Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1452 http://sosains.greenvest.co.id
Dari grafik diatas diperoleh hasil area merah merupakan hasil pepsinasi optimum
yang diperoleh, dapat diamati bahwa A7 menggambarkan respon yang paling optimum
namun dengan luas (Fab’2) yang sebetulnya kecil. Luasan area yang diduga Fab
memberikan gambaran linear dengan hasil titer yang didapatkan. Dugaan penulis
konsentrasi pepsin 0,18 % dengan waktu inkubasi 5 jam menyebabkan (Fab’)2 terpotong
lagi menjadi Fab dengan berat molekul ± 55 kDa. Hal itu kemungkinan dapat terjadi saat
pepsin memotong ikatan disulfida yang menghubungkan antar Fab. Fab merupakan
antibody binding site dengan dengan satu sisi perlekatan antigen (monovalen). Fragmen
(Fab’)2 karena memiliki berat molekul yang lebih besar, penggunaannya pun akan lebih
efektif dilihat dari prinsip toxin serta farmakokinetik dan farmakodinamik, waktu paruh
dari (Fab’)2 lebih lama. Penggunaan Fab dalam netralisasi suatu toxin memiliki
karakteristik yaitu cepat dieliminasikan oleh tubuh karena memiliki berat molekul yang
lebih rendah, Fab akan sangat efektif dalam menetralkan toxin atau neurotoxin dengan
berat molekul rendah yang akan cepat di distribusi dan cepat dieliminasikan dari tubuh,
seperti racun kalajengking dan laba-laba (World Health Organization, 2017).
Kesimpulan
Proses Pepsinasi dilakukan dengan mengoptimalkan pH di 3,2 dan suhu inkubasi
37ºC, kemudian diberi pepsin sebagai enzim protease, kemudian dihentikan aktivitas enzim
dengan menaikkan pH menjadi 6,5 menggunakan NaHCO
3,
kemudian dianalisis hasil
pepsinasi dengan menghitung titer ATS dan analisis area (Fab’)2 dengan menggunakan
SDS PAGE. Konsentrasi optimum didapatkan pada sampel Anti Tetanus ke 7 dengan
konsentrasi pepsin sebesar 0,18 % dengan waktu inkubasi 5 jam.
.
Bibliografi.
Ade, Siam Wulandari. (2016). Laporan Tugas Akhir Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny.” A” G2p1001 Dengan Anemia Ringan Wilayah Kerja Puskesmas Graha
Indah Balikpapan.
Bertolini, J, Goss, N, Curling, J. (2013). Production of Plasma Proteins for Therapeutic
Use. In Proteomics (Vol. 13). https://doi.org/10.1002/pmic.201370099
Coombes, Laura, Rigsby, Peter, Sesardic, Dorothea, & Stickings, Paul. (2016).
Collaborative study for the calibration of a replacement International Standard for
diphtheria toxoid for use in flocculation test. Biologicals, 44(6), 556–566.
https://doi.org/10.1016/j.biologicals.2016.07.005
Harum, Aroma. (2014). Dental Caries as a Risk Factor of Tetanus. Jurnal Medula, 3(02),
Hermanto. S., sumarlin. L.O., Fatimah. W. (2013). Differentiation of Bovine and Porcine
Gelatin Based on Spectroscopic and Electrophoretic Analysis. Analytical Chemistry,
24(12), 1949–1952. https://doi.org/10.1021/ac60072a021
Leman, Martinus M., & Tumbelaka, Alan R. (2016). Penggunaan Anti Tetanus Serum dan
Human Tetanus Immunoglobulin pada Tetanus Anak. Sari Pediatri, 12(4), 283–288.
Mentari, Anoraga Mona Larasati Sekar. (2018). Engaruh Cheral Terhadap Kuantitas
Relatif Sel Natural Killer, Tnf-Α Dan Ifn-Γ Pada Mencit (Mus Musculus) Model
Kanker Payudara. Malang: Universitas Brawijaya.
Murwani, Sri. (2015). Dasar-dasar Mikrobiologi veteriner. Malang: Universitas Brawijaya
Press.
Prawira, Tu Bagus Adnan Angga, Witari, Ni Putu, & Tini, Kumara. (2018). Faktor–faktor
yang berhubungan dengan luaran klinis pasien tetanus di RSUP Sanglah pada bulan