Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
910 http://sosains.greenvest.co.id
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAI DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER PESERTA DIDIK SDN PELITA KARYA DAN SDN
CINTAMARGA
Sukini
Universitas Islam Nusantara, Indonesia
Diterima:
21 Juli 2021
Direvisi:
11 Agustus 2021
Disetujui:
15 Agustus 2021
Abstrak
Fenomena dekadensi moral terjadi akibat tidak terkendalikannya
kemajuan dari teknologi yang berkembang begitu pesat, selain
itu juga pengaruh budaya luar mewarnai terjadinya dekadensi
moral. Pengaruh dekadensi moral ini cenderung kapada hal-hal
yang negatif. Di sinilah impementasi kurikulum 2013 PAI perlu
didesain sesuai dengan kebutuhan. Implementasi kurikulum
2013 PAI menjadi pedoman dalam pembelajaran untuk
pembentukan karakter peserta didik. karena kurikulum sifatnya
dinamis sesuai dengan kebutuhan, untuk itu perlu adanya
kurikulum yang orientasinya pada penanaman sikap baik
spiritual maupun sosialnya, dengan kata lain harus dimunculkan
pendidikan karakter. Implementasi kurikulum 2013 di dalamnya
ada pendidikan karakter. Implementasi kurikulum 2013
Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis
kualitatif dengan pendekatan teknik survey. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis data kualitatif model interaktif
yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan
yaitu reduksi data. Dari hasil pengamatan dan pembahasan
disimpulkan bahawa : (1) Implementasi kurikulum 2013
Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri Pelita Karya
Jalancagak Subang dapat dilaksanakan dengan sangat baik, (2)
Karakter peserta didik kelas VI SD Negeri Pelita Karya
Jalancagak Subang, menunjukkan karakteristik yang baik
sampai dengan sangat baik sesuai dengan indikator karakter
yang ditetapkan, (3) setelah diterapkan kurikulum 2013,
perubahan perilaku peserta didik menunjukkan perubahan yang
signifikan, (4) Fakor faktor penghambat di SD Negeri Pelita
Karya dalam implementasi kurikulum 2013 adalah ketersediaan
waktu dan sarana pembelajaran yang sangat terbatas.
Kata kunci: Implementasi, Kurikulum, Karakter Peserta Didik
Abstract
The phenomenon of moral decadence occurs due to the
uncontrolled progress of technology that is developing so
rapidly, in addition to the influence of outside cultures coloring
the occurrence of moral decadence. The influence of this moral
decadence tends to be negative. This is where the
implementation of pai 2013 curriculum needs to be designed
according to the needs. The implementation of pai 2013
curriculum becomes a guideline in learning for the formation of
student character. because the curriculum is dynamic according
Implementasi Kurikulum 2013 Pai Dalam Pembentukan
Karakter Peserta Didik Sdn Pelita Karya Dan Sdn
Cintamarga
2021
Sukini 911
to the needs, therefore there needs to be a curriculum whose
orientation on the cultivation of attitudes both spiritual and
social, in other words should be raised character education. The
implementation of the 2013 curriculum in it has character
education. Implementation of the 2013 Islamic Religious
Education curriculum in learning. The research method used is
qualitative analytical descriptive method with survey technique
approach. This study uses qualitative data analysis techniques of
interactive models consisting of three flow of activities that occur
simultaneously, namely data reduction. From the observations
and discussions concluded that: (1) Implementation of the
curriculum 2013 Islamic Religious Education in grade VI SD
Negeri Pelita Karya and SD Negeri Cintamarga Jalancagak
Subang can be implemented very well, (2) The character of
grade VI students of SD Negeri Pelita Karya and SD Negeri
Cintamarga Jalancagak Subang, shows good characteristics up
to very well in accordance with the character indicators set, (3)
after the 2013 curriculum was implemented, changes in student
behavior showed significant changes in, (4) Fakor inhibitory
factors at SD Negeri Pelita Karya and SD Negeri Cintamarga in
the implementation of the 2013 curriculum is the availability of
time and learning facilities that are very limited s.
Keywords: implementation, Curriculum, Student Character
Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya adalah upaya untuk membantu peserta didik agar dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya menjadi manusia yang mempunyai
kecakapan utuh, sehingga dengan kecakapanya ia dapat dengan mudah menjalani dan
menghadapi segala persoalan kehidupan (Mubarrok, 2019). Pemerintah melalui
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, telah melakukan rangkaian aktivitas
pembaharuan guna meningkatkan mutu, martabat bangsa, dan Negara melalui sumber
daya pendidikan, unsur-unsur sumber daya pendidikan ini yang tidak kalah pentingnya
yaitu kurikulum yang merupakan salah satu unsur yang dapat mengkontribusikan secara
signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas bangsa yang kuat dan
bermartabat. Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang menjungjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yaitu salah satunya nilai sikap karakter. Pendidikan adalah daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek)
dan tubuh anak dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dunianya (Susanto &
Retnaningsih, 2018).
Tujuan pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Wahono, 2018). Rumusan
tersebut terungkap tiga segi yang sangat penting. Pertama, lima dari tujuh karakter
manusia yang hendak dicapai melalui pendidikan menyangkut aspek afektif, yaitu:
ketaqwaan, akhlak mulia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Kedua berkenaan
dengan pembangunan manusia Indonesia dari aspek intelektual kognitifnya yaitu
kecerdasan. Ketiga berkenaan dengan aspek psikomotornya, yaitu membangun manusia
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
912 http://sosains.greenvest.co.id
terampil dan kreatif. Ketiga bulatan kecerdasan di atas adalah buah daripada pendidikan,
yaitu bukan hanya mencerdaskan anak bangsa secara intelektualnya saja, melainkan harus
dengan cerdas emosional dan spritualnya.
Tujuan dari pendidikan nasional ini terkadang tidak berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Dunia pendidikan di Indonesia saat ini ditantang untuk menjawab berbagai
perubahan global yang terjadi begitu cepat (Noor, 2019). Berkembangnya teknologi, seni,
budaya, dan ilmu pengetahuan terutama akselerasi transformasi dan teknologi informasi
yang begitu dahsyat merubah kehidupan peradaban manusia (Suradi, 2018). Perubahan
ini berdampak pula kepada bidang pendidikan yang merupakan akar dari peradaban
manusia. Dekadensi moral sekarang ini semakin mengkhawatirkan karena banyak sekali
yang menimpa kepada peserta didik.
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara
individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Nurdyansyah
& Fahyuni, 2016). Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa
sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Ayda, 2020). Implementasi kurikulum 2013 di
sekolah dasar ini untuk menjawab tangtangan abad 21, dengan melibatkan beberapa
komponen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan Pendidikan Agama Islam,
yaitu membentuk manusia yang memiliki ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlakul karimah (Djaelani, 2013).
Fenomena dekadensi moral terjadi akibat tidak terkendalikannya kemajuan dari
teknologi yang berkembang begitu pesat, selain itu juga pengaruh budaya luar mewarnai
terjadinya dekadensi moral (Hisyam & Pamungkas, 2016). Pengaruh dekadensi moral ini
cenderung kapada hal-hal yang negatif. Di sinilah impementasi kurikulum 2013 PAI
perlu didesain sesuai dengan kebutuhan. Implementasi kurikulum 2013 PAI menjadi
pedoman dalam pembelajaran untuk pembentukan karakter peserta didik di kelas VI SDN
Pelita Karya dan SDN Cintamarga Jalancagak Subang.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran terkait implementasi
kurikulum 2013 Pendidikan Agama Isalam dalam pembentukan karakter peserta didik
kelas VI di SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang, mengetahui Implementasi
Kurukulum 2013 Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri Pelita Karya
Jalancagak Subang, mengetahui Karakter peserta didik kelas VI SD Negeri Pelita Karya
Jalancagak Subang, mengetahui implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam
dalam pembentukan karakter peserta didik kelas VI SD Negeri Pelita Karya Jalancagak
Subang, mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam implementasi
kurikulum PAI dalam pembentukan karakter peserta didik di SD Negeri Pelita Karya
Jalancagak Subang, mengetahui faktor faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
implementasi kurikulum PAI dalam pembentukan karakter peserta didik di SD Negeri
Pelita Karya Jalancagak Subang.
Manfaat penelitian ini adalah dapat membantu para guru mengenai kesulitan-
kesulitan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 PAI dalam pembentukan karakter
peserta didik SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang. Selain itu penelitian ini dapat
dijadikan sebagai masukan bagi para peneliti untuk melakukan penelitian secara
komperhensif, dan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan dalam menentukan
keputusan dan srategi implementasi kurikulum 2013 pada Pendidikan Agama Islam di
SDN Pelita Karya dan SDN Cintamarga Kecamatan Jalancagak Subang.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang.
Penentuan tempat penelitian ini didasarkan pada pertimbangan efektivitas dan efisiensi
Implementasi Kurikulum 2013 Pai Dalam Pembentukan
Karakter Peserta Didik Sdn Pelita Karya Dan Sdn
Cintamarga
2021
Sukini 913 909
penelitian. Kedua sekolah dasar yang dijadikan tempat penelitian sudah lama berdirinya
dan menjadi tujuan bagi sebagai besar masyarakat sekitar Desa Tambakmekar Jalancagak
Subang. Selain itu peneliti sudah banyak mengenal situasi dan kondisi kedua sekolah
dasar tersebut, baik dari segi lokasi, perilaku masyarakat sekitarnya, serta pengelolaan
sekolah, sehingga akan mempermudah pelaksanaan penelitian dan memperoleh data yang
diperlukan, yang pada gilirannya penelitian yang dilakukan akan memiliki validitas dan
reliabilitas yang tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena yang terjadi.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan terhadap dokumentasi yang lainnya di SD Negeri Pelita Karya
adalah catatan atau data mengenai karakter yang diamati oleh wali kelas VI. Diperoleh
gambaran karakter skor rata-rata peserta didik kelas VI SD Negeri Pelita Karya dengan
penerapan kurikulum 2013 pada pelajaran PAI. Menurut wali kelas di kedua sekolah
menunjukkan bahwa, untuk peserta didik kelas VI SD Negeri Pelita Karya dikategorikan
sangat baik. Sedang untuk peserta didik kelas VI SD Negeri Cintamarga dengan kategori
sangat baik.
Dokumentasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan data, baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator yang sesuai
dengan implementasi kurikulum 2013 PAI (Andriani, 2017). Penilaian dokumentasi
langsung dilaksanakan oleh peneliti terhadap arsip yang ada di kedua sekolah tanpa
perantara orang lain.
Perolehan data melalui observasi, kegiatan wawancara maupun hasil analisis
dokumentasi menunjukkan hasil yang saling berkaitan dan saling mendukung (Yusuf &
Asrifan, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada pelajaran
Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Kabupaten
Subang dapat dikatakan berhasil dan sesuai dengan harapan. Keberadaan kepala sekolah,
guru dan komite sekolah di kedua sekolah menunjukkan kinerja secara sinergi dan
terintegrasi, sehingga implementasi kurikulum dapat dilaksanakan dengan sangat baik
(Yusmina & Murniati, 2014). Begitu juga sarana dan prasarana pendukung untuk
kelancaran pelaksanaan program sudah relatif tersedia sehingga kendala yang ada dapat
diminimalisir.
Dari sekian banyak tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah,
mengelola perubahan dalam penggunaan kurikulum pembelajaran adalah salah satu yang
paling sulit (Mataputun, 2018). Salah satu alasan kepemimpinan menjadi begitu penting
adalah bahwa dunia pendidikan telah semakin penuh persaingan, dan perubahan dalam
desain kurikulum, struktur kurikulum, maupun kepemimpinan sangat diperlukan untuk
bertahan hidup dalam lingkungan pendidikan dengan kurikulum baru. Sekolah harus
diorganisasi kembali untuk menghilangkan kegiatan-kegiatan operasi yang tidak
diperlukan dan tidak diinginkan oleh kurikulum, menuju perubahan dalam pengelolaan
pembelajaran (Indrawan, 2015). Di saat perubahan kurikulum dilaksanakan, tantangan,
hambatan dan peluang yang dihasilkan oleh hubungan baru tidak terelakkan.
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kredibilitas dan reputasi yang
hebat, agar ia mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada setiap orang. Pemimpin
harus memotivasi dan menginspirasi setiap orang dalam setiap detik kehidupan mereka,
untuk bersemangat dan bangkit bersama dengan perubahan baru. Pemimpin harus
membuat setiap orang menyadari bahwa perubahan itu penting, untuk mengubah hal-hal
yang tertinggal zaman dengan hal-hal baru yang sesuai peradaban.
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
914 http://sosains.greenvest.co.id 909
Kepala sekolah harus memiliki keterampilan untuk dapat mengenali perubahan-
perubahan penting, serta mampu mengambil tempat di dalam hati setiap orang, agar
semua orang dalam organisasi bisa saling menyatu dan saling berempati, untuk membawa
perubahan itu ke arah yang lebih memberi manfaat positif buat organisasi dan buat setiap
manusianya. Kepala sekolah juga harus bisa membangkitkan semangat dan gairah
perubahan dari setiap orang di dalam organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lebih
cepat, serta berjuang keras dan bekerja keras untuk mendapatkan hasil perubahan yang
lebih baik dari rencana yang ada (Huda, 2014). Kepala sekolah harus menyadarkan setiap
orang, agar selalu menggunakan cara-cara profesionalisme dalam merespon setiap
perubahan. Untuk itu, pemimpin harus duduk bersama dengan semua kekuatan sumber
daya manusianya, untuk berbicara tentang perubahan-perubahan itu dengan cara-cara
penuh inspirasi dan profesional.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara secara langsung, bahwa kepala
sekolah sebagai pemimpin dapat dikatakan cerdas dalam menggunakan tema perubahan
di sekolah masing masing, sebagai sarana untuk meningkatkan keuntungan kompetitif di
bidang peningkatan kinerja sekolah. Kepala sekolah bisa menggambarkan perubahan itu
secara nyata di pikiran setiap orang (stakeholders), dan memberikan cermin perubahan
untuk dapat dilihat setiap orang tentang wujud asli dari perubahan tersebut. Kepala
sekolah mampu memberi inspirasi kepada setiap orang, untuk menghadapi perubahan
dalam pekerjaan, untuk menghadapi perubahan dalam keluarga, untuk menghadapi
perubahan dalam hidup. Dan dalam semua aspek yang bertujuan untuk meningkatkan
gairah dan kepercayaan diri organisasi, untuk memenangkan persaingan dalam kompetisi
yang ketat.
Kepala sekolah menunjukkan kemampuan yang prima di dalam mengajak dan
menggandeng setiap hati dan setiap pikiran, untuk berpikir dan bertindak dalam semangat
meningkatkan semua potensi sekolah, serta mampu menangani semua potensi hebat
secara lebih baik, dengan cara mengubah hal-hal yang menghambat gerak sukses aktiitas
sekolah. Kepala sekolah juga menunjukkan kecerdasannya dalam membimbing guru guru
untuk berhenti berwacana secara berkepanjangan, dan mengajak setiap orang
(stakeholders) untuk melakukan tindakan-tindakan yang membantu kemajuan sekolah.
Tindakan yang terfokus pada upaya meningkatkan kinerja, dalam kemampuan
manajemen menghadapi perubahan yang tak pasti.
Kepala sekolah selalu menggunakan pola atau model berpikir yang sederhana dan
jelas, agar setiap orang di dalam organisasi (stakeholders) tidak terjebak dalam cara
berpikir yang merumitkan, sehingga makna perubahan di bidang implementasi kurikulum
itu tidak menjadi kabur. Pola berpikir yang lebih sederhana akan mendekatkan semua
solusi terbaik melalui logika dan akal sehat, yang dapat diukur kebenarannya. Oleh
karena itu, berpikir sederhana akan menuntun kepala sekolah dan seluruh stakeholders
dalam jalur yang tidak rumit untuk menemukan segala macam solusi terbaik, dimana
semua solusi itu masih bisa diukur kebenarannya dengan pikiran jernih yang berlogika
cerdas; semua solusi terbaik pada dasarnya telah ada, hanya saja diperlukan keandalan
kepemimpinan kepala sekolah yang solid dan kuat, untuk menjadi lebih sederhana, jernih,
dan sabar dalam menyusuri jalur sederhana menuju puncak penghasil solusi andal buat
sebuah perubahan yang hebat dan bermanfaat. Kepala sekolah bersifat dan bersikap yang
solid dan kuat, sehingga mampu menjadi bintang yang hebat, dalam setiap gerak dan
langkah ke perubahan yang lebih baik. Dapat dikatakan bahwa kepala sekolah di SD
Negei Pelita Karya adalah sang pemimpin pembawa perubahan dalam implementasi
kurikulum 2013 di sekolah masing masing, yang membahagiakan hati setiap orang dalam
dekapan rasa damai dan rasa nyaman.
Implementasi Kurikulum 2013 Pai Dalam Pembentukan
Karakter Peserta Didik Sdn Pelita Karya Dan Sdn
Cintamarga
2021
Sukini 915
Beberapa langkah konstruktif yang dilakukan oleh kepala sekolah di kedua sekolah
dapat dideskripsikan sebegai berikut :
1. Mengidentifikasi Kebutuhan untuk Perubahan, Perubahan kurikulum di
sekolah hanya dapat dimulai dengan menanggapi ketidakmampuan atau
ketidak-efisienan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan
perkembangan peserta didik. Jika pengelolaan sekolah tidak memenuhi
kebutuhan operasional, maka orang-orang yang bertanggung jawab untuk
pemenuhan tersebut perlu dibuat sadar akan fakta itu. Perubahan
kurikulum di sekolah yang tidak dibutuhkan mungkin adalah salah satu
dari beberapa hal yang mengecewakan stakeholders dalam menyepakati
lingkungan pendidikan. Jika individu yang dipengaruhi oleh perubahan
kurikulum tersebut tidak menyadari tentang alasan mengapa perubahan
diperlukan, mudah untuk mengasumsikan perubahan adalah sembrono.
Perlunya perubahan kurikulum di sekolah harus nyata, dan itu harus
diketahui oleh mereka yang akan terkena dampak. Salah satu cara terbaik
yang dilakukan kepala sekolah untuk mengidentifikasi kebutuhan untuk
perubahan kurikulum di sekolah dan sekaligus mendapatkan persetujuan
adalah dimulai dengan memberitahukan informasi tentang perubahan
kurikulum untuk meminta bantuan dari orang-orang yang akan terkena
dampak perubahan. Dalam rangka meminta bantuan ini, salah satu yang
dibutuhkan adalah pertama- tama menentukan siapa yang akan terkena
dampak (stakeholders).
2. Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Terkena Dampak, Kepala sekolah
melakukan langkah identifikasi terhadap orang-orang yang akan terkena
dampak oleh perubahan kurikulum mungkin bagian yang paling mudah
dari proses manajemen perubahan. Kepala sekolah memulai dengan alasan
mengapa perubahan kurikulum diperlukan. Seringkali hal ini tampak tidak
jelas Alasan sebenarnya untuk kinerja yang tidak bagus dalam institusi
pendidikan mungkin disebabkan oleh inefisiensi dalam pengelolaan
pendidikan yang sama sekali berbeda dari kondisi pertama yang
bergantung padanya. Kepedulian utama dari kepala sekolah adalah untuk
memastikan akar masalah telah ditemukan, dan tidak bereaksi terhadap apa
yang terlihat di permukaan. Setelah kepala sekolah merasa yakin bahwa
semua orang (stakeholders) telah teridentifikasi, selanjutnya rencana
perubahan dapat dimulai.
3. Mengkomunikasikan Kebutuhan akan Perubahan, Setelah semua pihak
yang berpotensi terkena dampak oleh perubahan dapat teridentifikasi,
kemudian kepala sekolah melakukan pertemuan dengan stakeholders untuk
mendiskusikan kebutuhan akan perubahan. Beberapa penghakiman akan
diperlukan di sini, terutama ketika berhadapan dengan kelompok yang
lebih besar. Sebagai seorang manajer, kepala sekolah melakukannya
dengan baik dengan mengajak semua stakeholders untuk membahas
kebutuhan akan perubahan. Kebutuhan ini harus diidentifikasi dalam
bahasa yang jelas dan tidak mengancam. Kepala sekolah menjelaskan
alasan mengapa percaya bahwa perubahan kurikulum diperlukan, tapi tetap
nonpersonal. Kepala sekolah tidak mengidentifikasi perubahan apa yang
akan terjadi, hanya perubahan yang dibutuhkan untuk memungkinkan lebih
baik bagi stakeholders guna memenuhi komitmennya.
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
916 http://sosains.greenvest.co.id 909
4. Pada saat kepala sekolah bertemu dengan stakeholders, dimanfaatkan
untuk meminta ide mereka yang mungkin akan terkena dampak. Pada
awalnya, kepala sekolah mungkin tidak ingin bertemu dengan semua
orang. Sebagai contoh, jika muncul terminasi yang mungkin menjadi
bagian penting perubahan, kepala sekolah tidak ingin menyertakan orang
yang mungkin diberhentikan. Dalam banyak kasus, kepala sekolah
mungkin harus bertemu dengan semua orang, atau perwakilan setiap orang
yang akan terkena dampak. Ini adalah penting karena sangat meningkatkan
probabilitas bahwa semua keberatan terhadap setiap perubahan yang
diusulkan akan menjadi dikenal, dan jika kepala sekolah tahu tentang
keberatan mereka, kepala sekolah dapat mengambil langkah-langkah untuk
meringankan mereka. Ini adalah area di mana para kepala sekolah sebagai
pemimpin unggul mengkomunikasikan kebutuhan untuk perubahan
kurikulum, dan mendapatkan pekerja untuk mendukung perubahan.
5. Meminta Komentar, Setelah kebutuhan akan perubahan kurikulum yang
akan diberlakukan di sekolah sudah diputuskan, kepala sekolah selalu
meminta komentar dari perwakilan guru, orang tua peserta didik atau
komite secara kelembagaan. Dengan meminta bantuan untuk
mengidentifikasi apa yang bisa menjadi perubahan, dan bagaimana
mungkin dilaksanakan secara efektif, pihak pihak yang terdampak tersebut
tersebut dibawa ke dalam proses perubahan dan beberapa
resistensi/penolakan terhadap perubahan dapat dikurangi. Mengajak orang
yang akan terkena dampak perubahan merupakan bagian dari solusi, dan
bukannya bagian dari masalah, sehingga dapat membangun rasa
kepemilikan dalam pengembangan perubahan. Dengan begitu maka
mereka yang akan terkena dampak diharapkan lebih mudah menerima
perubahan dan menjadi merasa kurang terancam lagi.
6. Mengembangkan Rencana Untuk Perubahan, langkah berikutnya yang
dilakukan kepala sekolah di SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang
Setelah mengidentifikasi kebutuhan untuk perubahan kurikulum dan
meminta komentar dari orang-orang di sekitar, selanjutnya merencanakan
cara terbaik untuk menerapkan perubahan. Ada banyak hal yang menjadi
dipertimbangkan dan diperlukan rencana kompleks yang mendalam.
Dalam hal ini, kepala sekolah melakukan pekerjaan rinci ini karena ada
banyak persyaratan yang harus dipertimbangkan, seperti anggaran yang
dibutuhkan untuk menerapkan perubahan, sumber daya yang perlu
dialokasikan untuk perubahan, dan para guru yang akan ditugaskan
menjadi garda terdepat dalam implementasi kurikulum sebagai akibat dari
perubahan. Kepala sekolah bersaama komite senantiasa meninjau
persyaratan untuk perubahan dan menentukan sekaligus menggabungkan
tujuan perubahan kurikulum dan tujuan pendidikan pada umumnya.
7. Memantau Perubahan dan Menyesuaikan Sesuai Kebutuhan, langkah
terakhir yang dilakukan kepala sekolah, setelah pelaksanaan perubahan
kurikulum ini berlangsung, bersama semua pihak yang terlibat dalam
implementasi kurikulum memonitor kemajuan rencana tersebut. Jika
masalah yang tak terduga berkembang, maka melakukan modifikasi
rencana yang sesuai.
Implementasi Kurikulum 2013 Pai Dalam Pembentukan
Karakter Peserta Didik Sdn Pelita Karya Dan Sdn
Cintamarga
2021
917 http://sosains.greenvest.co.id 909
Kompetensi guru di SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang, berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dapat dikatakan telah mampu mengimplementasikan kurikulum
2013. Beberapa indikator yang dapat dijadikan pengukuran keberhasilan tersebut,
diantaranya adalah guru telah mampu menciptakan suasana pembelajaran seperti berikut :
a) Menjadikan peserta didik dari diberitahu menjadi mencari tahu
b) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi aneka sumber
belajar
c) Dari pendekatan tekstual menjadi pendekatan ilmiah
d) Dari pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis
kompetensi
e) Dari pembelajaran parsial menjadi terpadu
f) Dari pembelajaran yang menuntut jawaban tunggal menjadi pembelajaran
multi dimensi
g) Dari pembelajaran verbalisme menjadi pembelajaran aplikatif
h) Peningkatan kesimbangan antara hardskill dengan softskill
i) Pembelajaran mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik untuk menjadi pembelajaran sepanjang hayat
j) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai keteladanan (Ing Ngarso Sung
Tulodo), pembelajaran yang membangun kemauan (Ing Madyo Mangun
Karso), dan kreatifitas (Tut Wuri Handayani)
k) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, sekolah dan masyarakat
l) Pembelajaran yang menerapkan prinsip siapa saja adalah peserta didik,
siapa saja adalah guru, dan dimana saja adalah kelas
m) Menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk efisiensi dan efektifitas
pembelajaran; dan
n) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar bekang budaya peserta
didik
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa guru PAI di SD Negeri Pelita Karya telah
mampu mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran para peserta didik, dengan mempertimbangkan kesesuaian
dan ketepatan aktifitas para peserta didik untuk memaksimalkan hasil belajarân.
Pengertian ini menyimpan makna substantif yang lebih luas dari sekedar pelaksanaan
proses pembelajaran yang hanya mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proses
dan hasil belajar.
Keterampilan guru untuk melakukan pengelolaan kelas bisa memberikan dukungan
efektif terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, kemampuan memanfaatkan teknologi
informasi untuk mendukung proses pembelajaran baik dalam konteks sebagai sarana
pembelajaran maupun sebagai sumber belajar. Kemudian, guru PAI juga telah mampu
berkomunikasi dengan baik terhadap peserta didik, orang tua atau keluarga para peserta
didik, termasuk komunikasi dengan masyarakat, baik sebagai user maupun stakeholder
sekolah.
Temuan lainnya selama pbservasi dilaksanakan adalah kemampuan individual guru
untuk mengkoordinasikan dan mengkombinasikan antara sumber-sumber yang tampak
(seperti materi pelajaran dalam bentuk buku, makalah, kasus-kasus dan teknologi seperti
software dan hardware), dengan sumber-sumber yang tidak tampak (seperti pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman), dalam rangka mencapai efisiensi dan efektifitas dari
sebuah proses pendidikan dan pembelajaran.
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
918 http://sosains.greenvest.co.id 909
Uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan guru PAI telah mampu
mengkombinasikan dan mengkoordinasikan dua sumber belajar peserta didik, yakni
sumber-sumber yang tampak dan terukur dengan sumber-sumber tidak tampak yang
dimiliki guru. Upaya-upaya koordinasi dan kombinasi tersebut menuntut skill dan
keahlian guru, baik manajerial, komunikasi, pengembangan konten bahan ajar melalui
penelitian, dan berbagai keahlian lain yang mendukung peningkatan hasil belajar peserta
didik.
Kesimpulan
Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri Pelita Karya
Jalancagak Subang sudah diimplementasikan dengan baik. Dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti menunjukkan kesesuaian dan
kesejalanan informasi yang diterima dari berbagai sumber. Hasil wawancara dengan
kepala sekolah, komite sekolah, dan guru wali kelas VI serta guru PAI di kedua sekolah
diperoleh informasi bahwa kurikulum 2013 pada Pendidikan Agama Islam dapat
dilaksanakan dengan sangat baik. Data ini didukung dengan dokumentasi dokumentasi
yang berkaitan dengan implementasi tersebut.
Karakter peserta didik kelas VI SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang,
berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap peserta didik menunjukkan karakter
yang baik sampai dengan sangat baik. Hasil amatan ini didukung dengan hasil wawancara
dengan kepala sekolah, komite sekolah, wali kelas VI dan guru PAI di kedua sekolah.
Begitu juga berdasarkan data pada dokumen penilaian peserta didik yang ada pada wali
kelas dan guru PAI, pada umumnya peserta didik menunjukkan karakteristik yang baik
sampai dengan sangat baik sesuai dengan indikator karakter yang ditetapkan.
Implementasi kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dapat membentuk karakter
peserta didik kelas VI SD Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang. Kurikulum 2013 pada
pelajaran PAI di kedua sekolah dapat menjadi fasilitas dan pendukung terjadinya
perubahan karakter peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme peserta didik
melakukan perubahan perubahan perilaku selama pembelajaran dengan kurikulum 2013.
Data ini didukung oleh berbagai informasi dari para informan, bahwa setelah
diberlakukan kurikulum 2013, perubahan perilaku peserta didik menunjukkan perubahan
yang signifikan.
Faktor faktor pendukung utama terlaksananya kurikulum 2013 dengan baik, adalah
keinginan yang kuat dari semua pihak yang terkait dengan pengelolaan sekolah untuk
memajukan sekolahnya masing masing, terutama di dalam pembinaan karakter peserta
didik. Daya dukung paling besar adalah dari para guru PAI sebagai pelaksana utama
pembentukan karakter peserta didik itu sendiri. Para guru sangat antusias untuk
mengaktualisasikan materi pelajaran yang ada di dalam kehidupan peserta didik. Faktor
pendukung lannya adalah respon dan peran serta yang positif dari kepala sekolah, komite
sekolah dan masyarakat sekitar yang senantiasa berpartisipasi secara aktif di dalam
implementasi kurikulum di kegiatan sekolah. Faktor faktor pendukung yang ada di SD
Negeri Pelita Karya Jalancagak Subang dalam implementasi kurikulum 2013 PAI dalam
pembentukan karakter peserta didik, pada dasarnya sama di kedua sekolah. Hal ini
kemungkinan karena kedua sekolah lokasinya relatif berdekatan sehingga kultur
masyarakatnya relatif sama.
Beberapa aspek yang dapat dikatagorikan penghambat dalam implementasi
kurikulum 2013 PAI di kedua sekolah adalah ketersediaan waktu dan sarana
pembelajaran yang sangat terbatas. Walaupun ada fakor faktor penghambat di SD Negeri
Pelita Karya dalam implementasi kurikulum 2013 PAI dalam pembentukan karakter
peserta didik, namun secara kuantitatif maupun kualitatif tidak begitu berpengaruh.
Implementasi Kurikulum 2013 Pai Dalam Pembentukan
Karakter Peserta Didik Sdn Pelita Karya Dan Sdn
Cintamarga
2021
Sukini 919
Bibliografi.
Andriani, Dian. (2017). Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an
Hadits Di Mtsn Pucanglaban Tulungagung.
Ayda, Apriliani. (2020). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam Di Smp Eka Sakti Banyumanik Semarang.
Semarang: Universitas Wahid Hasyim.
Djaelani, Moh Solikodin. (2013). Peran pendidikan agama Islam dalam keluarga dan
masyarakat. Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(2), 100105.
Hisyam, Muhamad, & Pamungkas, Cahyo. (2016). Indonesia, Globalisasi, dan Global
Village. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Huda, Muh Nurul. (2014). Perubahan Parsial di Lembaga Pendidikan Islam. Ta’allum:
Jurnal Pendidikan Islam, 2(2), 131145.
Indrawan, Irjus. (2015). Pengantar manajemen sarana dan prasarana sekolah.
Yogyakarta: Deepublish.
Mataputun, Yulius. (2018). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Berbasis Kecerdasan
Intelektual, Emosional, dan Spiritual Terhadap Iklim Sekolah. Yogyakarta: Uwais
Inspirasi Indonesia.
Mubarrok, M. Husni. (2019). Upaya guru ilmu pengetahuan sosial dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa pada kelas VIII di MTs Negeri 4 Pasuruan. Jawa Timur:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Noor, Amirudin. (2019). Problematika pembelajaran pendidikan agama Islam di era
digital. Prosiding Seminar Nasional Prodi PAI UMP. Jakarta.
Nurdyansyah, Nurdyansyah, & Fahyuni, Eni Fariyatul. (2016). Inovasi model
pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Jawa Timur: Nizamia Learning Center.
Suradi, Ahmad. (2018). Pendidikan Berbasis Multikultural dalam Pelestarian Kebudayaan
Lokal Nusantara di Era Globalisasi. Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam Dan
Sosial, 5(1), 111130.
Susanto, Moh Rusnoto, & Retnaningsih, Rahayu. (2018). Melacak pemikiran avant garde
Ki Hadjar Dewantara melalui konsep pendidikan nasional sebagai fenomena
quantum leap dalam perspektif filsafat organisme. Prosiding Seminar Nasional,
1(1). Jakarta.
Wahono, Margi. (2018). Pendidikan Karakter: Suatu Kebutuhan Bagi Mahasiswa di Era
Milenial. Integralistik, 29(2), 145151.
Yusmina, Erra, & Murniati, A. R. (2014). Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam
Peningkatan Kinerja Sekolah Pada SMK Negeri 1 Banda Aceh. Jurnal Administrasi
Pendidikan: Program Pascasarjana Unsyiah, 2(2).
Yusuf, Irwan, & Asrifan, Andi. (2020). Peningkatan Aktivitas Kolaborasi Pembelajaran
Fisika Melalui Pendekatan Stem Dengan Purwarupa Pada Siswa Kelas Xi Ipa Sman
5 Yogyakarta:(Improving Collaboration of Physics Learning Activities through the
STEM Approach). Uniqbu Journal of Exact Sciences, 1(3), 3248.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.