Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1527 http://sosains.greenvest.co.id
ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA PADA DIALOG SPESIAL
BERSAMA JOKO WIDODO DALAM ACARA APA KABAR
INDONESIA MALAM: KAJIAN PRAGMATIK
Siti Sholiha, Elis Sopyanti dan Ratih Purnama Sari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
E-mail: [email protected], elissopiya[email protected] dan
ratih.purna17@mhs.uinjkt.ac.id
Diterima:
27 Oktober 2021
Direvisi:
14 November
2021
Disetujui:
15 November
2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan terwujudnya
kesopanan bahasa dalam percakapan Joko Widodo dengan
pembicara tamu Tysa Novenny, menggambarkan penyimpangan
prinsip kesopanan yang diucapkan oleh Joko Widodo dengan
Tysa Novenny. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif
dan analisis data dalam bentuk deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah pembicara dan mitra pidato dalam acara
dialog khusus dengan Joko Widodo. Data penelitian ini dalam
bentuk pidato dalam percakapan pembicara dan mitra bicara.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode pencatatan dan wawancara. Hasil kajian
kesederhanaan bahasa yang diucapkan saat berbincang dengan
mitra pidato dalam program dialog khusus Bersama Joko
Widodo terdapat kategori prinsip kesopanan selama percakapan
antara lain (1) pepatah kebijaksanaan (2) maksimalitas
kemurahan hati (3) maksimal pujian (4) maksimal kerendahan
hati (5) maxim of agreement (6) maxim simpati.
Kata kunci: Kesopanan, bahasa, Prinsip kesopanan
Abstract
This research aims to describe the realization of the politeness of
the language in the conversation of Mr. Jokowi with the guest
speaker Tysa Novenny, describing the deviations of the principle
of politeness spoken by Mr. Jokowi with Tysa Novenny. This type
of research is descriptive qualitative and analysis of data in the
form of qualitative descriptive. The data sources of this study
were speakers and speech partners in a special dialogue event
with Joko Widodo. This research data in the form of speech in
the conversation of speakers and speech partners. Data
collection in this study is to use the method of note-taking and
interviews. The results of the study of the modesty of language
spoken during conversations with speech partners in a special
dialogue program Together with Joko Widodo there are
categories of politeness principles during conversation including
(1) maxim of wisdom (2) maxim of generosity (3) maxim of
praise (4) maxim of humility (5) maxim of agreement (6) maxim
of sympathy.
Keywords: Decency, language, Principle of decency
Analisis Kesantunan Berbahasa Pada Dialog Spesial
Bersama Jokowidodo dalam Acara Apa Kabar Indonesia
Malam: Kajian Pragmatik
2021
Ratih Purnama Sari, Siti Sholiha dan Elis Sopyanti 1528
Pendahuluan
Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah
penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai
diri sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu
makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain (Hutagalung, 2017).
Agar kita dapat hidup bersama-sama dalam masyarakat dan diterima oleh masyarakat
tersebut, maka kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sesuai dengan
norma-norma dan nilai-nilai sosial dan saling menghormati yang dianut oleh masyarakat
tersebut termasuk diantaranya nilai kesantunan dalam berbicara (Hidayati, 2016).
Penelitian tentang kesantunan sangatlah penting. Penelitian kesantunan itu pada dasarnya
mengkaji penggunaan bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa tertentu
(Setiawan & Rois, 2017). Sopan santun adalah memberi penghargaan atau menghormati
orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat di sini tidak
berarti memberikan penghargaan atau menciptakan kenikmatan melalui kata-kata, atau
mempergunakan kata-kata yang manis sesuai dengan basa-basi dalam pergaulan
masyarakat beradab (Setyawati, 2013).
Teori tentang kesantunan berbahasa itu berkisar atas nosi muka atau wajah (face)
dalam ‘citra diri’ yang bersifat umum dan selalu ingin dimiliki oleh setiap anggota
masyarakat. Namun hal itu berkaitan dengan konteks. Konteks dalam tindak tutur adalah
hal yang tidak dapat dipisahkan (Widiyati, 2012).
Kesantunan berbahasa perlu diperhatikan ketika kita ingin berkomunikasi dengan
orang lain agar tidak terjadi kesalahpahaman (Mulatsih, 2014). Perilaku bertutur yang
dikatakan santun adalah apabila seseorang itu memperhatikan etika bahasanya terhadap
mitra tutur. Etika berbahasa itu sendiri sangat erat kaitannya dengan norma-norma sosial
yang berlaku di dalam masyarakat.
Penggolongan kesantunan berbahasa menggambarkan kesantunan atau
kesopansantunan penuturnya. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya harus
memperhatikan empat prinsip yaitu, penerapan prinsip kesantunan, penghindaran
pemakaian kata tabu (taboo), penggunaan eufemisme, yaitu ungkapan penghalus, dan
penggunaan pilihan kata honorific (Wibisono & Haryono, 2020). Penggunaan kata tabu di
dalam kelas contohnya kata “mati” yang terkesan lebih kasar dibanding kata “meninggal”
(Asmi, 2013).
Dalam ilmu bahasa pragmatik juga dikenal adanya prinsip kesantunan (Politeness
Principles) yang disampaikan oleh sejumlah linguis salah satunya adalah oleh Leech
(Lestari & Indiatmoko, 2016). Secara keseluruhan, prinsip kesantunan yang disampaikan
Leech tersebut mengandung enam buah maksim yang harus sangat diperhatikan oleh
penutur dan mitra tutur, untuk menjadikan percakapan yang sedang berjalan itu benar-
benar berciri santun (Pasaribu, 2020).
Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1529 http://sosains.greenvest.co.id
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam tulisan dipilah dalam tiga bagian, yaitu dalam
melaksanakan (a) penjaringan data (b) analisis data, dan (c) penyajian hasil. Untuk
mendapatkan data digunakan metode penjaringan data melalui data lisan. Dalam
pengumpulan data dibantu dengan metode simak yang disertai teknik sadap dan teknik
catat. Dalam melaksanakan Teknik sadap sering dibantu Teknik lanjutan, yaitu
keterlibatan dalam percakapan. Pada prinsipnya metode pengumpulan data di dalam
penelitian ini mengikuti metode yang dinamakan metode simak (Sudaryanto, 1993: 133).
Bentuk penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan jenis bentuk
penyimpangan prinsip kesopanan dalam wacana tutur Joko Widodo.
Sumber data tulis diambil digunakan langsung teknik catat, sumber data pada
penelitian ini adalah dialog spesial bersama Joko Widodo dalam acara apa kabar
indonesia malam yang dapat diunduh di media youtube sebagai bahan kajian. Analisis
data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus-menerus, yang
meliputi 3 hal yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan
Hasil dan Pembahasan
Dalam berkomunikasi yang wajar dapat diasumsikan bahwa seorang penutur
mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada
lawan tutur dan berharap lawan tutur bisa memahami apa yang hendak dikomunikasikan.
Untuk itu penutur selalu berusaha agar tujuannya relevan dengan konteks, jelas, dan
mudah dipahami, padat, serta ringkas dan selalu pada pokok persoalan. Oleh sebab itu
dalam berkomunikasi diperlukan aturan yang berupa prinsip kesantunan (maksim). Grice
mengemukakan dalam rangka melaksanakan prinsip kesantunan itu, setiap penutur harus
mematuhi 6 prinsip maksim kesantunan dalam percakapan itu yaitu, (1) prinsip
kesantunan maksim kearifan, (2) prinsip kesantunan maksim kedermawanan (3) prinsip
kesantunan maksim pujian (4) prinsip kesantunan maksim kerendahan hati (5) prinsip
kesantunan maksim kesepakatan, dan (6) prinsip kesantunan maksim simpati.
Sehingga penulis menyimpulkan bahwa pragmatik adalah suatu ilmu yang
mempelajari mengenai maksud penutur dan yang ditafsirkan oleh lawan bicaranya.
Dalam pragmatik dijabarkan mengenai aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh para
penutur agar apa yang dituturkan dapat diterima secara efektif oleh lawan bicaranya.
Aturan-aturan tersebut disebut dengan prinsip kesantunan atau maksim saopan santun,
namun pelanggaran terhadap prinsip sopan santun justru dapat menimbulkan humor.
Maksim kearifan
Maksim kearifan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan
hendaknya berpegang teguh pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya
sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang
bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim kearifan dapat dikatakan sebagai
orang santun. Semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu
untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula tuturan yang diutarakan
secara tidak langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan
secara langsung.
Tuturan pada data tersebut konteks tuturannya adalah saat sedang dialog dalam
acara dialog spesial bersama Joko Widodo, bersama dengan Tysa Novenny. Data tersebut
terdapat pelanggaran yang terjadi berdasarkan dalam maksim berbahasa adalah : tuturan
tersebut tidak enak didengar dan tidak pantas diucapkan karena mengandung unsur
kearifan. Pada prinsip kesantunanan maksim kearifan ini, penutur hendaknya
Analisis Kesantunan Berbahasa Pada Dialog Spesial
Bersama Jokowidodo dalam Acara Apa Kabar Indonesia
Malam: Kajian Pragmatik
2021
Ratih Purnama Sari, Siti Sholiha dan Elis Sopyanti 1530 1528
menggunakan diksi-disksi yang halus dalam diskusi, tuturan yang tidak langsung, tidak
memaksakan pendapatnya serta menggunakan kata “maaf” ketika ingin membantah
diskusi. Tuturan dalam dialog tersebut, penyimpangan maksim kearifan diatas pada data
dapat dilihat bahwa penanya melakukan penyimpangan maksim kearifan yang
menggunakan kata “maaf” ketika ingin membantah diskusi. Dari tuturan penanya terlihat
bahwa penanya tidak menggunakan kata maaf yang dianggap lebih santun ketika ingin
menyanggah suatu pendapat orang lain. Seharusnya ketika kita ingin menyanggah atau
tidak setuju dengan pendapat kelompok lain bisa menggunakan kata “maaf” terlebih
dahulu. Karena dengan begitu kita sudah mematuhi maksim kebijaksanaan/ kearifan yang
mengutamakan orang lain.
Maksim Kedermawanan
Pada maksim ini mengharapkan peseta tutur mengurangi keuntungan diri sendiri
dan memaksimalkan pengorbanan diri sendiri. Maksim kedermawanan berpusat pada diri
sendiri. Seseorang yang berusaha menambahkan beban pada dirinya demi orang lain,
maka ia merugi maksim kedermawanan. Berikut adalah contoh tuturan yang
mengikuti maksim kedermawanan.
Berdasarkan contoh diatas, kita bisa melihat bahwa tuturan Joko Widodo yang
berupa kalimat pernyataan mampu membuat Tysa Novenny (host) memenuhi keinginan
penutur. walaupun tidak ada pernyataan secara langsung, tetapi kawan tutur
memahaminya sehingga menerapkan maksim kedermawanan yang memaksimalkan
kerugian diri sendiri atau menambah beban kepada dirinya. Mungkin saja kawan tutur
memberikan jawaban seperti “iyah”. Namun, mitra tutur tidak berkata demikian. Dia pun
tidak menunggu untuk menjawab secara langsung oleh mitra tuturnya. Sehingga dapat
dikatakan memenuhi prinsip kesantunan berbahasa.
Maksim Pujian
Pelanggaran maksim pujian terjadi jika tutur tidak mematuhi prinsip dari maksim
pujian, yaitu dengan menambah cerita pada orang lain dan mengurangi pujian pada orang
lain. Prinsip maksim ini adalah kecamlah orang lain sedikit mungkin, pujilah orang lain
sebanyak mungkin. Poin penting dalam maksim ini adalah jangan mengatakan hal-hal
yang tidak menyenangkan pada orang lain (Rahmi, Tressyalina, & Noveria, 2018).
Dengan maksim ini diharapkan para peserta tutur tidak saling mencaci, tidak saling
mengejek dan tidak saling meremehkan orang lain, jadi, tuturan dianggap sopan apabila
selalu berusaha memberikan penghargaan pada pihak lain. Berikut adalah contoh tuturan
yang mengikuti maksim pujian.
Mitra tutur tersebut menunjukkan bahwa kondisi yang saat ini dialami oleh
perekonomian orang banyak di daerah mereka mengeluhkan karena harga-harga yang
menjulang tinggi dan mitra tutur memuji kepada kawan tutur bahwa katanya ekonomi
kita sudah lumayan bagus dan mitra tutur berharap sekali kepada kawan tutur untuk dia
menjawab hal tersebut dengan sesuai kata yang dijawab oleh kawan tutur menunjuk pada
kata “jangan sampai lupa bersyukur” dengan permohonan seperti itu.
Maksim Kerendahan Hati
Prinsip maksim ini adalah pujilah diri sedikit mungkin, kecamlah diri sendiri
sebanyak mungkin. Jadi, dalam maksin ini peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah
hati dengan cara mengurangi pujian pada diri sendiri (Hamdani, Karomani, & Ariyani,
2017). Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati apabila di dalam kegiatan
bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Dalam masyarakat Bahasa
dan budaya Indonesia, kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai
Volume 1, Nomor 11, November 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1531 http://sosains.greenvest.co.id
parementer penilaian kesantunan seseorang. Berikut adalah contoh tuturan yang
mengikuti maksim kerendahan hati.
Dari tuturan diatas dijelaskan bahwa ketika mitra tutur memberikan ujaran terhadap
kawan tutur dengan kata-kata yang melebih-lebihkan disitu kawan tutur menjawabnya
dengan kata “ya, gapapa” kata “ya gapapa” itu dapat menjawab dalam prinsip kesantunan
dalam maksim kerendahan hati. kawan tutur menjawab dengan menjelaskan dengan
berbagai kata yang bisa mengancam maksim kerendahan hati terhadap argument yang
diberikan oleh mitra tutur.
Maksim kesepakatan
Pada pokok intinya maksim kesepakatan/ kecocokan adalah mengharuskan penutur
untuk menambah kecocokan/ kesepakatan antara diri sendiri dengan orang lain sebanyak
mungkin dan mengurangi ketidakcocokan / ketidaksepakatan antara diri dengan orang
lain (Riyanto, 2013). Berikut adalah contoh tuturan yang mengikuti maksim kesepakatan.
Pada data di atas merupakan bentuk pelanggaran prinsip sopan santun maksim
kesepakatan/ kecocokan. Tuturan pada data ini terdapat pelanggaran berdasarkan maksim
berbahasa adalah “lho kenapa”, pelanggaran tersebut jelas terdapat kata-kata yang tidak
enak didengar dan tidak santun. Tuturan tersebut mengarah pada penolakan dan
membantah. Tuturan tersebut tergolong melanggar prinsip sopan santun dengan maksim
kesepakatan/ kecocokan, karena mitra tutur tersebut mengurangi kecocokan antara
dirinya dengan orang lain dan menambah ketidaksepakatan/ ketidakcocokan antara diri
dengan orang lain yaitu dengan tidak cocoknya dengan kawan tutur (Wahyuni, 2018).
Maksim simpati
Pada maksim ini penutur diharapkan dapat menambah rasa simpati terhadap orang
lain dan mengurangi rasa empati antara diri sendiri terhadap orang lain. Berikut adalah
contoh tuturan yang mengikuti maksim simpati.
Dari data tersebut terdapat tuturan yang tidak sopan untuk melakukan kesimpatian
terhadap orang lain, selain itu tuturan tersebut juga tidak sopan terhadap kawan tutur.
Dari data tersebut terdapat tuturan “bukan hanya ke pasar hanya mau pilpres, engga..”.
dari tuturan ini merupakan bentuk penolakan yang tidak sopan. Tuturan ini tergolong
pelanggaran prinsip sopan santun pada maksim simpati, karena mitra tutur menambah
rasa empati sebesar mungkin terhadap orang lain, yaitu kawan tutur mengurangi rasa
simpati terhadap orang lain sebesar mungkin (Mardiastuti, 2011).
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai pematuhan prinsip kesantunan dalam kegiatan
diskusi dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadikan tuturan
tersebut bersifat santun dalam kegiatan diskusi yaitu (1) penutur mampu mengungkapkan
ketidaksetujuan tanpa memojokkan mitra tutur, (2) penutur mampu memberikan
tanggapan positif terhadap mitra tutur. (3) penutur mampu berhati-hati dalam pemilihan
kata. (4) faktor lain yang ikut berpengaruh yakni saat berjalannya diskusi, terutama saat
ingin mempersilahkan seseorang yang menggunakan kata “terimakasih“ akan terdengar
lebih santun dan mematuhi prinsip kesantunan. (5) saat bertutur, penutur tidak
menyinggung mitra tutur. (6) penutur mampu memperhatikan pesan yang ingin
disampaikan, baik itu dari segi pemilihan kata maupun penyampaian sebuah tuturan
tersebut. Penelitian kesantunan berbahasa perlu ditingkatkan, karena sangat berguna
dalam proses komunikasi dengan orang lain terutama masalah kesantunan dalam
berbahasa.
Analisis Kesantunan Berbahasa Pada Dialog Spesial
Bersama Jokowidodo dalam Acara Apa Kabar Indonesia
Malam: Kajian Pragmatik
2021
Ratih Purnama Sari, Siti Sholiha dan Elis Sopyanti 1532 1528
Bibliografi.
Asmi, S. R. I. (2013). Pemakaian Disfemisme Pada Wacana Lisan Indonesia Lawyers
Club Dan Hubungannya Dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sma.
Mataram: Universitas Mataram.
Hamdani, Hamdani, Karomani, Karomani, & Ariyani, Farida. (2017). Kesantunan Debat
Politik di TV ONE dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar SMA. J-SIMBOL
(Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya), 5(2).
Hidayati, Nurul. (2016). Konsep Integrasi Tripusat Pendidikan Terhadap Kemajuan
Masyarakat. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 11(1).
Hutagalung, Heriyawan. (2017). Kesantunan berbahasa dalam diskusi dan relevansinya
pada pembelajaran bahasa siswa SMA Negeri 1 Sibolga. Medan: UNIMED.
Lestari, Titi Puji, & Indiatmoko, Bambang. (2016). Pelanggaran Prinsip Percakapan Dan
Parameter Pragmatik Dalam Wacana Stand Up Comedy Dodit Mulyanto. Seloka:
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(2), 148162.
Mardiastuti, Nuning Tri. (2011). Tindak Tutur Direktif Guru SMA Muhammadiyah 1
Karanganyar (dalam Pembelajaran di Kelas XI).
Mulatsih, Sri. (2014). Ketidaksantunan berbahasa pada pesan singkat (SMS) Mahasiswa
Ke Dosen.
Pasaribu, Jennifer Regina. (2020). Analisis Prinsip Kesantunan Dalam Novel The
Puppeter Karya Jostein Gaarder.
Rahmi, Ulva, Tressyalina, Tressyalina, & Noveria, Ena. (2018). Kesantunan Bahasa Sms
(Short Message Service) Mahasiswa Terhadap Dosen Jurusan Bahasa Indonesia
Pada Semester Ganjil 2017/2018 Di Universitas Mahaputra Muhammad Yamin
Solok. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(1), 7078.
Riyanto, Udik. (2013). Realisasi Kesantunan Berbahasa pada Percakapan Siswa dengan
Guru di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Setiawan, Heru, & Rois, Syamsudin. (2017). Wujud Kesantunan Berbahasa Guru: Studi
Kasus di SD Immersion Ponorogo. Jurnal Gramatika, 3(2), 145161.
Setyawati, Rukni. (2013). Kesantunan berbahasa dalam pembelajaran di kelas.
Wahyuni, Wida. (2018). Analisis Maksim Kesantunan Berbahasa Indonesia Dakwah
Ustaz Nur Maulana Melalui Trans TV. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Wibisono, Bambang, & Haryono, Akhmad. (2020). Komunikasi Antarbudaya Di Tapal
Kuda (Antisipasi Konflik Dalam Keluarga). Yogyakarta: Deepublish.
Widiyati, Dian. (2012). Kesantunan Kelakar Dalam Acara Opera Van Java Di Trans 7.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.