Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1273 http://sosains.greenvest.co.id
pengorganisasian, penggerakan/tindakan dan pengawasan atas perbaikan jalan, instalasi
listrik, perbaikan sempadan pantai, menyediakan sarana bisnsi, fasilitas keamanan
kawasan, menyediakan tower pengawas di sekitar pantai dan tempat interaksi sosial
pengunjung supaya lebih nyaman dan bertaraf nasional. Untuk mewujudkan hal itu perlu
dianggarkan pembiayaan baik dari APBD maupun retribusi masyarakat yang diperkirakan
menelan biaya Rp. 1 Miliyar.
Akses menuju ke destinasi wisata Ammani, hanya perlu menempuh jalur darat
sekitar 40 menit dan lokasinya tidak terlalu jauh dari Pantai Wakka, dan pastikan datang
di pagi hari sebab suasana sejak pagi sudah ramai dan semakin siang akan semakin ramai.
Sayangnya, karena destinasi wisata Ammani masih tahap pengembangan, karena selama
ini dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat setempat, di mana fasilitas yang ada
masih minim. Kendala operasional yang dihadapi pengunjung yang berwisata yaitu harus
melewati jalan kecil yang masih perlu diperlebar dan diperbaiki.
Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pengembangan destinasi taman wisata
Ammani di era pandemi Covid 19 dan telah memasuki masa new normal. Manajemen
pengembangan yang diterapkan baik oleh pihak pemerintah dan stakeholder dalam hal ini
pengelola destinasi sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensi kunjungan melalui
kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan/ tindakan
(actuating) dan pengawasan (controlling).
Dalam memahami objek wisata, tidak terlepas dari apa itu pariwisata. Pariwisata
adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ke tujuan-
tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan
mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu (Utomo, Yuwono, & Amarrohman,
2017). Dalam pengertian yang luas pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke
tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perseorangan atau kelompok, sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Pengetahuan tentang pariwisata telah berevolusi dan telah menarik perhatian para
peneliti dari berbagai cabang pengetahuan, tetapi berbagai makna dikaitkan dengan
pariwisata belum menemui titik temu. “tourism studies had become stale, tired, repetitive,
and lifeless”. Meskipun begitu, pada kenyataannya, penelitian di bawah payung
pariwisata terus mengalami perbedaan, perdebatan dan perkembangan. Beberapa peneliti
melihat pariwisata sebagai “aktivitas” dan juga sebagai “sistem” peneliti lainnya
menganggapnya sebagai “kumpulan fenomena”. Ada juga yang menyatakannya sebagai”
temporary movement’ dan bahkan sebagai “social act” (Bafadhal, 2018).
Pendapat resmi dan sering dipakai adalah dari United Nations World Tourism
Organisation (UNWTO) bahwa “tourism comprises the activities of persons travelling to
and staying in places their usual environment, for not more than one consecutive year, for
leisure, business and other purposes” ((UNWTO), Blomberg-Nygard, & Anderson,
2016). UNWTO juga menyatakan bahwa pariwisata berbeda dari travel. Agar pariwisata
terjadi, harus ada perpindahan dimana seorang individu perlu untuk melakukan travel
menggunakan jenis alat transportasi tertentu, tetapi perlu dicatat bahwa all tourism should
have some travel, but not all travel is tourism. Lebih lanjut, salah satu pendekatan yang
lebih holistik dikemukakan Gelgel yang mendefinsikan pariwisata sebagai sebuah sistem
dan elemen pembentuknya yaitu “It is the system involving the discretionary travel and
temporary stay of persons away from their usual place of residence for one or more
nights, excepting tours for the primary purpose of earning remuneration from points en
route. The elements of the system are tourists, generating regions, transit routes,
destination regions and a tourist industry (Antara, Gelgel, & Utama, 2019).