Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1421 http://sosains.greenvest.co.id
dalam penanganan pasien COVID-19. Hal ini sejalan dengan dikeluarkannya oseltamivir
dari guideline manajemen klinis tata laksana COVID-19. Semula oseltamivir
direkomendasikan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) untuk terapi Covid-
19 karena obat tersebut di Indonesia mudah diakses dan sudah diproduksi di dalam
negeri. Namun seiring berkembangnya uji klinis yang dilakukan di berbagai Negara,
ternyata oseltamivir tidak memberikan efektivitas yang lebih baik jika dibandingkan
dengan antivirus favipiravir yang terbukti memiliki efektivitas yang lebih baik.
Kesimpulan
Hasil sampling untuk pemakaian terapi favipiravir terbanyak pada usia 50-59 tahun
yaitu 25% dengan lama rawat 6 hari, terbanyak kedua di usia >60 tahun yaitu 22%
dengan lama rawat 7 hari, tebanyak ketiga yaitu pada usia pada usia 40 -49 tahun dan 30 -
39 tahun yaitu 21% dengan lama rawat 5-7 hari, dan terakhir pada usia termuda 0 – 29
tahun yaitu 11% dengan lama rawat 5 hari.
Hasil sampling untuk pemakaian terapi oseltamivir terbanyak yaitu 36% pada
rentan usia > 60 tahun dengan lama rawat 11 hari lebih, kedua sebanyak 28% pada usia
50- 59 tahun dengan lama rawat 10 hari lebih, ketiga sebanyak 15% pada usia 40 – 49
tahun dengan lama rawat 10 hari lebih, urutan keempat sebanyak 13% pada usia 30 – 39
tahun dengan lama rawat 9 hari lebih dan pada usia termuda 0 – 29 tahun memiliki
persentasi 8% dengan lama rawat 8 hari lebih.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap kedua obat tersebut terbukti bahwa
penggunaan favipiravir memilii efektivitas yang lebih baik dibandingkan antivirus
oseltamivir, dilihat dari lama perawatan pada pasien yang mendapatkan terapi favipiravir
memiliki tingkat kesembuhan yang lebih cepat, dimana pasien yang mendapatkan terapi
favipiravir memiliki re-rata lama perawatan lebih cepat yaitu 5 – 7 hari tergantung dari
kategori usia. Pasien yang mendapatkan terapi osetamivir memiliki re-rata lama
perawatan yaitu 8 – 12 hari tergantung dari kategori usia.
Bibliografi.
Aghanim, Nabila, Akrami, Yashar, Ashdown, Mark, Aumont, J., Baccigalupi, C.,
Ballardini, M., Banday, A. J., Barreiro, R. B., Bartolo, N., & Basak, S. (2020).
Planck 2018 results-VI. Cosmological parameters. Astronomy & Astrophysics, 641,
A6.
Amin, Mohamad, Saleh, Akhmad Muwafik, & Bilfaqih, Habib Zainal Abidin. (2020).
Covid-19 (Corona Virus Disease 2019): Tinjauan Perspektif Keilmuan Biologi,
Sosial, dan Agama. Inteligensia Media.
ARDS, Acute Respiratory Distress Syndrome. (2021). Gizi Seimbang Di Masa Pandemi
Covid-19. Optimisme Menghadapi Tantangan Pandemi Covid-19: Gagasan Dan
Pemikiran Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Parepare,
188.
Burhan, Erlina. (2020). Coronavirus yang meresahkan dunia. Journal Of The Indonesian
Medical Association, 70(2), 1–3.
Chen, C., Zhang, Y., Huang, J., Yin, P., Cheng, Z., & Wu, J. (n.d.). & Wang, X.(2020).
Favipiravir versus Arbidol for Covid-19: A Randomized Clinical Trial. MedRxiv.
Hadi, Moch Irfan, KM, S., & KL, M. (2020). Pelajaran Dari Covid-19, Siapkah Kita
Menghadapi Pandemi Berikutnya? Dalam Preventif Pandemi, 11.
Hewajuli, D. A., & Dharmayanti, NLPI. (2012). Genetic reassortment antara virus
influenza (Avian Influenza, human influenza dan swine influenza) pada babi.
Wartazoa, 22, 149–160.
Ilmar, D. R. Aminuddin, & SH, M. H. (2020). Memahami Kebijakan Pemerintah: Dalam