Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1292 http://sosains.greenvest.co.id
PENGARUH DOSIS PUPUK KOTORAN AYAM DAN DOLOMIT
TERHADAP SIFAT KIMIA ULTISOL DAN TANAMAN
CAISIM
Sofi Ainun Firdany, Slamet Rohadi Suparto dan Prasmaji Sulistyanto
Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia
E-mail: sofiainun1998@gmailcom, slametbelgam@gmail.com dan
sprasmaji@yahoo.com
Diterima:
19 Agustus 2021
Direvisi:
08 Oktober 2021
Disetujui:
15 Oktober 2021
Abstrak
Ultisol memiliki keasaman, kandungan bahan organik dan unsur
hara yang rendah. Masalah ini dapat diupayakan pemecahannya
dengan pemberian pupuk organik dan kapur Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kotoran ayam dan
dolomit yang mampu memperbaiki sifat kimia ultisol dan
mendukung pertumbuhan tanaman caisim Penelitian dilakukan
dengan percobaan polybag dalam green house di Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Perlakuan terdiri dari
dosis pupuk kotoran ayam 5, 10, 15 ton/ha dan dolomit 2,2, 3,3
dan 4,4 ton/ha. Percobaan menggunakan rancangan acak
kelompok lengkap dengan dua ulangan. Pengamatan dilakukan
terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan caesim. Hasil
Penelitian menunjukan bahwa dosis pupuk kotoran ayam 10
ton/ha yang dikombinasikan dengan dolomit 3,3 ton/ha sudah
mampu memperbaiki sifat kimia tanah ultisol yaitu pH tanah,
daya hantar listrik, C-organik tanah dan P tersedia dan berefek
baik untuk pertumbuhan caisim.
Kata kunci: Ultisol, caisim, pupuk kotoran ayam, kapur
dolomit
Abstract
Ultisols have low acidity, organic matter and nutrient content.
This problem can be solved by giving organic fertilizer and lime.
This study aims to determine the dose of chicken manure and
dolomite that can improve the chemical properties of ultisol and
support the growth of caisim plant. The treatments consisted of
doses of chicken manure 5, 10, 15 tons/ha and dolomite 2.2, 3.3
and 4.4 tons/ha. The experiment used a completely randomized
block design with two replications. Observations were made on
the chemical properties of the soil and the growth of caesim. The
results showed that the dose of chicken manure 10 tons/ha
combined with dolomite 3.3 tons/ha was able to improve the
chemical properties of ultisol soils, namely soil pH, electrical
conductivity, soil C-organic and P available and had a good
effect on caisim growth
.Keywords: Ultisols, caisim, chicken manure, dolomite
Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ayam dan Dolomit
Terhadap Sifat Kimia Ultisol dan Tanaman Caisim
2021
Sofi Ainun Firdany, Slamet Rohadi Suparto dan Prasmaji Sulistyanto 1293
Pendahuluan
Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayuran pada iklim sub-tropis,
namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Caisim pada umumnya banyak
ditanam pada dataran rendah, namun dapat pula didataran tinggi. Caisim tergolong
tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi (panas). Saat ini, kebutuhan akan caisim
semakin lama semakin meningkat seiring dengan peningkatan populasi manusia dan
manfaat mengkonsumsi caisim bagi kesehatan (Irmawati, 2018).
Permintaan masyarakat terhadap caisim semakin meningkat. Hal tersebut ditandai
dengan adanya peningkatan konsumsi per kapita, luasan panen dan produksi. Konsumsi
caisim mengalami kenaikan dari 1.304 kg/kapita/tahun pada 2013 menjadi 1.408
kg/kapita/tahun pada 2014 (Statistik, 2016). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2010), produksi caisim nasional tahun 2009 sebanyak 99,80 Ku/Ha dari luas panen
56,414 Ha. Produksi sawi di Riau, pada tahun 2009 sebanyak 99.84 Ku/Ha dengan luas
panen 59,266 Ha dan pada tahun 2010 sebanyak 2,922 dengan luas panen 405 Ha.
Caisim mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis crop, kubis bunga dan
brokoli. Sebagai sayuran, caisim mengandung berbagai khasiat bagi kesehatan.
Kandungan yang terdapat pada caisim adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe,
Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. (Marginingsih, Nugroho, & Dzakiy, 2018).
Caisim banyak ditanam di berbagai lahan, salah satunya adalah lahan- lahan
dengan faktor pembatas yaitu ultisol. Tanah ordo Ultisol merupakan salah satu jenis tanah
di Indonesia yang penyebarannya mencapai luas sekitar 45.794 juta hektar atau mencapai
25% dari luas wilayah daratan Indonesia
(Syaputra, Alibasyah, & Arabia, 2015)
. Tanah
ini dapat dijumpai pada berbagai relief/topografi, mulai dari bergelombang hingga
bergunung. Ultisol merupakan tanah yang memiliki masalah keasaman tanah, bahan
organik rendah dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat rendah
(Fitriatin, Yuniarti, Turmuktini, & Ruswandi, 2014). Sifat kimia ultisol yang
mengganggu pertumbuhan tanaman adalah pH yang rendah (masam) yaitu < 5,0 dengan
kejenuhan Al tinggi yaitu >42%, kandungan bahan organik rendah yaitu<1,15%,
kandungan hara rendah yaitu N berkisar 0,14%, P sebesar 5,80 ppm, kejenuhan basa
rendah yaitu 29% dan KPK juga rendah yaitu sebesar 12,6 me/100g.
Salah satu cara menurunkan kemasaman pada ultisol adalah dengan pemberian
kapur dan bahan organik berupa pupuk kotoran ayam. Pemberian kapur selama ini
diketahui dapat meningkatkan pH tanah, meningkatkan ketersedian Ca, Mg, kejenuhan
basa, dan menurunkan Al-dd (Bachtiar, Hanani, Robifahmi, Flatian, & Citraresmini,
2021). Kapur pertanian yang digunakan yaitu mengguanakan kapur dolomit. Dolomit
merupakan salah satu amelioran yang memiliki rumus kimia (CaMg(CO_3 )^2. yang
berasal dari alam yang mengandung unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk
tepung (Rahmansyah, 2013).
Bahan organik yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia ultisol
adalah dengan pemberian pupuk kotoran ayam. Salah satu amelioran yang digunakan
untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah adalah kapur dolomit (Sulardi & Sany,
2018). pupuk kotoran ayam mempunyai potensi yang baik, karena selain berperan dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pupuk kotoran ayam juga mempunyai
kandungan N, P, dan K yang lebih tinggi bila dibandingkan pupuk hewan yang lain.
Pemberian bahan organik berupa pupuk kotoran diketahui dapat meningkatkan pH tanah,
meningkatkan aktivitas jasad renik, serta dapat melepaskan berbagai senyawa organik
seperti asam malat, sitrat, dan tartat yang dapat mengikat Al menjadi bentuk yang tidak
aktif (Atmaja & Damanik, 2017).
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1294 http://sosains.greenvest.co.id
Bahan organik merupakan sumber utama nitrogen dan phospor. Humus dapat
meningkatkan KPK pada sebagian besar tanah tropis. Humus merupakan hasil
dekomposisi bahan aorganik yang juga berperan dalam menjaga struktur tanah dan
kapasitas menyimpan air dimana keduanya sangat penting untuk perkembangan sistem
perakaran dan pertumbuhan tanaman (Advinda, 2018). Walaupun sebagian besar
perakaran berada pada lapisan kedalaman 10-30 cm, namun perannya penting untuk
meningkatkan ketersediaan hara pada tanah bagian dalam.
Mengingat ultisol merupakan tanah masam yang miskin akan unsur hara, maka
untuk pemanfaatannya perlu diberi kapur dolomit dan pupuk kotoran ayam untuk
memperbaiki pH dan kesuburan tanah. Penggunaan dosis pupuk kotoran ayam dan kapur
sudah pernah diteliti (Marlina, Aminah, & Setel, 2015). Mendapatkan dosis pupuk
kotoran ayam 10 ton ha terbaik untuk tanaman kacang tanah dan Silalahi, et al. (2018),
mendapatkan dosis 6,5 ton/ha pada tanaman sorgum. Menurut Rusli (2016) pemberian
kapur dolomit dengan pemberian 1,4 ton/ha dapat meningkatkan ketersediaan P dan
menaikkan pH menjadi netral, C-organik, N-total, kapasitas tukar kation dan kejenuhan
basa pada ultisol. Penelitian ini menggunakan kotoran ayam dan kapur dolomit dengan
beberapa dosis pada tanah ultisol untuk mendukung pertumbuhan tanaman caesim…..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kotoran ayam dan kapur
dolomit yang mampu memperbaiki sifat kimia tertentu ultisol dan mendukung
pertumbuhan tanaman caisim
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang dosis pupuk kotoran
ayam dan kapur dolomit yang mampu memperbaiki sifat kimia tertentu ultisol dan
mendukung pertumbuhan tanaman caisim.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di green house Fakultas Pertanian Universtas Jenderal
Soedirman dengan ketinggian tenpat 110 mdpl dan analisis tanah dilakukan di Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai
Mei 2020. Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah ultisol, benih caisim, kapur
dolomit, pupuk kotoran ayam, EM4, molase, dedek, dan sekam padi, polybag, karung
goni, amplop, sarung tangan plastik. Alat yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu,
cangkul, sekop, ember, timbangan analitik, oven, penggaris, kamera, alat tulis peralatan
laboratorium seperti spektrofotometer, pH meter, neraca analitik, labu ukur 100ml, 25ml,
dan 50ml, pipet volume 2ml, dan 5ml, botol kocok 100ml, gelas ukur, tabung reaksi, labu
semprot 500ml, konduktometer dengn sel platins, botol kocok 50ml, mesin pengocok,
kertas saring. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) pola faktorial 2 faktor. Faktor pertama dosis pupuk kotoran ayam 5
ton/ha, 10 ton/ha dan 15 ton/ha. Faktor kedua kapur dolomit 2,2 ton/ha, 3,3 ton/ha dan 4,4
ton/ha. Berdasarkan perlakuan yang dilakuakan diperoleh 9 kombinasi dengan ulangan 3
kali, sehingga secara total terdapat 27 unit percobaan. Setiap unit terdiri dari 2 polybag
sehingga jumlah seluruh percobaan sebanyak 54 polybag. Variabel yang diamati meliputi
sifat kimia terpilih ultisol seperti pH tanah (H_2 O), daya hantar listrik, C-rganik tanah, P
tersedia. Pertumbuhan dan hasil tanaman yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm),
jumlah daun (helai), dan panjang akar (cm). Data yang diperoleh dari pengamatan dan
pengukuran dianalisis dengan menggunakan uji F, apabila hasil analisis menunjukan
adanya keragaman nyata (F hitung > F tabel) maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT
pada taraf kesalahan 5%.
Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ayam dan Dolomit
Terhadap Sifat Kimia Ultisol dan Tanaman Caisim
2021
Sofi Ainun Firdany, Slamet Rohadi Suparto dan Prasmaji Sulistyanto 1295
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Pengamatan dan sidik ragam mengenai pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan
kapur dolomit terhadap pH (H
2
O) tanah ultisol sebelum dan setelah perlakuan.
Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
pH (H
2
O)
Perlakuan
pH (H
2
O)
4,76
K1D1
7,52
K1D2
7,88
K1D3
7,96
K2D1
7,95
K2D2
7,94
K2D3
8,00
K3D1
7,60
K3D2
7,96
K3D3
8,12
Keterangan : K1 = pupuk kotoran ayam 5 ton/ha, K2 = pupuk kotoran ayam 10 ton/ha,
K3 = pupuk kotoran ayam 15 ton/ha. D1 = kapur dolomit 2,2 ton/ha, D2 =
kapur dolomit 3,3 ton/ha, D3 = Kapur dolomit 4,4 ton/ha.
Tabel 2. Hasil Pengamatan dan sidik ragam mengenai pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan
kapur dolomit terhadap daya hantar listrik sebelum dan setelah perlakuan.
Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
DHL
(Β΅S/cm)
Perlakuan
DHL
(Β΅S/cm)
127,10
K1D1
174,90
K1D2
157,00
K1D3
183,80
K2D1
185,70
K2D2
236,00
K2D3
241,00
K3D1
241,00
K3D2
239,00
K3D3
263,00
Keterangan : DHL = daya hantar listrik, K1 = pupuk kotoran ayam 5 ton/ha, K2 = pupuk
kotoran ayam 10 ton/ha, K3 = pupuk kotoran ayam 15 ton/ha. D1 = kapur
dolomit 2,2 ton/ha, D2 = kapur dolomit 3,3 ton/ha, D3 = Kapur dolomit 4,4
ton/ha.
Tabel 3. Hasil Pengamatan dan sidik ragam mengenai pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan
kapur dolomit terhadap kandungan c- organik tanah ultisol sebelum dan setelah
perlakuan.
Setelah Perlakuan
Perlakuan
C- Organik
(%)
K1D1
0,57
K1D2
0,47
K1D3
0,60
K2D1
0,91
K2D2
0,74
K2D3
0,89
K3D1
1,14
K3D2
1,05
K3D3
1,53
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1296 http://sosains.greenvest.co.id
Keterangan : K1 = pupuk kotoran ayam 5 ton/ha, K2 = pupuk kotoran ayam 10 ton/ha,
K3 = pupuk kotoran ayam 15 ton/ha. D1 = kapur dolomit 2,2 ton/ha, D2 =
kapur dolomit 3,3 ton/ha, D3 = Kapur dolomit 4,4 ton/ha.
Tabel 4. Hasil Pengamatan dan sidik ragam mengenai pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan
kapur dolomit terhadap kandungan P tersedia tanah ultisol sebelum dan setelah
perlakuan.
Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
P
2
O
6
Tersedia
(mg/Kg)
Perlakuan
P
2
O
6
Tersedia
(mg/Kg)
1,42
K1D1
57,68
K1D2
76,72
K1D3
110,66
K2D1
238,94
K2D2
134,96
K2D3
435,13
K3D1
282,99
K3D2
387,00
K3D3
221,09
Keterangan : K1 = pupuk kotoran ayam 5 ton/ha, K2 = pupuk kotoran ayam 10 ton/ha,
K3 = pupuk kotoran ayam 15 ton/ha. D1 = kapur dolomit 2,2 ton/ha, D2 =
kapur dolomit 3,3 ton/ha, D3 = Kapur dolomit 4,4 ton/ha.
Tabel 5. Hasil sidik ragam pengaruh pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit terhadap variabel
pertumbuhan caisim.
Perlakuan
No
Variabel Pengamatan
K
Dolomit
K x D
1.
Tinggi Tanaman
tn
tn
tn
2.
Jumlah Daun
sn
n
tn
3.
Panjang Akar
tn
sn
n
Keterangan : K = pupuk kotoran ayam, D = kapur dolomit, K x D = interaksi antara dosis
pupuk kotoran ayam dengan dosis kapur dolomit, n = nyata, tn = tidak nyata,
sn = sangat nyata.
Tabel 6. Rata-rata variabel pertumbuhan caisim pada perlakuan dosis pupuk kotoran ayam
dan kapur dolomit.
Perlakuan
TT
(cm)
JD
(helai)
PA
(cm)
K1
34,75a
9,33a
21,30a
K2
37,38a
12b
22,55a
K3
37,25a
13,44b
24,31a
F hitung
0,66
19,08
2,09
CV%
15,02
12,35
13,79
D1
34,36a
10,33a
19,60a
D2
35,77a
11,77b
23,25b
D3
39,25a
12,66b
25,31b
F hitung
1,89
6,08
7,56
CV %
15,02
12,35
13,79
K1D1
33,91a
9a
16,93a
K1D2
30,41a
9,3a
20,88b
Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ayam dan Dolomit
Terhadap Sifat Kimia Ultisol dan Tanaman Caisim
2021
Sofi Ainun Firdany, Slamet Rohadi Suparto dan Prasmaji Sulistyanto 1297
K1D3
39,91a
9,66a
21bc
K2D1
37,66a
10,66a
21,18bc
K2D2
37a
11a
21,73bc
K2D3
37,5a
12,33a
22,35bc
K3D1
31,5a
13a
24,41cd
K3D2
39,91a
14a
25,66d
K3D3
40,33a
15,33a
30,35e
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada variabel dan perlakuan
yang sama menunjukan berbeda nyata pada Uji Rentang Ganda Duncan
(DMRT 5%) TT: tinggi tanaman (cm), JD: jumlah daun (helai), PA: panjang
akar (cm),. K1: pupuk kotoran ayam 5 ton/ha, K2: pupuk kotoran ayam 10
ton/ha, K3 : pupuk kotoran ayam 15 ton/ha. D1: kapur dolomit 2,2 ton/ha, D2 :
kapur dolomit 3,3 ton/ha, D3 = Kapur dolomit 4,4 ton/ha.
1. Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ayam dan Kapur Dolomit Terhadap Sifat Kimia
Terpilih Ultisol
a. pH (𝐇
𝟐
𝐎)
Perubahan pH tanah yang terjadi akibat pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan
kapur dolomit dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa
pemberian bahan organik berupa pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit mempunyai
pengaruh yang nyata yaitu mampu meningkatkan pH tanah dari nilai awal sebelum
perlakuan sebesar 4,76. Nilai rerata pH tanah setelah perlakuan pupuk kotoran ayam
dengan dosis 5ton/ha (K1) yaitu 7,78. Pada dosis 10 ton/ha (K2) yaitu 7,96, dan pada
dosis 15ton/ha (K3) yaitu 7,89. Nilai rerata pH tanah setelah perlakuan kapur dolomit
dengan dosis 2,2 ton/ha (D1) yaitu 7,69. Pada dosis 3,3ton/ha (D2) yaitu 7,83. dan pada
dosis 4,4 ton/ha (D3) yaitun 8,02. Nilai pH tanah tertinggi adalah 8,12 setelah diberikan
perlakuan K3D3 yaitu dosis pupuk kotoran ayam 15 ton/ha, setara dengan 75
gram/polybag dan dosis kapur dolomit 4,4 ton/ha setara dengan 22,4 gram/polybag.
Tanah yang diberi perlakuan pupuk kompos kotoran ayam mampu meningkatkan
pH tanah yaitu dari pH 5,0 pada perlakuan D
0
(tanpa perlakuan kompos kotoran ayam)
menjadi 5,8-6,4. Peningkatan pH tanah disebabkan oleh bahan organik yang terkandung
dalam kompos kotoran ayam yang memiliki gugus fungsional yang dapat mengadsorpsi
kation lebih besar daripada mineral silikat. Amandemen berupa bahan organik pupuk
kandang ayam menghasilkan asam-asam organik berupa asam humas dan asam sulfat
yang berfungsi dalam mengkhelat al sehinngga pH tanah meningkat.
Bahan organik yang terdokomposisi melepaskan unsur hara termasuk basa-basa.
Aktifitas basa-basa tersebut mampu meningkatkan pH tanah akibat berkurangnya
pengaruh asam-asam organik. Reaksi tanah yang bersifat asam yang disebabkan oleh ion
H
+
pada larutan tanah dapat dikurangi dengan penggunaan senyawa yang bersifat basa.
Pemberian kapur dolomit kedalam tanah terbukti meningkatkan pH tanah.
Pengapuran secara nyata meningkatkan pH tanah dan menurunkan kejenuhan Al.
Peningkatan pH tanah disebabkan oleh adanya gugus ionion hidroksil yang mengikat
kation-kation asam (H dan Al) pada koloid tanah menjadi inaktif, sehingga pH
meningkat. Lingga dan Marsono (1986) melaporkan bahwa pemberian kapur pada tanah-
tanah masam sebanyak 4 ton ha-1 dapat menaikkan pH tanah hingga pH 6.
b. Daya Hantar Listrik (DHL)
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1298 http://sosains.greenvest.co.id
Pemberian pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit mampu meningkatkan daya
hantar listrik (DHL). Pada Tabel 5 terlihat bahwa pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit
meningkatkan daya hantar listrik (DHL), dengan nilai sebelum perlakuan yaitu 159,10
(Β΅S/cm). Nilai rerata daya hantar listrik setelah perlakuan penggunaan pupuk kotoran
ayam dengan dosis 5ton/ha (K1) yaitu 171,9 Β΅S/cm, diikuti dengan dosis 10ton/ha (K2)
yaitu 220,9 Β΅S/cm, dan pada dosis 15 ton/ha (K3) yaitu 247,66 (Β΅S/cm). Nilai rerata daya
hantar listrik setelah perlakuan penggunaan kapur dolomit dengan dosis 2,2 ton/ha (D1)
yaitu 200,53 (Β΅S/cm), diikuti dengan dosis 3,3 ton/ha (D2) yaitu 210,66 (Β΅S/cm), dan
pada dosis 4,4 ton/ha (D3) yaitu 229,26 (Β΅S/cm). Nilai DHL tertinggi adalah pada
perlakuan K3D3 yaitu dosis pupuk kotoran ayam 15 ton/ha setara dengan
75gram/polybag dan dosis kapur dolomit 4,4 ton/ha setara dengan 22,4 gram/polybag.
Daya hantar listrik yang mencerminkan keberadaan ion terlarutkan dalam air tanah
cukup banyak mengandung asam atau garam yang berasal dari bahan organik. Semakin
banyak pemberian bahan organik akan meningkatkan asam atau garam yang terlarut di
dalam air tanah besar. Keadaan ini mencerminkan semakin tinggi pupuk kotoran ayam
yang dicobakan, daya hantar listrik semakin tinggi.
Daya hantar listrik memberikan indikasi tentang jumlah elektrolit dalam larutan
tanah, artinya semakin tinggi nilainya semakin banyak pula garam yang terkandung
dalam larutan. Garam garam (NaCl) merupakan garam dominan, namun garam-garam
Na
2
SO
2
, MgSO
4
NaHCO
4
, CaSO
4
dan CaCO
3
juga menentukan salinitas tanah. Semakin
tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin tinggi pula daya hantar
listrik (DHL) larutan tanah. Garam NaCl terjerap oleh tanah, namun jerapan tersebut
sangat lemah dibandingkan jerapan tanah terhadap Ca, Mg, dan K.
(Amdamsari, 2015) menyatakan, garam yang terlarut dalam air tanah berupa kation
basa yang terikat oleh anion organik. Mengingat kation basa yang terikat oleh anion
organik tidak dapat menukar Al
3+
, sehingga kation basa ini cenderung berada dalam ion
bervalensi rendah (K
+
, Ca
2+
, Mg
2+
, Na
+
, dan lain lain). Kation dalam kondisi ini akan
menguntungkan bagi tanaman, karena ion ini dapat diserap oleh akar tanaman. Proses
nitrifikasi dari nitrogen menjadi amonium dan nitrat mempengaruhi Perubahan DHL.
Nitrat yang merupakan anion dari asam kuat bila berada dalam jumlah yang tinggi di
dalam larutan tanah dapat menghantarkan listrik yang ditunjukan dengan nilai DHL yang
tinggi (Widyasunu et al., 2020).
c. C-Organik tanah
Pemberian pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit mampu meningkatkan kadar C-
Organik tanah. Pada Tabel 6 terlihat bahwa pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit
meningkatkan kadar C-Organik tanah dengan nilai sebelum perlakuan yaitu 0,56 %. Nilai
rerata kadar C-Organik tanah setelah perlakuan penggunaan pupuk kotoran ayam dengan
dosis 5ton/ha (K1) yaitu 0,54 % diikuti dengan dosis 10ton/ha (K2) yaitu 0,84%, dan
pada dosis 15 ton/ha (K3) yaitu 1,24%. Nilai rerata daya hantar listrik setelah perlakuan
penggunaan kapur dolomit dengan dosis 2,2 ton/ha (D1) yaitu 0,87 %, diikuti dengan
dosis 3,3 ton/ha (D2) yaitu 0,75% dan pada dosis 4,4 ton/ha (D3) yaitu 1,00 %. Nilai
kadar C- Organik tertinggi adalah pada perlakuan K3D3 dengan nilai 1,53 %, yaitu dosis
pupuk kotoran ayam 15 ton/ha setara dengan 50gram/polybag dan dosis kapur dolomit
4,4 ton/ha setara dengan 22,4 gram/polybag. Hal ini sesuai dengan penelitian Syahputra
et al. (2014), rata-rata pengamatan C-Organik tertinggi dijumpai pada perlakuan
pemberian kompos 15 ton/ha yang berbeda nyata dengan pemberian kompos 0 ton/ha,
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kompos 5, 10 ton/ha.
Hasil penelitian menunjukan, pada perlakuan K1 yaitu pupuk kotoran ayam dengan
dosis 5 ton/ha mengalami penurunan yaitu dari 0,64% menjadi 0,47%. Penurunan terjadi
Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ayam dan Dolomit
Terhadap Sifat Kimia Ultisol dan Tanaman Caisim
2021
Sofi Ainun Firdany, Slamet Rohadi Suparto dan Prasmaji Sulistyanto 1299
karena jenis tanah ultisol adalah tanah liat dan subsoil yang dapat mengurangi infiltrasi
air akibatnya aliran permukaan air meningkat dan membawa partikel tanah, serta unsur
hara (erosi). Erosi dapat mengakibatkan lapisan tanah atas terkikis sehingga kesuburan
tanah berkurang dan miskin bahan organik.
Faktor lain yang mempengaruhi penurunan kandungan C- Organik tanah Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa dosis kompos tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap C-organik. Hal ini diduga karena rendahnya kandungan C-
organik tanah, sehingga C-organik dari kompos dimanfaatkan oleh mikrobia tanah untuk
perkembangannya.
Perlakuan pupuk kotoraan ayam dengan dosis K2 dan K3 mengalami peningkatan
nilai kandungan C-Organik, hal ini disebabkan karena dosis yang diberikan lebih banyak
sehingga bahan organik serta unsur hara yang terdapat pada tanah mampu meningkatkan
kesuburan tanah, penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kandungan C-organik
tanah.
Peningkatan C-organik disebabkan adanya ketersediaan bahan organik dalam tanah
yang cukup bagi tanaman. Jenis bahan organik mampu memberikan sumbangan terhadap
peningkatan C-organik dan N-total tanah. Peningkatan ini diduga merupakan hasil
dekomposisi lebih lanjut dari bahan organik yang diberikan dalam menghasilkan bahan
organik tanah dalam bentuk humus. Penambahan bahan organik (bokashi) ke dalam tanah
dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah. Kadar C-
organik pada perlakuan D
0
relatif rendah yaitusebesar 0,83% hal ini disebabkan karena
pada perlakuan D
0
tidak dilakukan pemberian kompos sehingga kandungan bahan
organik pada tanah rendah.
Pemberian kapur dolomit juga dapat meningkatkan ketersediaan C-Organik tanah.
Peningkatan C-organik dan N-total akibat takaran pemberian pupuk kompos dan kapur
dolomit pada tanah diduga hasil dekomposisi lebih lanjut dari kompos dan kapur
dolomit. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Heryanita, 2017), bahwa nitrogen anorganik
berupa nitrat dan amonium diantaranya berasal dari aktivitas proses mineralisasi oleh
mikroba.
d. P Tersedia
Pemberian pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit mampu meningkatkan kadar P
tersedia pada tanah. Pada Tabel 7 terlihat bahwa pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit
meningkatkan kadar P tersedia, dengan nilai sebelum perlakuan yaitu 1,42 mg/kg. Nilai
rerata daya hantar listrik setelah perlakuan penggunaan pupuk kotoran ayam dengan dosis
5ton/ha (K1) yaitu 81,68 mg/kg diikuti dengan dosis 10ton/ha (K2) yaitu 269,67 mg/kg,
dan pada dosis 15 ton/ha (K3) yaitu 297,02 mg/kg. Nilai rerata kadar P tersedia setelah
perlakuan penggunaan kapur dolomit dengan dosis 2,2 ton/ha (D1) yaitu 93,20 mg/kg,
diikuti dengan dosis 3,3 ton/ha (D2) yaitu199,56, mg/kg dan pada dosis 4,4 ton/ha (D3)
yaitu 255,62 mg/kg. Nilai kadar P tersedia tertinggi adalah pada perlakuan K2D3 dengan
nilai 435,13 mg/kg, yaitu dosis pupuk kotoran ayam 10 ton/ha setara dengan
50gram/polybag dan dosis kapur dolomit 4,4 ton/ha setara dengan 22,4 gram/polybag.
Kadar P di dalam tanah kebanyakan terdapat dalam bentuk yang tidak
tersedia bagi tanaman sehingga tersedianya bahan organik pada tanah dapat mengubah
unsur hara fosfor organik menjadi fosfor anorganik sehingga meningkatkan kadar P
tersedia dalam tanah. Fosfat organik terlebih dahulu mengalami mineralisasi agar
bisa dimanfaatkan tanaman. Bahan organik meningkatkan ketersediaan fosfor dalam
tanah sehingga menyebabkan P-tersedia meningkat akibat perlakuan pupuk kompos dan
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1300 http://sosains.greenvest.co.id
kapur dolomit (Alibasyah, 2016). Tanaman menyerap P dalam bentuk ion orthofosfat
yakni H
2
PO
4βˆ’
, H
2
PO
4
2βˆ’
, dan PO
4
3βˆ’
dimana jumlah dari masing-masing bentuk sangat
tergantung terhadap pH tanah. Pada tanah yang bereaksi masam lebih banyak
dijumpai bentuk H
2
PO
4βˆ’
dan pada tanah alkalis adalah bentuk PO
4
3βˆ’
.
Pemberian kapur dolomit mampu meningkatkan pH tanah sehingga ketersediaan P
menjadi meningkat. Semakin tinggi dosis kapur yang diberkan maka p H tanah semakin
meningkat. Pemberian kapur dolomit pada dosis tertentu berdampak pada peningkatan
Ptersedia. Peningkatan P-tersedia pada perlakuan kapur dolomit 4,4 ton/ha diduga akibat
dari reaksi tanah (pH) yang meningkat sehingga P yang diikat oleh Al dan Fe menjadi
lepas dan tersedia bagi tanaman.
2. Pengaruh dosis pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit terhadap variabel
pertumubuhan dan hasil caisim.
a. Tinggi tanaman
Hasil analisis tinggi tanaman ditampilkan pada Tabel 5. Dosis pupuk kotoran ayam
dan kapur dolomit tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Hal ini terjadi dikarenakan
pengaruh terhadap tinggi tanaman bukan hanya karna faktor pemberian pupuk tetapi juga
faktor internal seperti varietas yang memiliki adaptasi terbaik terhadap lingkungan. Selain
itu faktor eksternal seperti cahaya matahari, kelembaban dan air juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Pemberian air yang dilakukan selama pemeliharaan sudah maksimal tetapi kondisi
lahan yang panas dari sinar matahari mengakibatkan air mudah menguap sehingga lahan
cepat mengering dan tanah ultisol merupakan tanah yang rentan terhadap erosi sehingga
pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit yang telah diaplikasikan tidak dapat diserap oleh
tanaman secara maksimal karena sebagian besar terbawa oleh aliran air saat penyiraman.
pemberian pupuk dapat diatur sesuai kondisi cuaca untuk menghindarkan hilangnya unsur
hara akibat pencucian dan volatilisasi sebelum dapat diserap oleh akar dan mengalami
fiksasi dalam tanah yang berakibat tidak dapat lagi diserap oleh tanaman. Sumarni (2017)
menyatakan bahwa, pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur-unsur
hara yang diberikan pada tanaman dalam keadaan yang seimbang.
b. Jumlah daun
Hasil sidik ragam pada Tabel 5. menunjukan bahwa faktor dosis pupuk kotoran
ayam berpengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah daun tanaman caisim
Gambar 1. Hubungan antara dosis pupuk kotoran ayam dengan
jumlah daun.
Nilai rerata jumlah daun pada perlakuan penggunaan pupuk kotoran ayam dengan
dosis 5 ton/ha (K1) yaitu 9,3, diikuti perlakuan dengan pupuk kotoran ayam 10 ton/ha
(K2) yaitu sebesar 12, dan pada perlakuan dengan pupuk kotoran ayam 15 ton/ha (K3)
y = 0,4111x + 7,4815
RΒ² = 0,6108
0
5
10
15
20
0 10 20
Jumlah Daun (helai)
Dosis Pupuk Kotoran Ayam t(on/ha)
Series1
Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ayam dan Dolomit
Terhadap Sifat Kimia Ultisol dan Tanaman Caisim
2021
1301 http://sosains.greenvest.co.id
yaitu sebesar 13,4. Nilai rerata tertinggi didapatkan pada perlakuan K3 yaitu 13,4.
Gambar 1. menunjukkan bahwa hubungan antara pupuk kotoran ayam terhadap
jumlahdaun bersifat linier positif dengan persamaan y = 0,4111x + 7,4815 dengan RΒ² =
0,6108. Persamaan tersebut menunjukan bahwa dosis pupuk kotoran ayam berpengaruh
sebesar 61% terhadap jumlah daun.
Jumlah daun merupakan organ tanaman yang penting karena akan berpengaruh
terhadap perkembangan, pertumbuhan dan produksi. Dengan adanya jumlah daun yang
memadai maka proses fotosintesis yang terjadi akan semakin banyak dan menyebabkan
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan ketersediaan unsur hara
yang cukup maka pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik. Bila unsur hara yang
tersedia cukup, dapat dihasilkan molekul-molekul organik lebih banyak, akibatnya
fotosintesis berlangsung lebih baik. Meningkatnya proses fotosintesis berarti makin
banyak bahan dasar yang dihasilkan untuk pertumbuhan, sehingga mempengaruhi
pertumbuhan daun.
Pemberian pupuk kandang kotoran ayam memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pertambahan jumlah daun anakan Rukam. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan pupuk kandang kotoran ayam dapat memacu pertumbuhan anakan
Rukam secara keseluruhan yang disebabkan karena adanya unsur Nitrogen, Phospor,
Kalium pada pupuk kandang kotoran ayam. Unsur-unsur ini terserap oleh tanaman
melalui air yang disiramkan pada tanaman. Dengan diserapnya unsur hara tersebut maka
pembentukan, perkembangan, pembelahan dan pemanjangan sel tanaman menjadi lebih
cepat. Akibatnya pembentukan protein dan karbohidrat menjadi lancar.
Hasil sidik ragam pada Tabel 5. menunjukan bahwa faktor dosis dosis kapur
dolomit berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah daun tanaman caisim.
Gambar 2. Hubungan antara dosis kapur dolomit
dengan jumlah daun.
Nilai rerata jumlah daun pada perlakuan kapur dolomit dengan dosis 2,2 ton/ha
(D1) yaitu 10,3, diikuti perlakuan dengan kapur dolomit 3,3 ton/ha (D2) yaitu sebesar
11,7, dan pada perlakuan dengan kapur dolomit 4,4 ton/ha (D3) yaitu sebesar 12,6. Nilai
rerata tertinggi didapatkan pada perlakuan D3 yaitu 12,6. Gambar 2. menunjukkan bahwa
hubungan antara kapur dolomit terhadap jumlah daun bersifat linier positif dengan
persamaan y = 1,0606x + 8,0926 dengan RΒ² = = 0,3018. Persamaan tersebut menunjukan
bahwa dosis kapur dolomit berpengaruh sebesar 31% terhadap jumlah daun.
Kapur dolomit dapat menyediakan unsur hara p pada tanah, dimana faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah daun adalah fosfor, nitrogen, dan kalium. Salah satu fungsi
fosfor adalah untuk perkembangan jaringan meristem. Kebutuhan akan unsur hara
makro dan mikro dalam jumlah optimal yang akan mendorong hasil tanaman yang lebih
y = 1,0606x +
8,0926
RΒ² = 0,3018
0
5
10
15
0 5
Jumlah Daun
(helai)
Dosis Kapur Dolomit (ton/ha)
Series1
Linear
(Series1)
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1302 http://sosains.greenvest.co.id
baik. Pemberian dolomit dan dosis pupuk kandang sapi memberikan peningkatan pH
tanah sehingga unsur hara lainnya seperti P, K, dan Ca menjadi tersedia untuk tanaman.
Dosis kapur dolomit 9 ton/ha (D3) dapat meningkatkan pH tanah, sehingga dapat
memacu aktivitas mikroorganisme tanah yang berperan dalam dekomposisi bahan
organik tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan pertumbuhan vegetatif
tanaman salah satunya adalah jumlah daun. Dolomit merupakan sumber kalsium dan
magnesium bagi tanaman. Kalsium diserap tanaman dalam bentuk Ca, walaupun semua
bentuk pupuk Ca mampu meningkatkan kandungan nitrogen tanaman dan meningkatkan
hasil tanaman kedelai. Kecukupan kalsium menjadikan sel-sel tanaman lebih selektif
dalam menyerap hara tanaman.
c. Panjang Akar
Hasil sidik ragam pada Tabel 5. menunjukan bahwa faktor dosis pupuk kotoran
ayam tidak berpengaruh terhadap variabel panjang akar tanaman caisim. Hal ini terjadi
dikarenakan pemberian dosis pupuk kotoran ayam belum mampu merangsang
pertumbuhan panjang akar tanaman secara maksimal. Kekurangan unsur hara fosfor (P)
meryupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sistem perakaran caisim. Kekurangan
P dapat mempengaruhi pertumbuhan akar. Pada tingkat konsentrasi hara yang rendah,
perakaran mengalami defisiensi unsur hara dan menghambat distribusi hara.
Hasil sidik ragam pada Tabel 8. menunjukan bahwa faktor dosis kapur dolomit
berpengaruh sangat nyata terhadap variabel panjang akar tanaman caisim.
Gambar 3. Hubungan antara dosis kapur dolomit
dengan panjang akar tanaman caisim.
Nilai rerata panjang akar pada perlakuan kapur dolomit dengan dosis 2,2 ton/ha
(D1) yaitu 19,5, diikuti perlakuan dengan kapur dolomit 3,3 ton/ha (D2) yaitu sebesar
22,8, dan pada perlakuan dengan kapur dolomit 4,4 ton/ha (D3) yaitu sebesar 25,3. Nilai
rerata tertinggi didapatkan pada perlakuan D3 yaitu 25,3. Gambar 3. menunjukkan bahwa
hubungan antara kapur dolomit terhadap panjang akar bersifat linier positif dengan
persamaan y = 2,6086x + 13,995 dengan RΒ² = 0,6032. Persamaan tersebut menunjukan
bahwa dosis kapur dolomit berpengaruh sebesar 60% terhadap panjang akar.
Pemberian dolomit pada tanah ultisol akan memberikan peningkatkan kesuburan
tanah karena kapasitas tukar kation dan anion tanah tinggi sehingga hara akan mudah
diserap tanaman. Salah satu fungsi kapur dolomit adalah memperbaiki struktur tanah.
Tanah yang baik adalah tanah yang mempunyai tata udara yang baik sehingga aliran
udara dan air berjalan dengan lancar yang menyebabkan perakaran tanaman akan
berkembang lebih baik. Sistem perakaran tanaman dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah
y = 2,6086x +
13,995
RΒ² = 0,6032
0
5
10
15
20
25
30
0 5
Panjang Akar (cm)
Dosis Kapur Dolomit (ton/ha)
Series1
Linear
(Series1)
Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ayam dan Dolomit
Terhadap Sifat Kimia Ultisol dan Tanaman Caisim
2021
Sofi Ainun Firdany, Slamet Rohadi Suparto dan Prasmaji Sulistyanto 1233
atau media tumbuh tanaman. Faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar antara
lain adalah, suhu tanah, aerasi, ketersedian air, dan ketersediaan unsur hara.
3. Pengaruh interaksi dosis pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit terhadap variable
pertumbuhan caisim.
Hasil sidik ragam pada Tabel 6. Menunjukan bahwa interaksi antara pupuk kotoran
ayam dan kapur dolomit berpengaruh nyata terhadap variabel panjang akar, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun. Interaksi ini
menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk kotoran ayam dan kapur dolomit kurang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Setiap perlakuan mempunyai pengaruhnya
masing-masing terhadap pertumbuhan tanaman.
Faktor yang mempengaruhi adalah tanah ultisol yang sulit untuk mengikat air
sehingga adanya pencucian hara yang diakibatkan aktifitas penyiraman yang terlalu
banyak. Selain itu kurangnya kandungan unsur hara N, P, K yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman yang dikarenakan takaran pupuk yang kurang maksimal. Menurut
Razali (2012) kombinasi dari dua perlakuan tertentu tidak selamanya akan memberikan
pengaruh yang baik pada tanaman. Ada kalanya kombinasi tersebut akan mendorong
pertumbuhan, menghambat pertumbuhan atau sama sekali tidak memberikan respon
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Kesimpulan
Dosis pupuk kotoran ayam 10 ton/ha yang dikombinasikan dengan dolomit 3,3
ton/ha mampu memperbaiki sifat kimia tanah ultisol yaitu pH, dhl, c-organik dan
mendukung pertumbuhan caesim.
Bibliografi.
Advinda, Linda. (2018). Dasar–dasar fisiologi tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish.
Alibasyah, M. Rusli. (2016). Perubahan beberapa sifat fisika dan kimia ultisol akibat
pemberian pupuk kompos dan kapur dolomit pada lahan berteras. Jurnal Floratek,
11(1), 75–87.
Amdamsari, Vivi Isva. (2015). Desain Dan Fabrikasi Alat Ion Exchanger Berbasis Zeolit
Untuk Pengolahan Air Sanitasi Diii Teknik Kimia (Design and Fabrication Ion
Exchanger-based Zeolite for Water Treatment Sanitation DIII Chemical
Engineering). Semarang: Undip.
Atmaja, Taufik, & Damanik, M. Madjid B. (2017). Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang
Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung: The Effect of Chicken Manure, Green Fertilizer and Lime
(CaCO3) on Ultisol and Their Effect on the Growth of Corn. Jurnal Online
Agroekoteknologi, 5(1), 208–215.
Bachtiar, Taufiq, Hanani, Muftia, Robifahmi, Nur, Flatian, Anggi Nico, & Citraresmini,
Ania. (2021). Pengaruh Bahan Pembenah Tanah pada pH dan P Tersedia Tanah
Sub-Optimal Ultisols Asal Jasinga Kabupaten Bogor. Prosiding Seminar Nasional
Fakultas Pertanian UNS, 5(1), 648–659. Jakarta.
Fitriatin, Betty Natalie, Yuniarti, Anny, Turmuktini, Tien, & Ruswandi, Fadilah
Kennedy. (2014). The effect of phosphate solubilizing microbe producing growth
regulators on soil phosphate, growth and yield of maize and fertilizer efficiency on
Ultisol. Eurasian Journal of Soil Science, 3(2), 101–107.
Heryanita, Resti. (2017). Optimasi pembentukan ammonium pada slow release fertilizer.
Volume 1, Nomor 9, September 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1304 http://sosains.greenvest.co.id
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Irmawati, Irmawati. (2018). Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Caisin
(Brassica jencea L.) Dengan Perlakuan Jarak Tanam. Journal Of Agritech Science
(JASc), 2(1), 30.
Marginingsih, Ratih Sri, Nugroho, Ary Susatyo, & Dzakiy, M. Anas. (2018). Pengaruh
Substitusi Pupuk Organik Cair Pada Nutrisi AB mix terhadap Pertumbuhan Caisim
(Brassica juncea L) pada Hidroponik Drip Irrigation System. Jurnal Biologi Dan
Pembelajarannya, 5(1), 44–51.
Marlina, Neni, Aminah, Raden Iin Siti, & Setel, Lusdi Ramlan. (2015). Aplikasi pupuk
kandang kotoran ayam pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L.).
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education, 7(2).
Rahmansyah, Asmi. (2013). Pengaruh Dosis Dolomit Dan Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Pada Lahan
Gambut. Aceh: Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Statistik, Badan Pusat. (2016). Konsumsi per Kapita dalam Rumah Tangga Setahun
menurut Hasil Susenas (sayur-mayur). Retrieved Desember, 19, 2016.
Sulardi, T., & Sany, A. M. (2018). Uji pemberian limbah padat pabrik kopi dan urin
kambing terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum
esculatum). Journal of Animal Science and Agronomy Panca Budi, 3(2).
Syaputra, Dedi, Alibasyah, M. Rusli, & Arabia, Teti. (2015). Pengaruh kompos dan
dolomit terhadap beberapa sifat kimia ultisol dan hasil kedelai (Glycine max L.
Merril) pada lahan berteras. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, 4(1), 535–542.
Widyasunu, Purwandaru, Susilo, Bambang Siswo, & Rif’an, Muhammad. (2020).
Aplikasi Pupuk Majemuk Nph-Zeo Granul Terhadap Sifat Kimia Tanah Dan
Pertumbuhan Bawang Merah Pada Ultisol. Prosiding, 9(1).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.