Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
786 http://sosains.greenvest.co.id
IDENTIFIKASI DAN ISOLASI SENYAWA GLIKOSIDA SAPONIN
DARI BEBERAPA TANAMAN DI INDONESIA
Andien Ravelliani, Hasna Nisrina, Lala Komala Sari, Marisah, Riani
Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia
Diterima:
22 Juli 2021
Direvisi:
08 Agustus 2021
Disetujui:
15 Agustus 2021
Abstrak
Glikosida merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder
yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu glikon dan
aglikon. Saponin merupakan glikosida bagian aglikon yang
termasuk kedalam golongan glikosida triterpena dan sterol.
Saponin memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan
diantaranya, sebagai immunomodulator, antivirus, antitumor,
antiinflamasi, antijamur, dan efek hipokolesterol. Senyawa
glikosida saponin tersebar luas pada beberapa tanaman di
Indonesia. Penulisan review artikel ini mengulas tentang
keberadaan senyawa glikosida saponin pada beberapa tanaman
yaitu Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis),
Pelepah Pisang Uli (Musa paradisiaca L.), Herba Pegagan
(Centella asiatica L. Urban), Daun Majapahit (Cresentia
cujete), dan Daun Bungkus (Smilax rotundifollia). Metode yang
digunakan dalam identifikasi dan isolasi senyawa glikosida
saponin mulai dari esktraksi maserasi, skiring fitokimia dengan
cara uji saponin dan uji pewarna Liebermann Burchard (LB),
fraksinasi secara ECC (Ekstraksi cair-cair), metode pemisahan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan metode pemisahan
lainnya. Berdasarkan hasil dari beberapa jurnal yang telah
ditelaah, diperoleh kesimpulan bahwa lima tanaman tersebut
positif mengandung senyawa glikosida saponin.
Kata kunci: glikosida, saponin, isolasi, pemisahan senyawa
Abstract
Glycosides are a secondary metabolite compound consisting of a
combination of two parts of the compound, namely glycons and
aglycones. Saponins are glycosides in the aglycone part which
are included in the triterpene and sterol glycosides. Saponins
have many health uses, including as immunomodulators,
antiviral, anti-tumor, anti-inflammatory, antifungal, and
hypocholesterol effects. Saponin glycoside compounds are
widely distributed in several plants in Indonesia. Writing a
review of this article reviews the presence of saponin glycoside
compounds in several plants, namely Binahong leaf (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis), Uli Banana Bark (Musa paradisiaca
L.), Gotu Kola Herb (Centella asiatica L. Urban), Majapahit
leaf (Cresentia cujete), and Bungkus leaf (Smilax rotundifollia).
The method used in the identification and isolation of saponin
glycosides, starting from maceration extraction, phytochemical
screening by means of saponin test and Liebermann Burchard
Review Artikel: Identifikasi Dan Isolasi Senyawa
Glikosida Saponin Dari Beberapa Tanaman Di Indonesia
2021
Andien Ravelliani, Hasna Nisrina, Lala Komala Sari, Marisah, Riani 787
dye test (LB), fractionation by ECC, separation method of Thin
Layer Chromatography (TLC), and other separation methods.
Based on the results of several journals that have been reviewed,
it was concluded that the five plants were positive for saponin
glycosides.
Keywords: glycosides, saponins, isolation, compound
separation
Pendahuluan
Bahan alam merupakan kumpulan dari beberapa sumber kimia yang dapat berasal
dari produk metabolisme dari senyawa sederhana maupun senyawa kompleks (Najib,
2018). Pengembangan obat herbal sampai saat ini masih dilalukan dengan pemanfaatan
metabolit sekunder yang berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi obat (Saifudin,
2014). Pemanfaatan ini didukung oleh sebagian besar masyarakat yang lebih memilih
mengkonsumsi obat dari bahan alam maupun obat tradisional yang memungkinkan efek
samping yang ditimbulkan jauh lebih rendah dibandingkan obat kimia sintesis. Pada
umumnya khasiat tanaman obat disebabkan karena aktivitas senyawa yang terdapat pada
suatu tanaman tersebut. Senyawa tersebut adalah metabolit sekunder yang diproduksi
oleh tanaman untuk mempertahankan keberadaannya maupun sebagai sistem pertahanan
diri suatu tanaman (Rachman, Wardatun, & Wiendarlina, 2018). Beberapa contoh
tanaman di Indonesia yang digunakan sebagai obat dan digunakan sebagai bahan
penelitian untuk mengindentifikasi senyawa biokimia yaitu, daun binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis), pelepah pisang uli (Musa paradisiaca L.), pegagan (Centella
Asiatica L. Urban), daun majapahit (Cresentia cujete), dan daun bungkus (Smilax
rotundifolia). Beberapa penelitian telah dilakukan pada tanaman tersebut untuk
mengidentifikasi senyawa golongan glikosida yang ada di dalam tamanan tersebut.
Senyawa glikosida pada tanaman biasanya berbentuk β-Glikosida, adapun
glikosida yang dapat dikategorikan memiliki khasiat sebagai obat ialah golongan
glikosida jantung, saponin, antarkuinon, resin, sianospora, tannin, isotianat, flavonol,
sianhidrin, alkohol, aldehid, lakton, fenol, dan lain sebagainya (Amody & Anggreani,
2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan ini bermaksud untuk mengkaji lebih dalam
kandungan golongan senyawa glikosida yaitu saponin, karena memiliki aktivitas
farmakologi sebagai immunomodulator, antitumor, antiinflamasi, antivirus, antijamur,
efek hipokolesterol dan lainnya (Marni & Ambarwati, 2015). Saponin termasuk
kelompok senyawa golongan glikosida triterpena dan sterol yang memiliki suatu
karekteristik adanya aglikon steroid dan triterpenoid, serta gugus gula berupa buih
sehingga saat direaksikan bersama air dan kemudian dikocok maka terbentuk buih yang
tahan lama (Khotimah, 2016). Saponin memiliki sifat kelarutan mudah larut dalam air
dan tidak larut dalam eter, rasa pahit, dan saponin lebih baik diekstrasikan dari tanaman
dengan jenis pelarut etanol 70%-95% atau biasanya metanol karena saponin bersifat polar
maka akan lebih tepat dan mudah larut dari pada jenis pelarut lain (Prayoga, Nocianitri, &
Puspawati, 2019).
Rumusan masalah dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada beberapa
tanaman di Indonesia adalah apakah daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis),
pelepah pisang uli (Musa paradisiaca L), pegagan (Centella Asiatica L. Urban), daun
majapahit (Cresentia cujete), dan daun bungkus (Smilax rotundifolia) mengandung
senyawa kimia saponin, berapakah panjang gelombang dari senyawa saponin pada
tanaman tersebut dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet.
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
788 http://sosains.greenvest.co.id
Adapun tujuan yang dilakukan ialah untuk mengidentifikasi senyawa biokimia
dalam berbagai jenis tanaman di Indonesia dan mengisolasi serta mengidentifikasi
kandungan senyawa saponin pada tanaman daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis), pelepah pisang uli (Musa paradisiaca L.), pegagan (Centella Asiatica L. Urban),
daun majapahit (Cresentia cujete), dan daun bungkus (Smilax rotundifolia).
Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan yaitu, dapat memberikan manfaat
bagi pihak yang membutuhkan baik teori maupun praktik dan sebagai informasi bagi
pembaca maupun pengembang ilmu pengetahuan dibidang fitokimia dan sintesis
mengenai kandungan senyawa saponin yang terdapat pada tanaman sampel dibeberapa
percobaan yang dilakukan, serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang senyawa
saponin yang terdapat dibeberapa tanaman di Indonesia sebagai sarana mengembangkan
ilmu pengetahuan secara teoritis untuk dipelajari dibangku perkuliahan, diharapkan juga
memberikan kontribusi untuk mengembangkan teori bagi yang ingin melanjutkan
penelitian ini.
Metode Penelitian
Ekstraksi
Simplisia daun majapahit ditimbang sebanyak 500 gram, kemudian dimasukkan
kedalam bejana maserasi. Dimasukkan cairan penyari metanol sebanyak 3 liter, kemudian
bejana ditutup dan didiamkan ditempat yang gelap selama 5 hari. Setelah 5 hari disaring,
ekstrak yang diperoleh diupakan dengan rotavapor dan diperoleh ekstrak metanol kental.
Partisi
Dipartisi dengan pelarut dietil eter dan air (1 : 1) sebanyak 50 ml, diulang 3 kali.
Hasil partisi yang berupa lapisan air ditambahkan pelarut n-butanol (1 : 1) sebanyak 50
ml, diulang 3 kali ekstrak n-butanol diuapkan dengan rotavapor dan didapatkan ekstrak
kental.
Uji Busa
Serbuk kering sampel sebanyak 0,5 gram dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 10 ml air mendidih, didinginkan, dikocok hingga berbusa. Setelah lebih
dari 10 menit (ukur tinggi busa) busa tidak hilang dengan penambaahan 1 tetes HCl 2 M.
Uji Pereaksi Warna
Serbuk kering sampel sebanyak 0,5 gram dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 5 ml kloroform. Dipanaskan diatas penangas sambil dikocok dan
didinginkan. Ditambahkan pereaksi Lieberman Burchard sebanyak 20 tetes. Reaksi
positif saponin yaitu merah, merah muda atau ungu dan biru perlahan-lahan menjadi
hijau.
Pemisahan dan Pemurnian Komponen Kimia
Ekstrak kental butanol diidentifikasi menggunakan KLT. Ditotolkan ke lempeng
GF 366 dan dielusi dengan cairan pengelusi kloroform : metanol : air (13 : 7 : 2). Diamati
dibawah sinar lampu UV 366 nm, lalu lempeng disemprot dengan H2SO4 10% v/v.
Diangin-anginkan kemudian difiksasi hingga diperoleh warna noda.
Identifikasi Secara KLTP
Ekstrak yang diperoleh ditotolkan secara tegak lurus pada permukaan lempeng
GF366 menggunakan pipa kapiler, lalu dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen
kloroform : metanol : air (13 : 7 : 2). Chamber ditutup dan lempeng dibiarkan terelusi,
Review Artikel: Identifikasi Dan Isolasi Senyawa
Glikosida Saponin Dari Beberapa Tanaman Di Indonesia
2021
Andien Ravelliani, Hasna Nisrina, Lala Komala Sari, Marisah, Riani 789
lempeng dikeluarkan dan diangin-anginkan sampai kering. Diamati penampakan nodanya
pada sinar lampu UV 366 nm. Pita-pita yang terbentuk dikeruk dari plat dan ditampung
ke dalam vial sesuai dengan fraksinya.
Penentuan Spektrum Senyawa Murni Secara Spektrofotometri Infra Merah
Senyawa murni dari fraksi dicampurkan dengan garam KBr, lalu dimasukkan ke
dalam Acculab 2 dengan spektrofotometer infra merah.
Preparasi Sampel
Herba Pegagan dibersihkan dari pengotornya, lalu diserbukan dengan cara
dihaluskan dan ditimbang serbuk daun pegagan sebanyak 300 g.
Ektraksi
Dimaserasi dengan pelarut etanol 96% : air (70 : 30) sebanyak 1500 mL selama 3
hari. Ampas dan endapan dipisah dari filtratnya. Kemudian diremaserasi selama 2 hari
dengan pelarut etanol 96% : air 1100 mL. Filtrat yang didapat diuapkan dan dipekatkan
pada suhu 40℃.
Uji Saponin
Ditimbang ekstrak kental sebanyak 15 mg lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan aquadest sebanyak 10 mL kemudian tabung reaksi dikocok vertikal selama
10 detik dan dibiarkan selama 10 detik. Pembentukan busa setinggi 110 cm yang stabil
selama tidak kurang dari 10 menit, menunjukkan adanya saponin. Ditambahkan 1 tetes
HCl 2N, busa tidak hilang menunjukkan positif saponin.
Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom
Dibuat bubur silica gel (fase diam) dengan menimbang 50 g silica gel.
Ditambahkan dengan Eluen (kloroform : metanol : air dengan perbandingan 30:10:1
v/v/v) secukupnya sambil diaduk hingga menjadi bubur. Dimasukkan Bubur silica gel ke
dalam kolom kromatografi yang telah dialasi dengan glass wool melalui dinding kolom
agar tidak terbentuk gelembung. Bubur silica gel dimasukkan hingga ketinggian kurang
lebih 25 cm dan ekstrak kemudian dielusi dengan menggunakan fase gerak kloroform :
metanol : air dengan perbandingan (30:10:1 v/v/v) sebanyak 50 ml. Fraksi yang diperoleh
kemudian disimpan dalam vial dan dibungkus dengan aluminium foil dan plastik ikan.
Penentuan fraksi yang mengandung saponin ditentukan dengan menggunakan metode
KLT.
KLT Hasil Fraksinasi
Plat Silika Gel GF254 dipotong dengan ukuran 10 x 10 cm. Kemudian diaktivasi
pada suhu 110ºC selama 30 menit. Fase gerak dibuat sebanyak 10 mL. Setiap fraksi
ditotolkan pada plat sebanyak 4 μL. Plat dielusi sampai jarak 1 cm dari batas atas plat.
Dilakukan penyemprotan dengan menggunakan anisaldehid asam sulfat. Anisaldehid
asam sulfat akan memberikan warna ungu pada sinar tampak. Glikosida saponin tanpa
perlakuan kimia (pereaksi semprot) di bawah sinar UV 254 nm tidak terjadi pemadaman
bercak dan di bawah sinar UV 366 nm bercak tidak berfluorosensi.
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Fase diam yang digunakan plat Silika Gel GF254 dengan ukuran 10 cm x 10 cm
dan fase geraknya adalah kloroform : metanol : air (65:25:4 v/v). Larutan sampel
ditorehkan pada masing-masing plat berulang- ulang sampai terbentuk pita dengan
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
790 http://sosains.greenvest.co.id
bantuan pipet. Selanjutnya dieluasi dengan 10 mL fase gerak. Plat diamati dibawah sinar
UV 254 nm dan UV 366 nm, kemudian bagian pinggir kiri dan kanan plat KLT preparatif
disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Plat yang telah disemprot dipanaskan
pada suhu 85-90oC selama 15 menit. Tandai area yang akan dikerok pada plat yang tidak
terkena pereaksi Lieberman-Burchard. Pada plat KLTP dikerok pita yang menunjukan
hasil positif namun tidak terkena reagen penampak noda menggunakan spatula dan hasil
kerokan kemudian diekstraksi dengan metanol, kemudian disaring.
KLT Hasil Fraksinasi
Dipilih subfraksi yang memberikan warna ungu pada KLTP, ekstrak etanol dan
fraksi saponin triterpenoid hasil kromatografi kolom lambat. Masing-masing ekstrak
tersebut dilarutkan dengan 0,5 mL metanol sehingga diperoleh ekstrak yang tidak terlalu
pekat. Plat Silika Gel GF254 dipotongdengan ukuran 2 cm x 10 cm, kemudian diaktivasi
pada suhu 110ºC selama 15 menit. Fase gerak yaitu kloroform : metanol : air (65:25:4
v/v) dibuat sebanyak 10 mL. Larutan uji ditotolkan pada plat sebanyak 6 μL. Plat
diletakkan pada chamber yang telah dijenuhkan sebelumnya. Plat dieluasi sampai jarak 1
cm dari batas atas plat. Plat diangin-anginkan selama 10 menit untuk menguapkan fase
gerak pada plat yang masih tersisa dilihat di bawah sinar UV 366 nm dan dicatat nilai Rf.
Identifikasi Isolat dengan KLT Dua Dimensi
Disiapkan plat KLT silika gel 60 F254 dengan ukuran 10 x 10 cm, plat dicuci
dengan metanol dan di aktivasi dalam oven pada suhu 110°C Selama 30 menit. Fase
gerak pertama dibuat sebanyak 10 mL, dipipet sebanyak 6,9 mL kloroform, 2,7 mL
metanol, dan 0,4 mL air. Pelarut dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian
digojog hingga homogen. Fase gerak kedua dibuat sebanyak 10 mL, dipipet sebanyak 5,3
mL kloroform, 2,8 mL asam asetat glasial, 1,1 mL metanol, dan 0,7 mL air. Pelarut
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian dikocok hingga homogen. Isolat hasil
KLTP dilarutkan dengan metanol. Diambil sebanyak 10 μL kemudian ditotolkan pada
plat KLT. Plat dielusi dengan eluen dengan tingkat kepolaran dan arah yang berbeda.
Setelah dielusi plat diangin anginkan selama 10 menit untuk menguapkan fase gerak yang
masih tersisa pada plat. Hasil elusi diamati menggunakan penampak noda sinar ultra
violet 254 nm. Hasil pengamatan yang menunjukkan satu bercak atau satu spot tunggal
menandakan senyawa isolat yang diperoleh merupakan senyawa kimia tunggal atau
murni.
Ekstraksi-Fraksinasi
Daun bungkus yang telah dikeringkan dibuat menjadi serbuk. Dilakukan proses
esktraksi secara maserasi. Sebanyak 500 gram serbuk daun bungkus diekstraksi dengan
pelarut etanol 96%. Dipartisi cair-cair dengan pelarut dietil eter dan n-butanol. Filtrat di
evaporasi dan selanjutnya diuapkan dengan waterbath. Diperoleh ekstrak kental sebanyak
28,46 gram berwarna hijau pekat.
Uji Busa
Ekstrak daun bungkus dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi
aquadest 10 ml , kocok. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 M . Jika terbentuk
busa stabil dengan ketinggian 1-3 cm selama 30 detik menandakan positif saponin.
Uji Pewarna
Simplisia daun bungkus sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang telah berisi kloroform 10 ml. Dipanaskan selama 5 menit dengan penangas air
sambil dikocok. Ditambahkan beberapa tetes pereaksi Lieberman Burchard, kemudian
Review Artikel: Identifikasi Dan Isolasi Senyawa
Glikosida Saponin Dari Beberapa Tanaman Di Indonesia
2021
Andien Ravelliani, Hasna Nisrina, Lala Komala Sari, Marisah, Riani 791
diamati. Jika terbentuk cincin coklat/violet maka menunjukkan saponin triterpen, jika
terbentuk warna hijau/biru menunjukkan saponin steroid.
Isolasi KLTP
Ekstrak n-butanol diisolasi secara KLT dengan ditotolkan menggunakan pipa
kapiler pada permukaan lempeng. Dielusi dengan eluen kloroform-etanol-air (10:6:1).
Bercak berupa pita diamati dengan penampak sinar UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian
lempeng disemprot dengan pereaksi Lieberman Bucard dan dipanaskan pada suhu 110°C
selama 10 menit. Pita yang terbentuk dikeruk dari plat kaca, ditampung ke dalam vial
dengan jalur pita. Kemudian dilarutkan dengan etanol lalu disaring.
Isolasi KLT 2 Dimensi
Setelah diperoleh fraksi tunggal, dilanjutkan dengan KLT 2 dimensi. Fraksi dielusi
dengan kloroform : metanol : air (10:6:1) untuk arah 1, dan kloroform-etanol-air (15:6:1)
untuk arah 2. Setelah dielusi dideteksi dengan menggunakan lampu UV 366 nm.
Identifikasi Senyawa Saponin dengan Spektrofotometri Ultraviolet
Filtrat diidentifikasi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 200-400
nm.
Ekstraksi
Sebanyak 100 gram simplisia dimasukkan ke dalam botol coklat gelap bertutup
yang bersih kemudian direndam dengan etanol sebanyak 600 ml. Botol coklat gelap
ditutup dan didiamkan selama 3 hari dengan sesekali kocok. Kemudian hasil ekstrak
disaring untuk memperoleh filtrat I dan simplisia yang telah dieskstrak, diekstraksi
kembali dengan etanol 400 ml dan didiamkan selama 2 hari dengan sesekali kocok. Hasil
ekstrak (filtrat II) dicampurkan dengan filtrat I, kemudian dievaporasi pada suhu 40°C
hingga diperoleh ekstrak kental.
KLT
Ekstrak dilarutkan dengan alkohol 95% di totolkan pada plat KLT. Lempeng
kemudian dielusi dengan eluenkloroform : metanol : aquadest (13:7:2) dalam 100 ml.
Pengamatan noda menggunakan lampu UV 254 nm dan 366 nm. Lempeng juga
disemprotkan pereaksi Lieberman Burchard dihitung nilai Rf (Retensi Faktor).
Uji Spektrofotometri UV-Vis
Ekstrak kental 0,5 gram dilarutkan dengan alkohol 96% sehingga menjadi larutan
ekstrak, yang diidentifikasi secara kualitatif dengan spektrofotometri UV-Vis. Larutan
ekstrak sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam kuvet spektrofotometer UV-Vis untuk
identifikasi nilai absorbansi senyawa saponin pada panjang gelombang maksimal.
Pengamatan dilakukan pada range panjang gelombang 200-400 nm dengan interval 5.
Ekstraksi
Daun binahong yang telah dikumpulkan, masing-masing dibersihkan dari kotoran-
kotoran yang menempel (sortasi basah) kemudian dicuci dengan air mengalir sampai
bersih, kemudian ditiriskan untuk menghilangkan air sisa-sisa pencucian. Daun binahong
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
792 http://sosains.greenvest.co.id
yang telah bersih dan bebas air pencucian dikeringkan di bawah sinar matahari sampai
masingmasing tanaman kering, kemudian dibersihkan kembali dari kotoran yang
mungkin tidak hilang saat sortasi kering. Simplisia kering tersebut selanjutnya digrinder
hingga menjadi simplisia serbuk kemudian diayak dengan ayakan mesh 20 lalu ditimbang
untuk mendapatkan bobot akhir simplisia. Disimpan dalam wadah yang kering dan
bersih.
KLT Analitik
Lempeng alumunium silica gel GF254 Merck disiapkan dengan ukuran panjang 10
cm dan lebar 3 cm. Ekstrak kental yang telah dilarutkan dengan alkohol 95% ditotolkan
pada lempeng tepi bawah dan diangin-anginkan beberapa saat. Lempeng dimasukkan ke
dalam chamber yang berisi eluen yaitu campuran homogen lapisan bawah pelarut antara
kloroform : metanol : akuades (13:7:2). Lempeng dibiarkan terelusi hingga eluen
merambat sampai pada tanda garis tepi atas lempeng kemudian dikeluarkan dan
dikeringkan di udara. Pengamatan noda menggunakan lampu UV 254 dan 366 nm.
Lempeng juga disemprotkan dengan pereaksi LB dan dipanaskan pada suhu 110oC
selama 10 menit untuk memperjelas warna noda yang terbentuk.
Isolasi Senyawa Saponin dengan KLT Preparatif
Lempeng preparatif silika gel 60 F254 Merck disiapkan dengan ukuran panjang 20
cm dan lebar 20 cm. Ekstrak kental yang telah dilarutkan dengan alkohol 96% ditotolkan
sepanjang lempeng tepi bawah dan diangin-anginkan beberapa saat. Lempeng
dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan yaitu campuran
homogen lapisan bawah pelarut antara kloroform : metanol : akuades (13:7:2) Lempeng
dibiarkan terelusi hingga eluen mencapai batas atas lempeng kemudian dikeluarkan dan
dikeringkan di udara. Pengamatan noda menggunakan lampu UV 254 dan 366 nm.
Lempeng juga disemprotkan pereaksi Lieberman-Burchard (LB) pada kedua bagian tepi
dan bagian tersebut dikeringkan. Noda-noda yang terbentuk pada bagian tepi lempeng
dihubungkan dengan garis dari tepi satu ke tepi lainnya. Bagian dalam garis dikerok
dengan membuang bagian yang telah dipanaskan dan dilarutkan dengan alkohol 96%
sebagai isolat.
Identifikasi Menggunakan KLT Dua Dimensi
Isolat yang telah diperoleh kemudian ditotolkan pada lempeng KLT G60 F254,
dielusi menggunakan 2 eluen dengan tingkat kepolaran dan arah yang berbeda. Hasil elusi
diamati menggunakan penampak noda sinar ultra violet 254 nm. Hasil pengamatan yang
menunjukkan satu spot/bercak tunggal menandakan senyawa isolat yang diperoleh
merupakan senyawa kimia tunggal atau murni.
Identifikasi Senyawa Saponin dengan Spektrofotometri UV-Vis
Isolat yang diperoleh dari hasil KLT preparatif diidentifikasi secara kualitatif
dengan spektrofotometri UV-Vis. Isolat sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam kuvet
spektrofotometer UV-Vis untuk diidentifikasi nilai absorbansi senyawa saponin pada
panjang gelombang maksimal. Pengamatan dilakukan pada panjang gelombang 200-800
nm.
Review Artikel: Identifikasi Dan Isolasi Senyawa
Glikosida Saponin Dari Beberapa Tanaman Di Indonesia
2021
Andien Ravelliani, Hasna Nisrina, Lala Komala Sari, Marisah, Riani 793
Hasil dan Pembahasan
N
No
Nama
Tumbuhan
Metode
Analisis Fitokimia
Hasil
Ekstraksi
Fraksinasi
1
Daun
Majapahit
(Cresentia
cujete)
Maserasi
Menggunakan
pelarut metanol
Metode ECC
Ekstrak metanol
dipartisi dengan
menggunakan
pelarut dietil eter
dan n-butanol.
Metode KLT
(uji pemisahan dan
pemurnian)
FD= Silica gel
GF366.
FG= Kloroform :
metanol : air
(13:7:2)
Sinar UV
366 nm.
Metode KLTP
FD = Silica gel
GF366.
FG = Kloroform :
metanol : air
(13:7:2).
Isolasidengan
Metode Uji
Spektrofotometri
InfraRed
Hasil fraksinasi yang
sudah murni
dicampurkan dengan
garam KBr,
kemudian
dimasukkan ke
dalam Acculab 2.
Skrining fitokimia
Uji Busa
Sampel dikocok
hingga berbusa,
kemudian tinggi
busa diukur dan di
tetesi HCl.
Uji Lierbermaan
Bouchard
Reagen= Anhidrat
asetat dan asam
sulfat pekat.
Saponin
steroid
2
Heba Pegagan
(Centellaasiat
ica L. Urban)
Maserasi
Menggunakan
pelarut etanol
96% : air
(70:30)
Metode
Kromatografi
Kolom
FD= Bubur silica
gel.
FG= Kloroform :
metanol : air
(30:10:1).
Metode KLT
FD= Silica gel
GF254.
FG= Kloroform :
metanol : air
(65:25:4). Sinar
UV 366 nm.
Metode KLTP
FD= Silica gel GF
254.
FG= Kloroform :
metanol : air
Isolasi dengan
Metode KLT dua
dimensi
FD= Silica gel
G60F254.
FG=
a. 6,9mL
kloroform,
2,7 mL
metanol, 0,4
mL air.
b. 5,3mL
kloroform,
2,8 mL
asam asetat
glasial, 1,1
mL
metanol,
dan 0,7 mL
air.
Sinar UV 254
nm
Saponin
triterpen
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
794 http://sosains.greenvest.co.id
(65:25:4).
Sinar UV 254 nm.
Daun
Bungkus
(Smilax
rotundifolia)
Maserasi
Menggunakan
pelarut etanol
96%
Metode ECC
Ekstrak kental
sampel dipartisi
dengan pelarut
dietil eter dan n-
butanol.
Isolasi dengan
Metode KLTP
FD= Silica gel
G60F254.
FG= Kloroform :
etanol : air (10:6:1)
Sinar UV 254 nm.
Metode KLT dua
dimensi
FD= Silica gel
G60F254.
FG= Kloroform :
etanol : air (15:6:1)
Sinar UV 366 nm.
Uji
Spektrofotometri
Ultraviolet
Gelombang 200-400
nm.
Saponin
steroid
Pelepah
Pisang Uli
(Musa
Paradisiaca
L.)
Maserasi
Menggunakan
pelarut etanol.
Metode KLT
FD= Silika Gel GF
254.
FG= Kloroform :
metanol: air
(13:7:2).
Sinar UV 254 dan
366 nm.
Uji
Spektrofotometri
UV-Vis
Dilakukan pada
range panjang
gelombang 200-
400nm.
Uji Busa
Sampel dikocok
hingga berbusa,
kemudian tinggi
busa diukur dan di
tetesi HCl.
Saponin
triterpen
3
Daun
Binahong
(Anredera
cordifolia
(Ten.)Steenis)
Maserasi
Menggunakan
pelarut metanol.
Metode KLT
Analitik
FD= Silika gel 60
F254.
FG= Kloroform :
metanol:
air(13:7:2).
Sinar UV 254 dan
366 nm.
Isolasi Metode KLT
Preparatif
FD= Silika gel 60
F254.FG=
Kloroform: metanol:
air(13:7:2).
Sinar UV 254 dan
366 nm.
Metode KLT Dua
Dimensi
FD= Silika gel 60
F254.FG= 2 eluen
dengan tingkat
kepolaran yang
Saponin
triterpen
Review Artikel: Identifikasi Dan Isolasi Senyawa
Glikosida Saponin Dari Beberapa Tanaman Di Indonesia
2021
Andien Ravelliani, Hasna Nisrina, Lala Komala Sari, Marisah, Riani 795
Glikosida merupakan suatu senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan
senyawa gula melalui ikatan glikosida (Andar Subakti, 2018). Kata glikosida memiliki
makna, yaitu suatu karbohidrat atau gula yang umumnya bersifat oksidator yang disebut
dengan glikon. Sedangkan bukan gula disebut sebagai aglikon. Glikosida adalah senyawa
alami yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian karbohidrat dan bagian bukan karbohidrat.
Glikosida triterpenoid, steroid, dan flavonoid merupakan bagian glikosida bukan
karbohidrat yang paling banyak ditemukan. Sedangkan bagian karbohidrat yang paling
banyak ditemukan yaitu glukosa, galaktosa, xilosa, dan arabinosa (Rijai, 2016).
Senyawa glikosida dapat diperoleh dari berbagai macam tumbuhan dengan cara
mengisolasinya. Pemisahan senyawa glikosida ini dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan, mulai dari skrinning fitokimia, ekstraksi, fraksinasi, dan isolasi. Pada uji
skrinning fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat dalam
tumbuhan (Fajarullah, Irawan, & Pratomo, 2014). Kemudian ekstraksi, merupakan proses
pemisahan bahan alam dari campurannya menggunakan pelarut yang sesuai. Proses
ekstraksi terdiri dari beberpa jenis yaitu maserasi, perkolasi, soxhlet, reflux dan destilasi
uap. pemilihan jenis ekstraksi didasarkan pada sifat bahan dan senyawa yang akan di
isolasi. Fraksinasi merupakan suatu metode pemisahan senyawa bahan alam berdasarkan
kelarutan senyawa tersebut. Dan isolasi, merupakan proses pemurnian atau sepemisahan
senyawa bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berikut ini adalah contoh
tumbuhan yang mengandung senyawa glikosida:
1. Majapahit (Cresentia cujete)
Penelitian yang telah dilakukan terhadap daun majapahit didapatkan hasil bahwa
daun majapahit mengandung senyawa saponin steroid. Skrinning fitokimia yang
dilakukan pada penelitian ini adalah uji busa dan uji pewarna Liebermann Bouchard, pada
uji busa ekstrak daun majapahit memberikan hasil positif dengan terbentuknya busa lebih
dari 10 menit dan pada uji warna LB ekstrak daun majapahit juga memberikan hasil
positif dengan adanya perubahan warna dari hijau menjadi kuning. Selanjutnya proses
ekstraksi simplisia daun majapahit dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut
berbeda
Sinar UV 254 nm.
Uji
Spektrofotometri
UV-Vis
Dilakukan pada
panjang gelombang
200-800 nm.
Uji Warna
Sampel dimasukkan
kedalam kloroform
dan dipanaskan
dengan penangas air
sambil dikocok.
Kemudian
ditambahkan
beberapa tetes
lieberman burchard.
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
796 http://sosains.greenvest.co.id
metanol selama 5x24 jam, setelah itu ekstrak metanol daun majapahit di pekatkan
sehingga diperoleh ekstrak metanol kental. Proses fraksinasi dimulai dengan proses ECC
yaitu ekstrak metanol daun majapahit dipartisi dengan menggunakan dietil eter : air (1:1)
proses ini diulang sebanyak tiga kali, kemudian hasil partisi ditambahkan pelarut n-
butanol dan air (1:1) setelah itu diuapkan dan didapatkan hasil ekstrak metanol sebnayak
17 g dan ekstrak butanol. Setelah itu dilanjutkan dengan metode KLT dengan fase gerak
nya adalah kloroform : metanol : air (13:7:2) dan disemprot dengan menggunakan
H2SO4 10% v/v. Hasil KLT menunjukkan warna noda ungu, jingga dan coklat.
Selanjutnya pengujian KLTP dengan menggunakan eluen kloroform : metanol : air
(13:7:2), Hasil nya pada fraksi A terdapat 1 noda berwarna kuning sedangkan pada fraksi
B dan C terdapat 1 noda berwarna jingga. Kemudian pada fraksi B dilakukan identifikasi
ulang menggunakan metode KLT dua dimensi dan didapatkan hasil pada fraksi B
merupakan senyawa tunggal murni ditandai dengan noda tunggal pada arah pertama
maupun arah kedua. Selanjutnya melakukan uji spektrofotometri infra merah unutk
menentukan spektrum senyawa murni, uji ini dilakukan dengan mencampurkan senyawa
murni dari fraksi B dengan garam KBr dan kemudian dimasukkan ke dalam Acculab 2
dengan spektrofotometri infra merah, dan didapatkan hasil adanya gugus fungsi O-H,
C=C, C-C, dan C-H maka dapat disimpulkan bahwa daun majapahit mengandung
senyawa saponin (Firawati, 2018).
2. Herba Pegagan (Centella asiatica L. Urban)
Penelitian yang telah dilakukan terhadap herba pegagan. Didapatkan hasil bahwa
herba pegagan mengandung saponin triterpen yang merupakan kelompok senyawa
glikosida. Proses ekstraksi daun pegagan dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96% : air dengan perbandingan 70 : 30, proses ini dilakukan selama tiga
hari dengan menggunakan 1500 mL dan dua hari dengan menggunakan 1100 mL.
Selanjutnya dilakukan uji skrinning untuk melihat ada tidaknya kandungan glikosida pada
ekstrak daun pegagan, uji skrinning yang dilakukan adalah uji saponin dan reaksi positif
nya beruap terbentuknya busa setealh dikocok dan tidak hilang setelah didiamkan
maupun ditetesi HCl, pda uji saponin daun pegagan positif mengandung senyawa
saponin. Proses fraksinasi dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi kolom
dan fraksi yang dihasilkan ditampung pada botol vial untuk selanjutnya diidentifikasi
menggunakan KLT. Pada proses KLT eluen yang digunakan adalah kloroform : metanol :
aquades (30:10:1) dan jumalah fraksi yang diidentifikasi sebanayk 39 fraksi. Hasil positif
pada sinar UV 366 nm ditandai dengan terbentuknya warna coklat-ungu setelah
disemprotkan dengan anisaldehid-asam sulfat dan pada sinar UV 254nm menunjukkan
fluoresensi berwarna biru-ungu . Selanjutnya dilakukan uji KLTP dengan eluen
kloroform : metanol : air (65:25:4 v/v) diamati dibawah sinar uv 366nm dan 254nm
kemudian disemprot dengan pereaksi LB dan dipanaskan pada suhu 85-90°C. Hasil pada
proses KLTP diperoleh 2 pita setelah diamati dengan pita masing-masing berwarna biru
gelap dan biru tua. Setelah itu subfraksi diuji lagi dengan metode KLT dan hasil positif
ditunjukkan dengan adanya spot berwarna ungu. Isolasi senyawa saponin pada daun
pegagan dilakukan dengan menggunkan metode KLT dua dimensi dengan eluen yang
digunakan adalah 6,9 mL kloroform + 2,7mL metanol + 0,4 mL air pada eluen pertama,
sedangkan pada eluen kedua digunakan 5,3mL kloroform + 2,8mL asam asetat glasial +
1,1mL metanol + 0,7mL air, dan didapatkan hasil pada elusi I terbentuk spot tunggal
berwarna biru pada Rf 0,5 dan apada elusi II terbentuk spot tunggal berwarna biru pada
Rf 0,71. Berdasarkan hasil tersebut maka spot hasil KLT berwarna biru dengan Rf 0,5
merupakan hasil positif karena mendekati Rf madecassic acid, dan pada elusi II dengan
Review Artikel: Identifikasi Dan Isolasi Senyawa
Glikosida Saponin Dari Beberapa Tanaman Di Indonesia
2021
Andien Ravelliani, Hasna Nisrina, Lala Komala Sari, Marisah, Riani 797
Rf 0,71 menunjukkan hasil positif juga karena mendekati hasil dari nilai Rf asiatic acid
(Dewi, 2018).
3. Daun Bungkus (Smilax rotundifolia)
Penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa daun
bungkus megandung senyawa saponin steroid. Proses ekstraksi yang dilakukan yaitu
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% , skrinning fitokimia ekstrak
daun bungkus dilakukan dengan menggunakan metode uji saponin dan uji LB, dimana
daun bungkus memberikan hasil positif. Selanjutnya proses fraksinasi dilakukan dengan
metode ECC yaitu ekstrak dipartisi dengan menggunakan pelarut dietil eter dan pelarut n-
butanol kemudian hasil fraksinasi di kentalkan dan diperoleh ekstrak kental sebanyak
28,46 gram berwaran hijau pekat. Isolasi senyawa glikosida daun bungkus dilakukan
dengan menggunakan metode KLTP, eluen yang digunakan adalah kloroform : etanol :
air (10:6:1). Hasil KLTP didapatkan pada fraksi A berwarna hijau dengan nilai Rf 0,86
dan pada fraksi B berwarna hijau terang dengan nilai Rf 0,79. Kemudian dilakukan uji
lebih lanjut pada fraksi B dengan menggunakan metode KLT dua dimensi dengan eluen
untuk arah 1 adalah kloroform : etanol : air (10:6:1) dan untuk arah 2 adalah kloroform :
etanol : air (15:6:1), didapatkan hasil berupa adanya spot tunggal pada lempeng silika gel.
Kemudian fraksi B diuji dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet pada
gelombang 200-400 nm dan didapatkan hasil yaitu terdapat serapan sebanyak 0,274 pada
panjang gelombang 266,20 nm (Firawati & Iqbal, 2018).
4. Pelepah Pisang Uli (Musa Paradisiaca L.)
Penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pelepah pisang uli
mengandung senyawa saponin triterpen. Proses ekstraksi yang dilakukan dengan
menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut etanol, Skrinning fitokimia pelepah
pisang dilakukan dengan menggunakan metode uji busa dimana pada sampel ekstrak
pelepah pisang uli menghasilkan busa dengan ketinggian 2 cm dan bertahan selama 15
menit. Selanjutnya pada proses fraksinasi dilakukan dengan menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan eluen yang digunakan yaitu kloroform :metanol
:air (13:7:2) dengan pengamatan noda menggunakan lampu UV 254 nm dan 366 nm.
Kemudian lempeng juga di semprotkan pereaksi Lieberman Burchard didapatkan hasil
KLT berupa bercak noda berwarna kuning dibawah lampu UV 366 nm yang menandakan
hasil positif. Selanjutnya diuji dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum 220 nm dengan nilai absorbansi 0,639 dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis didapatkan nilai Rf senyawa saponin dari
ekstrak pelepah pisang uli yaitu 0,825 sedangkan range Rf saponin yaitu 0,79-0,84. Hal
tersebut menunjukan hasil positif pelepah pisang uli mengandung senyawa saponin
triterpen.
5. Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis)
Penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil pada daun binahong mengandung
senyawa saponin triterpen. Proses yang dilakukan pada isolasi daun binahong meliputi
proses ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut metanol
penggunaan pelarut metanol bertujuan agar hasil ekstraksi yang dihasilkan lebih banyak.
Skrinning fitokimia daun binahong dilakukan dengan uji warna, sampel dimasukkan
kedalam kloroform dan dipanaskan selama 5 menit dengan penangas air sambil dikocok
kemudian ditambahkan beberapa tetes lieberman burchard hasil yang diperoleh berupa
cincin warna coklat-ungu yang menandakan positif saponin triterpen. Kemudian
dilanjutkan dengan fraksinasi atau pemisahan senyawa menggunakan metode
menggunakan metode KLT analitik, fase diam yang digunakan Silika gel 60 F254 dan
eluen yang digunakan kloroform: metanol: air (13:7:2) selanjutnya dilakukan pengamatan
pada lampu UV 254 dan 366 nm kemudian disemprotkan pereaksi lieberman burchard
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
798 http://sosains.greenvest.co.id
didapatkan hasil bercak noda berwarna gelap atau ungu. Selanjutnya diisolasi
menggunakan metode KLT preparatif dengan fase diam yang digunakan Silika gel 60
F254 dan eluen yang digunakan kloroform: metanol: air (13:7:2) selanjutnya dilakukan
pengamatan pada lampu UV 254 dan 366 nm dan hasil yang diperoleh berupa noda gelap
berwarna keunguan, kemudian untuk meyakinkan reaksi warna yang terjadi sekitar 1 cm
panjang plat dikerok dan direaksikan dengan pereaksi LB (Lieberman Burchard) hasil
yang diperoleh berwarna coklat. Menunjukan hasil yang sama dengan uji warna yang
telah dilakukan sebelum nya. Selanjutnya hasil dari metode KLT preparatif diidentifikasi
dengan menggunakan KLT dua dimensi untuk mengetehui keberadaan isolat tunggal
dengan menggunakan fase diam silika gel 60 F25 dengan 2 eluen yang berbeda
kepolarannya dan diamati pada lampu UV 254 nm hasil yang didapatkan terdapat satu
noda tunggal (Baderos, 2017). Kemudian diidentifikasi menggunakan Spektrofotometri
UV-Vis memliki nilai absorbansi senyawa saponin sebesar 3,565 pada panjang
gelombang maksimum 211.
Kesimpulan
Penulis memperoleh kesimpulan, lima tanaman tersebut positif mengandung
senyawa glikosida saponin. Pada Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis),
Pelepah Pisang Uli (Musa paradisiaca L.), dan Herba Pegagan (Centella asiatica L.
Urban) saponin yang terkandung merupakan saponin triterpen. Sedangkan pada Daun
Majapahit (Cresentia cujete) dan Daun Bungkus (Smilax rotundifollia), saponin yang
terkandung merupakan saponin steroid. Secara umum, identifikasi dan isolasi senyawa
glikosida saponin dilakukan dengan cara mengekstraksi sampel secara maserasi dan
dipartisi menggunakan pelarut polar seperti methanol, etanol, dan n-butanol, dilakukan
skrining fitokimia dengan uji saponin dan uji pewarna Liebermann Burchard (LB),
diisolasi dengan menggunakan KLT dan KLTP, kemudian dilakukan uji pemurnian
dengan menggunakan KLT 2 Dimensi.
Bibliografi
Andar Subakti, N. I. Nyoman. (2018). Skrining Fitokimia Dan Analisis Total Fenol Pada
Lulur Tradisional Bali Tangi. Yogyakarta: Jurusan Analis Kesehatan.
Amody, Zahira, & Anggreani, Kamila. (2017). Identifikasi Senyawa Glikosida Pada Akar
Gebang (Corypha Utan) Asal Desa Landayya Kabupaten Bantaeng. Majalah
Farmasi Nasional, 14(1), 813.
Baderos, Ahmad. (2017). Pemisahan senyawa steroidfraksi petroleum eter alga merah
(Eucheuma cottonii) dengan metode kromatografi lapis tipis dan identifikasi
menggunakan LC-MS. Jawa Timur: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Dewi, N. L. A. (2018). Pemisahan, Isolasi, dan Identifikasi Senyawa Saponin dari Herba
Pegagan (Centella asiatica L. Urban). Jurnal Farmasi Udayana, 68-76.
Firawati, F. (2018). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Butanol Daun
Majapahit (Cresentia cujete) dengan Metode Romatografi Lapis Tipis dan
Spektrofotometri Infra Merah. Jurnal Ilmiah Pena: Sains dan Ilmu Pendidikan,
10(1), 12-17.
Fajarullah, Aulia, Irawan, Henky, & Pratomo, Arief. (2014). Ekstraksi Senyawa
Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron Ciliatum Pada Pelarut Berbeda.
Repository UMRAH.
Firawati, F., & Pratama, M. I. (2018). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Saponin Daun
Bungkus (Smilax rotundifolia) Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultraviolet.
Jurnal Farmasi, 6(2), 115-121.
Review Artikel: Identifikasi Dan Isolasi Senyawa
Glikosida Saponin Dari Beberapa Tanaman Di Indonesia
2021
Andien Ravelliani, Hasna Nisrina, Lala Komala Sari, Marisah, Riani 799
Khotimah, Khusnul. (2016). Skrining fitokimia dan identifikasi metabolit sekunder
senyawa karpain pada ekstrak metanol daun Carica Pubescens Lenne & K. Koch
dengan LC/MS (Liquid Chromatograph-tandem Mass Spectrometry). Jawa Timur:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Marni, Marni, & Ambarwati, Retno. (2015). Khasiat jamu cekok terhadap peningkatan
berat badan pada anak. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 102111.
Najib, Ahmad. (2018). Ekstraksi senyawa bahan alam. Yogyakarta: Deepublish.
Prayoga, Dewa Gede Eka, Nocianitri, Komang Ayu, & Puspawati, Ni Nyoman. (2019).
Identifikasi senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak kasar daun pepe
(gymnema reticulatum br.) pada berbagai jenis pelarut. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Pangan, 8(2), 111121.
Rachman, Arif, Wardatun, Sri, & Wiendarlina, Ike Yulia. (2018). Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Saponin Ekstrak Metanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Farmasi, 1(1).
Rijai, Laode. (2016). Senyawa glikosida sebagai bahan farmasi potensial secara kinetik.
Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry, 3(3), 213218.
Rikomah, S. E., & Elmitra, E. (2017). Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Etanol
Pelepah Pisang Uli (Musa paradisiaca L.). SCIENTIA: Jurnal Farmasi dan
Kesehatan, 7(1), 56-60.
Saifudin, Azis. (2014). Senyawa alam metabolit sekunder teori, konsep, dan teknik
pemurnian. Yogyakarta: Deepublish.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.