Menganalisis Dampak Penggunaan Betahistine Mesilate
Terhadap Pasien Gejala Vertigo Perifer Di Klinik Al
Ma'soem Cibulareng
Diah Nur Anggraini, Winda Evita Wurlatte dan Wempi Eka Permana 1324
6. Dari data diatas penderita vertigo perifer pasien usia 41 tahun keatas lebih lebih
banyak yang terdiagnosis vertigo perifer di banding usia 40 tahun ke bawah.
Kesimpulan
Dampak penggunaan betahistine mesilate yaitu menunjukan adanya perbaikan
yang signifikan terhadap frekuesi, itensitas dan duarasi serangan vertigo perifer. Dosis
betahistine mesilate yang diberikan bervariasi berdasarkan kondisi setiap penderita,
Selama pengobatan dokter akan melihat respons pasien terhadap pengobatan dan
melakukan penyesuaian dosis bila diperlukan. Menurut hasil penelitian pasien vertigo
perifer terjadi pada pasien berusia diatas 20 tahun dan usia lanjut yaitu 41 sampai 50
tahun merupakan kategori umur yang paling beresiko menderita vertigo perifer.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dapat nilai kolerasi untuk item 1 adalah
sebesar 0,763 , item 2 sebesar 0,741 , item 3 sebesar 0,834 , item 4 sebesar 0,727 , item 5
sebesar 0,700 , item 6 sebesar 0,716 , item 7 sebesar 0,470 , item 8 sebesar 0,470 , maka
dapat di simpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Berdasarkan hasil pengujian
reabilitas diketahui angka cronbach alpha adalah sebesar 0,823 . Maka dapat disimpulkan
bahwa intrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dapat dikatakan
reliabel atau handal. Menurut penggunaan obat betahistine mesilate terhadap penyakit
vertigo perifer di klinik al masoem ciburaleng yaitu sebesar 10,7%, dilakukan
perhitungan pengaruh penggunaan obat betahistine mesilate pada pasien vertigo perifer
diperoleh nilai t hitung = 2,428 dengan nilai signifikan atau probabilitas 0.000 < 0.05.
maka berdasarkan pengajuan statistik H0 ditolak . jadi koefesien regresi signifikan atau
penggunaan obat berpengaruh terhadap pasien vertigo perifer.
Bibliografi.
Aliyyuddin, Naufan. (2020). Pengembangan Sistem Informasi Rawat Jalan Berbasis Web
pada Klinik Keluarga Kita di Nganjuk. Jember: Politeknik Negeri Jember.
Dedi, Pang. (2018). Gambaran Perilaku Remaja Pengguna Game Online Di Warnet
Kecamatan Pontianak Selatan.
Dewi, Yussy Afriani, & Mkes, S. K. (2019). Buku Tht. Bandung: Bandung: Departemen
Ilmu Kesehatan Tht-Kl Fkup/Rshs.
Erwanto, Yuny, Sugiyono, Sugiyono, Rohman, Abdul, Abidin, Mohammad Zainal, &
Ariyani, Dwi. (2012). Identifikasi daging babi menggunakan metode pcr-rflp gen
Cytochrome b dan pcr primer spesifik gen amelogenin. Agritech, 32(4).
Fazri, Ibnu Awalu. (2019). Perancangan Interior Klinik Gigi Anak Di Bandung.
Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
Fithriana, Shinta Nur, Gati, Norman Wijaya, & Hermawati, Hermawati. (2020). Latihan
Terapi Fisik Brandt Daroff Untuk Menurunkan Kejadian Vertigo Pada Lansia
Melalui Media Poster.
Junaedi, Edi, Msi, S. P., Yulianti, I. R. Sufrida, & Rinata, Mira Gustia. (2013). Hipertensi
kandas berkat herbal. FMedia.
Kusumastuti, Ratih, & Sutarni, Sri. (2018). Sindroma Vertigo Sentral Sebagai
Manifestasi Klinis Stroke Vertebrobasilar Pada Pasien Pemfigus Vulgaris. Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), 61.
Librianty, Nurfanida. (2015). Panduan Mandiri Melacak Penyakit. LintasKata.
Marlina, Erny, Salman, Nur, & Donny, Rudy. (2018). Sistem Pakar Untuk Diagnosa
Penyakit Vertigo Dengan Metode Forward Chaining (Studi Kasus: Klinik
Bhayangkara Panaikang). SISITI: Seminar Ilmiah Sistem Informasi Dan Teknologi