Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1119 http://sosains.greenvest.co.id
IMPLEMENTASI PROGRAM ONE VILLAGE ONE PRODUCT
(OVOP) TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DI
KABUPATEN BANGKA TENGAH
Widya Novita, Putra Pratama Saputra dan Jamillah Cholillah
Universitas Bangka Belitung, Indonesia
E-mail: Widy[email protected], putraps92@gmail.com dan
ela.hasyim@yahoo.com
Diterima:
18 Agustus 2021
Direvisi:
08 September
2021
Disetujui:
15 September
2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi
program One Village One Product (OVOP) bagi masyarakat di
Kabupaten Bangka Tengah. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui bahwa terkait dengan Faktor Penghambat
Program OVOP di Kabupaten Bangka Tengah, dalam hal
pencapaian tujuan, implementasi Program OVOP di Bangka
Tengah dapat dikatakan masih belum efektif dan efisien.
Terbatasnya Anggaran didalam melaksanakan seperti program
OVOP Dinas Desprindag memiki kendala terhadap keterbatasan
sumber Dana yang dimiliki sehingga pelaksanaan beberapa
kegiatan didalam program OVOP masih belum dijalankan secara
maksimal. Terkait dengan Faktor Pendorong Program OVOP di
Kabupaten Bangka Tengah, dari aspek ekonomi, ada perubahan
yang real dari sebelum program dilaksanakan dan setelah
program dilaksanakan. Dari aspek sosial, yaitu ilmu dan
kompetensi mengalami peningkatan signifikan. Aspek
lingkungan yang diterima oleh pelaku OVOP dan masyarakat
sekitar adalah pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut. Implikasi
Teori Hogan dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
OVOP di Kabupaten Bangka Tengah. pertama, dalam
menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan
(recall depowering), kedua menjalankan tahap bagaimana
mendiskusikan terjadinya pemberdayaan (disscuss the
occurrence of depowerment), ketiga masuk dalam tahap
mengindentifikasikan masalah ataupun proyek di suatu daerah
(identify problems or project in an area), Terakhir adalah
mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimple
mentasikan (develop and implement action plants), yang dimana
pada tahap ini para pelaku IKM dan pihak pemerintah bersama
sama mengembangkan produk yang sudah dihasilkan dengan
berbagai macam cara agat produk ini dapat bertahan dan
berkembang sebagaimana permintaan para konsumen yang
menikmati produk yang dikelolah melalui program OVOP
tersebut.
Kata kunci: One Village One Product, OVOP, Sosial Ekonomi
Abstract
This study aims to describe the implementation of the One
Village One Product (OVOP) program for the community in
Implementasi Program One Village One Product (Ovop)
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Kabupaten
Bangka Tengah
2021
Widya Novita, Putra Pratama Saputra dan Jamillah Cholillah 1120
Central Bangka Regency. The method used in this research is
descriptive qualitative. Based on the results of the study, it is
known that related to the Inhibiting Factors of the OVOP
Program in Central Bangka Regency, in terms of achieving
goals, the implementation of the OVOP Program in Central
Bangka can be said to be still not effective and efficient. The
limited budget in carrying out such as the OVOP program The
Department of Industry and Trade has constraints on the limited
sources of funds it has so that the implementation of several
activities in the OVOP program has not been carried out
optimally. Regarding the driving factors for the OVOP Program
in Central Bangka Regency, from the economic aspect, there are
real changes from before the program was implemented and
after the program was implemented. From the social aspect,
namely science and competence has increased significantly. The
environmental aspect accepted by OVOP actors and the
surrounding community is the utilization of natural resources
and improving the quality of human resources in the area.
Implications of Hogan's Theory in Community Empowerment
through the OVOP Program in Central Bangka Regency. first, in
bringing back the experience that empowers (recall
depowering), the second runs the stage of how to discuss the
occurrence of depowerment (disscuss the occurrence of
depowerment), the third enters the stage of identifying problems
or projects in an area (identify problems or projects in an area).
is to develop action plans and implement (develop and
implement action plants), in which at this stage the IKM actors
and the government together develop products that have been
produced in various ways so that these products can survive and
develop according to the demands of consumers. enjoy the
products managed through the OVOP program.
Keywords: One Village One Product, OVOP, Social Economic
Pendahuluan
Pendekatan One Village One Product (OVOP) pertama kali diinisiasi di Oita
Jepang. OVOP merupakan pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah
untuk menghasilkan produk yang mampu besaing di pasar global. Dengan tetap memiliki
ciri khas keunikan karakteristik dari daerah tersebut. Produk yang dihasilkan adalah
produk yang memanfatkan sumber daya lokal, baik sumber daya alam, maupun sumber
daya manusia (Rozarie & Indonesia, 2017).
Sub-sektor industri kecil dan menengah (IKM) memberikan kontribusi yang
signifikan pada sektor industri dan menjadi salah satu penggerakan ekonomi Indonesia
terutama di wilayah perdesaan (Santosa, 2020). Meningkat pendapatan pelaku usaha
IKM, berarti memperbaiki taraf hidup masyarakat sehingga mengurangi tingkat
kemiskinan. Dalam rangka mempercepat pengembangan IKM, maka dilaksanakan
program pengembangan IKM dengan pendekatan OVOP. Di Indonesia berdasarkan
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1121 http://sosains.greenvest.co.id
peraturan Menteri Perindustrian No 78 Tahun 2007 menjelaskan bahwa Satu Desa satu
Produk adalah suatu pendekatan pengembangan potensi daerah di suatu wilayah untuk
menghasilkan satu produk kelas global yang unik, khas daerah dengan memanfaatkan
sumber daya lokal (Ratmono, Nedi, & Yateno, 2016). Sasaran utama program OVOP
adalah memberikan kesejahteraan masyarakat Indonesia khusunya bagi mereka yang
berada diperdesaan maupun daearah (Murti & Nurchayati, 2018).
Membahas tentang OVOP pasti akan selalu berkaitan antara pemerintah dan
masyarakat, terkhususnya masyarakat yang memiliki produk unggulan daerah yang dapat
berkembang dan masuk ke pasar lebih luas (Sarah, 2020). Keterkaitan pemerintah dan
masyarakat akan melahirkan suatu pemberdayaan masyarakat didalamnya. Terdapat tiga
prinsip utama yang mendasari aktivitas pemberdayaan dalam OVOP. Pertama Local yet
global merupakan prinsip yang mendasari dalam mengembangkan produk OVOP,
dimana produk yang diciptakan tidak hanya harus merefleksikan kebanggan budaya lokal
tetapi juga dapat diterima secara global oleh masyarakat internasional (Fitriani et al.,
2016). Kedua Self reliance and creativity melalui prinsip ini Gerakan ini juga hendak
menekankan kemandirian lokal dalam mengelola produk usaha mereka. Ketiga Human
resource development produk OVOP yang berkualitas hanya bisa diproduksi oleh
sumberdaya manusia yang berkualitas dan berkomitmen untuk berkontribusi bagi
masyarakat lokal (Wahyudi, 2016).
Melihat konsep OVOP yang diterapkan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
adalah proses memantapkan kategori usaha kecil menengah (IKM) sebagai salah satu
landasan pembangunan perekonomian daerah. Terutama sejak pemerintah daerah mulai
menggeser motor utama perekonomian dari kategori usaha pertambangan menjadi
kategori usaha pariwisata secara perlahan. Untuk itu, berdampak pada pengembangan
usaha mikro kecil, maka hal ini merupakan cara efektif agar masyarakat menengah
kebawah dapat berpartisiapsi dan menikmati hasil ekonomi dari kategori usaha
pariwisata.
Salah satu lokasi yang sudah menerapkan konsep OVOP di Provinsi Bangka
Belitung di Kabupaten Bangka Tengah (Guciano, 2019). Kabupatean ini terkenal dengan
daerahnya yang menjadi pusat IKM yang berbasis online dan offline serta sebagai sentra
oleh-oleh daerah. Sesuai dengan data yang didapatkan peneliti melalui Pemerintahan
Provinsi Bangka Belitung, Dinas Perindustrian dan Perdagaan bahwa IKM yang sudah
terdaftar di OVOP sebanyak sembilan usaha yang jenis usahanya berbeda-beda. Salah
satunya di kategori OVOP Batik dengan nama IKM Batik Tulis Pakis” milik Siti
Dawiyah. Untuk kategori makanan ringan yaitu, Kerupuk Ikan “Naga” pemilik Bong Nen
Boen, Keritcu “Shella” pemiliknya Shella, Kerupuk ikan “Angka 8” Ernawati, Getas Ikan
“Gurih DD” Daddi, Terasi “Acuan” Satia dan Abon Cabe “Mak Oni”. Sementara itu,
kategori Ayaman Resam “Khoirunisa” pemiliknya , sedangkan kategori minuman sari
buah yakni Jeruk Kunci “Alliana” dimiliki oleh Hj Elis Nurbaini.
Untuk itu, dalam mensukseskan program One Village One Product (OVOP)
terhadap kehidupan sosial ekonomi di Kabupaten Bangka Tengah tentunya perlu peran
aktif masyarakat dengan Pemerintah Desa, Kabupaten dan Provinsi untuk bersama-sama
menselaraskan tindakan agar tercapai tujuan kemandirian ekonomi yang juga berdampak
pada kemandirian sosial dengan menciptakan usaha-usaha produktif (Djafri, 2017). Salah
satu potensi lokal yang sudah diberdayakan masyarakat Kabupaten Bangka Tengah
melalui program One Village One Product (OVOP) adalah pengolahan hasil laut berupa
ikan, cumi, dan udang menjadi makanan olahan yang produksi secara rumahan dan
pengelolaan produk ayaman yang diambil dari alam yang diproduksi menjadi produk
ekonomis. Maka ini perlu ditingkatkan menjadi Industri Kecil Menengah (IKM) yang
Implementasi Program One Village One Product (Ovop)
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Kabupaten
Bangka Tengah
2021
Widya Novita, Putra Pratama Saputra dan Jamillah Cholillah 1122
berinovasi dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi serta menjadi produk unggulan di
Kabupaten Bangka Tengah.
Dari kesembilan produk IKM yang terdaftar dalam program OVOP yang ada di
Kabupaten Bangka Tengah, terdapat tiga IKM di Kabupaten Bangka Tengah yang sudah
lolos seleksi OVOP. Dengan demikian titik fokus pada penelitian ini melalui
pemberdayaan masyarakat adalah produk Gurih DD, Krichu Shella dan Ayaman Resam
Khoirunisa.
Metode Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian
yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok
(Ibrahim, 2015). Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala
atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan (Mukhtar & Pd, 2013). Metode ini dinilai relevan dalam implementasi program
One Village One Product (OVOP) bagi masyarakat di Kabupaten Bangka Tengah.
Penelitian kualitatif menjadi relevan dalam penelitian ini karena secara keseluruhan
peneliti membutuhkan pendalaman data deskriptif tentang implementasi program One
Village One Product (OVOP) bagi masyarakat di Kabupaten Bangka Tengah. Jenis dan
sumber data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder yakni melalui
wawancara dan hasil observasi di lokasi penelitian. Data primer adalah sumber data yang
dapat memberikan informasi, fakta dan gambaran peristiwa yang diinginkan dalam
penelitian. Moleong menjelaskan bahwa data primer diperoleh melalui catatan tertulis
atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau film, pencatatan data
primer melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari
kegiatan melihat, mendengar dan bertanya (Mustafa et al., 2020). Data sekunder adalah
segala bentuk dokumen tertulis maupun foto, data sekunder dalam bentuk dokumen
tertulis yang mencakup buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi
(Yulia & Tiaramon, 2017).
Dalam penelitian ini adapun yang akan menjadi informan adalah masyarakat yang
merupakan pelaku usaha kecil menengah di Kabupaten Bangka Tengah. Sedangkan
informan tambahan dari Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah. Pengambilan sumber
data atau subjek ini menggunakan teknik “purpose sampling”. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian akan dianalisis menggunakan tiga komponen pengolahan data, yaitu
Reduksi data, Display data dan Penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
A. Bentuk Implimentasi Program One Village One Product (OVOP) Bagi Masyarakat
di Kabupaten Bangka Tengah
1. Lembaga Pelaksanaan Program OVOP
OVOP merupakan program dari pemerintah yang bertujuan untuk mempercepat
pengembangan produk unggulan khas dari daerah sehingga mampu untuk menembus
pasar global diberikan kepada masyarakat khususnya para pelaku usaha. Proses
operasional dari OVOP ini terdiri dari seleksi sentra OVOP, seleksi produk OVOP,
penilaian produk, kelembagaan pengembangan produk OVOP, pembinaan sentra OVOP
dan produsen produk OVOP, serta penghargaan OVOP.
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1123 http://sosains.greenvest.co.id
Kabupaten Bangka Tengah menjalankan program OVOP sejak tahun 2013. Sejak
berjalannya program OVOP ini sudah banyak program-progrm yang dilakukan di
berbagai daerah. Program OVOP Kabupaten Bangka Tengah di bentuk pada setiap
Kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka Tengah. Dari tahun 2013 sampai saat ini ada 3
Kecamatan di Kabupaten Bangka Tengah yang telah memiliki program OVOP, salah
satunya adalah Kecamatan Koba, Kecamatan Sungai Selan, Kecamatan Pangkalan baru
sejauh ini memiliki 3 program OVOP di kabupatean Bangka Tengah yang sudah
mengikuti seleksi sentra OVOP yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang
mengusulkaan untuk ditetapkan sebagai sentra OVOP, yang sudah di verifikasi layak
sebagai sentra OVOP.
Selain Dinas Perindustrian dan Perdagangan, para pelaku OVOP juga mendapatkan
bantuan dari beberapa pihak seperti Dinas Ketenaga Kerjaan dan Dinas Kesehatan, baik
dari Kabupaten maupun Provinsi (Thontowi, 2017). Dinas- Dinas yang membantu para
pelaku OVOP di Bangka Tengah, memiliki harapan dan tujuan yang sama dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. Dinas Ketenaga kerjaan dan Dinas Kesehatan,
mengingingkan para Pelaku UMKM yang sudah OVOP dapat meningkatkan kualitas
produknya serta mampu bersaing dengan produk lainnya.
2. Proses Implementasi Program One Village One Product (OVOP) Terhadap
Kehidupan Sosial Ekonomi di Kabupaten Bangka Tengah
Sebagai sebuah program, OVOP perlu dilakukan evaluasi untuk melihat efektifitas
pencapaiannya program OVOP terhadap kehidupan sosial ekonomi di Bangka Tengah.
Parameter pemberdayaan OVOP di Bangka Tengah dapat dilihat dari table berikut:
Implementasi Program One Village One Product (Ovop)
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Kabupaten
Bangka Tengah
2021
Widya Novita, Putra Pratama Saputra dan Jamillah Cholillah 1124
Tabel 1. pemberdayaan OVOP di Bangka Tengah
No.
Parameter
Umum
Parameter
Khusus
1
Tujuan
2
Inisiator
OVOP
Pemerintah
Masyarakat
LSM
3
Pihak yang
terlibat
selain
inisiator dan
masyarakat
Pemerintah
Sector swasta
Universitas
Institusi
lainnya
4
Sumber
perdanaan
Pemerintah
Masyarakat
LSM
Lain-lain
5
Tahap-tahap
pelaksanaan
6
Bentuk
partisipasi
dalam
menentukan
produk
Pemerintah
Tim
ahli(konsultan,
dll)
Masyarakat
7
Desain
Ide desain
Ciri-ciri
desain
Asal Bahan
Teknik
Produksi
Produk akhir
8
Bentuk
pedampinga
n
Pelatihan
Workshop
Seminar
Lain-lainya
9
Jalur
pemasaran
Nasional
Internasional
Internet/pamer
an/ dll
B. Faktor Penghambat dan Pendorong Progam OVOP Di Kabupaten Bangka Tengah
1. Faktor Penghambat Program OVOP di Kabupaten Bangka Tengah
Berdasarkan anasilis penulis dalam hasil wawancara terhadap pelaku IKM
dari tiga informan mendapatkan kesimpulan bahwa faktor pengahambat antara lain.
a. Dalam hal pencapaian tujuan, implementasi Program OVOP di Bangka
Tengah dapat dikatakan masih belum efektif dan efisien. Dengan kata
lain, efektivitas dan efisiensi implementasi Program OVOP belum optimal,
yaitu belum sesuai dengan perencanaan tujuan.
b. Terbatasnya Anggaran didalam melaksanakan seperti program OVOP Dinas
Desprindag memiki kendala terhadap keterbatasan sumber Dana yang dimiliki
sehingga pelaksanaan beberapa kegiatan didalam program OVOP masih belum
dijalankan secara maksimal.
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1125 http://sosains.greenvest.co.id
2. Faktor Pendorong Program OVOP di Kabupaten Bangka Tengah
a. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi yang diterima oleh pelaku IKM yaitu dampak program
berupa aktivitas bisnis yang menghasilkan produk, dari aktivitas tersebut
mempunyai pendapatan dari segi ekonomi (Wirawan, Sudibia, & Purbadharmaja,
2015). Aktivitas pelaksanaan program di Kabupaten Bangka Tengah ini
berhubungan dengan usaha bisnis meliputi produksi, pemasaran dan penjualan.
Output dari OVOP tersebut memberikan dampak pendapatan ekonomi pada
Pelaku IKM.
Ada perubahan yang real dari sebelum program dilaksanakan dan
setelah program dilaksanakan. Program OVOP di Kabupaten Bangka Tengah
mampu memberikan dampak ekonomi bagi penerima program. Adanya
pendapatan peningkatan setiap bulannya menjadi indikator keberhasilan dari
program tersebut. Pendapatan ekonomi juga menjadi indikator baik tidaknya
program OVOP di Kabupaten Bangka Tengah berjalan dengan baik.
b. Aspek Sosial
Aspek sosial yang diterima oleh pelaku OVOP. Uraian dari aspek
sosial program OVOP di Kabupaten Bangka tengah yaitu ilmu dan kompetensi
mengalami peningkatan signifikan. Individu manusia ketika diberikan suatu
pengalaman dan aktivitas baru akan belajar dan menyesuaikan sesuai
kebutuhan-kebutuhan keberhasilan.
c. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan yang diterima oleh pelaku OVOP dan masyarakat
sekitar adalah pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia di daerah tersebut.
Dibuktikan dengan pemahaman masyarakat tentang potensi lokal daerah
mereka dan produk yang harus dikembangkan dan dikelolah agar bisa memiliki
harga juga. Sehingga produk khas lokal yang telah dilakukan secara turun
temurun dapat digali dan dikembangkan untuk menghasilkan produk bernilai
tambah tinggi yang memiliki potensi pasar maupun ekspor.
C. Implikasi Teori Hogan dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Program OVOP
di Kabupaten Bangka Tengah
Berdasarkan hasil analisis penulis dari teori Hogan dengan program OVOP di
Kabupaten Bangka Tengah bahawa dalam tahap yang dipaparkan dalam teorinya sudah
dijalankan dalam program tersebut. Misalnya, yang pertama, dalam menghadirkan
kembali pengalaman yang memberdayakan (recall depowering), dari hal ini para pelaku
IKM yang tergabung dalam program OVOP ini sudah memiliki pengalaman dalam
pengelolahan bahan produk yang mereka olah selama ini, dengan adanya program ini
hanya membantu dalam hal fasilitas dan pendambingan secara berkala dalam
mewujudkan produk unggulan di daerah tersebut dengan intervesin pihak pemerintah
setempat.
Kemudian, yang kedua menjalankan tahap bagaimana mendiskusikan terjadinya
pemberdayaan (disscuss the occurrence of depowerment) hal ini dilakukan dalam
pemilihan produk dari suatu wilayah yang ada di Kabupaten Bangka Tengah yang dimana
dalam pemilihan produk yang akan masuk dalam program OVOP melalui tahap seleksi
dengan pertimbangan tertentu agar masuk dalam syarat-syarat dalam pengembangan
produk unggulan di Kabupaten Bangka Tengah berdasarkan potensi lokal dan ciri khas
dari suatu daerah tersebut.
Implementasi Program One Village One Product (Ovop)
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Kabupaten
Bangka Tengah
2021
Widya Novita, Putra Pratama Saputra dan Jamillah Cholillah 1126
Selanjutnya, yang ketiga masuk dalam tahap mengindentifikasikan masalah
ataupun proyek di suatu daerah (identify problems or project in an area), dalam tahap ini
setelah produk yang sudah terpilih berdasarkan seleksi masuk program OVOP maka
produk yang akan dikembangkan tersebut harus diidentifikasi berdasarkan masalah yang
ada dilapangan dari mulai bahan baku hingg pada penjualan atau pemasaran produk yang
akan dipasarkan.
Selain itu, pada tahap ini pula solusi dari permasalahan sebuah produk yang
dikembangkan akan diciptakan sesuai dengan keadaan yang adala dalam proses
pengembangan sebuah produk tersebut. Lebih lanjut, pada tahap mengindetifikasikan
basis daya yang bermakna (indentify userful power basis) yang dimana tahap ini dalam
program OVOP di Kabupaten Bangka Tengah sudah dilakukan dalam
mempertimbangkan sumber daya alam sebuah produk, yang dimana bahan bakunya tidak
sulit didapatkan dan bisa bekembangkan lebih banyak lagi dari produk yang dihasilkan
dalam berbagai bentuk olahan lainya.
Terakhir adalah mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikan
(develop and implement action plants), yang dimana pada tahap ini para pelaku IKM dan
pihak pemerintah bersama sama mengembangkan produk yang sudah dihasilkan dengan
berbagai macam cara agat produk ini dapat bertahan dan berkembang sebagaimana
permintaan para konsumen yang menikmati produk yang dikelolah melalui program
OVOP tersebut.
Kesimpulan
Bentuk implimentasi Program One Village One Product (OVOP) bagi masyarakat
di Kabupaten Bangka Tengah meliputi Parameter pemberdayaan OVOP di Bangka
Tengah dapat dilihat dari Tujuan, Inisiator OVOP, Pihak yang terlibat selain inisiator dan
masyarakat, Sumber perdanaan, Tahap-tahap pelaksanaan, Bentuk partisipasi dalam
menentukan produk, Desain, Bentuk pedampingan dan Jalur pemasaran. Sebagai sebuah
program, OVOP perlu dilakukan evaluasi untuk melihat efektifitas pencapaiannya
program OVOP terhadap kehidupan sosial ekonomi di Bangka Tengah.
Dilihat dari hasil penelitian faktor penghambat dan pendorong progam OVOP Di
Kabupaten Bangka Tengah, dilihat dari faktor penghambat ada 2 faktor yang
mempengaruhi yaitu pencapaian tujuan, integrasi dan anggaran. Pertama, Pencapaian
tujuan dimana efektivitas dan efisiensi implementasi program OVOP belum optimal
belum sesuai dengan perencanaan tujuan. Kedua, Terbatasnya anggaran menjadi kendala
terhadap keterbatasan sumber dana yang dimiliki sehingga pelaksanaan beberapa kegiatan
didalam program OVOP belum optimal. Terdapat 3 faktor pendorong, yaitu aspek
ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Pertama, aspek ekonomi dimana aktivitas
bisnis yang menghasilkan produk, dari aktivitas tersebut mempunyai pendapatan dari segi
ekonomi, Pendapatan peningkatan setiap bulannya menjadi indikator keberhasilan dari
program tersebut. Kedua, aspek sosial ilmu dan kompetensi mengalami peningkatan
signifikan diberikan dorongan dan motivasi perubahan yang harus diperhatikan dalam
implementasinya dimana prosesnya secara otomatis mendapatkan ilmu dan kompetensi
baru mengenai produksi, branding dan pemasaran. Terakhir, aspek lingkungan
pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan kualitas sumber daya manusia baik
dimana pemahaman masyarakat tentang potensi lokal daerah mereka dan produk yang
harus dikembangkan dan dikelolah agar bisa memiliki harga juga.
Bibliografi.
Djafri, Novianty. (2017). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah:(Pengetahuan
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1127 http://sosains.greenvest.co.id
Manajemen, Efektivitas, Kemandirian Keunggulan Bersaing dan Kecerdasan
Emosi). Yogyakarta: Deepublish.
Fitriani, Lita Yulita, Suryaningsum, Sri, Sutoyo, Sutoyo, Sujatmika, Sujatmika, Winarti,
Asih Sri, Artaningtyas, Wahyu Dwi, Bhinadi, Ardito, Sriwinarti, Asih, Mardiana,
Tri, & Kussujaniatun, Sri. (2016). Tata Kelola Ekonomi Indonesia Dalam
Masyarakat Ekonomi Asean Dan Meningkatkan Martabat Bangsa Berbasis Sumber
Daya Energi Dan Memperkokoh Sinergi Penelitian Antar Pemerintah, Industri &
Perguruan Tinggi (Soshum).
Guciano, Adam Othasha. (2019). Analisis Pengaruh Nilai Ekspor Ekonomi Kreatif
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam (Studi
Pada Provinsi Lampung Periode 2008-2017). Lampung: UIN Raden Intan
Lampung.
Ibrahim, M. A. (2015). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Mukhtar, P. D., & Pd, M. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif.
Jakarta: GP Press Group.
Murti, Endang, & Nurchayati, Zulin. (2018). Pkm Kelompok Usaha Aneka Kripik Durian
Desa Karanggupito Dan Kelompok Usaha Aneka Kripik Mawar Desa Karangrejo,
Kecamatan Kendal Kabupatean Ngawi Provinsi Jawa Timur Melalui Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Ekonomi Ovop (One Village One Product). Seminar Nasional
Sistem Informasi (SENASIF), 2(1), 13141321. Jakarta.
Mustafa, Pinton Setya, Gusdiyanto, Hafidz, Victoria, Andif, Masgumelar, Ndaru Kukuh,
Lestariningsih, Nurika Dyah, Maslacha, Hanik, Ardiyanto, Dedi, Hutama, Hendra
Arya, Boru, Matheos Jerison, & Fachrozi, Iwan. (2020). Metodologi Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Tindakan Kelas dalam Pendidikan Olahraga.
Malang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.
Ratmono, Ratmono, Nedi, Nedi Hendri, & Yateno, Yateno. (2016). Pendekatan Ovop
Sebagai Program Pengembangan Produk Unggulan Wilayah Kota Provinsi
Lampung. Derivatif: Jurnal Manajemen, 10(2).
Rozarie, C. V. R. A. De, & Indonesia, Jawa TimurNegara Kesatuan Republik. (2017).
Manajemen sumber daya manusia.
Santosa, Agus. (2020). Pengembangan Ekonomi Kreatif Industri Kecil Menengah Kota
Serang Di Masa Pandemi Covid-19. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia,
5(11), 12571272.
Sarah, Ayu. (2020). Batik Jambi: Identitas budaya daerah Jambi 1980-2010. Jambi:
Universitas Jambi.
Thontowi, Thontowi. (2017). Strategi Penguatan Umkm Dalam Persaingan Pasar Bebas
Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2016 (Studi Di Kota Bandar Lampung).
Penelitian Mandiri Universitas Bandar Lampung.
Wahyudi, Aris. (2016). Efektivitas dan Efisiensi Implementasi OVOP dalam
Pengembangan IKM Gerabah di Kasongan. Jurnal Tata Kelola Seni, 2(1), 1630.
Wirawan, I. Komang Adi, Sudibia, Ketut, & Purbadharmaja, Ida Bagus Putu. (2015).
Pengaruh bantuan dana bergulir, modal kerja, lokasi pemasaran dan kualitas produk
terhadap pendapatan pelaku UMKM sektor industri di Kota Denpasar. E-Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 4(1).
Yulia, Desma, & Tiaramon, David. (2017). Peranan Organisasi Ikatan Keluarga Sumatera
Barat Dalam Melestarikan Kebudayaan Minangkabau Di Kota Batam Tahun 2012-
2016. Historia: Journal of Historical Education Study Program, 2(2).
Implementasi Program One Village One Product (Ovop)
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Kabupaten
Bangka Tengah
2021
Widya Novita 1128
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.