Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1507 http://sosains.greenvest.co.id
LITERATUR REVIEW: BUDAYA PERILAKU IBU HAMIL DI
INDONESIA
Ulfatun Nisa
Universitas Islam sultan Agung Semarang, Indonesia
Diterima:
29 Oktober 2021
Direvisi:
08 November
2021
Disetujui:
15 November
2021
Abstrak
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku.
perbedaan etnis akan menyebabkan perbedaan adat dan
kebiasaan. Selama hamil dan melahirkan, masih banyak perilaku
dan pantangan yang dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
ingin mengkaji lebih dalam budaya tersebut khususnya mengenai
perilaku ibu hamil dan masa nifas. Kajian dilakukan dengan
mereview artikel-artikel yang berkaitan dengan hal tersebut di
masyarakat lokal di Indonesia. Karena masyarakat lokal di
Indonesia masih kental dengan budaya yang ada di rumahnya.
Budaya perilaku ibu hamil dari berbagai suku di Indonesia
memiliki persamaan yaitu melakukan pemijatan pada perut ibu
hamil yang dilakukan oleh paraji atau dukun beranak dan
pantangan makanan yang masih dipercayai. Budaya perilaku ibu
hamil dari berbagai suku di Indonesia memiliki persamaan yaitu
melakukan pemijatan pada perut ibu hamil yang dilakukan oleh
paraji atau dukun beranak. Hal tersebut masih dipercayai oleh
masyarakat suku banjar, suku baduy dalam dan suku bugis.
Kata kunci: Praktek Budaya, Wanita hamil, perbedaan etnis
Abstract
Indonesia is a country consisting of various ethnic groups. ethnic
differences will lead to differences in customs and habits. During
pregnancy and childbirth, there are still many behaviors and
taboos that are carried out. Based on this, the researcher wants
to examine more deeply the culture, especially regarding the
behavior of pregnant women and the postpartum period. The
study was conducted by reviewing articles related to this in local
communities in Indonesia. Because local people in Indonesia are
still thick with the culture in their homes. The behavioral culture
of pregnant women from various ethnic groups in Indonesia has
similarities, namely doing massage on the abdomen of pregnant
women by paraji or traditional birth attendants and food taboos
that are still trusted The behavioral culture of pregnant women
from various tribes in Indonesia has the same thing that is to
massage the stomach of pregnant women carried out by paraji or
child shamans. This is still believed by the banjar people, the inner
baduy tribe and the bugis tribe.
Keywords: Cultural Practices, pregnant Woman
Literatur Review: Budaya Perilaku Ibu Hamil di
Indonesia
2021
Ulfatun Nisa 1508
Pendahuluan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan Negara kepulaun terbesar
di dunia (Farih 2016). Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dengan letak geografis yang
tidak sama. Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika Indonesia memiliki beragam suku,
budaya, adat istiadat dan kepercayaan. Budaya dalah nilai-nilai, kepercayaan, sikap dan
adat yang terbagi dalam suatu kelompok yang berlanjut dari generasi kegenerasi
selanjutnya. Budaya telah digunakan oleh seorang atau suatu kelompok dengan rasa aman
dan nyaman dari waktu ke waktu dengan tidak memikirkan kebenarannya. Tiap-tiap suku
atau kelompok masyarakat mempunyai peraturan, adat istiadat dan kepercayaan yang
berbeda-beda, termasuk dalam hal budaya perilaku ibu saat hamil (Anwar 2019).
Hamil dan melahirkan merupakan keadaan yang alamiah dimana sebagian besar
wanita dapat merasakannya (Prasetyaningrum 2017). Dan Seharusnya juga hamil dan
melahirkan menjadi peristiwa yang membahagiakan. Namun, seringkali menjadi sebuah
petaka. Sebenarnya, hampir seluruh kematian itu dapat dicegah. Namun pada
kenyataannya, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, hal tersebut dikarenakan
terjadinya komplikasi pada saat persalinan. Angka kematian ibu (AKI) juga disertai dengan
tingginya angka kematian bayi (AKB), angka kematian anak (AKA) (Mariati et al. 2011).
Selain angka kematian, yang masih menjadi salah satu indikator besar lainnya adalah
masalah kesehatan reproduksi ibu dan kesehatan anak. Penyakit seperti ISPA, diare, infeksi
cacing bahkan tetanus. Penyakit tersebut adalah penyakit yang sering menyerang pada bayi,
balita dan juga anak-anak. Dan terkadang penyakit tersebut bahkan menyebabkan kematian
pada bayi dan anak-anak. Selain itu juga dengan penyakit yang diderita oleh ibu seperti
anemia, hepatitis, hipertensi dan lain-lain juga bisa beresiko pada kematian baik itu
sebelum, sedang atau bahkan setelah proses persalinan (Astuti and Ertiana 2018).
Masalah-masalah tersebut baik kematian maupun kesehatan yang terjadi pada ibu
dan bayi sebenarnya tidak terlepas dari faktor sosial budaya dan lingkungan dalam lingkup
masyarakat dimana mereka tinggal. Disadari atau tidak pengaruh budaya terhadap status
kesehatan ibu dan bayi tidak dapat diabaikan begitu saja. Kesehatan adalah bagian
menyeluruh dari kebudayaan. Dari berbagai etnis di Indonesia menunjukan bahwa masalah
kesehatan ibu dan bayi yang berkaitan dengan budaya kesehatan sungguh meprihatinkan.
Metode Penelitian
Dalam pencarian artikel peneliti menggunakan pencarian dalam bahasa Indonesia
dan bahasa inggris dengan sumber yang relevan yang berhubungan dengan topic. Pencarian
artikel dilakukan dengan menggunakan database antara lain Google Scholar. Keyword
yang digunakan yaitu cultural practice”, “budaya”, pregnant woman”, ibu hamil”.
Artikel yang didapatkan dan sesuai dengan kriteria adalah 4 artikel nasional yang kemudian
akan direview.
Artikel pertama merupakan penelitian yag dilakukan oleh Mara Ipa,dkk (2016) pada
etnik Baduy dalam (Ipa, Prasetyo, and Kasnodihardjo 2016). Metode yang digunakan
adalah menggunakan penelitian kualitatif, dalam pengambilan data metode yang dilakukan
adalah dengan menggunakan cara mewawancara secara mendalam dan observasi. Dan
dalam pemilihan sampel informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling pada
Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1509 http://sosains.greenvest.co.id
ibu hamil, ibu nifas, dukun beranak atau paraji, bidan desa, ketua adat, tokoh pemuda, tokoh
adat, ibu usia subur, remaja puteri dengan jumlah keeluruhannya dari informan adalah
sebanyak 15 orang. Hasil yang diperoleh dalam penelitian, peneliti menemukan praktik
budaya sebagai pendukung kepatuhan pada pimpinan adat atau biasa disebut dengan
kokolot, perayaan tradisi sebagai media promosi program kesehatan, pemanfaatan obat
tradisional, pola pemukiman secara kluster. Faktor yang membahayakan tidak ada
pemeriksaan medis selama kehamilan, persalinan dan nifas, prosesi melahirkan secara
mandiri, tempat persalinan situasional (saung/rumah), lama waktu menunggu paraji,
pemotongan tali pusat, usia pertama kali melahirkan, melakukan aktivitas berat, larangan
menggunakan pakaian dalam dan pembalut wanita (Yuliani 2019). Artikel kedua
merupakan penelitian yang dilakukan oleh Husaini, dkk (2016).
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah adalah menggunakan penelitian
kualitatif dengan pendekatan analisis isi (content analysis) yang dilakukan di Kecamatan
Martapura Timur. Responden disini adalah sebagai subjek dalam penelitian ini adalah ibu
yang sedang hamil (trimester 1 sampai trimester tiga) serta ibu nifas yang menjalankan
tradisi suku Banjar yang diambil secara purposive sampling yaitu cara untuk menentukan
responden dilakukan dengan spontan sesuai dengan persyaratan responden yang
diperlukan, 2 orang dukun kampung suku Banjar, dan 1 orang bidan. Sehing jumlah
keseluruhan responden dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Hasil dari penelitian ini
Perilaku ibu hamil dan ibu nifas suku Banjar di Kecamatan Martapura timur yaitu dalam
hal memperoleh perawatan dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu dari dukun
kampung, adat istiadat dan dari tenaga kesehatan. Sedangkan pantangan ibu hamil dan nifas
dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu pantangan perilaku, makanan dan minuman.
Artikel yang ketiga merupakan penelitian yang dilakukan oleh Arum,P. Siti,A
(2010). Metode yang digunakan adalah Metode penelitian kualitatif dengan desain
fenomenologis. Sampel diambil dengan tehnik snowball sampling, yang masing-masing
kecamatan diambil 10%, Sampel berjumlah 21 keluarga kemudian dipilih 6 orang dari
salah satu anggota keluarga tersebut yang mempunyai anggota keluarga sedang hamil atau
nifas,untuk dilakukan interview secara mendalam. Hasil penelitian deskriptif, dari sampel
diseluruh kabupaten sukoharja rata-rata 50% - 75% masih melalukan upacara penguburan
plasenta, mempunyai pantangan dan kebiasaan yang harus dilakukan pada saat hamil,
mempunyai pantangan dan kebiasaan yang harus dilakukan saat nifas. Karena hal tersebut
maka teridentifikasinya alasan keluarga yang mempunyai perilaku budaya pada masa
kehamilan dan nifas adalah dalam upaya mempertahankan kesehatanya. Pada penelitian
lebih lanjut bisa dilakukan dengan menspesifikan pada masalah perilaku budaya tertentu.
Artikel keempaat merupakan hasil penelitian dari Hesty (2013). Metode penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian kualitatif yaitu dengan menggunakan
pendekatan Etnografi. Cara dalam memilih informan yaitu dengan menggunakan kriteria
informan dengan jumlah seluruhnya adalah sebanyak 14 orang. Cara mengumpulan
informasi yaitu dengan wawancara mendalam dan observasi, serta untuk kevalidan data
dilakukan triangulasi sumber. Untuk mengelolah dan menganalisis data menggunakan
analisis isi dan kemudian disajikan dalam bentuk naratif. Hasilnya memperlihatkan bahwa
sampai saat ini ritual yang masih dijalankan ibu hamil disuku Bugis Bone yaitu Makkatenni
Sanro dan Ma’cera Wettang atau Makkarawa Babua. Dalam hal perawatan ibu hamil juga
tidak lepas dari bantuan seorang dukun beranak atau paraji serta banyak pantangan yang
harus dipatuhi oleh seorang ibu yang sedang hamil.
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil literature review yang telah dipaparkan semua artikel menjelaskan hasil
penelitian tentang berbagai budaya perilaku pada ibu hamil di Indonesia.
Literatur Review: Budaya Perilaku Ibu Hamil di
Indonesia
2021
Ulfatun Nisa 1510
a. Suku Banjar
Wanita wanita hamil disuku banjar biasanya mengkonsumsi dan mengoleskan
minyak bangsul ke perut. Minyak bangsul merupakan nama lain dari minyak kelapa yaitu
minyak yang dipercaya oleh suku banjar untuk memudahkan persalinan. Mereka percaya
bahwa jika mengoleskan minyak bangsul ke perut persalinannya menjadi lancar meluncur
seperti halnya minyak.
Wanita hamil disuku banjar dalam mengkonsumsi minyak bangsul adalah dengan
meminumnya setiap pagi dan ketika umur kehamilan mencapai 7 bulan mereka
mengoleskan minyak bangsul ke perut. Dalam pandangan medis mengkonsumsi minyak
bangsul atau minyak kelapa saat hamil dapat melindungi anak dari efek stress sebelum
melahirkan, dan diyakini dapat menyebabkan masalah perkembangan neurologis setelah
melahirkan (Sari, Husaini, and Ilmi 2017).
Wanita hamil suku banjar tidak diperkenankan untuk keluar dari rumah maupun
hutan saat menjelang waktu maghrib (Rofelawaty 2018). Karena menurut kepercayaan
masyarakat suku banjar ibu hamil memiliki aroma tubuh yang sungguh harum, sehingga
akan mudah terkena ganggu makhluk halus, secara medis biologis ibu hamil tidak
diperkenankan untuk keluar pada malam hari hinga larut (Saputro 2017). Karena udara
pada malam hari akan mengancam kondisi ibu dan janin yang disebabkan karena udara
malam hari banyak mengandung karbondioksida (CO2).
b. Suku Baduy
Wanita hamil disuku baduy melakukan pemijatan pada perut ibu hamil. Biasanya
masyarakat baduy dalam melakukan pemijatan perutnya di dukun beranak atau biasa
disebut paraji. Masyarakat baduy dalam menyebut ritual pemijatan perut pada ibu hamil itu
dengan sebutan ngaragap beuteung. Mereka menyakini bahwa hal tersebut dapat
memudahkan ibu hamil dalam menjalani persalinan. Akan menjadi baik kondisi ibu hamil
apabila proses pemijatanya dilakukan dengan benar. Lain halnya apabila dalam proses
memijat para memberikan terlalu banyak tekanan, maka dampaknya akan mengganggu
janin yang ada didalam perut ibu hamil tersebut.
Secara medis tindakan memijat perut ibu hamil pada saat hamil terutama pada masa
trimester tiga tidak dibenarkan aman (Majir 2018). Diperbolehkan melakukan pengurutan
pada perut ibu hamil jika posisi bayi sungsang, dan itupun tidak dilakukan secara
sembarangan. Teknik pemijatan harus dilakukan dengan cara khusus dan dalam
pengawasan dokter spesialis kandungan, tidak semua ritual adat tersebut dilakukan.
Karena menurut masyarakat baduy itu sendiri mengungkapkan bahwa perawatan
kehamilan yang dianggap berbahaya bagi ibu maupun janin sepertinya dapat
membahayakan tali pusat (Anak, 2016).
Selain ritual pengurutan perut ibu hamil, wanita-wanita hamil disuku baduy juga
dilarang beraktifitas sehari- hari seperti sebelum hamil. Misalnya pergi ke ladang yang
jaraknya dari rumah jauh dan juga dengan jalanan yang tidak rata dan cukup berbahaya.
Menurut mereka perilaku tersebut sangat beresiko tidak baik untuk kehamilannya.
c. Suku Dayak
Lain halnya dengan suku baduy. Menurut masyarakat suku dayak sangau wanita
yang sedang hamil harus tetap melakukan aktifitas seperti biasanya seperti saat sebelum
wanita itu hamil. Yang sebagian besar pekerjaan masyarakat suku dayak adalah sebagai
petani.
Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1511 http://sosains.greenvest.co.id
d. Suku Bugis
Ma’cerra wettang merupakan ritual budaya yang dilakukan oleh masyarakat bugis
pada ibu hamil. Ritual ini dilaksanakan ketika umur ibu hamil (Nasruddin 2017). Memasuki
bulan ketujuh atau saat awal masuk masa trimester tiga. Menurut masyarakat bugis ritual
ini dapat memperlancar persalinan, dapat membuat posisi janin menjadi sempurna dan
dijauhkan dari segala gangguan dari makhluk halus. Prosesi ma’cerra wettang dilakukan
oleh dukun beranak atau paraji. Prosesnya yaitu dengan mengurut perut ibu hamil dengan
menggunakan minyak goreng yang dicampur dengan bawang merah. Hal itu dapat
dipercaya bahwa akan memudahkan ibu dalam melahirkan dan anaknya akan lahir dengan
selamat.
e. Suku Jawa
Masyarakat Jawa percaya bahwa wanita yang sedang mengandung tidak
diperbolehkan untuk mengkonsumsi telur, mereka percaya jika wanita hamil
mengkonsumsi telur maka akan susah saat melakukan persalinan (Intan 2018). Ibu hamil
juga dilarang untuk mengkonsumsi daging karena mereka percaya bahwa jika wanita yang
sedang hamil mengkonsumsi daging akan menimbulkan pendarahan. Secara medis budaya
pantangan makan malah justru akan merugikan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya
(Wijaya 2017). Contohnya seperi dilarang mengkonsumsi telur dan daging. Sebenarnya ibu
hamil sangat perlu untuk mengkonsumsi telur dan daging gunanya untuk memenuhi
kebutuhan gizi ibu hamil dan janin yang dikandungnya juga perlu nutrisi. karena pantangan
tersebut ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan gizinya menjadi kurang yang pada akhirnya
akan menyebabakan ibu menjadi anemia dan kurang energi. Dari hal tersebut saat
melakukan persalinan ibu hamil dapat mengalami pendarahan dan berat badan bayi baru
lahir rendah.
Kesimpulan
Budaya perilaku ibu hamil dari berbagai suku di Indonesia memiliki persamaan yaitu
melakukan pemijatan pada perut ibu hamil yang dilakukan oleh paraji atau dukun beranak.
Hal tersebut masih dipercayai oleh masyarakat suku banjar, suku baduy dalam dan suku
bugis. Selain hal budaya dalam perilaku ibu hamil sebagian daerah juga masih percaya pada
budaya pantang mengkonsumsi makanan tertentu. Misalnya pada masyarakat jawa, ibu
hamil pantang makan telur dan daging. Budaya perilaku dan pantangan makanan yang
masih dipercayai oleh masyarakat daerah di indonesia kadang memberikan alasan terkait
dengan kesehatan tetapi banyak juga alasan yang kurang bisa diterima dimata kesehatan.
Bibliografi.
Anak, Dengan Kejadian Tuberkulosis Pada. 2016. “Laporan Penelitian.” LPPM UNS.
Anwar, Khalidatul Khair. 2019. “Kearifan Budaya Lokal Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu
Dan Anak Pada Suku Bajo.” In Prosiding Seminar Nasional, , 58.
Astuti, Reni Yuli, and Dwi Ertiana. 2018. Anemia Dalam Kehamilan. Semarang: Pustaka
Abadi.
Farih, Amin. 2016. “Nahdlatul Ulama (NU) Dan Kontribusinya Dalam Memperjuangkan
Kemerdekaan Dan Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).”
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 24(2): 25184.
Intan, Tania. 2018. “Fenomena Tabu Makanan Pada Perempuan Indonesia Dalam
Perspektif Antropologi Feminis.” PALASTREN Jurnal Studi Gender 11(2): 23358.
Ipa, Mara, Djoko Adi Prasetyo, and Kasnodihardjo Kasnodihardjo. 2016. “Praktik Budaya
Perawatan Dalam Kehamilan Persalinan Dan Nifas Pada Etnik Baduy Dalam.”
Indonesian Journal of Reproductive Health 7(1): 2536.
Majir, Abdul. 2018. “Rekonstruksi Hubungan Komite Sekolah Dan Sekolah Sebagai
Literatur Review: Budaya Perilaku Ibu Hamil di
Indonesia
2021
Ulfatun Nisa 1512
Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan.” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio
10(2): 22331.
Mariati, Ulvi et al. 2011. “Studi Kematian Ibu Dan Kematian Bayi Di Provinsi Sumatera
Barat: Faktor Determinan Dan Masalahnya.” Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional (National Public Health Journal) 5(6): 24349.
Nasruddin, Nasruddin. 2017. “Tradisi Mappamula (Panen Pertama) Pada Masyarakat
Bugis Tolotang Di Sidenreng Rappang (Kajian Antropologi Budaya).” Rihlah: Jurnal
Sejarah dan Kebudayaan 5(1): 115.
Prasetyaningrum, Susanti. 2017. “Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi
Postpartum Blues.” Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi 4(2): 20518.
Rofelawaty, Budi. 2018. “Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Industri Pariwisata Dan
Kearifan Lokal Untuk Peningkatan PAD Provinsi Kalimantan Selatan.” Jurnal Ilmiah
Bisnis dan Keuangan 7(2).
Saputro, Anip Dwi. 2017. “Implementasi Pengaturan Karakter, Fisik Dan Jenis Kelamin
Janin (Dalam Kajian Tradisi, Sains Dan Islam).” Istawa: Jurnal Pendidikan Islam
2(1): 4372.
Sari, Lia Susvita, Husaini Husaini, and Bahrul Ilmi. 2017. “Kajian Budaya Dan Makna
Simbolis Perilaku Ibu Hamil Dan Ibu Nifas.” Jurnal Berkala Kesehatan 1(2): 7887.
Wijaya, Roni. 2017. Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan Berbasis
Budaya Madura (Studi Kualitatif Di Desa Pegantenan Kabupaten Pamekasan).
Yuliani, D W I Aniek. 2019. “Pilihan Perawatan Pasca Persalinan Pada Dukun Bayi (Studi
Kasus Di Desa Robayan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara).”
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.