Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1204 http://sosains.greenvest.co.id
TINJAUAN PROSES PENENTUAN PROSEDUR KADAR VITAMIN C
SECARA KIMIA DI PT. TEKAD MANDIRI CITRA
Hadi Pranoto dan Meiti Rosmiati
Politeknik Piksi Ganesha Bandung
E-mail: hadipranoto182@gmail.com dan may[email protected]
Diterima:
25 September
2021
Direvisi:
Disetujui:
Abstrak
Asam askorbat adalah senyawa kimia yang disebut juga vitamin
C dengan rumus molekul C6H8O6 larut dalam air dan memiliki
sifat antioksidan. Karena sifatnya yang menguntungkan bagi
kesehatan, maka kebutuhan manusia akan vitamin C semakin
meningkat. Semakin berkembangnya produk-produk makanan,
minuman, obat- obatan dsb, yang mengandung vitamin C maka
diperlukan pengawasan terhadap kadar vitamin C dalam produk
obat jadi tersebut. Dalam penelitian ini dilakukannya validasi
metode analisis vitamin C dengan spektrofotometri UV-Visibel
yang selanjutnya digunakan untuk analisis vitamin C pada obat
jadi. Parameter metode validasi dalam penelitian ini meliputi uji
presisi, uji linearitas, uji selektifitas, batas deteksi, batas
kuantifikasi, dan uji akurasi. Akurasi dari metode ini ditentukan
berdasarkan hasil perolehan kembali menggunakan metode
spike standar, sedangkan presisi diukur dengan menghitung
simpangan baku relative. Dari hasil penelitian disimpulkan
bahwa metode analisis dalam penetapan kadar asam askorbat
dengan spektrofotometri UV-Visible merupakan metode yang
baik digunakan, relative murah dan mudah yang dapat
menghasilkan ketelitian dan ketepatan yang tinggi.
Kata kunci: Asam askorbat, validasi metode analisis dan
spektrofotometri UV-Visibel
Abstract
Ascorbic acid is a chemical compound also known as vitamin C
with molecular formula C6H8O6 dissolve in water and has
antioxidant properties. Because it is beneficial to health, the
human need for vitamin C increases. The continued development
of food products, beverages, medicines, etc., which contain
vitamin C it is necessary to supervise the levels of vitamin C in
the product. In this study does validate methods of analysis of
vitamin C with UV-visible spectrophotometry was then used for
analysis of vitamin C in the finished drug product. Parameter
validation methods in the study include a test of precision,
linearity test, test of selectivity, detection limit, quantification
limit, the test sample, and test accuracy. The accuracy of this
method is determined based on the results of spike recoveries
using standard methods, while the precision is measured by
calculating the relative standard deviation of repeated
measurements by ten times. From the results of the study
concluded that the method of analysis in the determination of
ascorbic acid levels by UV-Visible spectrophotometry is an
excellent method to use, relatively inexpensive and easy to
Tinjauan Proses Penentuan Prosedur Kadar Vitamin C
Secara Kimia di PT. Tekad Mandiri Citra
2021
Hadi Pranoto dan Meiti Rosmiati 1205
produce high precision and accuracy.
Keywords: Ascorbic acid, validation of analytical methods and
UV-visible spectrophotometry
Pendahuluan
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan efektif atau
mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa
dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi (Tambunan, Ningsih, Ayu, &
Nanda, 2018). Vitamin C merupakan vitamin yang termasuk dalam kelompok vitamin
larut dalam air dan dikenal sebagai vitamin anti askorbut karena berkhasiat
menyembuhkan penyakit skorbut. Vitamin C dikonsumsi untuk melengkapi kebutuhan
tubuh akan vitamin C, terutama ketika asupan vitamin C dari makanan tidak bisa
memenuhi kebutuhan tubuh (Niryani, 2018). Namun, vitamin C hanya digunakan sebagai
pelengkap kebutuhan nutrisi tubuh, bukan sebagai pengganti nutrisi dari makanan
(Kurniawan & Amirah, 2019).
Kebutuhan vitamin C yang dianjurkan Angka Kecukupan Gizi (AKG ) bagi laki-
laki dan perempuan berusia lebih dari 13 tahun sebesar 60 mg/hari (Suria & Puspowati,
2017). Keadaan stress metabolic seperti tindakan operatif, trauma, kanker, dan luka bakar
meningkatkan kebutuhan vitamin C. Penggunaan pil anti hamil dan kebiasaan merokok
menurunkan kadar vitamin C plasma (Halimah & Satria, 2015). Dosis 60 mg/hari tersebut
dibuat berdasarkan kebutuhan rata - rata untuk mencegah penyakit skorbut (Tiowati,
2020). Namun beberapa bukti ilmiah perlunya meningkatkan asupan vitamin C karena
dihubungkan dengan upaya untuk menurunkan penyakit kronis seperti penyakit
kardiovaskuler, kanker, dan katarak. Vitamin C diberikan 100-200 mg/hari dan tidak
melebihi 1000 mg/hari, hal ini dianggap cukup untuk melindungi tubuh dari penyakit dan
pemberian dosis melebihi 1000 mg/hari dapat memberikan efek samping (Islamy, 2020).
Defisiensi vitamin C dapat menimbulkan beberapa gejala, dari yang ringan sampai
berat. Defisiensi ringan ditandai dengan timbulnya kelelahan, anoreksia, nyeri otot dan
lebih mudah stress dan infeksi, sedangkan defisiensi berat menimbulkan penyakit
skorbut. Bila pengobatan yang yang diberikan terlambat dapat menyebabkan kematian
(Ningsih, 2017).
Vitamin C sebenarnya merupakan vitamin yang relatif tidak toksik, tetapi pernah
dilaporkan asupan 1gram/hari dapat menimbulkan mual dan diare, tes glukosa darah
kurang akurat dan terbentuknya batu ginjal (Tandra, 2017). Konsumsi vitamin C
berlebihan dapat menyebabkan rebound scurvy, sehingga individu yang telah terbiasa
mengkonsumsi dalam jumlah yang banyak, bila hendak menghentikan kebiasaan tersebut
harus secara bertahap (Wardaya, Sumego, & Utami, 2019).
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, vitamin C diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-
Visibel. Contoh uji yang digunakan adalah berasal dari obat jadi yang sering beredar
dipasaran. Obat jadi ditimbang selanjutnya diencerkan sepuluh kali dengan menggunakan
aquabides. Alat dan Bahan Alat yang digunakan : spektrofotometri UV-Vis dengan
sistem optik radiasi berkas ganda (double beam). Alat alat gelas seperti: beaker gelas,
pipet ukur, pipet gondok, labu ukur, pipet tetes, cuvet, neraca analitik, botol semprot. Dan
bahan penilitian ini meliputi : Asam askorbat (vitamin C) (s), Aquabidest (aq), Obat jadi
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1206 http://sosains.greenvest.co.id
yang beredar di pasaran. Prosedur Percobaan metode ini menggunakan metode
spektrofotometri dengan menggunakan spektrofotometri uv-vis.
Hasil dan Pembahasan
Penentuan panjang gelombang maksimum dari vitamin C dilakukan dengan
menggunakan larutan standar vitamin C pada konsentrasi 6 ppm dan diukur
absorbansinya pada rentang panjang gelombang 160-800 nm. diperoleh nilai panjang
gelombang maksimum terjadi pada daerah panjang gelombang 266 nm dengan nilai
absorbansi sebesar 0,788. Linieritas adalah kemampuan metode analisis untuk
menghasilkan respon yang sesuai terhadap konsentrasi analit yang terdapat didalam
sampel, kemudian diperoleh data konsentrasi versus absorbansi seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Data Absorbansi Larutan Standar Vitamin C
No
Konsentrasi larutan
standar vitamin C
(mg/L)
Absorbansi
1
0
0,26
2
1
0,259
3
2
0,246
4
3
0,26
5
4
0,26
6
5
0,26
7
6
0,247
8
7
0,246
9
8
0,259
10
9
0,249
11
10
0,246
Diperoleh nilai koefesien determinasi (R2) pada penentuan kadar vitamin C dalam
obat jadi sebesar 0,9956. Nilai koefesien determinasi yang didapat mendekati satu dan
sesuai dengan syarat keberterimaan yaitu nilai koefesien determinasi hasil uji linieritas
adalah > 0,9970 (Chan, 2004).
Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ) merupakan nilai
konsentrasi analit terkecil yang mampu menghasilkan signal cukup besar sehingga
mampu terdeteksi. LOQ adalah konsentrasi analit yang menghasilkan signal lebih besar
dari blanko atau konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang masih bisa diukur dengan
menggunakan presisi dan akurasi yang baik, sesuai kondisi prosedur yang telah disepakati
(Riyanto, 2014). Nilai LOD dan LOQ penelitian yang menggunakan metode kurva
kalibrasi merupakan nilai konsentrasi terkecil analit yang dapat diukur oleh instrument.
Penentuan LOD dan LOQ dengan blanko pada analisis kadar vitamin C dalam sampel
obat jadi dengan spektrofotometri UV-Vis double beam didapatkan data sebagai berikut:
Tinjauan Proses Penentuan Prosedur Kadar Vitamin C
Secara Kimia di PT. Tekad Mandiri Citra
2021
Hadi Pranoto dan Meiti Rosmiati 1207
Tabel 2. Data hasil uji LOD dan LOQ larutan standar vitamin C dengan
spektrofotometri UV-Vis.
Absorbansi (Y)
0
0,26
0,259
0,246
0,26
0,26
0,247
0,246
0,259
0,249
0,246
0,0225
0,83077
2,76923
Besarnya standar deviasi residual dapat dihitung dengan persamaan :
S (y/x) = √∑(𝑦𝑦i
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai limit deteksi pada penentuan larutan
standar vitamin C dengan spektrofotometri UV-Vis adalah sebesar 3,1781 mg/L. Nilai ini
menunjukkan jumlah analit terkecil yang masih dapat terukur oleh spektrofotometri UV-
Vis. Jadi, untuk analisis kadar vitamin C dengan spektrofotometri masih dapat terbaca
serapannya dengan batas limit 3,1781 mg/L. Hasil limit kuantitasi yang diperoleh sebesar
0,9521 mg/L nilai ini menunjukkan kuantitas terkecil dari analit yang masih dapat
memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Presisi adalah suatu nilai yang menunjukkan kedekatan antara hasil uji satu dengan
hasil uji lainnya dalam satu rangkaian pengujian (Aprilia, 2018). Presisi diukur sebagai
simpangan baku atau simpangan baku relatif dan dapat dinyatakan sebagai keterulangan
(repeatability) atau ketertiruan (reproducibilily). Kriteria umum keberterimaan nilai
presisi yaitu dengan memberikan nilai simpangan baku relatif (RSD) sesuai persyaratan
yaitu apabila %RSD 2% atau %RSD < %CV Horwitz. Namun kriteria ini fleksibel
tergantung konsentrasi analit yang dianalisis, jumlah sampel dan kondisi laboratorium
(Setyawan, 2018). Presisi penentuan kadar vitamin C dengan spektrofotometer UV-Vis
ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Data hasil pengujian kadar vitamin C dalam obat jadi dengan spektrofotometri
UV-Vis.
Konsentrasi contoh (x)
x-
(x-ẋ)
2
1,5389
-0,0333
0,0011
1,6387
0,0665
0,0044
1,5389
Ẍ=1,5722
-0,0333
0,0011
∑=0,0066
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1208 http://sosains.greenvest.co.id
Hasil uji presisi pada validasi metode penentuan kadar vitamin C dalam obat jadi
ini adalah sebesar 3,66% sedangkan nilai %CV Horwitz diperoleh sebesar 14,94%. Suatu
metode pengujian dikatakan selektif jika metode memberikan nilai simpangan baku
relatif (%RSD) atau presisi sebesar 2% (Pratama, Pirdaus, Rinawati, Sagala, &
Suhelmi, 2016). Sedangkan menurut Kantasubrata (2011), syarat keberterimaan
penentuan presisi dalam bentuk keterulangan (repeatability) yaitu, jika nilai %RSD lebih
kecil atau sama dengan %CV Horwitz, sehingga bisa dikatakan bahwa metode uji yang
digunakan ini memiliki ketelitian yang tinggi dan bisa digunakan sebagai metode uji
penentuan kadar vitamin C dalam obat jadi.
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan nilai kedekatan hasil uji dengan kadar
sebenarnya atau nilai acuan yang telah ditentukan (Iskandar, Panggabean, & Kartika,
2017). Akurasi dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo
recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode adisi yaitu dengan menambahkan larutan
standar ke dalam sampel dengan konsentrasi tertentu atau biasa disebut larutan spike.
Konsentrasi yang ditambahkan adalah 100 mg/L sebanyak 0,4 mL ke dalam sampel 0,15
mL kemudian ditambah dengan akuades 9 mL.
Tabel 4. Data absorbansi dan konsentrasi contoh serta contoh spike pada pengujian vitamin C
secara spektrofotometri UV-Vis.
Data
Absorbansi
Rata-rata Konsentrasi
(mg/L)
Contoh Spike
0,333 0,332
0,332 0,332
6,4491
Contoh
0,086 0,091
0,086 0,088
1,5788
% Recovery
116,51%
Hasil uji akurasi (% Recovery) penentuan kadar vitamin C dalam obat jadi yaitu
sebesar 116,51%. Menurut Harmita (2004) nilai recovery yang diterima pada konsentrasi
ppm yaitu 110-120%. Ketidakpastian Pengukuran Ketidakpastian pengukuran merupakan
tingkat kesalahan yang tidak diketahui yang tersisa dalam pengukuran. Terdapat tiga
tahapan menentukan ketidakpastian yaitu ketidakpastian baku, ketidakpastian gabungan
dan ketidakpastian diperluas. Rumus untuk menentukan kadar Vitamin C pada obat jadi
untuk penelitian ini adalah rumus penetapan kadar selanjutnya nilai ketidakpastian
pengukuran pada pengujian vitamin C dipengaruhi oleh konsentrasi dari kurva kalibrasi,
massa sampel obat jadi, volume pengambilan sampel yang terdiri dari pipet ukur 1 mL,
pipet ukur 10 mL, volume total larutan yang terdiri dari labu ukur 10 mL, keterulangan
(repeatability), berat molekul vitamin (C6H8O6), dan kemurnian bahan. Hasil validasi
Setelah pengujian dilakukan validasi terhadap proses pengujian vit c secara
spektrofotometri dengan mengevaluasi kesesuaiannya dengan parameter parameter yang
sesuai dengan tabel berikut ini.
Tinjauan Proses Penentuan Prosedur Kadar Vitamin C
Secara Kimia di PT. Tekad Mandiri Citra
2021
Hadi Pranoto dan Meiti Rosmiati 1209
Tabel 5. Hasil Validasi menggunakan spektrofotometri uv-vis.
Parameter Dalam Prosedur Validasi
Parameter
Identiti
Impurities
Potensi
Komposisi
Quantiti
Limits
Akurasi
Presisi
Spesifisitas
Robustness
Linearitas
dan Range
LOD
LOQ
Dari hasil evaluasi tersebut pengujian vitamin C dengan cara spektrofotometri
telah memenuhi parameter akurasi dimana hasilnya menunjukan angka yang memenuhi
standar yang ditetapkan, parameter presisi menunjukan hasil angka yang tidak
memberikan deviasi terlalu besar, parameter spesifitas menunjukan evaluasi tersebut
memberikan hasil spesifitas kepada zat aktif vitamin C, berdasarkan parameter robustness
menunjukan bahwa metode spektrofotometri tidak terpengaruh oleh perubahan kondisi
biarpun dalam setiap kondisi pengujian dikondisikan agar terdapat lingkungan yang
seperti suhu, kelembaban, perubahan ph, reagennya, dan berdasarkan parameter linearitas
dan range metode tersebut memberi respon profesional dan dalam rentang atau range
dengan hasil deviasi yang kecil.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil
validasi metode penentuan kadar vitamin C obat jadi adalah akurasi metode bagus dilihat
dari %recovery yaitu sebesar 116,51% yang masuk dalam nilai rata-rata. Presisi
menunjukan hasil angka yang tidak memberikan deviasi terlalu besar. Spesifitas
menunjukan evaluasi tersebut memberikan hasil spesifitas kepada zat aktif vitamin C.
Nilai linieritas yang didapat dari koefesien determinasi (R2) yaitu sebesar 0,9956 dan
telah memenuhi persyaratan yang baik. Nilai LOD dan LOQ dari pengujian yang didapat
adalah 0,83077 mg/L dan 2,7692 mg/L. Kadar vitamin C pada Obat jadi didapat nilai
sebesar 3,1781.
Bibliografi.
Aprilia, Anisa Cahyani. (2018). Validasi Metode Penentuan Nilai Kalori Batu Bara
Menggunakan Bom Kalorimeter Di Balai Pengujian Dan Identifikasi Barang Tipe A
Jakarta.
Halimah, Nuur, & Satria, Andry Praja. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II, Hepatitis B, dan Dekubitus Grade 2 Terhadap
Pemberian Posisi Miring 30 Derajat di Ruang High Care Unit RSUD Abdul Wahab
Syahranie Samarinda Tahun 2015.
Iskandar, Bayu, Panggabean, Aman Sentosa, & Kartika, Rudi. (2017). Validasi metode
penentuan arsenik pada sampel air sumur bor dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom di PT. Geoservices Balikpapan. Prosiding Seminar
Kimia, 3439.
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1210 http://sosains.greenvest.co.id
Islamy, Rithio Chandraca. (2020). Pengaruh pemberian ekstrak daun kemangi (Ocimum
Citriodorum) terhadap jumlah neutrofil tikus jantan yang dipapar asap rokok.
Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Kurniawan, Yusup Adi, & Amirah, Zahrotul. (2019). Inovasi Pengolahan Singkong
Dengan Standart Menu Chinese Food Sebagai Makanan Pokok Pengganti Nasi.
Surabaya: Politeknik NSC Surabaya.
Ningsih, Ulfa Dwi. (2017). Perbedaan Kadar Vitamin C Pada Buah Kersen (Muntingia
calabura L.) Berwarna Merah dan Hijau Muda. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Niryani, Puput. (2018). Faktor Risiko Gizi dan Antioksidan terhadap Kejadian Anemia
pada Remaja Putri di MTs Nurul Ulum Karangsawah Kecamatan Tonjong
Kabupaten Brebes. Semarang: Muhammadiyah University Semarang.
Pratama, Dian Septiani, Pirdaus, Purna, Rinawati, Rinawati, Sagala, Sophia L., &
Suhelmi, Ifan Suhelmi R. (2016). Validasi metode analisis logam Na, K, Mg dan Ca
pada air tua (bittern) menggunakan Microwave Plasma-Atomic Emission
Spectrometer (MP-AES). Jurnal Standardisasi, 17(3), 187198.
Riyanto, H. Yatim. (2014). Paradigma Baru pembelajaran: Sebagai referensi bagi
pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan berkualitas. Jakarta:
Prenada Media.
Setyawan, Ajrieh. (2018). Validasi Metode Analisis Logam Pada Limbah Radioaktif Cair
Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Buletin Limbah Vol. 15 No. 1
Tahun 2018, 15.
Suria, Rafirana Narawesti, & Puspowati, Susi Dyah. (2017). Hubungan Antara
Pengetahuan Tentang Anemia, Tingkat Konsumsi Protein, Zat Besi, Dan Vitamin C
Dengan Kadar Hemoglobin Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Di Sman 3
Ponorogo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tambunan, Lilis Rosmainar, Ningsih, Widia, Ayu, Ni Putu, & Nanda, Haula. (2018).
Penentuan Kadar Vitamin C Beberapa Jenis Cabai (Capsicum sp.) dengan
Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Kimia Riset, 3(1), 15.
Tandra, Hans. (2017). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Tiowati, Sulis. (2020). Pengaruh Pemberian Tablet Fe Dan Vitamin C Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Iii Dengan Anemia Di
Pmb Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2020. Lampung: Poltekkes
Tanjungkarang.
Wardaya, Wardaya, Sumego, Mintoro, & Utami, Desi Sundari. (2019). Pengaruh
Pemberian Vitamin C Terhadap Kadar Asam Urat Dan Superoxide Dismutase Di
Ketinggian 25.000 Kaki Pada Siswa Susjursartakes. Jurnal Kesehatan Aeromedika,
5(2), 4853.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.