Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1218 http://sosains.greenvest.co.id
PASIEN SWAMEDIKASI OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS
TERBATAS DI TOKO OBAT PONDOK ASEM 57 INDRAMAYU
Lutfi Yani
Politeknik Piksi Ganesha Bandung, Indonesia
E-mail: lutfiyani150@gmail.com
Diterima:
04 September
2021
Direvisi:
10 Oktober 2021
Disetujui:
15 Oktober 2021
Abstrak
Swamedikasi merupakan usaha seseorang untuk melakukan
pengobatan sendiri yang bertujuan untuk mengobati segala
keluhan yang terjadi pada diri sendiri dengan menggunakan
obat-obat resep dokter yang dapat dibeli bebas di toko obat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana
pengetahuan pasien swamedikasi tentang obat bebas dan obat
bebas terbatas pada pasien di toko obat pondok asem 57
Indramayu, yang meliputi penggolongan obat, tepat indikasi,
tepat cara penggunaan obat, tepat waktu penggunaan obat , tepat
interval penggunaan obat, dan mengetahui efek samping obat.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, populasi dalam penelitian
ini adalah pengunjung berusia 18 tahun ke atas dan tanpa resep
dokter dengan metode pengambilan sampel menggunakan
Accidental dan kuota sampling secara random dengan jumlah
sampel 100 responden. Data di olah menggunakan analisa
univariant dan disajikan dalam bentuk persentase tabel distribusi
frekuensi. Hasil penelitian dari 100 respoden yang melakukan
swamedikasi dengan obat bebas dan obat bebas terbatas
menunjukkan karakteristik persentase terbanyak berdasarkan
gander 54% perempuan, berdasarkan usia 36-66 tahun 59%,
berdasarkan kebutuhan 58% untuk diri sendiri. Berdasarkan
Pendidikan akhir SMA 76%, berdasarkan golongan obat 59%
obat bebas , berdasarkan tingkat ketepatan swamedikasi 98%
tepat indikasi, berdasarkan tepat cara penggunaan obat 100%
tepat, berdasarkan tepat waktu penggunaan obat 96% tepat,
berdasarkan tepat dosis penggunaan obat 65% tepat, dan
berdasarkan tepat interval penggunaan obat 60%. Berdasarkan
perhitungan tingkat ketepatan swamedikasi 52% rasional dan
80% tidak mengetahui efek samping obat.
Kata kunci: Swamedikasi, Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas, Toko Obat
Abstract
Self-medication is a person's effort to carry out self-medication
which aims to treat all complaints that occur to oneself by using
prescription drugs that can be purchased freely at pondok asem
drugstores. The purpose of this study was to find out how the
level of knowledge of self-medication patients about over-the-
counter and limited over-the-counter drugs at Pondok Asem
Drug Store 57 Indramayu, which includes drug classification,
appropriate indications, correct use of drugs, timely use of
drugs, correct intervals of drug use. , and know the side effects of
drugs. This type of research is descriptive, the population in this
Pasien Swamedikasi Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas di Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu
2021
Lutfi Yani 1219
study is visitors aged 18 years and without a doctor's
prescription with the sampling method using accidental and
random sampling quotas with a sample of 100 respondents. The
data is processed using univariant analysis and presented in the
form of a percentage of the frequency distribution table. The
results of the study from 100 respondents who did self-
medication with over-the-counter and over-the-counter drugs
showed the highest percentage characteristics were based on
gender, 54% of women, based on age 36-66 years 59%, based on
58% needs for themselves. Based on final high school education
76%, based on drug class 59% over-the-counter drugs, based on
the accuracy rate of self-medication 98% right on indication,
based on the right way of using the drug 100% right, based on
the right time for using the drug 96% right, based on the right
dose of drug use 65% right , and based on the exact 60% drug
use interval. Based on the calculation of the accuracy rate of
self-medication 52% is rational and 80% does not know the side
effects of the drug.
Keywords: Self-medication, OTC and Limited OTC Drugs,
Drug Stores
Pendahuluan
Salah satu upaya kesehatan yaitu penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
yang optimal bagi masyarakat dengan cara pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan (Agustini, 2018). Berbagai upaya telah ditempuh untuk mencapai
tujuan tersebut agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang diharapkan. Untuk itu
agar upaya kesehatan terwujud perlu sekali diberikan informasi kepada masyarkat dalam
kemampuan menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan, melalui penyediaan obat
untuk pengobatan sendiri terutama untuk penyakit ringan (Muhammad Ikhsan, 2017).
Disadari bahwa pengobatan sendiri dengan Obat bebas dan obat bebas terbatas yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter dapat membantu mengatasi kasus-kasus ringan
terutama untuk masyarakat didaerah yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan
(Hartayu, Wijoyo, & Manik, 2020).
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien
swamedikasi obat bebas dan obat bebas terbatas yang dilakukan masyarakat di toko obat
Pondok Asem 57 Indramayu, diantaranya penggolongan obat, ketepatan swamedikasi,
rasionalitas swamedikasi dan efek samping obat.
Manfaat penelitian ini untuk enambah informasi dan pustaka bagi mahasiswa
Politeknik Piksi Ganesha Bandung jurusan farmasi terutama yang berkaitan dengan
Swamedikasi (golongan obat bebas dan obat bebas terbatas) serta diharapkan dapat
memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang pemilihan obat sebagai salah satu
upaya Swamedikasi. Menurut Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993 secara
sederhana swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah upaya seseorang dalam mengobati
gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu (Sepriani,
2019). Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum dan
tidak akut (Nenusiu, 2020).
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1220 http://sosains.greenvest.co.id
Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi untuk obat-obat modern, yaitu obat
bebas, obat bebas terbatas (Triani Dewi, 2019). Obat bebas dan obat bebas terbatas bukan
berarti bebas dari efek samping. Pada jumlah tertentu yang lebih besar perlu diwaspadai
bahwa pengobatan sendiri dapat mengakibatkan kesalahan penggunaan yang kurang
tepat dan berlebihan, dapat memberikan efek yang tidak diinginkan, sehingga pemakaian
nya harus sesuai dengan aturan pakai, dosis, lama pemakaian yang benar (Fathul, 2020).
Dan disertai dengan pengetahuan mengenai efek samping dan kontra indikasinya.
Banyak sekali beredar obat bebas dan obat bebas terbatas dipasaran dengan
berbagai merk yang dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat (Elsa Fitri, 2020).
Banyak iklan ditemui yang tidak sesuai dengan aturan dalam etika promosi obat bebas
dan obat bebas terbatas sesuai dengan keputusan Menkes. No.386 tahun 1994. Bagi
masyarakat yang relatif awam terhadap obat tentu akan sulit menentukan obat apakah
yang paling sesuai dengan yg dibutuhkan untuk mengobati gejala yang dideritanya
(Subroto & Harmanto, 2013).
Disinilah perlu mencari seseorang tenaga teknis kefarmasian untuk memberikan
informasi yang lengkap dan tidak menyesatkan mengenai penggunaan obat kepada
masyarakat yang melakukan swamedikasi, sehingga obat yang digunakan untuk
swamedikasi tepat indikasi, tepat dosis, tepat cara penggunaan obat, dan tepat waktu
penggunaan obat (Marjan, 2018).
Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa obat untuk swamedikasi
terdiri dari obat bebas dan obat bebas terbatas. Selain itu rasionalitasnya 94% tepat
indikasi , 92% tepat cara penggunaan, 95% tepat waktu penggunaan obat dan 93% tepat
dosis. Sedangkan persentase pengetahuan efek samping obat yang dibeli oleh responden
sebanyak 86% tidak mengetahui efek samping obat yang dibeli dan 14% responden yang
mengetahu efek samping obat (Nurcahaya, 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa pengunjung yang
melakukan swamedikasi menggunakan obat Bebas dan obat bebas terbatas cukup besar
dibandingkan berobat dengan menggunakan resep dokter, membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian swamedikasi yang berjudul "Tingkat Pengetahuan Pasien
Swamedikasi Tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas di Toko Obat Pondok Asem
57 periode April-mei 2021", penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kertasmaya
Kabupaten Indramayu.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu bersifat deskriptif dengan rancangan penelitiannya adalah
Cross Sectional dimana penelitian yang dilakukan pada waktu dan satu kali tidak ada
Follow up untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan
variabel dependen (efek), teknik pengambilan sampel Accidental Kuota Sampling dengan
kriteria inklusi yang telah di tentukan dengan menggunakan skala ukur Ordinal yang
diperoleh dari kuisioner oleh peneliti di Toko obat yang tujuan utamanya adalah
mengetahui “Gambaran Rasionalitas Swamedikasi Pada Pasien di Toko Obat Pondol
Asem 57 Indramayu” yang kemudian sampel akan dikelompokan, dibuat tabel frekuensi
dan kemudian disimpulkan.
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Desiana, Rochdiani, & Pardani, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah pembeli yang
membeli obat-obatan tanpa resep di Toko Obat Pondok Asam 57 Indramayu Pada Bulan
April-Mei Tahun 2021.
Pasien Swamedikasi Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas di Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu
2021
Lutfi Yani 1221
Hasil dan Pembahasan
Penelitian Tingkat Pengetahuan Pasien Swamedikasi tentang obat bebas dan obat
bebas terbatas Pada Pasien di Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu dengan waktu
penelitian pada bulan April-Mei 2021 yaitu dengan menggunakan metode wawancara
berdasarkan kuesioner terhadap 100 responden yang melakukan pembelian obat untuk
swamedikasi. Adapun hasil wawancara terpimpin tentang "Tingkat Pengetahuan Pasien
Swamedikasi Tentang obat bebas dan obat bebas terbatas Pada Pasien di Toko Obat
Pondok Asem 57 Indramayu Tahun 2021 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden
Nomor
Karakteristik Responden
Jumlah Responden
1.
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
54
46
Jumlah
100
2.
Usia responden
18-26
26-35
36-66
67-80
13
26
59
2
Jumlah
100
3.
Untuk siapa membeli obat
Diri sendiri
Suami/istri
Anak
Orang tua
Saudara
58
2
27
6
7
Jumlah
100
4.
Pendidikan akhir
S1
D3
SMA
SMP
SD
10
5
76
4
5
Jumlah
100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa persentase karakteristik respondenyang paling
banyak yaitu berdasarkan jenis kelamin perempuan 54%, berdasarkan usia 36-66 59%,
untuk siapa membeli obat yang paling banyak 58% untuk diri sendiri dan jenjang
pendidikan yang paling banyak SMA 76%.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Golongan Obat Yang Dibeli
No.
Golongan obat
Jumlah
Persentase (%)
1.
Obat bebas
59
59
2.
Obat bebas terbatas
41
41
Jumlah
100
100
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1222 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 1. Diagram Distribusi Frekuensi Golongan Obat Yang Dibeli.
Berdasarkan tabel dan gambar diagram 1 diketahui bahwa persentase golongan
obat yang dibeli oleh responden yang melakukan swamedikasi di Toko Obat Pondok
Asem 57 Periode April - Mei 2021 yang paling banyak adalah obat bebas yaitu ( 59% ).
Tabel 3. Distribusi frekuensi ketepatan swamedikasi berdasarkan indikator Tepat indikasi,
Tepat cara penggunaan, Tepat waktu penggunaan, Tepat dosis, dan Tepat Interval penggunaan
Obat
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 100 responden yang melakukan
swamedikasi di Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu pada bulan April - Mei Tahun
2021 untuk variabel tepat indikasi terdapat 98 responden (98%) tepat indikasi. Untuk
variabel cara penggunaan obat terdapat (100%) yang tepat cara penggunaan. Untuk
variabel waktu penggunaan obat 95 responden (95%) yang tepat waktu penggunaan obat.
Variabel tepat dosis terdapat 65 responden (65%) yang tepat dosis, sedangkan variabel
interval penggunaan obat 60 responden (60%) tepat interval penggunaan obat.
Persentase Rasionalitas Swamedikasi
Berdasarkan perhitungan rasionalitas swamedikasi pada 10 responden yang
melakukan swamedikasi berdasarkan lampiran halaman 57 adalah sebagai berikut :
No.
Penyakit
Variabel
Tepat indikasi
Tepat cara
penggunaan
Tepat waktu
penggunaan
Tepat dosis
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jum
lah
%
1.
Tepat
98
98
100
100
95
95
65
65
60
60
2.
Tidak
tepat
2
2
0
0
5
5
35
35
40
4.
Total
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Pasien Swamedikasi Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas di Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu
2021
Lutfi Yani 1223
Gambar 2. Diagram Distribusi frekuensi Rasionalitas Swamedikasi pada pasien di Toko Obat
Pondok Asem 57 Indramayu 2021.
Penggunaan Efek Samping Obat
Berdasarkan hasil penelitian didapat distribusi frekuensi efek samping obat yang
dirasakan atau diketahui oleh 100 responden sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Efek Samping Obat
No.
Efek samping obat
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
Tahu
20
20
2.
Tidak tahu
80
80
Jumlah
100
100
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa persentase pengetahuan efek samping obat
yang dibeli oleh responden yang melakukan swamedikasidi Toko Obat Pondok Asem 57
Indramayu pada bulan April - mei tahun 2021 sebanyak 20 responden tahu efek samping
dan 80 responden tidak mengetahui efek samping obat.
Karakteristik responden
Tindakan swamedikasi dapat dilakukan pada kondisi dan kasus seperti pada cidera
ringan, penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan bertambahnya daya tahan tubuh,
pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan, penyakit kronis yang sebelumnya sudah
diagnosa dokter atau tenaga medis profesional lainnya, seperti asma, keadaan yang perlu
penanganan segera (Djunarko Dan Hermawati, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden yang paling banyak
membeli obat untuk swamedikasi adalah responden jenis kelamin perempuan dengan
persentase 54%. Hal ini terjadi karena perempuan memiliki peran utama sebagai
pemegang kendali yang ada dirumah dan mencari solusi khususnya dalam masalah
kesehatan, sedangkan untuk frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia 36-66
tahun sebesar 59% .
Hasil frekuensi dalam melakukan swamedikasi obat bebas dan obat bebas terbatas
untuk diri sendiri adalah sebesar 58% . Dari hasil penelitian yang dilakukan persentase
terbesar responden yang melakukan pengobatan sendiri dengan alasan persepsi sakit
ringan dengan persentase 57%. Sebagian besar responden bahwa mereka pergi kedokter
hanya untuk mengobati penyakit yang berat dan penyakit yang tak kunjung sembuh
dalam pengobatan sendiri. Responden juga mengatakan bahwa biaya yang harus dibayar
untuk pergi kedokter cukup mahal, maka dari itu responden lebih memilih untuk membeli
obat ditoko obat, karena di Toko Obat tidak perlu membayar dengan harga yang mahal.
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1224 http://sosains.greenvest.co.id
Selain itu juga di Toko Obat terdapat tenaga kefarmasian yang memberikan
informasi obat dalam penggunaan obat (Supardi, Susyanti, & Herdarwan, 2019).
Golongan Obat Swamedikasi
Berdasarkan penelitian dari 100 responden yang melakukan swamedikasi di Toko
Obat Pondok Asem 57 Indramayu yang paling banyak menggunakan obat bergolongan
obat bebas sebanyak 56 responden. Hal ini disebabkan tingginya promosi mengenai obat
bebas dan obat bebas terbatas baik melalui media cetak ataupun elektronik sehingga
meningkatkan pengenalan dan penggunaan obat kepada masyarakat, terutama obat tanpa
resep dalam swamedikasi. Contoh obat bebas antara lain "Pamol" , Polysilane, Mylanta,
bebas terbatas antara lain obat analgetik , antipiretik seperti obat batuk dan flu seperti
OBH Combi batuk dan flu dan Hufagrip forte. Dalam penelitian ini juga terdapat obat
bebas terbatas yaitu sebanyak 41%.
Banyak nya promosi yang dilakukan melalui iklan televisi, radio , media cetak dan
lainnya maka peran tenaga kefarmasian sangat besar bagi masyarakat untuk membantu
memilih obat yang tepat, tepat indikasi, tepat cara, tepat waktu, tepat dosis, tepat interval
penggunaan obat dan memberi informasi terkait obat apa saja yang diperbolehkan dalam
swamedikasi. Ketepatan swamedikasi dengan indikator tepat indikasi. Tepat cara
penggunaan. Tepat waktu penggunaan obat. Tepat dosis dan tepat interval penggunaan
obat. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat ketepatan rasionalitas swamedikasi
yang dilakukan pengunjung Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu antara lain :
Tepat indikasi
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden yang melakukan swamedikasi
didapat 98 responden tepat melakukan pembelian obat yang sesuai dengan sakit yang
dideritanya, hanya 2 responden yang tidak tepat melakukan swamedikasi salah satunya
dikarenakan obat yang dibeli tidak sesuai dengan keluhan yang dirasakan. Responden
merasakan keluhan pada telinga tetapi obat yang dibeli yaitu paracetamol sedangkan obat
paracetamol diindikasikan sebagai anlalgetuk antipiretik, apabila penggunaan terlalu lama
dapat memperburuk keluhan.
Tepat waktu penggunaan
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden yang melakukan swamedikasi
hanya 4 responden yang tidak tepat waktu penggunaan obat, beberapa responden tidak
tepat waktu penggunaan diantaranya menggunakan obat gangguan pencernaan seperti
obat Antasid yang seharusnya penggunaan obat yang berbentuk tablet harus terlebih
dahulu dikunyah dan diminum sebelum makan, tetapi responden menggunakan obat
sesudah makan tidak dikunyah terlebih dahulu ataupun obat maag yang sedian sirup harus
dikocok terlebih dahulu (MIMS).
Tepat dosis
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh 65 responden yang melakukan swamedikasi
(65%) tepat dosis, sedangkan 35 responden (35%) tidak tepat dosis. Salah satunya
dikarenakan responden tidak membaca dosis, jumlah obat, yang tertera pada brosur obat
yang terdapat pada kemasan obat dan juga responden tidak patuh terhadap pemakaian
obat. Beberapa pasien meminum obat pada waktu sakit saja. Dosis, jumlah dan lama
pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang
berlebih khususnya untuk obat dengan terapi yang sempit akan sangat berisiko timbulnya
efek samping.
Pasien Swamedikasi Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas di Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu
2021
Lutfi Yani 1225
Tepat interval obat
Berdasarkan data ketepatan responden yang tepat interval penggunaan obat
sebanyak 60 responden dan 40 responden tidak tepat interval penggunaan obat
dikarenakan setelah dianalisis berdasarkan aturan pakai dan jumlah obat yang digunakan
tidak sesuai dengan aturan pakai dan lama penggunaan obat dari satu waktu kewaktu
berikutnya. Makin sering frekuensi pemberian obat perhari misalnya 4 x sehari semakin
rendah ketaatan minum obat. Obat yang harus di minum 3 x sehari harus diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval 8 jam (Kemenkes, 2011).
Rasionalitas swedikasi
Berdasarkan hasil penelitian tingkat ketepatan rasionalitas swamedikasi yang
dilakukan pengunjung Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu periode April - Mei tahun
2021 yaitu sebesar 52%. Hal ini dikarenakan pertama, peneliti melihat sebagian
responden memiliki jenjang pendidikan SMA. Semakin tinggi jenjang pendidikan, maka
diharapkan meningkatnya swamedikasi. Kedua, sebagian responden belum memahami
pemakaian dosis terapi obat yang dibeli dikarenakan saat menggunakan obat responden
tidak membaca aturan pakai yang terdapat pada brosur obat. Ketiga, kurangnya kepatuhan
responden dalam menggunakan obat seperti yang didapat dari hasil penelitian ketepatan
interval penggunaan obat yaitu dari 100 responden 40% tidak tepat interval penggunaan
obat. Hal ini dikarenakan pasien tidak mengerti dosis, jumlah dan jarak antara dosis satu
dengan yang lainnya, dari beberapa responden menjawab tidak mengerti dan tidak tahu
interval obat yang dibeli saat peneliti mengajukan pertanyaan.
Pengetahuan Efek samping obat
Hasil penelitian yang dilakukan dijetahui bahwa 80%responden tidak mengetahui
efek samping dari obat yang digunakan, hanya 20% yang mengetahui efek samping.
Salah satu contoh responden yang mengetahui efek samping obat yang dibeli antara lain
obat untuk meredakan batuk pilek seperti OBH COMBI PLUS menyebabkan lemas dan
mengantuk dikarenakan responden merasakan mengantuk dan lemas saat menggunakan
obat tersebut.
Kesimpulan
dari penelitian yang berjudul "Pasien Swamedikasi Tentang Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas di Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu" dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Responden terbanyak yang membeli obat bebas dan bebas terbatas adalah
perempuan (54%).
2. Berdasarkan gander 36-66 tahun (59%).
3. Berdasarkan kebutuhan (57%) untuk diri sendiri.
4. dan berdasarkan jenjang pendidikan SMA (76%).
5. Golongan obat yang paling banyak dibeli adalah obat bebas (59%).
6. Responden yang melakukan swamedikasi menggunakan obat bebas dan bebas
terbatas 98% tepat indikasi.
7. Berdasarkan tepat cara penggunaan 100% tepat.
8. Berdasarkan tepat waktu penggunaan 96% tepat.
9. Berdasarkan tepat dosis 65% dan 60% tepat interval penggunaan obat.
10. Sebayak 52% responden yang menggunakan obat rasional.
11. Sebanyak 80% responden tidak mengetahui efek samping obat yang dibeli.
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1226 http://sosains.greenvest.co.id
Bibliografi.
Agustini, Siti. (2018). Asuhan Kebidanan Continuity of Care Pada Ny. N dengan Edema
Kaki di BPM Sri Wahyuni S. ST Surabaya. Surabaya: Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Desiana, Candra, Rochdiani, Dini, & Pardani, Cecep. (2017). Analisis saluran pemasaran
biji kopi robusta (suatu kasus di Desa Kalijaya Kecamatan Banjarsari Kabupaten
Ciamis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 3(2), 162173.
Djunarko Dan Hermawati, D. (2011). Swamedikasi Yang Baik Dan Benar. Yogyakarta:
Citra Aji Pratama.
Elsa Fitri, Sapta Utami. (2020). Studi Kualitatif Peredaran Obat Bebas Dan Obat Bebas
Terbatas Pada Warung-Warung Di Kota Padang. Padang: Universitas perintis
Indonesia.
Fathul, Azis. (2020). Studi Literatur: Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang
Swamedikasi Demam. Mataram: Universitas_Muhammadiyah_Mataram.
Hartayu, Titien Siwi, Wijoyo, Yosef, & Manik, Djaman Ginting. (2020). Manajemen dan
Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Dengan Metode Problem-based Learning dalam
Kerangka Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Sanata Dharma University
Press.
Kemenkes, R. I. (2011). Kementerian Kesehatan RI. Bul. Jendela, Data Dan Inf. Kesehat.
Epidemiol. Malar. Di Indones. Jakarta Bhakti Husada.
Marjan, Luklu ul. (2018). Hubungan tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan
orangtua dalam swamedikasi demam pada anak menggunakan obat parasetamol:
Studi di Kalangan Masyarakat kecamatan Talango Kabupaten Sumenep jawa
Timur. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Muhammad Ikhsan, Ikhsan. (2017). Implementasi Peraturan Perundang-Undangan
Kefarmasian Tentang Praktik Apoteker Di Apotek Ditinjau Dari Pelayanan
Swamedikasi Di Apotek-Apotek Wilayah Semarang Bagian Timur. Semarang:
Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Nenusiu, Maria Floriana. (2020). Profil Swamedikasi Masyarakat dalam mengatasi
keluhan gastritis di RT 027 RW 009 Kelurahan Liliba Kecamatan Oebobo Kota
Kupang Tahun 2019. Kupang: Poltekkes Kemenkes Kupang.
Nurcahaya, Nurcahaya. (2018). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional di
Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Makassar: Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Sepriani, Rika. (2019). Pelatihan Swamedikasi Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan
Tarantang. J. Berkarya Pengabdi. Masy, 1(1), 4759.
Subroto, A., & Harmanto, N. (2013). Pilih jamu dan herbal tanpa efek samping. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Supardi, Sudibyo, Susyanti, Andy Leny, & Herdarwan, Harimat. (2019). Kajian
Kebijakan tentang Informasi dan Pelayanan Obat yang Mendukung Pengobatan
Sendiri di Masyarakat. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 29(2),
161170.
Triani Dewi, Laras. (2019). Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Terhadap Masyarakat
Yang Melakukan Swamedikasi Di Salah Satu Apotek Di Kota Bandung.
Pasien Swamedikasi Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas di Toko Obat Pondok Asem 57 Indramayu
2021
Lutfi Yani 1227
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.