Tinjauan Proses Penentuan Prosedur Kadar Vitamin C
Secara Kimia di PT. Tekad Mandiri Citra
Hadi Pranoto dan Meiti Rosmiati 1205
produce high precision and accuracy.
Keywords: Ascorbic acid, validation of analytical methods and
UV-visible spectrophotometry
Pendahuluan
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan efektif atau
mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa
dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi (Tambunan, Ningsih, Ayu, &
Nanda, 2018). Vitamin C merupakan vitamin yang termasuk dalam kelompok vitamin
larut dalam air dan dikenal sebagai vitamin anti askorbut karena berkhasiat
menyembuhkan penyakit skorbut. Vitamin C dikonsumsi untuk melengkapi kebutuhan
tubuh akan vitamin C, terutama ketika asupan vitamin C dari makanan tidak bisa
memenuhi kebutuhan tubuh (Niryani, 2018). Namun, vitamin C hanya digunakan sebagai
pelengkap kebutuhan nutrisi tubuh, bukan sebagai pengganti nutrisi dari makanan
(Kurniawan & Amirah, 2019).
Kebutuhan vitamin C yang dianjurkan Angka Kecukupan Gizi (AKG ) bagi laki-
laki dan perempuan berusia lebih dari 13 tahun sebesar 60 mg/hari (Suria & Puspowati,
2017). Keadaan stress metabolic seperti tindakan operatif, trauma, kanker, dan luka bakar
meningkatkan kebutuhan vitamin C. Penggunaan pil anti hamil dan kebiasaan merokok
menurunkan kadar vitamin C plasma (Halimah & Satria, 2015). Dosis 60 mg/hari tersebut
dibuat berdasarkan kebutuhan rata - rata untuk mencegah penyakit skorbut (Tiowati,
2020). Namun beberapa bukti ilmiah perlunya meningkatkan asupan vitamin C karena
dihubungkan dengan upaya untuk menurunkan penyakit kronis seperti penyakit
kardiovaskuler, kanker, dan katarak. Vitamin C diberikan 100-200 mg/hari dan tidak
melebihi 1000 mg/hari, hal ini dianggap cukup untuk melindungi tubuh dari penyakit dan
pemberian dosis melebihi 1000 mg/hari dapat memberikan efek samping (Islamy, 2020).
Defisiensi vitamin C dapat menimbulkan beberapa gejala, dari yang ringan sampai
berat. Defisiensi ringan ditandai dengan timbulnya kelelahan, anoreksia, nyeri otot dan
lebih mudah stress dan infeksi, sedangkan defisiensi berat menimbulkan penyakit
skorbut. Bila pengobatan yang yang diberikan terlambat dapat menyebabkan kematian
(Ningsih, 2017).
Vitamin C sebenarnya merupakan vitamin yang relatif tidak toksik, tetapi pernah
dilaporkan asupan 1gram/hari dapat menimbulkan mual dan diare, tes glukosa darah
kurang akurat dan terbentuknya batu ginjal (Tandra, 2017). Konsumsi vitamin C
berlebihan dapat menyebabkan rebound scurvy, sehingga individu yang telah terbiasa
mengkonsumsi dalam jumlah yang banyak, bila hendak menghentikan kebiasaan tersebut
harus secara bertahap (Wardaya, Sumego, & Utami, 2019).
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, vitamin C diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-
Visibel. Contoh uji yang digunakan adalah berasal dari obat jadi yang sering beredar
dipasaran. Obat jadi ditimbang selanjutnya diencerkan sepuluh kali dengan menggunakan
aquabides. Alat dan Bahan Alat yang digunakan : spektrofotometri UV-Vis dengan
sistem optik radiasi berkas ganda (double beam). Alat alat gelas seperti: beaker gelas,
pipet ukur, pipet gondok, labu ukur, pipet tetes, cuvet, neraca analitik, botol semprot. Dan
bahan penilitian ini meliputi : Asam askorbat (vitamin C) (s), Aquabidest (aq), Obat jadi