Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
846 http://sosains.greenvest.co.id
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP EMOSI REMAJA
Yutika Irfani Lindawati dan Niessa Ridho Utami
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Indonesia
E-mail: yustikairfa[email protected] dan ni[email protected]
Diterima:
20 Juli 2021
Direvisi:
08 Agustus 2021
Disetujui:
15 Agustus 2021
Abstrak
Remaja adalah fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa,
yang mana dalam fase ini remaja mengalami perubahan kearah
kematangan fisik, sosial dan psikologis. Kematangan emosi pada
remaja terjadi melalui pola asuh yang diterimanya dari orangtua
ketika berada dalam ruang lingkup keluarga dan juga melalui
lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada
atau tidaknya hubungan antara pola asuh orangtua terhadap
emosi remaja di Kelurahan Joglo, Jakarta Barat. Metode ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan
sampel menggunakan simple random sampling dengan sampel
150 orang remaja di Kelurahan Joglo. Dari data tersebut, dapat
kita peroleh nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel serta data
yang diperoleh dari nilai pearson correlation sebesar -0,079 atau
lebih kecil dari 0,05 artinya tidak terdapat korelasi antara pola
asuh dan emosi remaja. Sehingga korelasi antara pola asuh dan
emosi remaja adalah tidak signifikan hal ini diperoleh dari nilai
Sig. (2-tailed) sebesar 0,334 < 0,05, artinya pola asuh dan emosi
remaja berkolerasi tidak signifikan. Data ini dikumpulkan
melalui 2 skala, yaitu skala pola asuh, skala emosi remaja dan
remaja.
Kata kunci: pola asuh, emosi remaja, remaja
Abstract
Teenagers are the transition from children to adulthood, which
in the teen phase is a change to physical, social and
psychological maturity. Emotional maturity in youth occurs
through the yanig upbringing of a parent in the family
environment and also through the amanig environment of the imi
research is to see whether or not there is a link between the
parental upbringing of the youth enosi in joglo's kelurate, west
Jakarta it USES a quantitative research method. Taking
technique the sample USES the simple random sampling with the
sample 150 teenagers in joglo household. From that data, we can
get billions of t counts smaller than t tables and data a pearson
correlation of -0.079 or smaller than 0.05 means no correlation
between adolescent upbringing and emotion. So a correlation
between the upbringing and the emotional state of youth is
insignificant this is derived from the sig. (2-tailed) value of 0.334
< 0.05, which means that the inconsequential fostering and
emotional toll of the youth is collected through 3 scales, which is
the scale of the teen upbringing, emotional and teenager scale.
Keywords: teen upbringing, emotion, and teenager
Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Emosi Remaja
2021
Yutika Irfani Lindawati dan Niessa Ridho Utami 847
Pendahuluan
Remaja merupakan fase transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Fase
remaja ini mencerminkan cara berpikir remaja yang masih dalam koridor berpikir
konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses pendewasaan pada diri
remaja. Pada fase ini juga remaja mengalami perkembangan secara fisik, mental, sosial
dan emosional (Firdaus & Mahargia, 2018). Pengendalian emosi pada remaja masih
belum sempurna meskipun dari perubahan fisik mereka sudah seperti orang dewasa
(Zahara, 2018).
Remaja dihadapi oleh tuntutan dan harapan dari keluarga, demikian juga mereka
dihadapkan oleh bahaya dan godaan yang muncul lebih banyak dibandingkan dengan
anak-anak. Perkembangan fisik yang sekain nyata membuat remaja mengalami kesukaran
dalam menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi (Diananda, 2019).
Akibatnya, mereka cenderung menyendiri sehingga mereka merasa asing dalam
lingkungannya, merasa kurang mendapat perhatian dari orang lain, bahkan mereka
merasa tidak ada satu orang pun yang memperdulikannya. Kontrol terhadap dirinya
sendiri sangat sulit sehingga mereka cepat marah serta emosi dalam menghadapi
masalahnya sendiri (Saputro, 2018). Kecemasan yang terjadi pada remaja dapat
menampilkan perilaku yang menunjukan bahwa remaja tidak dapat mengontrol emosinya
dengan baik (Azmi, 2016).
Emosi adalah suatu keadaan yang kompleks dari organisme seperti terbangkitnya
perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam organ tubuh yang sifatnya
luas, biasanya ditambahi dengan perasaan kuat yang mengarah ke suatu bentuk tingkah
laku atau perilaku tertentu (Ristianti, 2018). Kematangan emosi sebagai suatu kondisi
mencapai perkembangan pada diri individu di mana individu mampu mengarahkan dan
mengendalikan emosi yang kuat agar dapat diterima oleh diri sendiri maupun orang lain
(Fellasari & Lestari, 2017). Pembentukan kematangan emosi remaja tidak lepas dari
peranan pola asuh orangtua, karena orangtua merupakan sekolah pertama bagi seorang
anak. Selain itu pembentukan kematangan emosi pada remaja juga dapat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Masalah emosi yang terjadi terhadap remaja dapat diakibatkan
oleh pola asuh orangtua (Safitri & Hidayati, 2013).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara
kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan asuh berarti menjaga (merawat dan
mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan sebagainya) dan memimpin
(mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Pola asuh sebagai pola
sikap atau perlakuan orangtua terhadap remaja yang masing-masing mempunyai
pengaruh tersendiri terhadap perilaku remaja antara lain terhadap kompetensi emosional,
sosial dan intelektual (Ayun, 2017). Pola orangtua terhadap anak dimana masing-masing
dari pola asuh ini memiliki kontribusi yang penting dalam pembentukan karakter anak
(Rakhmawati, 2015). Pola asuh tersebut yaitu: pola asuh authoritative, pola asuh
authoritarian dan pola asuh permissive.
Pola asuh authoritative yang diterapkan orangtua akan berdampak kepada
kematangan emosi remaja yang baik (Fatchurahman, 2012). Hal ini dikarenakan remaja
yang diasuh menggunakan pola asuh authoritative ini memiliki kemampuan untuk
menghindari permusuhan. Sebab pola asuh orangtua authoritative menjelaskan mengenai
dampat perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh anak, remaja mampu mengalirkan
cinta dan kasih sayang karena sikap responsif yang diterimanya dari orangtua, serta
remaja mampu berpikir positif mengenai pribadinya (Wisadirana, 2019).
Pola asuh authotitarian yang diterapkan orangtua akan berdampak kurang baik
pada kemampuan seorang remaja dalam melakukan kontrol emosinya (Zahara, 2018). Hal
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
848 http://sosains.greenvest.co.id
ini dikarenakan pola asuh yang diterima remaja cenderung emosional dan keras sehingga
remaja akan merasa tidak nyaman, mengalami tekanan, mudah mengalami stres, memiliki
sikap cemas, emosi yang tidak stabil, penakut, pendiam dan remaja dengan pola asuh
autoritarian lebih mudah terpengaruh untuk melakukan pelanggaran norma sehingga
kematangan emosi remaja sangatlah rendah (Masyithoh, 2018).
Pola asuh permissive yang diterapkan orantua akan membuat remaja memiliki
kontrol emosi yang rendah dan cenderung memiliki perilaku agresif (Subqi, 2019). Hal
ini dikarenakan perilaku dan perhatian orangtua yang rendah terhadap seorang remaja dan
membuat remaja tidak takut untuk melanggar peraturan. Sehingga akan berdampak pada
seringnya remaja mengalami permusuhan baik itu di sekolah, di rumah, maupun di
lingkungan masyarakat. Pola asuh permissive juga membuat remaja menjadi tidak patuh,
manja, kurang mandiri dan mau menang sendiri (Betsy & Rivaei, 2013), dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan orangtua di rumah akan berdampak
terhadap perilaku yang ditimbulkan oleh remaja. Sehingga kondisi tersebut dapat
mendorong tumbuh dan berkembangannya kematangan emosi remaja. Kematangan emosi
remaja dapat diperoleh apabila orangtua dan keluarga memberikan kasih sayang kepada
remaja, sehingga remaja merasa nyaman dan jauh dari perilaku negatif. Sebaliknya,
apabila remaja tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtua dan keluarga maka remaja
tersebut akan bersikap acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya dan sering kali
memaksakan kehendaknya terhadap orang lain.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan sampel
150 orang remaja di Kelurahan Joglo. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner. Data ini dikumpulkan melalui 2 skala, yaitu skala pola asuh orangtua dan skala
emosi remaja.
Responden berusia 17-21 tahun yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa di
Kelurahan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat. Peneliti menggunakan analisi regresi dalam
melihat ada atau tidaknya hubungan pola asuh orang tua terhadap emosi remaja di
Keluraha Joglo. Untuk melakukan analisis regresi terlebih dahulu terdapat uji prasyarat
analisis, yaitu data harus terdistribusi secara normal dan linear, dalam membuktikan ada
atau tidaknya suatu korelasi peneliti menggunakan uji hipotesis dengan cara melakukan
uji t.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan memaparkan suatu hasil penelitian ataupun analisis yang
diperoleh. Di bawah ini merupakan sebuah hasil data yang telah dilakukan pengujian
terhadap responden yang ditentukan untuk menemukan hubungan pola asuh orang tua
terhadap emosi remaja di Kelurahan Joglo.
1. Uji Normalitas Data
Setelah melakukan uji validitas dan reabilitas dalam menentukan sebuah
angket yang nantinya akan dibagikan kepada responden, dan akan menghasilkan
sebuah jawaban, lalu hasil jawaban dari angket tersebut dilakukan uji normalitas.
Dibawah ini output hasil uji normalitas:
Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Emosi Remaja
2021
Yutika Irfani Lindawati dan Niessa Ridho Utami 849 843
Tabel 1. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstand
ardized
Residual
N
150
Mean
.000000
0
Std.
Deviation
3.83721
061
Absolut
e
.067
Positive
.067
Negativ
e
-.047
Test Statistic
.067
Asymp. Sig. (2-tailed)
.099
Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS versi 25 diatas, dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) lebih besar daripada nilai α = 0,05 (0,099>0,05). Pada nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) merupakan suatu indikasi normalitas data yang dibandingkan dengan nilai α =
0,05. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari nilai α = 0,05, maka data
tersebut tidak berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Jika nilai Sig. Deviation from linearity > 0,05 maka terdapat hubungan yang
linear antara variabel bebas dengan variabel terikat sedangkan jika nilai Sig.
Deviation from linearity < 0,05 maka dikatakan tidak terdapat hubungan yang
linear antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Tabel 2. ANOVA Table
S
um of
Squar
es
d
f
M
ean
Squa
re
F
S
ig.
Emosi
Remaja *
Pola Asuh
B
etween
Group
s
(Co
mbined)
6
57.43
3
1
7
3
8.67
3
3
.2
93
.
00
0
Line
arity
1
3.936
1
1
3.93
6
1
.1
87
.
27
8
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
850 http://sosains.greenvest.co.id
Berdasarkan hasil uji linearitas di atas dapat diketahui nilai Sig. Deviation from
Linearity sebesar 0,00 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang linear antara variabel pola asuh (X) dan variabel emosi remaja (Y).
3. Uji Korelasi
Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi Pearson Product Moment di atas, diperoleh
nilai pearson correlation sebesar -0,079 atau lebih kecil dari 0,05 artinya tidak terdapat
korelasi antara pola asuh dan emosi remaja. Korelasi antara pola asuh dan emosi remaja
adalah tidak signifikan hal ini diperoleh dari nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,334 < 0,05,
artinya pola asuh dan emosi remaja berkolerasi tidak signifikan. Adapun hasil dari
analisis penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kedua variabel dilakukan uji
korelasi Pearson Product Moment yang terdapat nilai -0,079<0,005 yang
menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan diantara pola asuh orang
tua terhadap emosi remaja di Kelurahan Joglo.
2. Uji prasyarat dilakukan dengan melakukan uji normalitas dan linearitas
menggunakan spss versi 25 setelah itu dilanjutkan oleh uji hipotesis yang
membandingkan r hitung dengan t tabel lalu kemudian melakukan uji
corelation untuk mengetahui hasil ada atau tidaknya hubungan antara kedua
variabel. Setelah ditemukan hasilnya kemudian dinyatakan Ha ditolak dan Ho
diterima. Ha adalah hipotesis yang menyatakan adanya suatu hubungan antara
Devi
ation
from
Linearity
6
43.49
6
1
6
4
0.21
9
3
.4
24
.
00
0
Within Groups
1
550.4
07
1
32
1
1.74
6
Total
2
207.8
40
1
49
Tabel 3. Correlations
Pola Asuh
Emosi Remaja
Pola Asuh
Pearson Correlation
1
-.079
Sig. (2-tailed)
.334
N
150
150
Emosi Remaja
Pearson Correlation
-
.079
1
Sig. (2-tailed)
.334
N
150
150
Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Emosi Remaja
2021
Yutika Irfani Lindawati dan Niessa Ridho Utami 851 843
variabel, sedangkan Ho adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan atau pengaruh antara variabel.
Kesimpulan
Setelah melakukan analisis pengujian dapat dinyatakan bahwa tidak adanya suatu
hubungan pola asuh orang tua terhadap emosi remaja di Kelurahan Joglo. Hal ini
ditunjukan oleh nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel serta data yang diperoleh dari
nilai pearson correlation sebesar -0,079 atau lebih kecil dari 0,05 artinya tidak terdapat
korelasi antara pola asuh dan emosi remaja. Sehingga korelasi antara pola asuh dan emosi
remaja adalah tidak signifikan hal ini diperoleh dari nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,334 <
0,05, artinya pola asuh dan emosi remaja berkolerasi tidak signifikan.
Bibliografi
Ayun, Qurrotu. (2017). Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam membentuk
kepribadian anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal,
5(1), 102–122.
Azmi, Nurul. (2016). Potensi emosi remaja dan pengembangannya. Sosial Horizon:
Jurnal Pendidikan Sosial, 2(1), 36–46.
Betsy, Damiana, & Rivaei, Wanto. (2013). Pola Asuh Anak pada Keluarga Petani Desa
Mangat Baru Kecamatan Dedai Kabupaten Sintang. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 2(12).
Diananda, Amita. (2019). Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA: Jurnal
Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 1(1), 116–133.
Fatchurahman, M. (2012). Kepercayaan diri, kematangan emosi, pola asuh orang tua
demokratis dan kenakalan remaja. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2).
Fellasari, Farieska, & Lestari, Yuliana Intan. (2017). Hubungan antara pola asuh orangtua
dengan kematangan emosi remaja. Jurnal Psikologi, 12(2), 84–90.
Firdaus, Angga, & Mahargia, Yunanta. (2018). Pengetahuan dan sikap Remaja Terhadap
Penggunaan NAPZA di Sekolah Menengah Atas di Kota Semarang. Semarang:
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Masyithoh, Siti. (2018). Pola Asuh Orang Tua Dan Perkembangan Sosial Anak. At-
Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 7(2), 242–259.
Rakhmawati, Istina. (2015). Peran keluarga dalam pengasuhan anak. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 6(1), 1–18.
Ristianti, Dina Hajja. (2018). Psikologi Lintas Budaya. Padang: Zaky Press-Padang.
Safitri, Yuhanda, & Hidayati, Eny. (2013). Hubungan antara pola asuh orang tua dengan
tingkat depresi remaja di SMK 10 November Semarang. Jurnal Keperawatan Jiwa
(JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 1(1).
Saputro, Khamim Zarkasih. (2018). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa
remaja. Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25–32.
Subqi, Imam. (2019). Perilaku Agresif Remaja dalam Tinjauan Pola Asuh Keagamaan
Orang Tua di Desa Baleadi Pati. IJIP: Indonesian Journal of Islamic Psychology,
1(2), 186–214.
Wisadirana, Darsono. (2019). Psikologi Anak Sukses: Cara Orang Tua Memandu Anak
Meraih Sukses. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Zahara, Fenty. (2018). Pengendalian Emosi Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada
Siswa Usia Remaja Di SMA Utama Medan. Jurnal Psikologi Kognisi, 1(2), 94–109.
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
852 http://sosains.greenvest.co.id
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.