Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
930 http://sosains.greenvest.co.id
SANITASI TEMPAT TEMPAT UMUM DAN MAKANAN
GAMBARAN SANITASI JASA BOGA
DI WIEN'S CATERING LEMBENGAN LEDOKOMBO
Syahnia Wasilatul Jannah, Zidni Imanial Bathista, Asrotul Hikmah dan
Yunita Satya Pratiwi
Universitas Jember, Indonesia
Diterima:
20 Juli 2021
Direvisi:
11 Agustus 2021
Disetujui:
15 Agustus 2021
Abstrak
Higiene sanitasi merupakan upaya untuk mengendalikan faktor
risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang
berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan agar
aman dikonsumsi. Jasa boga adalah usaha pengelolaan makanan
yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan yang
dilakukan. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam penerapan
higiene sanitasi di jasaboga adalah bangunan tempat produksi,
fasilitas di tempat produksi, karyawan, peralatan memasak, dan
makanan itu sendiri. Tujuan: penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana hygiene dan sanitasi makanan yang
dilakukan oleh penyelenggara catering. Penelitian ini dilakukan
di salah satu penyelenggara jasa boga di Kabupaten Jember
yakni Wien's Catering. Jenis penelitian kuantitaif dengan desain
studi observasional deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan serta mengamati langsung mengenai kondisi
sanitasi jasa boga. Hasil pengamatan terdapat beberapa
ketidaksesuaian dalam penerapan hygiene dan sanitasi
berdasarkan kriteria menurut Permenkes No.1096/PER/VI/2011.
Penilaian tempat catering ini mendapatkan nilai 65 dan masih
kurang memenuhi syarat harus ada perbaikan ulang.
Kata kunci: Sanitasi Makanan, tempat umum, jasa boga
Abstract
Sanitary hygiene is an effort to control risk factors for
contamination of food, both from food ingredients, people,
places and equipment so that they are safe for consumption.
Catering services are food management businesses that are
served outside the place of business on the basis of orders made.
Things that really need to be considered in the application of
sanitation hygiene in catering services are the building where
the production is located, the facilities at the production site,
employees, cooking equipment, and the food itself. Purpose: This
study was conducted to determine how food hygiene and
sanitation are carried out by catering organizers. This research
was conducted at one of the catering service providers in Jember
Regency, namely Wien's Catering. The type of quantitative
research with descriptive observational study design is research
that describes and observes directly the sanitation conditions of
catering services. The results of the observations there are
several discrepancies in the application of hygiene and
Sanitasi Tempat Tempat Umum Dan Makanan
Gambaran Sanitasi Jasa Boga Di Wien's Catering
Lembengan Ledokombo
2021
Syahnia Wasilatul Jannah, Zidni Imanial Bathista, Asrotul Hikmah, Yunita Satya
Pratiwi 931
sanitation based on the criteria according to the Minister of
Health Regulation No. 1096/PER/VI/2011. The assessment of
this catering place gets a score of 65 and it still does not meet
the requirements, there must be re-repair..
Keywords: Sanitation of Food and Public Places, catering
services
Pendahuluan
Higiene sanitasi merupakan upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya
kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan
peralatan agar aman dikonsumsi (Hutasoit, 2018). Makanan yang aman adalah yang tidak
tercemar, tidak mengandung mikroorganisme dan bahan kimia berbahaya, telah diolah
dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak serta tidak
bertentangan dengan kesehatan manusia (Sari, Marsaulina, & Chahaya, 2013). Semakin
maju teknologi dan bertambahnya aktivitas pada masa sekarang membuat masyarakat
lebih memilih cara praktis dalam penyelenggaraan makanan bagi individu, keluarga
maupun pada acara atau kegiatan (Sawong, Andrias, & Muniroh, 2016). Hal ini yang
mendorong pertumbuhan jasa boga seperti rumah makan, katering, bahkan pedagang
makanan kaki lima. Jasa boga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar
tempat usaha atas dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha
(Purnawita, 2020). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011
(Permenkes 1096/2011), industri jasa boga didefinisikan sebagai usaha pengelolaan
pangan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan, yang dilakukan oleh
perseorangan atau badan usaha (Purnawita, Rahayu, & Nurjanah, 2020).
Jasa boga adalah katering yang terdiri atas golongan A1, golongan A2, golongan
A3, golongan B, dan golongan C (Sawong et al., 2016). Katering golongan A2 dan
golongan A3 dibedakan dari adanya dapur khusus yang digunakan untuk memproduksi
makanan (Ningrum, 2018). Katering golongan A2 merupakan katering yang
melaksanakan proses produksi makanan yang sudah memiliki karyawan namun masih
menggunakan dapur rumah tangga untuk melaksanakan produksi, sedangkan katering
golongan A3 merupakan katering yang sudah memiliki seluruh kriteria katering golongan
A2 namun dalam proses produksi makanan sudah menggunakan dapur khusus (Sawong et
al., 2016).
Masalah keamanan pangan masih merupakan masalah penting dalam bidang
pangan di Indonesia serta perlu mendapat perhatian khusus dalam program pengawasan
pangan (Hermanu, 2016). Penilaian kelaikan fisik dan prinsip higiene sanitasi jasa boga
merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan keamanan pangan saat proses produksi
makanan (Surono, Sudibyo, & Waspodo, 2016). Dengan adanya pengendalian proses
produksi, dapat meminimalkan risiko terjadinya kontaminasi terhadapmakanan, baik yang
berasal dari bahan makanan, penjamah makanan, tempat dan peralatan agar aman
dikonsumsi (Widyartini, 2020).
Higiene sanitasi sangat perlu diterapkan dengan baik dan benar, agar terjadinya risiko
pada makanan tersebut bisa diminimalkan, selain itu dengan menerapkan higiene sanitasi
jasaboga tersebut juga dapat mempunyai nilai lebih dari jasaboga yang lainnya
(Suryansyah, 2015). Higiene sanitasi juga dapat mencegah terjadinya kontaminasi
makanan yang diakibatkan oleh mikroba patogen (foodborne disease) (Yunus, 2015).
Sehingga tidak hanya proses produksi yang perlu diperhatikan, tetapi cara penyajian dan
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
932 http://sosains.greenvest.co.id
distribusi pun harus diperhatikan. Contoh kontaminasi pada saat distribusi makanan ke
konsumen adalah debu, asap kendaraan, bakteri patogen yang tahan panas bisa tumbuh
atau berkembang dalam makanan dan lain sebagainya. Hal yang sangat perlu diperhatikan
dalam penerapan higiene sanitasi di jasaboga adalah bangunan tempat produksi, fasilitas
di tempat produksi, karyawan, peralatan memasak, dan makanan itu sendiri (Fajar, 2019).
Selain itu juga ada kursus higiene sanitasi makanan, seperti untuk pengusaha atau pemilik
atau penanggung jawab jasaboga dan untuk penjamah makanan (Nurani, Nirawati,
Kriswibowo, & Hikmah, 2019). Kursus untuk penjamah makanan juga perlu
dilaksanakan, agar penjamah makanan bisa mengetahui apa saja yang menyebabkan
makanan ada bakteri atau mikroba, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan
penjamah makanan jika sedang memegang makanan dan lainnya (Sugiyono &
Subandriani, 2014). Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut, penting
melakukan evaluasi serta pemantauan hygiene dan sanitasi tempat penyelenggara jasa
boga Wien’s Catering yang bertempat di desa Lembengan Kecamatan Ledokombo
Kabupaten Jember dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan sanitasi makanan yang
diterapkan oleh Wiens Catering.
Metode Penelitian
Jenis penelitian kuantitaif dengan desain studi observasional deskriptif yaitu penelitian
yang menggambarkan serta mengamati langsung mengenai kondisi sanitasi jasa boga
“Wien’s Catering” yang bertempat di Desa Lambengan Kecamatan Ledokombo
Kebupaten Jember. Pengumpulan data diperoleh dengan wawancara mendalam kepada
pemilik dan pengelola Wien’s Catering, serta mengamati langsung keadaan tempat
catering. Teknik analisa data berpedoman pada kriteria penilaian hygine dan Sanitasi
berpedoman Permenk\es No.1096/PER/VI/2011.
Hasil dan Pembahasan
Tempat catering yang telah diteliti ini termasuk usaha jasa boga dengan kriteria
Golongan A2 dengan memiliki jumlah karyawan sebanyak 7 orang. Hasil wawancara
langsung terhadap pemilik Wien’s Catering diperoleh dengan memberikan pertanyaan
seputar pengetahuan tentang sertifikasi keamanan pangan jasa boga. Menurut hasil
wawancara pemilik jasa catering mengatakan bahwa masih belum memiliki sertifikat
keamanan pangan jasa boga Untuk memenuhi persyaratan yang sesuai di tempat catering
pengguna jasa katering dan dalam rangka memenuhi kategori usaha jasa boga sesuai
Permenkes RI No. 1096/PER/VI/2011. Berdasarkan pengamatan (observasi) yang
dilakukan di lapangan, wawancara, pengamatan keadaan nyata tempat catering atas
penerapan Hygiene dan Sanitasi di dibandingkan dengan standar yang ada (berdasarkan
Kriteria menurut Permenkes No. 1096/PER/VI/2011), dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil
evaluasi kondisi penerapan hygiene dan sanitasi di wien’s catering.
Tabel 1. penerapan hygiene dan sanitasi
No.
ASPEK
URAIAN
BOBOT
ASPEK
URAIAN
BOBO
T
1
Lokasi,
Bangunan,
Fasilitas
6
Makanan
6
Sanitasi Tempat Tempat Umum Dan Makanan
Gambaran Sanitasi Jasa Boga Di Wien's Catering
Lembengan Ledokombo
2021
Syahnia Wasilatul Jannah, Zidni Imanial Bathista, Asrotul Hikmah, Yunita Satya
Pratiwi 933
2
Pencahayaan
1
Perlindungan
Makanan
9
3
Penghawaan
1
Peralatan
Makan dan
Masak
17
4
Air Bersih
5
Khusus Golongan
A.1
5
Air Kotor
1
Khusus Golongan
A.2
3
6
Fasilitas Cuci
Tangan dan
Toilet
3
Khusus Golongan
A.3
-
7
Pembuangan
Sampah
2
Khusus Golongan
B
-
8
Ruang
Pengolahan
Makanan
2
Khusus Golongan
C
-
9
Karyawan
9
NILAI
65
Tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi penerapan hygiene dan sanitasi di diperoleh
nilai bobot sebesar 65. Nilai bobot 70 ini masih termasuk dalam range kategori Golongan
A2 (nilai bobot 71/74). Berdasarkan hasil pantauan yang didapat maka dapat diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 2. Lokasi, Bangunan dan fasilitas
No.
URAIAN
BOBOT
X
LOKASI,
BANGUNAN, FASILITAS
1.
Halaman bersih, rapi, tidak
becek, dan berjarak sedikitnya
500 meter dari sarang lalat /
tempat pembuangan sampah,
serta tidak tercium bau busuk
atau tidak sedap yang berasal
dari sumber pencemaran.
1
1
2.
Konstruksi bangunan kuat,
aman, terpelihara, bersih dan
bebas dari barang-barang yang
tidak berguna atau barang sisa.
1
1
3.
Lantai kedap air, rata, tidak
licin, tidak retak, terpelihara
dan mudah dibersihkan.
1
1
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
934 http://sosains.greenvest.co.id
4.
Dinding dan langit-langit
dibuat dengan baik, terpelihara
dan bebas dari debu (sarang
laba-laba)
1
5.
Bagian dinding yang kena
percikan air dilapisi bahan
kedap air setinggi 2 (dua) meter
dari lantai
1
6.
Pintu dan jendela dibuat
dengan baik dan kuat. Pintu
dibuat menutup sendiri,
membuka kedua arah dan
dipasang alat penahan lalat dan
bau. Pintu dapur membuka ke
arah luar.
1
Lokasi: Wien’s Catering berlokasi di Jl. Cumedak desa lembengan kec.
Ledokombo, Jarak jasaboga berjarak lebih dari 500 m dari sumber pencemaran seperti
tempat sampah umum, WC umum, bengkel cat dan Dan jauh dari mata angin sumber
pencemaran asap dan debu.
Halaman: Pada bagian halaman belum diberi papan nama dan nomor ijin
penyehatan makanan ditulis dengan jelas dan ditempatkan di tempat yang mudah dilihat
dikarenakan masih melayani pemesanan di sekitar lokasi tersebut. Halaman tampak
bersih tidak banyak serangga misalnya lalat, kecoak, dan tersedia tempat sampah yang
memenuhi syarat kesehatan.Pembuangan air kotor di halaman yang berasal dari dapur
dan kamar mandi tidak menjadi tempat berkembang biak serangga. Pembuangan air hujan
harus lancar sehingga tidak menimbulkan genangan air.
Konstruksi: luas dapur sebagai tempat masak yakni 4,12 x 12, bahan kontruksi
kuat, aman dan terpelihara bagi kegiatan pengelolaan makanan sehingga terhindar dari
terjadinya kecelakaan dan pencemaran seperti adanya keretakan bahan yang mudah lapuk
dan tidak utuh atau mudah terjadi kebakaran.
Lantai: lantai terbuat dari bahan yang kuat yakni keramik agar tampak bersih,
tidak mudah rusak, permukaan lantai tidak kedap air, tidak ada yang retak, tidak licin dan
tahan terhadap pembersihan yang berulangulang dan lantai mudah dibersihkan.
Dinding: Permukaan dinding dibuat dari bahan yang kuat, halus, kering dan tidak
menyerap air serta mudah dibersihkan, separuh dinding dilapisi oleh keramik kurang
lebih setinggi 2 meter sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh jamur atau kapang yang akan
mengotori dinding dan tempat berkumpulnya kuman serta mudah dibersihkan saat proses
memasak. Keadaan sudah terpelihara dan bebas dari debu dan kotoran yang dapat
menyebabkan pencemaran pada makanan. Warna dinding di cat warna cream dengan
keramik warna senada..
Atap dan langitlangit: atap terbuat dari beton sehingga kuat, kokoh dan tidak
mudah bocor dan sebagai penahan jatuhnya debu sehingga tidak mengotori makanan,
atap juga tidak menjadi sarang serangga dan tikus. Langitlangit bersih dan dirawat bebas
dari retakan dan lubanglubang. Tinggi langitlangit kurang lebih 3,2 m dari atas lantai.
Pintu dan jendela: Pada bangunan yang digunakan untuk memasak dapat ditutup
dengan baik dan membuka ke arah luar. Terdapat 3 jendela dan 2 pintu dengan 1 pintu
membuka kearah luar dan 1 pintu membuka kearah dalam. Masing-masing jendela
mudah untuk dibuka agar udara dan cahaya mudah masuk dan setpa jendela memiliki tirai
agar lalat dari luar tidak masuk dan tidak menghinggap pada makanan.
Sanitasi Tempat Tempat Umum Dan Makanan
Gambaran Sanitasi Jasa Boga Di Wien's Catering
Lembengan Ledokombo
2021
Syahnia Wasilatul Jannah, Zidni Imanial Bathista, Asrotul Hikmah, Yunita Satya
Pratiwi 935
Tabel 3. Pencahayaan
No.
URAIAN
BOBOT
X
P E N C A H A Y A A N
1.
Pencahayaan sesuai dengan
kebutuhan dan tidak
menimbulkan bayangan. Kuat
cahaya sedikitnya 10 fc pada
bidang kerja.
1
1
Intensitas pencahayaan yang masuk sudah memenuhi syarat untuk dapat
melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta pekerjaan pengolahan makanan secara
efektif. Pencahayaan tidak menyilaukan dan tersebar merata sehingga sedapat mungkin
tidak menimbulkan bayangan. Pada dapur menggunakan lampu 12 watt saat memasak
pada malam hari, untuk siang hari biasanya menggunakan cahaya dari ventilasi.
Tabel 4. Ventilasi/penghawaan
No.
URAIAN
BOBOT
X
PENGHAWAAN
1.
Ruang kerja maupun peralatan
dilengkapi ventilasi yang
baik sehingga terjadi sirkulasi
udara dan tidak pengap.
1
1
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan sudah dilengkapi dengan
ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman, suhu nyaman berkisar antara 28 o C 32
o C. terdapat 4 ventilasi yang dibuat lubang lubang penghawaan tetap dengan masing
masing ventilasi luasnya sebesar 10 x 20 m. ruang pengelolaan sudah di lengkapi juga
dengan blower untuk menyerap asap dan bau dari bahan bahan yang dimasak.
Tabel 5. Air bersih
No.
URAIAN
BOBOT
X
AIR BERSIH
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
936 http://sosains.greenvest.co.id
1.
Sumber air bersih aman, jumlah
cukup dan bertekanan
5
5
Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas muklak diperlukan
untuk menjaga hygiene dan sanitasi perorangan maupun lingkungan. Beberapa penyakit
yang dapat ditularkan melalui air antara lain diare, kholera, hepatitis, penyakit kulit, mata
dan lainnya. Idealnya ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari. Air yang digunakan
diambil dari sumber air bersih dari tendon menggunakan pipa dialirkan dari sumber air
yang berasal dari pegunungan yang berada di dekat tempat catering sehingga air tampak
jernih, bersih, tidak berwarna dan tidak berbau dan juga air terus mengalir tidak pernah
ada kendala.
Tabel 6. Air Kotor
No.
URAIAN
BOBOT
X
AIR KOTOR
1.
Pembuangan air limbah dari
dapur, kamar mandi, WC dan
saluran air hujan lancar, baik
dan tidak menggenang .
3
3
Pembuangan air limbah dari dapur, kamar mandi, WC dan saluran air hujan lancar,
baik dan tidak menggenang. Pembuangan limbah menggunakan pipa besar langsung
menuju ke selokan sehingga tidak mudah tergenang.Fasilitas cuci tangan dan toilet.
Tabel 7
No.
URAIAN
BOBOT
X
FASILITAS CUCI TANGAN
DAN TOILET
1.
Jumlah cukup,
tersedia
sabun, nyaman
dipakai dan
mudah dibersihkan.
2
2
Tempat cuci tangan: Tersedia tempat cuci tangan yang sudah terpisah dengan
tempat cuci peralatan dan bahan makanan. Terdapat 1 buah wastafle untuk cuci tangan
karyawan yang dilengkapi dengan handwash, tisue dan tempat sampah untuk mebuang
Sanitasi Tempat Tempat Umum Dan Makanan
Gambaran Sanitasi Jasa Boga Di Wien's Catering
Lembengan Ledokombo
2021
Syahnia Wasilatul Jannah, Zidni Imanial Bathista, Asrotul Hikmah, Yunita Satya
Pratiwi 937
tisue. Jumlah tempat cuci tangan sudah sesuaikan dengan banyaknya karyawan yaitu 1
buah untuk 7 orang. Tempat cuci tangan diletakkan dekat dengan tempat bekerja kira 2
meter dari dapur. Namun pada wastafle masih belum tertera tata cara cuci tangan dengan
bersih. Namun terkadang masih ada beberapa karyawan yang mencuci tangan di wastafle
terdekat
Jamban dan peturasan: Tersedia jamban dan peturasan yang memenuhi syarat
higiene dan sanitasi serta memenuhi syarat pedoman plumbing Indonesia. Jumlah jamban
pada tempat catering yang 1 buah. Jamban sudah meemnuhi syarat dikarenakan sesuai
kaidah 1 jamban untuk 10 orang sedangkan karyawan hanya 7 orang. Jamban tampak
bersih dengan air tamping menggunakan timba berukuran besar dan bebas dari jentik
nyamuk.
Kamar mandi: Tersedia kamar mandi dengan air kran mengalir dan saluran
pembuangan air limbah yang memenuhi syarat pedoman plumbing Indonesia. Jumlah
kamar mandi sudah mencukupi kebutuhan paling yakni 1 buah dan sudah memenuhi
syarat karena sesuai dengan kaidah 1 jamban untuk 10 orang sedangkan karyawan hanya
7 orang. Jamban tampak bersih dengan air tamping menggunakan timba berukuran besar
dan bebas dari jentik nyamuk.
Tabel 8. Tempat sampah
No.
URAIAN
BOBOT
X
FASILITAS CUCI TANGAN
DAN TOILET
1.
Jumlah cukup,
tersedia
sabun, nyaman
dipakai dan
mudah dibersihkan.
2
2
Kantong plastik dan bak sampah tertutup hanya tersedia 1 buah dengan ukuran
besar, jadi antara sampah organic dan non organic tidak di pisah, jadi saat sampah sudah
full sampah langsung dibuang. Tempat pembuangan sampah berjarak kurang lebih 700 m
sehingga biasanya sampah di simpan di argo di luar ruangan dan akan ada orang yang
akan membawa sampah tersebut ke tempat pembuangan sampah.
Tabel 9. Ruangan pengolahan makanan
No.
URAIAN
BOBOT
X
RUANG PENGOLAHAN
MAKANAN
1.
Tersedia luas lantai yang cukup
untuk pekerja pada bangunan,
dan terpisah dengan tempat
tidur atau tempat mencuci
pakaian
1
1
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
938 http://sosains.greenvest.co.id
2.
Ruangan bersih dari barang
yang tidak berguna. (barang
tersebut disimpan rapi di
gudang)
1
1
Luas tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja pada pekerjaannya
dengan mudah dan efisien untuk menghindari kemungkinan kontaminasi makanan dan
memudahkan pembersihan. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan yakni kurang
lebih 25,2 meter persegi dengan perkiraan 3,6 m persegi jarak untuk setiap orang yang
bekerja jadi karayawan tidak terlalu berdesakan saat melakukan proses masak . Ruang
pengolahan makanan jauh dengan jamban, tempat cuci piring dan kamar mandi dengan
jarak kurang lebih 5 meter dari ruang dapur.
Tabel 10. Karyawan
No.
URAIAN
BOBOT
X
KARYAWAN
1.
Semua karyawan yang bekerja
bebas dari penyakit menular,
seprti penyakit kulit, bisul, luka
terbuka dan infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA).
5
4
2.
Tangan selalu dicuci bersih,
kuku dipotong pendek, bebas
kosmetik dan perilaku yang
higienis.
5
4
3.
Pakaian kerja, dalam keadaan
bersih, rambut pendek dan tubuh
bebas perhiasan.
1
1
Semua karyawan yang bekerja bebas dari penyakit menular, seprti penyakit kulit,
bisul, luka terbuka dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Namun pada karyawan
memang jarang dilakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Namun biasanya jika ada salah
satu karyawan sakit biasanya langsung ijin tidak masuk bekerja ditakutkan akan
menularkan kepada teman atau lingkungannya. Terkadang karyawan lupa untuk selalu
mencuci tangan, biasanya karyawan mencuci tangan jika tangan memang udah benar
benar kotor., kuku dipotong pendek, bebas kosmetik dan perilaku yang higienis. Pakaian
kerja dalam keadaan bersih, rambut pendek dan tubuh bebas perhiasan. Karyawan tidak
menggunakan apron dan penutup kepala dikarenakan karyawan merasa tidak nyaman saat
bekerja. Pada karyawan juga hanya 1 orang yang pernah mengikuti pelatihan keahlian
masak yang lainnya tidak.
Sanitasi Tempat Tempat Umum Dan Makanan
Gambaran Sanitasi Jasa Boga Di Wien's Catering
Lembengan Ledokombo
2021
Syahnia Wasilatul Jannah, Zidni Imanial Bathista, Asrotul Hikmah, Yunita Satya
Pratiwi 939
Tabel 11. Makanan
No.
URAIAN
BOBOT
X
MAKANAN
1.
Sumber makanan, keutuhan dan
tidak rusak.
5
5
2.
Bahan makanan terolah dalam
kemasan asli, terdaftar, berlabel
dan tidak kadaluwarsa.
1
1
pemilik catering sangat melihat kualitas bahan masakan, biasanya untuk bahan
bahan seperti sayuran atau bahan bumbu lainnya biasanya pemilik catering membeli di
pasar dan disimpan di kulkas. Jika bahan jika sudah ada pada kulkas beberapa hari seperti
sayuran yang mulai layu akan dibuang, oleh karenanya biasanya pemilik catering akan
berbelanja sesuai pesenan yang diminta agar tidak mebuang bahan. untuk bahan lainnya
seperti perbelanjaan garam, gula dll biasanya berbelanja di toko terdekat dipasar.
Tabel 12. Perlindungan Makanan
No.
URAIAN
BOBOT
X
PERLINDUNGAN MAKANAN
1.
Penanganan makanan yang
potensi berbahaya pada suhu,
cara dan waktu yang memadai
selama penyimpanan peracikan,
persiapan penyajian dan
pengangkutan makanan serta
melunakkan makanan beku
sebelum dimasak (thawing).
5
5
2.
Penanganan makanan yang
potensial berbahaya karena tidak
ditutup atau disajikan ulang.
4
4
Perlindungan terhadap bahan baku dari bahaya-bahaya bahan kimia atau
pertumbuhan mikroorganisme patogen dan pembentukan toksin selama transportasi dan
penyimpanan bahan baku mutlak diperhatikan. Bahan-bahan yang dimakan dalam
keadaan mentah sudah diangkut dan disimpan terpisah dari bahan baku lain dan bahan-
bahan yang bukan bahan pangan. Saat pengiriman makanan biasanya sesuai dengan
pesanan dan dimasaknya sesuai engan target pesanan juga agar makanan yang dikirim
masih fresh dan bukan makanan yang didiamkan beberapa hari.
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
940 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 13. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan
makanan
No.
URAIAN
BOBOT
X
PERALATAN MAKAN DAN
MASAK
1.
Perlindungan terhadap peralatan
makan dan masak dalam cara
pembersihan, penyimpanan,
penggunaan dan pemeliharaan-
nya.
2
2
2.
Alat makan dan masak yang
sekali pakai tidak dipakai ulang.
2
2
3.
Proses pencucian melalui
tahapan mulai dari pembersihan
sisa makanan, perendaman,
pencucian dan pembilasan.
5
5
4.
Bahan racun / pestisida
disimpan tersendiri di tempat
yang aman, terlindung,
menggunakan label / tanda yang
jelas untuk digunakan.
5
5
5.
Perlindungan terhadap serangga,
tikus, hewan pelihara-an dan
hewan pengganggu lainnya.
4
3
Pencucian peralatan menggunakan bahan pembersih/yakni mama lemon ,
pencucian bahan makanan yang tidak dimasak di rendaman air mendidih dalam beberapa
detik di wastafle terdekat. Peralatan yang telah dibersihkan diletakkkan dirak dan tempat
penyimpanan alat masak dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dikulkas,
pada bahan yang membutuhkan suhu yang tinggi seperti daging biasanya disimpan di
freezer. Namun dalam penyimpanan beberapa peralatan masih sedikit berantakan
dikarenakan kekurangan ruangan untuk menyimpan peralatan masak akhirnya peralatan
disimpan secara terpisah dan ada beberapa barang tidak tertata rapi. Namun dikarenakan
barang barang masih ada beberapa kurang rapi terkadang terdapat tikus pada tempat
penyimpanan barang namun pemilik catering menggunakan perekat untuk mengurangi
tikus masuk.
Tabel 14. Khusus Golongan A.2
No.
URAIAN
BOBOT
X
KHUSUS GOLONGAN A.2
Sanitasi Tempat Tempat Umum Dan Makanan
Gambaran Sanitasi Jasa Boga Di Wien's Catering
Lembengan Ledokombo
2021
Syahnia Wasilatul Jannah, Zidni Imanial Bathista, Asrotul Hikmah, Yunita Satya
Pratiwi 941
1.
Pengeluaran asap dapur
dilengkapi dengan alat
pembuang asap.
1
1
2.
Fasilitas pencucian dibuat
dengan tiga bak pencuci.
2
1
3.
Tersedia kamar ganti pakaian
dan dilengkapi dengan tempat
penyimpanan pakaian (loker).
1
1
Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan alat pembuang asap. Pada catering
sudah menggunakan blower untuk mengeluarkan asap saat memasak. Fasilitas pencucian
dibuat dengan tiga bak pencuci namun pada tempat catering hanya menggunakan 1 bak
besar untuk tempat cuci piring. Tersedia kamar musholla dan kamar mandi khusus untuk
karyawan untuk beristirahat atau melaksanakan sholat dikarenakan karyawan rata rata
dari tetangga sekitar terkadang Sebagian dari mereka pulang kerumah untuk mengganti
baju dan beristirahat sejenak. Ruang pengolahan makanan khusus hanya ntuk memasak
pesanan. Pada tempat catering memiliki 3 kulkas yang dibagi untuk sayuran, bahan cair
atau minuman dan bahan lainnya dan 1 frezzer dengan total muat 1,5 kwintal khusus
untuk menyimpan daging.
Kesimpulan
Tempat catering yang telah diteliti ini termasuk usaha jasa boga dengan kriteria
Golongan A2 dengan memiliki jumlah karyawan sebanyak 7 orang. Hasil wawancara
langsung terhadap pemilik Wien’s Catering diperoleh dengan memberikan pertanyaan
seputar pengetahuan tentang sertifikasi keamanan pangan jasa boga. Menurut hasil
wawancara pemilik jasa catering mengatakan bahwa masih belum memiliki sertifikat
keamanan pangan jasa boga Untuk memenuhi persyaratan yang sesuai di tempat catering
pengguna jasa katering dan dalam rangka memenuhi kategori usaha jasa boga sesuai
Permenkes RI No.4 Persyaratan Bangunan-pada halaman belum diberi papan nama dan
nomor ijin penyehatan makanan ditulis dengan jelas Dari Tabel 2, diketahui terdapat
beberapa ketidaksesuaian dalam penerapan hygiene dan sanitasi berdasarkan kriteria
menurut Permenkes. Dari hasil penilaian maka tempat catering ini mendapatkan nilai 65
dan masih kurang memenuhi syarat harus ada perbaikan ulang.
Bibliografi.
Fajar, Palupi Wahyuning. (2019). Analisis Penerapan Prinsip Pengolahan Higiene
Sanitasi Makanan Pada Instalasi Gizi RSUD dr. Soeroto Ngawi Pada Tahun 2019.
Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Hermanu, Bambang. (2016). Studi implementasi izin edar produk pangan industri rumah
tangga (pirt) dalam mewujudkan keamanan pangan yang optimal di kota semarang.
Jurnal Ilmiah Hukum Dan Dinamika Masyarakat, 11(2).
Hutasoit, Togar Pangihutan. (2018). Tingkat Hygiene Penjamah Makanan di Pelabuhan
Kelas I Medan dan Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 7(3), 141147.
Ningrum, Yayuk Octaliana. (2018). Gambaran Higiene Sanitasi Kantin Pt X Berdasarkan
Kmk Nomor 1098 Tahun 2003. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(3), 313320.
Nurani, Fesdila Putri, Nirawati, Lia, Kriswibowo, Arimurti, & Hikmah, Dzakiyah
Adalatul. (2019). Evaluasi Capaian Implementasi Permenkes No.
Volume 1, Nomor 8, Agustus 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
942 http://sosains.greenvest.co.id
1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Jasa Boga Di Kantin Kampus X Provinsi Jawa
Timur. Dinamika Governance: Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 9(2).
Permatasari, Nirwana. (2017). Gambaran Kontaminasi Bakteri Pada Peralatan Makan
Anak Di Tk Teratai Unm Makassar Tahun 2017. Yogyakarta: Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Kesehatan Lingkungan. Universitas ….
Purnawita, Widiati. (2020). Pemenuhan Higiene Sanitasi serta Pengetahuan Penanggung
Jawab dan Penjamah Pangan di Sepuluh Industri Jasa Boga di Kota Bogor.
Purnawita, Widiati, Rahayu, Winiati Pudji, & Nurjanah, Siti. (2020). Praktik Higiene
Sanitasi dalam Pengelolaan Pangan di Sepuluh Industri Jasa Boga di Kota Bogor.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(3), 426433.
Sari, Nurmala, Marsaulina, Irnawati, & Chahaya, Indra. (2013). Higiene sanitasi
pengelolaan makanan dan perilaku penjamah makanan di kantin Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri dan Swasta di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan
Batu Tahun 2012. Lingkungan Dan Keselamatan Kerja, 2(1), 14621.
Sawong, Karina Septea Asie, Andrias, Dini Ririn, & Muniroh, Lailatul. (2016).
Penerapan Higiene Sanitasi Jasa Boga pada Katering Golongan A2 dan Golongan
A3 di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Media Gizi Indonesia,
11(1), 110.
Sugiyono, Lynda Puspita, & Subandriani, Dyah Nur. (2014). Gambaran Pengetahuan,
Sikap, Praktik Serta Identifikasi Bakteri Escherichia coli dan Staphylococus aureus
pada Penjamah dan Makanan di PT PSA (Pelita Sejahtera Abadi). Jurnal Riset Gizi,
2(2), 5666.
Surono, Ingrid Suryanti, Sudibyo, Agus, & Waspodo, Priyo. (2016). Pengantar
keamanan pangan untuk industri pangan. Yogyakarta: Deepublish.
Suryansyah, Yenni. (2015). Evaluasi Sanitasi Tempat Pengolahan, Higiene Makanan
Dan Kesehatan Penjamah Makanan Jasaboga Di Jalan Gayungsari Surabaya.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Widyartini, Ni Putu. (2020). Tinjauan Keamanan Pangan, Hygiene Sanitasi Dan
Kandungan Gizi Makanan Tradisional Di Kabupaten Tabanan. Denpasar:
Poltekkes Denpasar.
Yunus, Salma P. (2015). Hubungan personal higiene dan fasilitas sanitasi dengan
kontaminasi Escherichia coli pada makanan di rumah makan padang Kota Manado
dan Kota Bitung. JIKMU, 5(3).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.