolah, maka
sekolah memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk mewujudkannya dalam waktu yang
sudah direncanakan. Sekolah sudah selayaknya melakukan upaya-upaya untuk
mewujudkan cita-cita tersebut, baik melalui perangkat aturan sekolah (dalam tata tertib)
ataupun program-program sekolah itu sendiri dan juga melalui pembiasaan nilai-nilai
akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari di sekolah baik yang terkait dengan pembiasaan
keagamaan maupun pembiasaan nilai-nilai kebaikan yang umum.
Program-program sekolah yang sangat strategis untuk pembentukkan budaya akhlak
mulia yang didasari dari agama telah dibuat secara rinci melalui peraturan dan tata tertib
sekolah. Tata tertib ini menjadi dasar bagi para peserta didik dan seluruh civitas sekolah
(kepala sekolah, guru, karyawan, caraka, dan siapa pun) dalam beraktivitas sehari-hari di
sekolah. Segala permasalahan yang terjadi adalah sebagian civitas sekolah baik guru,
karyawan, maupun peserta didik terkadang tidak mengetahui dan memehami visi dan misi
sekolah, sehingga arah yang ingin dicapai sekolah tidak diketahui secara pasti. Disisi lain
terkadang visi dan misi sekolah hanya merupakan jargon atau slogan saja yang menjadi
penghias sekolah bagi masyarakat di luar sekolah. Akibanya, sekolah sering berlindung
dibalik visi dan misi sekolah saja, sementara wujud dari perkembangan kultur akhlak mulia
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membina Akhlak Mulia Siswa SMAN 1 Bandung
2021
Asep Kusno Suseno 710
tidak pernah diupayakan untuk bisa terwujud di sekolah. Sekolah yang berhasil
menerjemahkan visi dan misinya dalam program-program pengembangan kultur yang
nyata ternyata lebih berhasil dalam membangun akhlak mulia, seperti terlihat dalam
sekolah-sekolah sampel penelitian ini. Semakin rinci program-program yang dibuat
sekolah, maka akan semakin jelas hasil yang bisa dilihat terutama dalam mengembangkan
pembinaan akhlak peserta didik.
Mesti juga disadari bahwa dengan membina akhlak peserta didik di sekolah
memerlukan waktu yang relatif lama, membiasakan budaya salam, senyum, sapa, jabat
tangan, dan ucapan selamat harus selalu diupayakan dan tidak hanya berhenti sampai batas
waktu tertentu, tetapi sampai tercapai kultur akhlak mulia yang dicita-citakan sekolah.
Tercapainya budaya akhlak mulia yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku sehari-
haribagi peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah yang disertai dengan nilai-
nilai ibadah yang tidak bisa ditempuh dalam waktu yang singkat. Usaha yang telah
dilakukan oleh peserta didik di sekolah-sekolah sampel yang dikondisikan dan diupayakan
untuk melakukan aktivitas inti selaku umat beragama adalah usaha yang konkrit dalam
rangka membangun kultur akhlak mulia melalui kegiatan-kegiatan keagamaan.
Seluruh sekolah sampel yang diteliti oleh penulis dapat disimpulkan bahwa memulai
pembinaan akhlak peserta didik dapat dimulai dari berbagai macam kegiatan keagamaan
dari peserta didik, seperti pembudayaan salat wajib maupun sunat secara berjamaah
maupun secara munfarid (sendiri), pembiasaan puasa dan zakat pada bulan ramadhan,
mengadakan pesantren kilatuntuk menambah pengetahuan dan wawasan keagamaan yang
modal untuk pengamalan agama, tadarus Al-Qur’an atau menghafal surat-surat pendek dan
doa-doa, serta pendalaman agama melalui berbagai aktivitas yang telah dirancang oleh
sekolah. Bersamaan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan itu dibudayakan juga nilai-nilai
kebaikan seperti disiplin, kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab, empati, dan nilai-nilai
lainnya di sekolah. Nilai-nilai universal ini seharusnya tidak hanya dilakukan di sekolah,
tapi dimana saja dan oleh siapa saja.
Semua sekolah sampel dalam penelitian ini memandang begitu pentingnya tata tertib
atau aturan sekolah dalam rangka membina akhlak peserta didik di sekolah. Semua sekolah
sampel memiliki tata tertib sekolah yang arahnya untuk terwujudnya pembinaan akhlak.
Pengawalan berlakunya tata tertib ini masing-masing sekolah berbeda-beda. Terdapat
sekolah yang ketat memberlakukan tata tertib sekolah dan bagi yang melakukan
pelanggaran dikenai sanksi yang tegas. Ketentuan yang tegas dapat menghasilkan aturan
dapat berjalan dengan baik, sehingga apabila peserta didik sudah terbiasa mengikuti aturan,
maka tidak ada beban lagi bagi peserta didik untuk tunduk dan patuh pada aturan tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, para peserta didik di SMA Negeri 24
Bandung terlihat tanpa beban ketika mereka harus pergi pagi-pagi sudah sampai di sekolah,
harus bersalaman dengan guru yang menyambutnya, harus berpakaian yang rapih sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan dalam aturan, atau melakukan berbagai aktivitas yang
dituntut harus sesuai aturan, membaca Al-Qur’an, melaksanakan salat baik salat wajib
maupun sunat, dan aktivitas keagamaan lainnya. Hal yang sama juga terjadi di sekolah-
sekolah lain, misalnya SMA Negeri 1 Bandung yang sangat menekankan pengamalan
agama secara praktis dalam kehidupan di sekolah. Ternyata ketaatan peserta didik dalam
mengikuti aturan atau menjalankan ajaran agama itu sangat didukung oleh keteladanan dan
kepala sekolah.
Terdapat keharusan di SMA Negeri 24 Bandung, bahwa kepala sekolah harus datang
lebih awal dari guru/pendidik, guru datang lebih awal dari para karyawan, dan karyawan
datang lebih dahulu dari peserta didik/siswa. Jika kepala sekolah, guru, dan karyawan mau
dan mampu memberi contoh (teladan) seperti itu, maka tidak sulit mengajak dan
mengarahkan peserta didik untuk berakhlak mulia. Sebaliknya, jika kepala sekolah, guru
Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
711 http://sosains.greenvest.co.id
dan karyawan tidak memiliki komitmen seperti itu, jangan terlalu berharap para peserta
didik bisa melakukannya. Di sinilah, keteladanan sangat dibutuhkan demi pembinaan
akhlak di sekolah.
Komite sekolah juga memiliki peran yang cukup besar dalam pembinaan akhlak
peserta didik di sekolah. Keikutsertaan komite sekolah dalam memikirkan dan mendukung
terwujudnya program pembinaan akhlak peserta didik di sekolah akan menjadikan sekolah
lebih bersemangat dalam melaksanakan amanah ini. Dukungan komite sekolah tidak hanya
merupakan dukungan moral bagi sekolah, tetapi sekaligus juga dukungan material yang
dapat membantu kelancaran aktivitas sekolah, termasuk dalam program pembinaan akhlak
peserta didik di sekolah, terutama bagi peserta didiknya.
Beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam upaya membina akhlak peserta
didik diantaranya justru timbul dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat sering menjadi
penghambat dalam upaya ini. Apa yang sudah diupayakan sekolah dalam pembinaan
akhlak peserta didik ini terkadang menjadi tidak efektif ketika masyarakat justru
mengajarkan nilai-nilai yang sebaliknya. Anak-anak atau peserta didik menjadi bingung
untuk bertindak di tengah-tengah masyarakat yang menyuguhkan nilai-nilai yang
bertentangan dengan yang dipelajari di sekolah. Terwujudnya akhlak mulia peserta didik
di sekolah menuntut sinergi antara ketiga pilar atau pusat pendidikan yang ada, yakni
pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), dan pendidikan nonformal
(masyarakat). Jika ketiga pusat pendidikan itu berjalan bersebrangan, maka akan
menyulitkan sekolah dalam mewujudkan akhlak mulia.
Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan dengan berbagai metode
yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi, maka data yang diperoleh dianalisis
untuk mengetahui bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam membina
akhlak peserta didik, kegiatan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak
peserta didik, berbagai faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam upaya
membina akhlak peserta didik di dua SMA Negeri di Bandung. Seorang guru Pendidikan
Agama Islam harus memiliki kompetensi, diantaranya kompetensi kepribadian yang tidak
tercela. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Kompetensi ini diperlukann dalam mewujudkan jati diri pendidik sebagai pribadi dan
pendidik yang efektif, maka ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan
disertai dengan kepuasan sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri
dan pemahaman diri.
Integritas yang melekat pada seorang pendidik tentu tidak terlepas dari pengamatan
keseharian peserta didik. Ini artinya bahwa peserta didik secara tidak langsung akan
mengevaluasi akhlak mulia gurunya yang didasarkan pada bagaimana cara guru
memperlakukan peserta didik dalam proses pembelajaran. Secara tidak langsung juga
dalam proses pembelajaran, peserta didik mengetahui bagaimana seorang pendidik dapat
berperan sebagai teladan dengan mengajar karakter dan nilai-nilai moral (akhlak mulia)
seperti kejujuran, kepercayaan, keadilan, rasa hormat dan tanggung jawab
(Dimyati,2010:85). Tugas pendidik yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.
Sebagai pengajar, guru merupakan perantara yang aktif antara peserta didik dengan ilmu
pengetahuan. Sebagai pendidik, guru harus menempatkan dirinya sebagai yang
mengarahkan dan pembina pengembangan bakat dan kemampuan peserta didik ke arah titik
maksimal yang dapat mereka capai.
Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu berupaya dan menggunakan
beberapa strategi dalam upaya pembinaan akhlak peserta didik, baik itu strategi dalam
penyampaian materi Agama Islam dengan menggunakan strategi dapat menghasilkan
pencapaian tujuan yang diiinginkan dalam pendidikan. Syaiful Bahri dan Drs. Aswan Zain
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membina Akhlak Mulia Siswa SMAN 1 Bandung
2021
Asep Kusno Suseno 712
dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar (2002 : 23), dijelaskan bahwa
strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pendidik dan
anak didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa
Strategi adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara
yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Strategi juga dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan siswa saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Hasil temuan dalam penelitian pada dua SMA
Negeri di Kota Bandung, dapat dirumuskan beberapa strategi yang digunakan oleh
guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa adalah sebagai berikut.
a. Melalui pembinaan Iman dan Takwa (IMTAK)
b. Memberikan bimbingan khusus
c. Meningkatkan hubungan dengan orang tua / wali siswa
d. Penegakkan disiplin dan tata tertib sekolah
e. Pembinaan dengan hukuman
f. Pembiasaan dan pengulangan dalam melaksanakan hal yang baik
g. Membuat program kegiatan keagamaan
h. Pendekatan secara personal
i. Memberikan teladan yang baik
2. Kegiatan guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa
Pelaksanaan kegiatan guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak
siswa. Dari hasil observasi dan wawancara beserta pengisian kuesioner, maka dapat
diketahui kegiatan guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa pada
dua sekolah SMA Negeri di Kota Bandung, di antaranya adalah :
a. Membaca Al-Qur’an pada pagi hari sebelum pelajaran dimulai
b. Salat dhuhur berjama’ah
c. Melakukan kegiatan peringatan hari besar agama Islam, seperti peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW dan peringatan Isra Mi’raj.
d. Mengadakan kunjungan rumah (home visit)
e. Pembinaan akhlak yang berbentuk program ekstrakulikuler, antara lain Rohis,
Baca Tulis Al-Qur’an, mentoring, dan juga Pendidikan Akhlak Mulia yang
berbentuk mata pelajaran khusus akhlak.
f. Pesantren kilat
3. Faktor Pendukung dalam membina Akhlak Siswa
Faktor yang menjadi pendukung dalam upaya membina akhlak peserta didik
berdasarkan hasil temuan dan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam pada
dua sekolah SMA Negeri di Kota Bandung, di antaranya adalah :
1. Dukungan dan komitmen dari sekolah
2. Peran serta masyarakat
3. Sarana yang lengkap
4. Faktor Penghambat dalam Membina Akhlak Siswa
Faktor penghambat dalam upaya membina akhlak siswa berdasarkan hasil
temuan dan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam pada dua sekolah SMA
Negeri di Kota Bandung, diantaranya adalah :
1. Lingkungan tempat bergaul yang kurang baik
2. Kurangnya motivasi dari orang tua
3. Kurangnya kesadaran siswa untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
keagamaan.
4. Pengaruh media elektronik
Volume 1, Nomor 7 , Juli 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
713 http://sosains.greenvest.co.id
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan, data yang diambil melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi, maka dapat diambil kesimpulan secara umum dari
hasil penelitian ini bahwa strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak
siswa dari hasil kajian dari dua sekolah SMA negeri di kota Bandung dapat dikatakan
banyak sekali kesamaan, dari hasil temuan observasi lapangan semua sekolah yang menjadi
sampel dalam penelitian ini memiliki visi dan misi yang mendukung terciptanya budaya
akhlak mulia di sekolah. Dengan mengutamakan strategi pembiasaan, keteladanan dan
penegakkan disiplin dan aturan tata tertib sekolah.
Dari simpulan umum di atas, maka secara khusus hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa dalam melaksanakan semua kegiatan yang dilakukan oleh guru
pendidikan Agama Islam pada dua sekolah SMA Negeri di kota Bandung dalam membina
akhlak siswa adalah didasari yang berdasarkan fokus penelitian tersebut, paparan data dan
temuan penelitian tentang strategi guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak
mulia peserta didik di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 24 Kota Bandung, maka hasil
penelitian ini dapat disimpulkan secara khusus, sebagai berikut:
1. Melaui pembinaan Iman dan Takwa
2. Memberikan bimbingan khusus
3. Meningkatkan hubungan dengan orang tua / wali siswa
4. Penegakkan disiplin dan tata tertib sekolah
5. Pembiasaan dan pengulangan dalam melaksanakan hal yang baik.
Faktor pendukung dalam membina akhlak siswa. Yang menjadi faktor
pendukung dalam membina akhlak peseta didik berdasarkan hasil temuan dan
wawancara dengan guru pendidikan agama Islam pada dua sekolah tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Dukungan dan komitmen dari sekolah
b. Peran serta masyarakat
c. Sarana yang lengkap
6. Hambatan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menerapkan Strategi Pembinaan
Akhlak Mulia Peserta Didik di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 24 Kota Bandung
yaitu: (a) Terbatasnya pengawasan pihak sekolah. (b) Lingkungan keluarga. (c)
Kurangnya motivasi dari orang tua (d) Kurangnya kesadaran siswa untuk melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan. (e) Pengaruh media elektronik (gadget).
(f) Kurangnya kemauan peserta didik untuk mengubah akhlaknya.
Bibliografi
Abdullah, Abdullah. (2019). Minat Belajar Siswa pada Bidang Studi PAI Korelasinya
dengan Akhlakul Karimah pada Orang Tua. Matriks: Jurnal Sosial Sains, 1(1), 16.
Afni, Nur, Wahid, Abdul, Hastati, Sri, Jumrah, Abrina Maulidnawati, & Mursidin,
Muthmainnah. (2021). Pengembangan Model Pembelajaran Abad 21 di SD Negeri
126 Borong Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Madaniya, 2(2), 137142.
Asyari, Farida. (2019). Tantangan Guru PAI Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 Dalam
Meningkatkan Akhlaq Siswa di SMK Pancasila Kubu Raya Kalimantan Barat.
Muslim Heritage, 4(2).
Awaliyah, Tuti, & Nurzaman, Nurzaman. (2018). Konsep Pendidikan Akhlak Menurut
Sa’id Hawwa. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 6(1), 2338.
Fajriana, Anggun Wulan, & Aliyah, Mauli Anjaninur. (2019). Tantangan Guru Dalam
Meningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Di Era Melenial. Nazhruna: Jurnal
Pendidikan Islam, 2(2), 246265.
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membina Akhlak Mulia Siswa SMAN 1 Bandung
2021
Asep Kusno Suseno 714
Halili, Halili. (2020). Peningkatkan Hasil Belajar Membaca Beserta Makna Ayat Suci Al-
Qur’an dalam Surat Pendek Pilihan melalui Penyunting Sebaya. Jurnal Ilmiah Pro
Guru, 6(2), 137144.
Jentoro, Jentoro, Yusro, Ngadri, Yanuarti, Eka, Karolina, Asri, & Deriwanto, Deriwanto.
(2020). Peran Guru PAI dalam Menanamkan Nilai-nilai Islam Wasatiyah Siswa.
JOEAI: Journal of Education and Instruction, 3(1), 4658.
Maisyanah, Maisyanah, Syafa’ah, Nailusy, & Fatmawati, Siti. (2020). Strategi Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah Peserta Didik. At-
Ta’dib: Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam, 1530.
Putry, Raihan. (2019). Nilai pendidikan karakter anak di sekolah perspektif Kemendiknas.
Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 4(1), 3954.
Sya’roni, Mohd, Ritonga, Ahmad Husein, & Jamil, Zawaqi Afdal. (2021). Strategi Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMP Negeri 7 Kerinci.
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Sylviyanah, Selly. (2012). Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar. Jurnal Tarbawi
Vol, 1(3), 191.
Ultra, Pezi, Hawi, Akmal, & Suryana, Ermis. (2020). Strategi Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMK Madyatama Palembang. Muaddib:
Islamic Education Journal, 3(2), 6572.
Utomo, Khoirul Budi. (2018). Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
MI. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 5(2), 145156.
Yasyakur, Moch. (2017). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan
Kedisiplinan Beribadah Sholat Lima Waktu. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan
Islam, 5(09), 35.
Zainal, Zainal, Normawati, Normawati, & Rahmawati, Rahmawati. (2019). Peran Guru
dalam Membina Akhkak Peserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Buol.
Jurnal Kolaboratif Sains, 1(1), 924933.