Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1315 http://sosains.greenvest.co.id
MENGANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN BETAHISTINE
MESILATE TERHADAP PASIEN GEJALA VERTIGO PERIFER DI
KLINIK AL MA'SOEM CIBULARENG
Diah Nur Anggraini, Winda Evita Wurlatte dan Wempi Eka Permana
Politeknik Piksi Ganesha Bandung, Indonesia
E-mail: [email protected], piksi.winda.18307064@gmail.com
Diterima:
20 September
2021
Direvisi:
12 Oktober 2021
Disetujui:
15 Oktober 2021
Abstrak
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah yang
berasal dari Bahasa latin vertere yang berarti memutar. Vertigo
sering kali dinyatakan sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa
melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar.
Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi
berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi kepala.
Vertigo adalah salah satu bentuk sakit kepala di mana penderita
mengalami persepsi gerakan yang tidak semestinya (biasanya
gerakan berputar atau melayang) yang disebabkan oleh
gangguan pada sistem vestibular. Dalam melakukan penelitian
ini menggunakan metode deskriptif, kuantitatif, dan
pengumpulan data dilakukan data klinik Al Ma’soem
Ciburaleng, kuisioner dan wawancara berdasarkan penelitian
dan data yang telah di kumpulkan maka d betahistine mesilate
sangat berpengaruh dalam pengobatan vertigo perifer, hal ini
dapat di lihat dari peresepan dan penggunaan betahistine
mesilate. Dalam penelitian yang dilakukan di klinik al masoem
ciburaleng di dapatkan hasil sampel 51 pasien penderita vertigo
perifer yang menggunakan betahistine mesilate sebagai
pengobatan vertigo perifer. Maka dari hasil tersebut maka
betahistine mesilate sangat berpengaruh dalam pengobatan
vertigo perifer. Dampak penggunaan betahistine mesilate yaitu
menunjukan adanya perbaikan yang signifikan terhadap
frekuesi, itensitas dan duarasi serangan vertigo perifer. Dosis
betahistine mesilate yang diberikan bervariasi berdasarkan
kondisi setiap penderita, selama pengobatan dokter akan melihat
respons pasien terhadap pengobatan dan melakukan penyesuaian
dosis bila diperlukan.
Kata kunci: Betahistine mesilate, Vertigo perifer dan
klinik
Abstract
Vertigo (balance disorder) is a term derived from the Latin
vertere meaning twisting. Vertigo is often expressed as a sense of
dizziness, shock, a sense of drift, body or the world around it
circling. Vertigo is an illusion of movement, usually in the form
of a rotating sensation that will increase with a change in head
position. Vertigo is a form of headache in which the patient
experiences an undue perception of movement (usually spinning
or drifting motion) caused by a disturbance in the vestibular
system. In conducting this study using descriptive, quantitative
Menganalisis Dampak Penggunaan Betahistine Mesilate
Terhadap Pasien Gejala Vertigo Perifer Di Klinik Al
Ma'soem Cibulareng
2021
Diah Nur Anggraini, Winda Evita Wurlatte dan Wempi Eka Permana 1316
methods, and data collection conducted al Ma'some Ciburaleng
clinic data, questionnaires and interviews Based on research and
data that has been collected then d betahistine mesilate is very
influential in the treatment of peripheral vertigo, this can be seen
from the prescribing and use of betahistine mesilate. In a study
conducted at the clinic al masoem ciburaleng obtained the
results of a sample of 51 patients with peripheral vertigo who
use betahistine mesilate as a treatment for peripheral vertigo. So
from these results, betahistine mesilate is very influential in the
treatment of peripheral vertigo. The impact of the use of mesilate
is to show significant improvements to the frequency, itensity and
duarasi of peripheral vertigo attacks. The dose of betahistine
mesilate given varies based on the condition of each patient,
During treatment the doctor will look at the patient's response to
treatment and make dose adjustments when needed.
Keywords: Betahistine mesilate, Vertigo perifer dan clinic
Pendahuluan
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah yang berasal dari
Bahasa latin vertere yang berarti memutar. Vertigo sering kali dinyatakan sebagai rasa
pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar
(Pulungan, Koto, & Syahfitri, 2018). Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya
berupa sensasi berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi kepala
(Kusumastuti & Sutarni, 2018). Vertigo adalah salah satu bentuk sakit kepala di mana
penderita mengalami persepsi gerakan yang tidak semestinya (biasanya gerakan berputar
atau melayang) yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular (Dedi, 2018).
Vertigo sering kali dengan gejala mual dan muntah serta ketidakmampuan penderita
menjaga keseimbangan badan, yang menyebabkan penderita mengalami kesulitan berdiri
atau berjalan (Marlina, Salman, & Donny, 2018). Vertigo (gangguan keseimbangan)
merupakan kelainan yang sering dijumpai pada lanjut usia. kelainan tersebut sering kali
menyebabkan jatuh dan mengakibatkan berbagai morbiditas seperti fraktur tulang
punggul, cedera otak bahkan bisa fatal (Tursinawati, Tajally, & Kartikadewi, 2017).
Prevalensi vertigo di Jerman, usia 18 hingga 79 tahun adalah 30%, 24%
diasumsikan karena kelainan vestibular. Penelitian di Prancis menemukan prevalensi
vertigo 48%. Prevalensi vertigo di Indonesia pada tahun 2017 adalah 50% dari orang tua
berumur 75tahun, pada tahun 2018 50% dari usia 40-50 tahun dan merupakan keluhan
nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang datang ke praktek umum setelah
nyeri kepala dan stroke (Fithriana, Gati, & Hermawati, 2020). Berdasarkan pada data
diklinik Al Maso’em Ciburaleng pada tahun 2019 dengan jumlah 23 kasus terdiri dari 16
orang penderita vertigo dengan berjenis kelamin laki-laki dan pada penderita vertigo 7
orang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan pada tahun 2020 penderita vertigo 28
kasus terdiri dari 9 orang berjenis kelamin laki-laki dan 19 orang berjenis kelamin
perempuan, dari data yang diambil diklinik Al Maso’em Ciburaleng kasus penderita
vertigo dari tahun 2019 -2020 meningkat.
Betahistin merupakan obat golongan analog histamin yang mempunyai struktur
sama dengan histamin, aktif peroral meningkatkan sintesis dan pengeluaran histamin dan
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1317 http://sosains.greenvest.co.id
dapat meningkatkan kompensasi (Non & Putri, 2014). Peningkatan kompensasi melalui
efek vasodilatasi, efek arausal, dan restorasi fungsi vestibular. Betahistine adalah obat
histamine analogue yang berfungsi mengatasi kondisi yang timbul akibat penyakit
Meniere. Penyakit Meniere sendiri adalah kondisi langka yang memengaruhi telinga
bagian dalam (Librianty, 2015). Kondisi ini bisa menyebabkan gejala-gejala, seperti
vertigo, tinnitus atau munculnya suara berdesir dari dalam telinga, kehilangan
pendengaran, dan merasakan tekanan di telinga bagian dalam. Selain untuk mengobati
meniere disease, betahistine juga biasa diresepkan untuk pasien dengan gangguan
keseimbangan dan vertigo (Sudira, Jiwa, & Sardjito, 2015).
Betahistine memiliki afinitas kuat sebagai antagonis histamin H3 reseptor dan
afinitas yang lemah sebagai agonis histamin H1 reseptor. Betahistine bekerja sebagai
dilator pembuluh darah di telinga tengah yang dapat mengurangi tekanan berlebih dari
cairan endolimfe. Betahistine memiliki dua jenis cara kerja. Pertama, menstimulasi
reseptor H1 yang terletak di pembuluh darah telinga dalam. Efek ini akan menyebabkan
vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas, sehingga dapat mengurangi masalah
hidrops endolimfatik (Dewi & Mkes, 2019). Kedua, betahistine memiliki efek kuat
sebagai antagonis reseptor H3, sehingga akan meningkatkan jumlah neurotransmiter yang
dikeluarkan oleh nerve ending. Jumlah neurotransmiter yang meningkat akan menambah
efek vasodilatasi di telinga bagian dalam (Junaedi, Msi, Yulianti, & Rinata, 2013).
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan dan
menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik, diselanggrakan oleh lebih dari
satu jenis tenaga kesehatan dan pimpinan oleh seorang tenaga medis (Permenkes, 2014).
Klinik pratama merupakan klinik yang menyelanggrakan pelayanan medis dasar yang
dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter umum. Berdasarkan
perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh beban usaha ataupun perorangan. klinik utama
merupakan klinik yang menyelenggrakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan
medik dasar dan spesialistik (Aliyyuddin, 2020). Spesialistik berarti mengkhususkan
pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau
jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin seorang dokter spesialis ataupun dokter gigi
spesialis (Fazri, 2019). Berdasarkan perijinan klinik ini hanya dapat dimiliki oleh badan
usaha CV, ataupun PT. Manfaat penelitian ini adalah Sebagai masukan dan saran dalam
pelayanan di klinik al masoem ciburaleng.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui gambaran “Dampak
Penggunaan Betahistine Mesilate Terhadap Pasien Gejala Vertigo Parifer Di Klinik Al
Masoem Cibualeng.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif ,kuantitatif, dan pengumpulan data
dilakukan data klinik Al Ma’soem Ciburaleng, kuisioner dan wawancara. Metode
penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat
dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan pengetahuan, teori, untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia
(Erwanto, Sugiyono, Rohman, Abidin, & Ariyani, 2012).
Dalam penelitian ini, skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala
ordinal. Penelitian mmberikan skala untuk mengukur variabel- variabel yang akan teliti
melalui anggapan reponden dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial. Skala ini memiliki unit pengukuran yang sama sehingga jarak antara
satu tutuk dengan titik yang lain dapat diketahui.
Menganalisis Dampak Penggunaan Betahistine Mesilate
Terhadap Pasien Gejala Vertigo Perifer Di Klinik Al
Ma'soem Cibulareng
2021
Diah Nur Anggraini, Winda Evita Wurlatte dan Wempi Eka Permana 1316
Hasil dan Pembahasan
Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui penjumlahan dari item item
pernyataan yang telah didapatkan dari penelitian yang dilakukan.
Tabel 1. Tabulasi Data Hasil Penyebaran Kuisioner Di klinik
Al Ma’soem Ciburaleng.
NO
P1
P2
P4
P5
P7
P8
Total
1
5
4
4
4
5
5
36
2
4
2
5
2
5
5
32
3
5
4
5
4
5
5
38
4
5
5
5
1
5
5
36
5
3
1
3
1
1
1
16
6
5
3
5
3
5
5
36
7
4
5
5
5
5
5
38
8
2
4
4
1
1
1
22
9
1
3
5
3
1
1
17
10
5
5
5
5
5
5
40
11
5
4
5
4
5
5
38
12
5
2
4
1
5
5
31
13
5
5
5
5
5
5
40
14
4
5
5
5
5
5
38
15
5
3
4
1
5
5
32
16
5
5
5
5
5
5
40
17
5
5
5
5
5
5
40
18
5
3
4
3
5
5
35
19
4
4
5
4
5
5
36
20
4
4
5
4
2
2
30
21
5
5
4
5
5
5
38
22
5
5
5
5
5
5
40
23
5
4
5
4
5
5
38
24
5
3
4
1
5
5
32
25
5
5
5
5
5
5
40
26
5
4
4
4
1
1
27
27
5
4
5
4
5
5
38
28
5
5
5
5
5
5
40
29
2
4
3
4
1
1
19
30
5
5
5
5
1
1
32
1318
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1317 http://sosains.greenvest.co.id
31
5
5
5
5
5
5
40
32
5
5
5
5
5
5
40
33
5
4
5
4
5
5
38
34
5
5
4
5
1
1
30
35
3
4
3
4
1
1
21
36
5
5
5
5
5
5
40
37
5
5
5
5
5
5
40
38
5
5
5
5
5
5
40
39
5
5
5
5
1
1
32
40
5
4
5
4
5
5
38
41
5
5
4
5
1
1
30
42
5
5
5
5
5
5
40
43
4
4
5
4
5
5
36
44
5
5
5
5
1
1
32
45
5
5
5
5
5
5
40
46
4
5
5
5
5
5
38
47
5
5
5
5
5
5
40
48
3
4
3
4
1
1
20
49
5
5
4
5
5
5
39
50
4
5
5
5
1
1
30
51
5
5
5
5
1
1
32
TOTAL
231
220
236
208
196
196
1751
Sumber: hasil observasi penulis
1319
Menganalisis Dampak Penggunaan Betahistine Mesilate
Terhadap Pasien Gejala Vertigo Perifer Di Klinik Al
Ma'soem Cibulareng
2021
Diah Nur Anggraini, Winda Evita Wurlatte dan Wempi Eka Permana 1320
Gambar 1. Correlations
Dari hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor item dengan skor total.
Nilai ini kemudian di bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifiknasi 0,05
dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 51, maka didapat r tabel sebesar 0.2706 ( lihat
pada lampiran tabel r ).
Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai kolerasi untuk item 1 adalah sebesar
0,763 , item 2 sebesar 0,741 , item 3 sebesar 0,834 , item 4 sebesar 0,727 , item 5 sebesar
0,700 , item 6 sebesar 0,716 , item 7 sebesar 0,470 , item 8 sebesar 0,470 , maka dapat di
simpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
Uji Reabilitas
Pengujian Relibilitas dilakukan untuk mengetahui angka cronbach alpha yang
digunakan dalam intrument penelitian
Gambar 2. Realiabillity statistics
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1321 http://sosains.greenvest.co.id
Berdasarkan hasil pengujian reabilitas di atas, diketahui angka cronbach alpha
adalah sebesar 0,823 . jadi angka tersebut lebih besar dari nilai minimal cronbach alpha
0,6. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa intrumen penelitian yang digunakan untuk
mengukur variabel dapat dikatakan reliabel atau handal.
Uji Koefisien Determinasi
Pengujian Koefisien Determinasi dilakukan untuk mengetahui berapa besar
pengaruh penggunaan Betahistine Mesilate terhadap Vertigo Perifer di klinik Al
Ma’soem Ciburaleng.
Gambar 3. Model summary
Dari perhitungan dengan koefesien determinasi tersebut diketahui sebesar 10,7%
artinya pengunaan obat vertigo pada penderita vertigo di klinik al ma’soem ciburaleng.
Gambar 4. Anova
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa F hitung = 5,894 dengan signifikansi /
probabilitas 0,000<0,05 maka model regresi ini dapat digunakan untuk penderita vertigo
perifer.
Uji regresi linear sederhana
Setelah diketahui terdapat hubungan penggunaan obat betahistine mesilate terhadap
penyakit vertigo perifer di klinik al masoem ciburaleng sebesar 10,7% . selanjutnya akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan model pengaruh penggunaan obat betahistine
mesilate pada pasien vertigo perifer di klinik al masoem ciburaleng dengan
menggunakan analisis regresi linear sederhana.
Menganalisis Dampak Penggunaan Betahistine Mesilate
Terhadap Pasien Gejala Vertigo Perifer Di Klinik Al
Ma'soem Cibulareng
2021
Diah Nur Anggraini, Winda Evita Wurlatte dan Wempi Eka Permana 1322
Gambar 5. Coefficients
Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan:
Y=5.710 + 0.325X
Keterangan:
Y = Penggunan obat
X = Penderita vertigo
Dari data persamaan diatas nilai 5.710 merupakan konstanta, artinya bila tidak ada
penggunaan obat (x) maka penderita vertigo tetap sebesar 5.710 juta. Koefesien regresi
0.325 menandakan setiap ada peningkatan satu satuan (x= pengunaan obat ) maka Y ada
peningkatan satu-satuan tergantung nilai X , begitu sebaliknya.
Hipotesis:
H0 = tidak ada pengaruh penggunaan obat terhadap penyakit vertigo perifer
H1 = ada pengaruh penggunaan obat terhadap pasien vertigo perifer
Pengajuan statistik:
Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima, nilai probabilitas >0.05
Jika t hitung > t tabel maka H1 di tolak, nilai probabilitas <0,05
Dari hasil perhitungan yang diperoleh nilai t hitung = 2,428 dengan nilai signifikan
atau probabilitas 0.000 < 0.05. maka berdasarkan pengajuan statistik H0 ditolak . jadi
koefesien regresi signifikan atau penggunaan obat berpengaruh terhadap pasien vertigo
perifer
1. Karakteristik Berdasarkan Usia
Berdasarkan dari data yang didapatkan, usia pasien vertigo perifer yang termuda
adalah 20 tahun dan usia pasien tertua adalah 70 tahun dengan rentang interval adalah 10.
Presentase penggunaan betahistine mesilate yang besar pada rentang usia 41 50 tahun
disebabkan karena kategori umur tersebut paling beresiko menderita vertigo perifer dari
51 pasien.
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1323 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 2. Karakteristik berdasarkan usia
2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 6. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan data diatas, menunjukan bahwa penderita vertigo perifer lebih banyak
terjadi pada wanita dari pada pria yaitu sebanyak 60% dari 51 pasien. Berdasarkan
penelitian dan data yang telah di kumpulkan maka d betahistine mesilate sangat
berpengaruh dalam pengobatan vertigo perifer, hal ini dapat di lihat dari peresepan dan
penggunaan betahistine mesilate. Dalam penelitian yang dilakukan di klinik al masoem
ciburaleng di dapatkan hasil sampel 51 pasien penderita vertigo perifer yang
menggunakan betahistine mesilate sebagai pengobatan vertigo perifer. Maka dari hasil
tersebut maka betahistine mesilate sangat berpengaruh dalam pengobatan vertigo perifer.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak penggunaan
betahistin mesilate terhadap perbaikan gejala vertigo perifer di klinik al masoem
ciburaleng, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan betahistine mesilate pada pasien menerima pengobatan vertigo
perifer sesuai dengan kebutuhan klinisnya dan dalam dosis yang sesuai.
2. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pemilihan obat betahistine
mesilate untuk pengobatan vertigo perifer sudah tepat.
3. Informasi pasien terhadap penggunaan betahistine mesilate sudah cukup baik dan
dapat di aplikasikan dengan baik sesuai dengan dosis yang di berikan oleh dokter.
4. Data dari perhitungan dengan koefesien determinasi tersebut diketahui sebesar
10,7% artinya pengunaan obat vertigo pada penderita vertigo di klinik al
ma’soem ciburaleng.
5. Pasien yang menderita penyakit vertigo perifer lebih menunjukan bahwa lebih
banyak terjadi pada wanita dari pada pria yaitu sebanyak 60% dari 51 pasien.
Wanita
60%
Pria
40%
Kelompok Umur
Jumlah Responden
% Responden
20 30
8
15.7
31 40
14
27.5
41 - 50
16
31.4
51 - 60
11
21.6
61 - 70
2
3.9
Jumlah
51
100 %
Menganalisis Dampak Penggunaan Betahistine Mesilate
Terhadap Pasien Gejala Vertigo Perifer Di Klinik Al
Ma'soem Cibulareng
2021
Diah Nur Anggraini, Winda Evita Wurlatte dan Wempi Eka Permana 1324
6. Dari data diatas penderita vertigo perifer pasien usia 41 tahun keatas lebih lebih
banyak yang terdiagnosis vertigo perifer di banding usia 40 tahun ke bawah.
Kesimpulan
Dampak penggunaan betahistine mesilate yaitu menunjukan adanya perbaikan
yang signifikan terhadap frekuesi, itensitas dan duarasi serangan vertigo perifer. Dosis
betahistine mesilate yang diberikan bervariasi berdasarkan kondisi setiap penderita,
Selama pengobatan dokter akan melihat respons pasien terhadap pengobatan dan
melakukan penyesuaian dosis bila diperlukan. Menurut hasil penelitian pasien vertigo
perifer terjadi pada pasien berusia diatas 20 tahun dan usia lanjut yaitu 41 sampai 50
tahun merupakan kategori umur yang paling beresiko menderita vertigo perifer.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dapat nilai kolerasi untuk item 1 adalah
sebesar 0,763 , item 2 sebesar 0,741 , item 3 sebesar 0,834 , item 4 sebesar 0,727 , item 5
sebesar 0,700 , item 6 sebesar 0,716 , item 7 sebesar 0,470 , item 8 sebesar 0,470 , maka
dapat di simpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Berdasarkan hasil pengujian
reabilitas diketahui angka cronbach alpha adalah sebesar 0,823 . Maka dapat disimpulkan
bahwa intrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dapat dikatakan
reliabel atau handal. Menurut penggunaan obat betahistine mesilate terhadap penyakit
vertigo perifer di klinik al masoem ciburaleng yaitu sebesar 10,7%, dilakukan
perhitungan pengaruh penggunaan obat betahistine mesilate pada pasien vertigo perifer
diperoleh nilai t hitung = 2,428 dengan nilai signifikan atau probabilitas 0.000 < 0.05.
maka berdasarkan pengajuan statistik H0 ditolak . jadi koefesien regresi signifikan atau
penggunaan obat berpengaruh terhadap pasien vertigo perifer.
Bibliografi.
Aliyyuddin, Naufan. (2020). Pengembangan Sistem Informasi Rawat Jalan Berbasis Web
pada Klinik Keluarga Kita di Nganjuk. Jember: Politeknik Negeri Jember.
Dedi, Pang. (2018). Gambaran Perilaku Remaja Pengguna Game Online Di Warnet
Kecamatan Pontianak Selatan.
Dewi, Yussy Afriani, & Mkes, S. K. (2019). Buku Tht. Bandung: Bandung: Departemen
Ilmu Kesehatan Tht-Kl Fkup/Rshs.
Erwanto, Yuny, Sugiyono, Sugiyono, Rohman, Abdul, Abidin, Mohammad Zainal, &
Ariyani, Dwi. (2012). Identifikasi daging babi menggunakan metode pcr-rflp gen
Cytochrome b dan pcr primer spesifik gen amelogenin. Agritech, 32(4).
Fazri, Ibnu Awalu. (2019). Perancangan Interior Klinik Gigi Anak Di Bandung.
Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
Fithriana, Shinta Nur, Gati, Norman Wijaya, & Hermawati, Hermawati. (2020). Latihan
Terapi Fisik Brandt Daroff Untuk Menurunkan Kejadian Vertigo Pada Lansia
Melalui Media Poster.
Junaedi, Edi, Msi, S. P., Yulianti, I. R. Sufrida, & Rinata, Mira Gustia. (2013). Hipertensi
kandas berkat herbal. FMedia.
Kusumastuti, Ratih, & Sutarni, Sri. (2018). Sindroma Vertigo Sentral Sebagai
Manifestasi Klinis Stroke Vertebrobasilar Pada Pasien Pemfigus Vulgaris. Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), 61.
Librianty, Nurfanida. (2015). Panduan Mandiri Melacak Penyakit. LintasKata.
Marlina, Erny, Salman, Nur, & Donny, Rudy. (2018). Sistem Pakar Untuk Diagnosa
Penyakit Vertigo Dengan Metode Forward Chaining (Studi Kasus: Klinik
Bhayangkara Panaikang). SISITI: Seminar Ilmiah Sistem Informasi Dan Teknologi
Volume 1, Nomor 10, Oktober 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1325 http://sosains.greenvest.co.id
Informasi, 7(2).
Non, Laporan Kasus Low Back Pain, & Putri, SpesifikVania Eka. (2014). Kategori:
Laporan Kasus. Anamnesis.
Permenkes, R. I. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun 2014, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 323.
Pulungan, Delyana Rahmawany, Koto, Murviana, & Syahfitri, Lena. (2018). Pengaruh
Gaya Hidup Hedonis Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Keuangan
Mahasiswa. Seminar Nasional Royal (SENAR), 1(1), 401406.
Sudira, Putu Gede, Jiwa, Bagian Ilmu Kedokteran, & Sardjito, RSUP Dr. (2015). Vertigo
Dan Ansietas.
Tursinawati, Yanuarita, Tajally, Arif, & Kartikadewi, Arum. (2017). Buku Ajar: Sistem
Syaraf. Semarang: Unimus Press.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.