Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1211 http://sosains.greenvest.co.id
ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN OBAT BERDASARKAN
METODE PARETO/ABC DI APOTEK KELUARGA 8 ANTAPANI
BANDUNG
Hadi Subekti Salam dan Wempi Eka Rusmana
Politeknik Piksi Ganesha Bandung
E-mail: piksi.hadi.18307071@gmail.com dan
Diterima:
10 September
2021
Direvisi:
11 Oktober 2021
Disetujui:
15 Oktober 2021
Abstrak
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan
perencanaan ketersediaan obat meliputi jenis, jumlah, kualitas
dan kuantitas agar lebih efisien. Pengelolaan obat dapat
dilakukan dengan metode konsumsi dan Activity Based Coasting
(Metode ABC). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran dan informasi mengenai pengelolaan dan
manajemen obat di Apotek Keluarga 8 dengan berdasarkan
tingkat pemakaian dan investasinya dengan menggunakan
metode analisis ABC. Penelitian ini menggunakan populasi obat
yang ada di Apotek Keluarga 8 dari bulan Januari Desember
2020. Hasil dari penelitian ini adalah untuk analisis ABC nilai
pemakaian kelompok A terdiri dari 665 item obat dengan jumlah
pemakaian sebanyak 34.415. Kelompok B terdiri dari 739 item
obat dengan jumlah pemakaian sebanyak 17.882. Sedangkan
kelompok C terdiri dari 1.224 item obat dengan jumlah dengan
jumlah pemakai sebanyak 187.210.Untuk analisis ABC nilai
investasi kelompok A terdiri dari 63 item obat dengan jumlah
investasi sebesar Rp 2.839.969.562. Kelompok B terdiri dari 95
item obat dengan jumlah investasi sebesar Rp 532.895.930.
Sedangkan kelompok C terdiri dari 269 item obat dengan jumlah
investasi sebesar Rp 177.736.246. Kelompok item obat A nilai
pemakaian maupun nilai investasi paling banyak, sehingga perlu
diperhatikan ketersediaan stok obat tersebut agar terhindar dari
kekosongan obat yang dapat menyebabkan kerugian bagi
Apotek.
Kata kunci: Manajemen Farmasi, Analisis Metode ABC,
Apotek Keluarga 8 Bandung
Abstract
Drug management is a series of drug availability planning
activities including type, quantity, quality and quantity to be
more efficient.Drug management can be done by consumption
method and Activity Based Coasting (ABC Method).The purpose
of this study is to obtain an overview and information about drug
management and management in The Family Pharmacy 8 based
on the level of use and investment using ABC analysis
methods.This study used the existing drug population in Family
Pharmacy 8 from January to December 2020.The results of this
study were for the analysis of ABC the use value of group A
consisting of 665 drug items with a total usage of 34,415.Group
B consisted of 739 drug items with a total of 17,882 uses.While
Analisis Efisiensi Pengelolaan Obat Berdasarkan Metode
Pareto/Abc di Apotek Keluarga 8 Antapani Bandung
2021
Hadi Subekti Salam dan Wempi Eka Rusmana 1212
group C consists of 1,224 drug items with the number of users as
much as 187,210.For abc analysis the investment value of group
A consists of 63 drug items with an investment amount of Rp
2,839,969,562.Group B consists of 95 drug items with an
investment amount of Rp 532,895,930.While group C consists of
269 drug items with an investment amount of Rp
177,736,246.Group of drug items A use value and investment
value the most, so it is necessary to pay attention to the
availability of stock of the drug to avoid drug vacancies that can
cause losses for pharmacies.
Keywords: Pharmaceutical Management, ABC Analysis
Method, Pharmacies Family 8 Bandung
Pendahuluan
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung, tepat dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien dan menjadi tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian (Kurniawati, 2018). Apotek adalah sarana pelayanan kesehatan
untuk membantu meningkatkan kesehatan bagi masyarakat (Rahmawati, 2015).
Manajemen pengelolaan obat yang kurang baik akan mengakibatkan persediaan
obat mengalami stagnant (kelebihan persediaan obat) dan stockout (kekurangan atau
kekosongan persediaan obat) (Rosmania & Supriyanto, 2015). Obat yang mengalami
stagnant memiliki resiko kadaluarsa dan kerusakan bila tidak disimpan dengan baik
(Rosmania, 2015). Obat yang stagnant dan stock out akan berpengaruh terhadap
pelayanan di apotek oleh karena itu manajemen pengelolaan obat di apotek harus sangat
di perhatikan dan diutamakan dari awal perencanaan hingga pengadaan obat (Humang &
Haerana, 2018).
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa
praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Restiasari, Bekti, & Gozali, 2018). Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
(Andriana & Putri, 2020).
Apotek yang berkembang dan maju tidak lepas dari manajemen pengelolaan obat
yang baik dan terkendali (Calundu, 2018). Perencanaan dan pengadaan obat merupakan
kunci utama dan tahap awal yang penting dalam menentukan keberhasilan tahap
selanjutnya, sebab tahap perencanaan berguna untuk menyesuaikan antara kebutuhan
dengan dana yang tersedua (Prisanti, Arief Kurniawan, & SKM, 2019).
Sistem pengelolaan obat di Apotek Keluarga 8 Antapani Bandung selama ini
belum menggunakan metode konsumsi dan analisis ABC (Activity Based Coasting)
namun menggunakan metode konsumsi data pemakaian obat harian dan mingguan. Setiap
hari stok obat di cek, jika ada stok obat yang menipis maka akan ada perencanaan
pengadaan obat (Andin, 2018). Namun dapat terjadi juga kekosongan stok obat
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1213 http://sosains.greenvest.co.id
dikarenakan keterlambatan pengiriman obat, ketidak tersediaan stok obat di PBF, atau
barang baru yang belum pernah ada di stok apotek sehingga mempengaruhi mutu
pelayanan di Apotek Keluarga 8 Antapani Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi pengelolaan obat
dari metode konsumsi Activity Based Coasting di Apotek Keluarga 8 Antapani Bandung
bersadarkan tingkat investasi dan konsumi/pemakaiannya. Oleh sebab itu penelitian ini
dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang tata cara pengelolaan obat secara
efektif dan memberikan gambaran tentang investasi dalam perencanaan obat di tahun
berikutnya yang paling sesuai dalam pengelolaat obat di apotek.
Berdasarkan penelitian mengenai analisis Activity Based Coasting merupakan
metode penerapan konsep-konsep akuntansi aktivitas yang menghasilkan perhitungan
harga pokok produk yang lebih akurat dan menyediakan informasi tentang biaya dan
kinerja dari sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat (Tandiontong
& Lestari, 2012). Beberapa penelitian tersebut antara lain seperti artikel Dani Saputra
(2012) dengan judul penelitian Penerapan Activity-Based Coasting Dalam Menentukan
Besarnnya Tarif Jasa Rawat Inap Pada RS Hikmah. Hasil dari penentuan tarif jasa rawat
inap jenis perawatan umum pada rumah sakit menggunakan pendekatan Activity based
Coasting yaitu, kelas Super VIP Utama Patompo Rp. 511.808,52, Super VIP Biasa
Patompo Rp. 491.924,34, VIP Utama Rp. 392.805,66, VIP Biasa Rp. 360.530,42, Kelas I
Rp. 342.360,09, Kelas II Rp. 304.964,88, Kelas III Rp. 170.899,35. Terdapat selisih harga
yang lebih rendah dari penetapan manajemen rumah sakit dengan hasil perhitungan
menggunakan pendekatan Activity Based Coasting yaitu untuk kelas Super VIP Utama
Patompo sebesar Rp. 88.191,48, Super VIP Biasa Patompo sebesar Rp. 8.075,88, dan VIP
Utama sebesar Rp. 7.194,34. Sedangkan harga yang lebih tingghi menggunakan Activity
Based Coasting yaitu untuk selisih untuk VIP Biasa Rp. 60.530,42, Kelas I Rp.
92.360,09, Kelas II Rp. 154.964,88, dan Kelas III Rp. 70.899,35.
Persamaan dengan penelitian ini adalah menganalisis perhitungan tarif jasa rawat
inap dengan menggunakan metode Activity Based Coasting System, perbedaannya pada
penelitian ini hanya sampai perhitungan dengan menggunakan metode ABC.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah rancangan penelitian deskriptif melalui observasi
untuk mengevaluasi manajemen pengelolaan obat, pengadaan obat, dan penyimpanan
obat di Apotek Keluarga 8 Antapni Bandung. Data yang di peroleh dengan penelusuran
terhadap dokumen Januari-Desember 2020, sedangkan sebagian diperoleh secara
prospektif yaitu data yang diperoleh pada saat penelitian berlangsung, pada bulan Januari
2020 yang merupakan data primer.
Data yang didapat dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan data kuantitaif
di Apotek Keluarga 8 Antapani Bandung, analisis data diperoleh dengan membandingkan
indikator pengelolaan obat dengan keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, penelitian ini
menggunakan populasi obat yang ada di Apotek Keluarga 8 Bandung dari bulan Januari
Desember 2020
Teknik analisis data yang digunakan peneliti menggunakan analisis data kuantitatif.
Teknik analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok dan
berapa besar volume penjualan yang tercapai (Amalia, 2017). Selain itu analisis
kuantitatif juga digunakan untukmencari presentase harga yang selanjudnya akan
digunakan untuk menganalisis berdasarkan analisis ABC (Activity Base Cost)
(Puspitasari, 2015). Langkah-langkah atau prosedur klasifikasi barang dalam analisis
ABC yaitu dimulai dari mengidentifikasi seluruh produk obat dan alkes di Apotek
Keluarga 8 Antapani Bandung lalu menentukan harga per unit, harga produk obat dan
Analisis Efisiensi Pengelolaan Obat Berdasarkan Metode
Pareto/Abc di Apotek Keluarga 8 Antapani Bandung
2021
Hadi Subekti Salam dan Wempi Eka Rusmana 1214
volume kebutuhan per tahun selanjutnya menyusun urutan tipe produk menurut besarnya
total nilai rupiah, dengan urutan pertama tipe produk dengan total nilai rupiah yang paling
besar dan yang terakhir menghitung presentase volume tahunan dalam nilai uang dan
menghitung persentase kumulatif volume tahunan dalam nilai uang.
Hasil dan Pembahasan
Perencanaan kebutuhan obat ini dilakukan di Apotek Keluarga 8 Bandung
Antapani. Tahap pertama dari perencanaan ini adalah melakukan telaah dokumen
dibagian farmasi mengenai pemakaian obat dari bulan Januari 2020-Desembar
2020. Dari data tersebut didapat kelompok obat publik kelompok A, kelompok B,
dan kelompok C berdasarkan nilai pemakaian.
Tahap selanjutnya dimasukkan data nama obat, harga obat, stok obat dan
pemakaiannya . Data ini dimasukkan ke dalam komputer program Excel sehingga
didapatkan Analisis ABC (Activity Based Coasting) berdasarkan investasi.
Selanjutnya adalah dengan memasukkan indeks kritis ke dalam komputer program
Excel yang dimana data ini akan mengelompokan item obat dari kelompok A,
kelompok B, dan kelompok C berdasarkan indeks kritis.
Data dari indeks pemakaian, indeks investasi dan indeks kritis digabungkan
dalam program Excel sehingga didapatkan nilai indeks kritis kelompok A yang
mempunyai 9,5-12, kelompok B yang mempunyai nilai indeks kritis antara 6,4-
9,4 dan kelompok C dengan nilai indeks kritis antara 4,0-6,4. Hasil analisis
berdasarkan nilai pemakain di dapatkan hasil sebagai berikut:
1. Kelompok A terdapat 665 item obat yang merupakan keseluruhan jenis
dengan pemakaian sebanyak 428.288 (70,4% dari pemakain keseluruhan).
2. Kelompok B terdiri dari 739 item obat yang merupakan keseluruhan jenis
dengan dengan pemakaian sebanyak 127.808 (21% dari pemakaian
keseluruhan).
3. Kelompok C terdiri dari 1.224 item obat yang merupakan keseluruhan
jenis dengan pemakaian 52.269 (8,6% dari pemakaian keseluruhan).
Hasil penelitian pemakaian obat yang terdapat di Apotek Keluarga 8 Bandung
dapat dilihat dalam tebel 1 berikut:
Tabel 1. Pengelompokan item obat dengan analisis ABC berdasarkan
jumlah pemakaian periode Januari 2020 Desember 2020.
Sumber: Penulis Tahun 2021
Hasil analisis ABC berdasarkan nilai investasi terhadap obat publik
1. Kelompok A dengan nilai investasi 80,0% dengan biaya Rp 2.839.969.562
(dua milyar delapan ratus tiga puluh sembilan juta Sembilan ratus enam
puluh sembilan ribu lima ratus enam puluh dua) dengan jumlah item 665.
Kelompok
Jumlah Item
Jumlah Pemakaian
A
665
428.288
B
739
127.808
C
1.224
52.269
Total
2.628
608.365
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1215 http://sosains.greenvest.co.id
2. Kelompok B dengan nilai investasi 15,0% dengan biaya Rp 532.895.930
(lima ratus tiga puluh dua juta delapan ratus sembilan puluh lima ribu
sembilan ratus tiga puluh) dengan jumlah item 739.
3. Kelompok C dengan nilai investsi 5,0% dengan biaya Rp 177.736.246
(seratus tujuh puluh tujuh juta tujuh ratus tiga puluh enam ribu dua ratus
empat puluh enam) dengan jumlah item 1.224.
Hasil penelitian pemakaian obat publik yang terdapat di bidang farmasi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Hasil pengelompokan item obat dengan analisis ABC
berdasarkan nilai investasi periode Januari 2020 - Desember
2020.
Kelompok
Jumlah Item
Jumlah Investasi
% Investasi
A
665
2.839.969.562
80,0
B
739
532.895.930
15,0
C
1.224
177.736.246
5,0
Total
2.628
3.550.601.738
100,0
Sumber: Penulis Tahun 2021
Hasil dari analisis ABC berdasarkan investasi didapatkan kelompok A sebanyak
80,0%, kelompok B 15,0%, kelompok C 5,0%. Penanganan obat-obatan yang termasuk
kelompok A harus diperhatikan dengan ketat dimana diperlukan langkah-langkah yang
dalam pelaksanaanya. Karena uang yang berputar untuk item-item obat publik ini sangat
berperan untuk Apotek Keluarga 8 Bandung maka sangat diharapkan harus dipantau
pelaksanaannya sehingga tidak terjadi kekurangan yang dapat mengakibatkan
terlambatnya pelayanan di bidang farmasi.
Perencanaan obat merupakan satu tahap awal yang penting dalam menentukan
keberhasilan tahap selanjutnya, sebab tahap perencanaan berguna untuk menyesuaikan
antara kebutuhan pengadaan dengan dana yang tersedia untuk menunjang pelayanan
kesehatan di rumah sakit (Iswandi, 2013). Tujuan perencanaan obat adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
kesehatan dirumah sakit (Magdy, Hanan, & Nabila, 2012).
Perencanaan obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat di Apotek Keluarga 8
Bandung, sebab perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan kesehatan di Apotek Keluarga 8 Bandung agar tidak
terjadi kosongan maupun kelebihan obat. Apabila kebutuhan obat tidak direncanakan
dengan baik maka terjadi kekosongan yang akan mempengaruhi pelayanan serta
kenyamanan pasien dan kelebihan obat akan menyebabkan kerusakan obat dan
merugikan anggaran yang dipakai untuk obat tersebut. Hal inilah yang mendasari
perlunya dilakukan evaluasi dari perencanaan yang telah dibuat.
Evaluasi disini berdasarkan analisis ABC sehingga perencanaan obat dan yang
harus diadakan adalah obat yang sangat dibutuhkan Karena penggunaannya banyak dan
dapat memberikan nilai investasi tinggi bagi Apotek Keluarga 8 Bandung. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yaitu Store Manager di Apotek
Keluarga 8 Bandung tentang perencanaan yang ada yaitu perencanaan dilakukan untuk
menentukan jenis dan jumlah kebutuhan obat. Perencanaan obat dibuat oleh petugas
Analisis Efisiensi Pengelolaan Obat Berdasarkan Metode
Pareto/Abc di Apotek Keluarga 8 Antapani Bandung
2021
Hadi Subekti Salam dan Wempi Eka Rusmana 1216
Administrasi di Apotek Keluarga 8 Bandung setiap bulan yang didasarkan pada
kebutuhan obat periode sebelumnya.
Data sekunder diperoleh berupa data pemakaian obat pada dari Januari 2020 -
Desember 2020 beserta harga belinya yang diperlukan dalam pengelolaan data Analisa
ABC. Dengan Analisa ABC, jenis obat ini dapat di evaluasi lebih lanjut. Berdasarkan
data yang di peroleh untuk hasil analisa ABC berdasarkan pemakaian diperoleh yang
termasuk dalam kelompok A terdapat 665 item obat dengan nilai pemakaian sebanyak
428.288, kelompok B terdiri dari 739 item obat dengan nilai pemakaian sebanyak
127.808, dan obat yang termasuk dalam kelompok C terdiri dari 1.224 item obat dengan
nilai pemakaian 52.269. Sedangkan untuk analisis ABC berdasarkan nilai investasi
diperoleh yang termasuk dalam kelompok A terdapat 665 item obat dengan nilai investasi
sebanyak Rp. 2.839.969.562, kelompok B terdiri dari 739 item obat dengan bilai investasi
Rp. 532.895.930 yang termasuk dalam kelompok C terdiri dari 68 item obat dengan nilai
investasi sebanyak Rp. 177.736.246. Adapun waktu pemesanan kembali obat oleh Apotek
Keluarga 8 Bandung dilakukan tiap hari dan tiap minggu dengan waktu tunggu tiga
sampai enam hari dan stok pengamanan sebanyak 20% sehingga jarang terjadi
kekosongan obat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka dapat
disimpulkan dari hasil penelitian diperoleh hasil analisis ABC berdasarkan pemakaian
yaitu kelompok A terdiri dari 665 item obat dengan nilai pemakaian 428.288 dengan nilai
investasi Rp. 2.839.969.562, kelompok B terdiri dari 739 item obat dengan nilai
pemakaian 127.808 dengan nilai investasi Rp. 532.895.930, dan kelompok C terdiri dari
68 item obat dengan nilai pemakaian 52.269 dengan nilai investasi Rp. 177.736.246.
Bibliografi.
Amalia, Anis Halimah. (2017). Pengaruh Harga Dan Biaya Promosi Terhadap Volume
Penjualan Emas. Jakarta: Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Andin, D. W. I. Murni. (2018). Analisis Abc Dalam Perencanaan Obat Antibiotik Di Rsi
Sitiaisyah Madiun. Madiun: Stikes Bhakti Husada Mulia.
Andriana, Ika, & Putri, Dentha Lorenza Prastyana. (2020). Edukasi Apoteker Cilik
“Bersama Apoteker Mengenal Obat Sejak Dini” di MI Negeri 3 Jogoroto Jombang.
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Sains, 1(1).
Calundu, Rasidin. (2018). Manajemen Kesehatan (Vol. 1). Yogyakarta: SAH MEDIA.
Humang, Reski Ihsan, & Haerana, Bs Titi. (2018). Analisis Perencanaan Pengadaan Obat
di Rumah Sakit St. Madyang Palopo Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian.
Stikes Mega Buana Palopo. Sulawesi Selatan.
Iswandi, N. I. M. (2013). Analisis Perencanaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan
Di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Aceh Barat Dengan Metode Abc Tahun 2012.
Aceh: Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Kurniawati, Risna Desy. (2018). Tingkat Kepuasan Pasien Bpjs Terhadap Kualitas
Pelayanan Kefarmasian Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Klaten: STIKES Muhammadiyah Klaten.
Magdy, Mahmoud Awny, Hanan, El Abhar, & Nabila, El Maraghy. (2012).
Thymoquinone: Novel gastroprotective mechanisms. European Journal of
Pharmacology, 697(13), 126131.
Prisanti, Widya, Arief Kurniawan, N. P., & SKM, M. (2019). Analisis Perencanaan dan
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1217 http://sosains.greenvest.co.id
Pengadaan Obat dengan Metode Analisis ABC di Instalasi Farmasi RSIA Aisyiyah
Klaten. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Puspitasari, Erna. (2015). Penerapan Analisis Abc Dalam Pengendalian Persediaan
Produk Pertanian Pada Ud Mansur Papar Kediri. Kediri: Skripsi. Kediri: FE, UN
PGRI Kediri.
Rahmawati, Emma. (2015). Sistem Perencanaan Pengadaan Di Apotek Kimia Farma.
Restiasari, Anggi, Bekti, R. Ismadi S., & Gozali, Ahmad. (2018). Kepastian Hukum
Apotek Rakyat Dan Pekerjaan Kefarmasian. SOEPRA, 3(1), 113.
Rosmania, Fenty A. Y. U. (2015). Analisis Pengelolaan Obat Sebagai Dasar
Pengendalian Safety Stock Pada Kelebihan (Stagnant) Dan Kekosongan (Stockout)
Obat: Studi di Satu Puskesmas Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga.
Rosmania, Fenty Ayu, & Supriyanto, Stefanus. (2015). Analisis Pengelolaan Obat
Sebagai Dasar Pengendalian Safety Stock pada Stagnant dan Stockout Obat. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 3(1), 110.
Tandiontong, Mathius, & Lestari, Ardisa. (2012). Peranan Activity-Based Costing
System Dalam Perhitungan Harga Pokok Terhadap Peningkatan Profitabilitas
Perusahaan (Studi Kasus pada PT Retno Muda Pelumas Prima Tegal). Maksi, 5(2),
220294.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.