Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1360 http://sosains.greenvest.co.id
GAMBARAN MEDICATION ERROR PADA RESEP PASIEN RAWAT
JALAN DI RSI ASSYIFA SUKABUMI PERIODE JUNI 2021
Astriani Maulida dan Wempi Eka Rusmana
Politeknik Piksi Ganesha Bandung, Indonesia
E-mail: as3ani92@gmail.com dan wempiapt@gmail.com
Diterima:
27Oktober 2021
Direvisi:
09 November
2021
Disetujui:
15 November
2021
Abstrak
Medication error dapat didefinisikan sebagai kegagalan dalam
proses pengobatan dan terjadinya kesalahan dalam pengobatan
yang dapat memengaruhi keselamatan pasien. Medication error
dapat terjadi pada 4 fase yaitu prescribing (penulisan resep),
transcribing (penerjemahan resep), dispensing (proses
penyiapan hingga penyerahan) dan administration
(penggunaan). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
proporsi kejadian medication error pada fase prescribing,
transcribing, dan dispensing di Instalasi Farmasi Rawat Jalan
RSI Assyifa Sukabumi. Metode pengambilan data yang
digunakan yaitu teknik cross sectional dengan mengamati dan
mencatat temuan medication error pada lembar checklist
pengamatan yang berisi 27 parameter untuk masing-masing
resep. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 371 lembar resep
pasien yang dilayani di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSI
Assyifa Sukabumi selama bulan Juni 2021. Hasil penelitian
menunjukkan adanya kesalahan pada beberapa parameter yang
berpotensi menyebabkan terjadinya medication error. Pada fase
prescribing yaitu tidak adanya nomor rekam medis pasien
sebanyak 100%, tidak ada tanggal lahir/usia pasien 91,64%,
tidak ada jenis kelamin pasien 100%, tidak ada tanggal resep
49,87%, tidak ada paraf dokter 100%, dan tidak ada bentuk
sediaan obat 96,77%. Pada fase transcribingyaitu
tidakjelas/lengkap bentuk sediaan sebanyak 96,77%, tidak
jelas/tidak lengkap aturan pakai 4,58%, tidak jelas/tidak lengkap
usia pasien 91,64%, tidak jelas/tidak lengkap tanggal permintaan
49,87%, tidak jelas/tidak lengkap nama pasien 7,55%, tidak
jelas/tidak lengkap nomor rekam medis pasien 100%, tidak
jelas/tidak lengkap nama obat 0,27%, dan tidak jelas/tidak
lengkap dosis pemberian obat 3,77%. Pada fase dispensing
terjadi yaitu salah pengambilan obat sebanyak 1,89%, dan
salah/tidak lengkap penulisan etiket 1,35%. Hasil penelitian
menunjukkan nilai yang cukup tinggi pada beberapa parameter
terutama pada fase prescribing.
Kata kunci: Medication error, Prescribing, Transcribing
Abstract
Medication errors can be defined as failures in the treatment
process and the occurrence of errors in medication that can
affect patient safety. Medication errors can occur in 4 phases,
namely prescribing (writing prescriptions), transcribing
(translating prescriptions), dispensing (preparing to submission)
and administration (using). The purpose of this study was to
Medicatoin error Fase Prescribing, Transcribing dan
Dispensing pada Resep Pasien Rawat Jalan di RSI Assyifa
Sukabumi
2021
Astriani Maulida dan Wempi Eka Rusmana 1361
determine the proportion of medication errors in the
prescribing, transcribing, and dispensing phase at the
Outpatient Pharmacy Installation of RSI Assyifa Sukabumi. The
data collection method used was a cross sectional technique by
observing and recording the findings of medication errors on an
observation checklist sheet containing 27 parameters for each
prescription. The sample in this study was 371 patient
prescription sheets served at the Outpatient Pharmacy
Installation of RSI Assyifa Sukabumi during June 2021. The
results showed that there were errors in several parameters that
could potentially cause medication errors. In the prescribing
phase, there is no patient medical record number as much as
100%, no date of birth / patient age 91.64%, no patient gender
100%, no prescription date 49.87%, no doctor's initials 100%,
and there is no drug dosage form 96.77%. In the transcribing
phase, the dosage form was unclear/complete as much as
96.77%, unclear/incomplete rules of use 4.58%,
unclear/complete patient age 91.64%, unclear/incomplete date
of request 49.87%, not clear/incomplete patient name 7.55%,
unclear/incomplete patient medical record number 100%,
unclear/incomplete drug name 0.27%, and unclear/incomplete
drug administration dose 3.77%. In the dispensing phase, 1.89%
of drugs were taken incorrectly, and incorrect/incomplete
writing of label was 1.35%. The results showed a fairly high
value on several parameters, especially in the prescribing
phase.
Keywords: Medication error, Prescribing, Transcribing and
Dispensing
Pendahuluan
Medication error telah menjadi permasalahan kesehatan yang menimbulkan
berbagai dampak bagi pasien mulai dari risiko ringan hingga berat hingga menyebabkan
kematian (Angraini, Afriani, & Revina, 2021). Medication error dapat didefinisikan
sebagai kegagalan dalam proses pengobatan dan terjadinya kesalahan dalam pengobatan
yang dapat memengaruhi keselamatan pasien (Khairurrijal & Putriana, 2018). Medication
error dapat terjadi pada 4 fase yaitu prescribing (penulisan resep), transcribing
(penerjemahan resep), dispensing (proses penyiapan hingga penyerahan) dan
administration (penggunaan) (Citraningtyas, Angkoauwa, & Maalangen, 2020).
Terjadinya kesalahan pada salah satu fase tersebut dapat menjadi penyebab kesalahan
pada fase lainnya.
Medication error masing-masing untuk fase prescribing disebabkan oleh : tidak
adanya paraf dokter sekitar 87%, dikuti oleh tidak ada Surat izin Praktek (SIP) dokter
sekitar 84%, tidak ada bentuk sediaan 4,3%, serta tidak adanya nomor rekam medis dan
jenis kelamin pasien masing-masing sekitar 4% (Susanti, 2013). Pada fase transcribing
potensi kesalahan terjadi karena: tidak jelas/tidak lengkap bentuk sediaan 6,6%, diikuti
oleh tidak jelas/tidak lengkap aturan pakai 2,6%, tidak jelas/tidak lengkap usia pasien
0,87%, tidak jelas/tidak lengkap tanggal permintaan resep 0,29% (Permana, 2017). Pada
Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1362 http://sosains.greenvest.co.id
fase dispensing potensi kesalahan terjadi karena: salah pengambilan obat (konsentrasi
berbeda) sebanyak 1,45%, diikuti salah/tidak lengkap menulis etiket 0,58%
(Prasetyaningtias, 2021).
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Risna, Hamid dan Winarti
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa kejadian medication error pada fase
prescribing karena dokter tidak menuliskan jenis kelamin (100%), paraf dokter (20%),
satuan dosis (8,3%), aturan pakai (6%), dan bentuk sediaan (87%). Pada fase
transcribing: nama obat (1%), durasi pemberian obat (2%), dan bentuk sediaan (1%).
Pada fase dispensing: salah pengambilan obat (9%) (Risna, Hamid, & Winarti, 2017).
Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang memiliki Instalasi Farmasi sebagai salah satu unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dengan
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien (Aflaha, 2019).
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian,
pada tahun 1990 diperkenalkan istilah asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang
menjadi filosofi terjadinya pergeseran paradigma orientasi pelayanan kefarmasian dari
hanya terhadap obat (drug/product oriented) menjadi orientasi terhadap pasien (patient
oriented) (Haq, 2016). Tenaga kefarmasian sebagai pelaksana asuhan kefarmasian
memiliki tujuan membantu meningkatkan kebaikan dan keamanan penggunaan obat serta
memperbaiki kualitas hidup pasien dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan dan sistem keselamatan pasien di Rumah Sakit (Rikomah, 2017).
Penelitian-penelitian terkait medication error telah dilakukan di sejumlah rumah
sakit dan menunjukkan adanya beberapa kejadian medication error. Pada standar
akreditasi Rumah Sakit pun telah dibentuk pelayanan farmasi klinis yang mendukung
pencegahan terjadinya medication error. Namun hasil pengamatan menunjukkan bahwa
implementasi pelaksanaan farmasi klinis di Rumah Sakit belum berjalan optimal.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengumpulkan data-data yang
belum dilakukan dengan melakukan penelitian Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSI Assyifa
Sukabumi, hasil dari penelitian ini akan menyajikan gambaran medication error pada fase
prescribing, transcribing, dan dispensing pada resep pasien Rawat Jalan di Instalasi
Farmasi Rawat Jalan RSI Assyifa Sukabumi.
MetodePenelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif/analitik non-eksperimental dengan tujuan membuat proporsi mengenai sesuatu
yang objektif atau keadaan yang sebenarnya terjadi dalam populasi tertentu untuk
membuat penilaian terhadap kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa
sekarang, lalu hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program
tersebut (Notoatmodjo, 2012). Desain yang digunakan pada penelitian ini yaitu
pengumpulan data secara crosssectional berdasarkan data resep pasien rawat jalan di
Depot Obat Rawat Jalan Rumah Sakit Assyifa Sukabumi periode Juni 2021.
Populasi sampel pada penelitian ini adalah seluruh resep pasien rawat jalan yang
dilayani di Depot Obat Rawat Jalan Rumah Sakit Assyifa Sukabumi periode Juni 2021
yaitu sebanyak 5051 resep.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian
resep pasien rawat jalan yang dilayani di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSI Assyifa
Sukabumi.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode random
Medicatoin error Fase Prescribing, Transcribing dan
Dispensing pada Resep Pasien Rawat Jalan di RSI Assyifa
Sukabumi
2021
Astriani Maulida dan Wempi Eka Rusmana 1363
sampling.Perhitungan jumlah minimal sampel yang harus diambil menggunakan metode
slovin sehingga didapat 371 lembar resep yang diambil sebagai sampel.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini dilakukan terhadap 371 resep pasien rawat jalan di Instalasi
Rawat Jalan RS Assyifa periode Juni 2021. Penelitian ini dilakukan pada 3 fase
medication error yaitu prescribing, transcribing, dan dispensing.
Tabel 1. Hasil Penilaian Medication error Fase Prescribing
No
Parameter Penilaian
Jumlah
Kejadian
1
Tidak ada nomor rekam medis pasien
371
2
Tidak ada nama pasien
0
3
Tidak ada tanggal lahir / usiapasien
340
4
Tidak ada jenis kelamin pasien
371
5
Tidak ada tanggal resep
185
6
Tidak ada nama dokter penulis resep
0
7
Tidak ada SIP dokter
0
8
Tidak ada paraf dokter
371
9
Tidak ada nama obat
0
10
Tidak ada satuan dosis/ kekuataan sediaan
obat
0
11
Tidak ada jumlah pemberian obat
0
12
Tidak ada aturan pakai obat
0
13
Tidak ada bentuk sediaan obat
359
Tabel diatas menunjukkan bahwa kejadian medication error pada fase prescribing
dapat terjadi berdasarkan beberapa parameter yaitu tidak adanya nomor rekam medis
pasien sebanyak 100%, tidak ada tanggal lahir/usia pasien 91,64%, tidak ada jenis
kelamin pasien 100%, tidak ada tanggal resep 49,87%, tidak ada paraf dokter 100%, dan
tidak ada bentuk sediaan obat 96,77%.
Berdasarkan penelitian pada komponen inscriptio yaitu bagian yang berisi
identitas dokter penulis resep tidak didapat kesalahan dikarenakan adanya blanko resep
yang sudah dibubuhi stempel dokter berisi nama dan SIP dokter oleh perawat yang
bertugas sebagai asisten dokter, namun begitu ditemukan adanya resep yang tidak diberi
tanggal penulisan resep sebanyak 185 lembar, dan tidak adanya paraf dokter penulis resep
sebanyak 100%. Pada dasarnya paraf diperlukan untuk memverifikasi bahwa penulis
resep betul merupakan dokter yang memiliki izin praktik (Yaqin, 2017).
Berdasarkan parameter lainnya yaitu tidak adanya bentuk sediaan obat ditemukan
sebanyak 96,77%. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada pasien dimana bentuk
sediaan yang tidak tepat dapat mempengaruhi kenyamanan pasien serta efektifitas kerja
obat dan keberhasilan pengobatan, karena pemilihan bentuk sediaan harus disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh pasien (Ismainar, 2015). Hal ini terjadi karena adanya kebiasaan
penulisan obat tertentu oleh dokter sehingga dokter merasa tidak perlu menuliskan bentuk
sediaan maupun kekuatan sediaan obat.
Komponen terakhir yaitu identitas pasien ditemukan kesalahan tidak adanya
nomor rekam medis pasien sebanyak 100%, tidak ada tanggal lahir/usia pasien 91,64%,
tidak ada jenis kelamin pasien 100% (Budi, 2014). Hal ini terjadi karena belum adanya
system penggunaan stiker penanda identitas pasien sehingga dokter yang memeriksa
pasien hanya menuliskan nama tanpa dilengkapi identitas lainnya. Tidak adanya nomor
Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1364 http://sosains.greenvest.co.id
rekam medis pasien dapat berpotensi menyebabkan terjadinya pemberian obat kepada
pasien yang keliru, dan tidak adanya usia/pasien terutama pada resep anak dapat
mempengaruhi perhitungan dosis obat. Selama ini petugas farmasi melakukan identifikasi
resep pasien berdasarkan nomor rekam medis pasien yang tertera pada lembar tagihan
pemeriksaan dokter yang terlampir dan dicetak saat pendaftaran pasien, juga disertai
dengan konfirmasi ulang saat proses penyerahan obat kepada pasien.
Tabel 2. Hasil Penilaian Medication error Fase Transcribing
No
Parameter Penilaian
Jumlah
Kejadian
Persen (%)
1
Tidak jelas/ lengkap bentuk sediaan
359
96,77
2
Tidak jelas/ tidak lengkap aturan pakai
17
4,58
3
Tidak jelas/ tidak lengkap usia pasien
340
91,64
4
Tidak jelas/ tidak lengkap tanggal permintaan
185
49,87
5
Tidak jelas/ tidak lengkap nama pasien
28
7,55
6
Tidak jelas/ tidak lengkap nomor rekam medis
pasien
371
100
7
Tidak jelas/ tidak lengkap nama obat
1
0,27
8
Tidak jelas/ tidak lengkap dosis pemberian obat
14
3,77
Terdapat 8 parameter penilaian pada fase transcribing yaitu tidak jelas/lengkap
bentuk sediaan, tidak jelas/ tidak lengkap aturan pakai, tidak jelas/tidak lengkap usia
pasien, tidak jelas/ tidak lengkap tanggal permintaan, tidak jelas/tidak lengkap nama
pasien, tidakjelas/ tidak lengkap nomor rekam medis pasien, tidak jelas/tidak lengkap
nama obat, tidakjelas/ tidak lengkap dosis pemberian obat.
Tabel diatas menunjukkan bahwa terjadi kesalahan pada beberapa parameter yaitu
tidak jelas/lengkap bentuk sediaan sebanyak 96,77% dari 371 lembar sampel resep, tidak
jelas/tidak lengkap aturan pakai 4,58% dari371 lembar sampel resep, tidak jelas/lengkap
usia pasien 91,64% dari 371 lembar sampel resep, tidak jelas/tidak lengkap tanggal
permintaan 49,87% dari 371 lembar sampel resep, tidak jelas/tidak lengkap nama pasien
7,55% dari 371 lembar sampel resep, tidak jelas/tidak lengkap nomor rekam medis pasien
100% dari 371 lembar sampel resep, tidak jelas/ tidak lengkap nama obat 0,27% dari 371
lembar sampel resep, dan tidakjelas/ tidak lengkap dosis pemberian obat 3,77% dari 371
lembar sampel resep.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa resep yang penulisannya sulit
terbaca dan dokter menganggap petugas farmasi sudah faham dan terbiasa dengan
pemilihan obat yang ditulis oleh dokter. Dalam hal ini petugas farmasi berinisiatif untuk
menghubungi dokter penulis resep untuk melakukan konfirmasi.
Tabel 3. Hasil Penilaian Medication error Fase Dispensing
No
Parameter Penilaian
Jumlah
Kejadian
Persen (%)
1
Salah pengambilan obat
7
1,89
2
Salah/ tidak lengkap penulisan etiket
5
1,35
3
Salah menghitung dosis
0
0
4
Pemberian obat diluar instruksi
0
0
5
Tempat penyimpanan tidak tepat
0
0
6
Obat kadaluarsa/ sudah rusak
0
0
Medicatoin error Fase Prescribing, Transcribing dan
Dispensing pada Resep Pasien Rawat Jalan di RSI Assyifa
Sukabumi
2021
Astriani Maulida dan Wempi Eka Rusmana 1365
Fase ini memiliki 6 parameter penilaian yaitu salah pengambilan obat, salah/ tidak
lengkap penulisan etiket, salah menghitung dosis, pemberian obat diluar instruksi, tempat
penyimpanan tidak tepat, obat kadaluarsa/ sudah rusak.
Tabel diatas menunjukkan bahwa medication error fase dispensing terjadi pada
dua parameter yaitu salah pengambilan obat sebanyak 1,89% atau sebanyak 7 lembar dari
371 lembar sampel resep, dan salah/tidak lengkap penulisan etiket 1,35% atau sebanyak 5
lembar dari 371 lembar sampel resep.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya salah pengambilan obat terjadi
karena adanya penyimpanan obat yang berdekatan dan meniliki nama atau rupa yang
sama sehingga petugas keliru mengambil obat dengan kekuatan berbeda. Adanya
kejadian salah/ tidak lengkap penulisan etiket terjadi saat pengetikan etiket yang
dilakukan petugas seperti tanda sebelum atau sesudah makan dan waktu/ interval
penggunaanobat. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan bahwa petugas yang
menyerahkan obat kepada pasien mampu mengidentifikasi kesalahan tersebut sehingga
dapat diatasi sebelum obat sampai ke tangan pasien.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya medication error
pada fase prescribing, transcribing dan dispensing seperti jumlah jumlah pasien yang
diperiksa, ketidaktahuan dokter terhadap penulisan resep yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan tahun 2014, serta faktor internal yang dialami dokter. Penyebab lain
diantaranya adalah faktor lingkungan kerja seperti gangguan dan interupsi keluarga
pasien; faktor pasien yaitu pasien yang tidak kooperatif terhadap kondisinya; faktor
petugas kesehatan yaitu tulisan dokter yang buruk, pengetahuan yang terbatas dan beban
kerja yang berlebihan (Bayang & Pasinringi, n.d.).
Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan terhadap 371 lembar resep pasien rawat jalan di Instalasi
Farmasi Rawat Jalan RSI Asyifa Sukabumi menunjukkan adanya kesalahan pada
beberapa parameter yang berpotensi menyebabkan terjadinya medication error. Pada fase
prescribing yaitu tidak adanya nomor rekam medis pasien sebanyak 100%, tidak ada
tanggal lahir/ usia pasien 91,64%, tidak ada jenis kelamin pasien 100%, tidak ada tanggal
resep 49,87%, tidak ada paraf dokter 100%, dan tidak ada bentuk sediaan obat 96,77%.
Pada fase transcribingyaitu tidakjelas/ lengkap bentuk sediaan sebanyak 96,77%, tidak
jelas/tidak lengkap aturan pakai 4,58%, tidak jelas/lengkap usia pasien 91,64%, tidak
jelas/tidak lengkap tanggal permintaan 49,87%, tidak jelas/tidak lengkap nama pasien
7,55%, tidak jelas/tidak lengkap nomor rekam medis pasien 100%, tidak jelas/ tidak
lengkap nama obat 0,27%, dan tidak jelas/tidak lengkap dosis pemberian obat 3,77%.
Pada fase dispensing terjadi yaitusalah pengambilan obat sebanyak 1,89%, dan
salah/tidak lengkap penulisan etiket 1,35%. Hasil penelitian menunjukkan nilai yang
cukup tinggi pada beberapa parameter terutama pada fase prescribing.
Bibliografi.
Aflaha, Yanisha. (2019). Evaluasi Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap
Rumah Sakit “X” Di Kabupaten Malang. Malang: Akademi Farmasi Putera
Indonesia Malang.
Angraini, Dessy, Afriani, Tika, & Revina, Revina. (2021). Analisis Faktor-Faktor
Terjadinya Medication Error Di Apotek Rsi Ibnu Sina Bukittinggi. Jurnal
Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 6(1), 2633.
Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
Astriani Maulida dan Wempi Eka Rusmana 1366
Bayang, A. T., & Pasinringi, S. (n.d.). Sangkala. 2012. Faktor penyebab medication error
di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.
Budi, Savitri Citra. (2014). Sistem Pencatatan Data Pasien Kanker di RSUP Dr. Sardjito.
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI), 2(1).
Citraningtyas, Gayatri, Angkoauwa, Leydia, & Maalangen, Tiansi. (2020). Identifikasi
Medication Error di Poli Interna Rumah Sakit X di Kota Manado. Jurnal MIPA,
9(1), 3337.
Haq, Muhammad Rijalul. (2016). Efektivitas Pemanfaatan Teknologi dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Al-Irsyad
Kota Madiun. Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Ismainar, Hetty. (2015). Keselamatan pasien di rumah sakit. Yogyakarta: Deepublish.
Khairurrijal, M. A. W., & Putriana, Norisca Aliza. (2018). Medication Erorr Pada Tahap
Prescribing, Transcribing, Dispensing, dan Administration. Majalah Farmasetika,
2(4), 813.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan.
Permana, Angga Mulidan. (2017). Evaluasi medication error pada resep pasien diabetes
melitus tipe ii ditinjau dari fase prescribing, transcribing dan dispensing di instalasi
rawat jalan salah satu Rumah Sakit Jakarta Utara. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2017.
Prasetyaningtias, Desy. (2021). Tingkat pengetahuan istilah-istilah dan informasi dalam
kemasan obat yang digunakan untuk Swamedikasi Penyakit Maag terhadap
mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Rikomah, Setya Enti. (2017). Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta: Deepublish.
Risna, Risna, Hamid, Abdul, & Winarti, Atiek. (2017). Meningkatkan Keterampilan
Generik Sains Dan Hasil Belajar Menggunakan Model Creative Problem Solving
Dilengkapi Laboratorium Virtual Materi Hidrolisis Garam Kelas XI IPA 2 SMA
PGRI 4. JCAE (Journal of Chemistry And Education), 1(1), 131142.
Susanti, Ika. (2013). Identifikasi Medication Error pada fase Prescribing, Transcribing,
dan Dispensing di Depo Farmasi Rawat Inap Penyakit Dalam Gedung Teratai,
Isntalasi Farmasi RSUP Fatmawati Periode 2013.
Yaqin, Achmad Ainul. (2017). Evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan
kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD dr. R. Koesma Kabupaten tuban. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.