Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1541 http://sosains.greenvest.co.id
ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PERTANIAN BAWANG
MERAH KABUPATEN MALAKA DARI ASPEK EKONOMI, SOSIAL
DAN LINGKUNGAN
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius
Universitas Nusa Cendana Kupang, Indonesia
E-mail: melia[email protected], agust[email protected] dan
aadutae@yahoo.com
Diterima:
26 November
2021
Direvisi:
06 Desember
2021
Disetujui:
15 Desember
2021
Abstrak
Latar belakang: Pembangunan merupakan proses gerak maju
dalam lingkangaran kehidupan masyarakat. Pada sektor
pertanian pembangunan bertujuan untuk kesejahteraan manusia.
Proses pembangunan pertanian dengan berbagai metode
kontekstual terjadi dalam lingkaran kehidupan manusia yang
berhubungan dengan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Ketiga aspek kehidupan yang melingkari perkembangan manusia
tersebut mesti menjadi pertimbangan dalam pembangunan baik,
nasional maupun lokal agar pembangunan yang dimaksud masuk
dalam kategori berkelanjutan. Kabupaten Malaka sejak terbentuk
menjadi DOB yang defenitif memberi perhatian pada
pembangunan pertanian dengan program primadona yakni
Revolusi Pertanian Malaka (RPM). RPM mengusung metode
pembangunan pertanian sebagai sebuah proses menuju
perubahan dalam pertanian. Metode: Metode pendampingan tim
ahli, pemanfaatan teknologi pertanian, pemilihan bibit unggul
dan subsidi lain sebagai input produksi khusus budidaya bawang
merah merupakan senjata ampuh dalam menggapai tujuan akhir
mencapai kesejahteraan. Hasil: Konteks pembanganunan ini
dihadapankan pada asas keberlanjutan yang mesti meliputi aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisa keberlanjutan dari usaha
pertanain bawang merah Kabupaten Malaka dari aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan. Untuk dapat menggetahui dan
menganalisi status keberlanjutan dari usaha pertanian bawang
merah tersebut menggunakan alat analisis MDS. Kesimpulan:
Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui status
keberlanjutan dari ketiga aspek dari usaha pertanian bawang
merah yang dimaksud. Hasil analisis keberlanjutan dari usaha
pertanian bawang merah Malaka tersebut termasuk dalam
kategori atau status kurang berkelanjutan dengan nilai 45.78.
Nilai tersebut menjadi acuan dalam menarapkan rencana
tindaklanjut dari usaha pertanian bawang merah Kabupaten
Malaka.
Kata kunci: Pembangunan, Pertanian Bawang Merah
Berkelanjutan, Teknologi Pertanian
Abstract
Background: Development is a process of moving forward in the
circle of community life. In the agricultural sector, development
aims at human welfare. The process of agricultural development
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1542
with various contextual methods occurs in the circle of human
life related to economic, social and environmental aspects. The
three aspects of life that surround human development must be
considered in both national and local development so that the
development in question is included in the sustainable category.
Since it was formed, the Malacca Regency has become a
definitive new autonomous region that has paid attention to
agricultural development with the prima donna program, namely
the Malacca Agricultural Revolution (RPM). RPM carries out
the agricultural development method as a process towards
change in agriculture. Methods: The method of assisting a team
of experts, utilizing agricultural technology, selecting superior
seeds and other subsidies as production inputs specifically for
shallot cultivation are powerful weapons in achieving the
ultimate goal of achieving prosperity. Results: The context of
this development is exposed to the principle of sustainability
which must include economic, social and environmental aspects.
Therefore, the purpose of this research is to analyze the
sustainability of the shallot farming business in Malacca
Regency from the social, economic and environmental aspects.
To be able to know and analyze the sustainability status of the
shallot farming business using the MDS analysis tool.
Conclusion: This analytical tool is used to determine the
sustainability status of the three aspects of the shallot farming
business in question. The results of the sustainability analysis of
the Malacca shallot farming business are included in the
category or status of less sustainable with a value of 45.78. This
value is a reference in implementing a follow-up plan for the
shallot farming business in Malacca Regency.
Keywords: Shallot Farming Development
Sustainable
Pendahuluan
Sektor agraris merupakan sektor penting dalam keberlangsungan hidup manusia.
Sektor agraris berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan perekonomian
masyarakat (Wahyudi, 2018). Program-program pembangunan baik skala internasional,
nasional maupun lokal hendaknya senantiasa menempatkan sektor pertanian sebagai
fokus pembangunan dengan tujuan untukmenunjang pertumbuhan ekonomi dan pangan
masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama (Ir H Zulkifli Sjamsir, 2017).
Kabupaten Malaka menjawab kebutuhan dan peluang pasar dengan mengarahkan
perhatian dan bentuk-bentuk kebijakan terhadap arah pembangunan pertanian. Sektor
pertanian menjadi penjamin bagi kebutuhan pangan dan perkembangan perekonomian
daerah dan kesejahteraan masyarakat umumnya dan petani pada khususnya menjadi fokus
perhatian dalam pembangunan. Pemerintah memusatkan perhatian pada pembangunan
pertanian dengan program unggulan yang disebut sebagai Revolusi Pertanian Malaka
(RPM). Program unggulan ini memberi perhatian pada pengelolaan lahan secara modern
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1543 http://sosains.greenvest.co.id
yang disertai dengan peningkatan sumberdaya petani dengan pembentukan kelompok tani
dan pendampingan tim ahli. Melalui pendampingan tim ahli yang bertujuan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian di kalangan masyarakat petani
mulai menunjukan hasil yang menjanjikan, dimana para petani telah banyak memiliki
alat-alat modern seperti mesin-mesin bajak, tanam dan lain-lain walaupun tidak seluruh
petani yang ada memiliki alat tersebut. Sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi
pertanian memberi kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas pertanian di
pedesaan (Muniroh, Nugraha, & Purnaningsih, 2020).
Stretegi RPM secara garis besar mengarah kepada motivasi dan menciptakan
peluang bagi perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat terutama masyarakat
petani (Nisa, 2017). RPM dengan sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian
serta model pertanian modern dalam kehidupan petani di Malaka, khususnya Petani
Kecamatan Malaka Barat adalah gagasan yang akan membawah dampak positif bagi
pembangunan pertanian kabupaten Malaka, khususnya usaha pertanian bawang merah.
Berdasarkan pengamatan awal bahwa jumlah produksi hasil pertanian Malaka khusus
Petani Kecamatan Malaka Barat terdapat peningkatan yang signifikan dari kebiasan
bertani sebelumnya dibdandingkan dengan hasil pertanian dengan sentuhan program
RPM. Produktivitas hasil pertanian bawang merah terus meningkat dapat pulah menjadi
alasan bagi para petani untuk memperluas area garapan dengan mengarahkan model
pertanian subsisten kepada model pertanian komersial; yang memiliki peluang
pendapatan ekonomi yang tinggi.
Menurut kepala desa Fafoe bahwa data Kependudukan Desa Fafoe Kecamatan
Malaka Barat yang berjumlah 548 KK dengan KK Petani sebanyak 400. Dari jumlah 400
KK sejak tahun 2017 ketika diperkenalkan dengan pertanian bawang merah dari program
revolusi pertanian terdapat progres yang menjanjikan. Ini terbukti melalui data bahwa
pada tahun 2017 petani membuka lahan bawang merah seluas ±20 ha; dan pada tahun
2018 tercatat teradapat ±64 ha lahan pertanian bawang merah. Progresifitas ini secara
implisit menunjukan adanya kemauan dan keterbukaan petani lokal untuk menerima
metode budidaya bawang merah yang ditawarkan melalui program RPM. Budidaya
bawang merah 50 ha telah menghasilkan ± 500ton bawang merah di beberapa desa,
seperti Desa Fafoe, Oan Mane, Motaain dan Sikun, pada musim tanam 2017. Pos
Kupang.com (2018).
Tujuan akhir dari Program RPM sebagai tujuan sosial ekonomi adalah perbaikan
taraf hidup petani. Tujuan tersebut teraktualisasi dalam metode pembentukan kelompok
tani, pendampingan oleh penyuluh dan tim pakar, pemberian modal usaha dan bantuan
peralatan teknologi pertanian. Metode-metode ini secara ekonomis diharapkan dapat
memberi keuntungan bagi usaha pertanian bawang merah Malaka. Dari aspek sosial
tujuan yang diharapkan dari program RPM agar memberi pengaruh kepada masyarakat
petani pada umumnya (di luar kelompok tani) yang dapat mengubah pola bertani dari
pola pertanian subsisten kepada pola pertanian komersial. Salian itu dapat pula mengubah
pola bertani jagung, kacang hijau dan lain sebagainya kepala budidaya bawang merah.
Metode-metode capaian yang disepakati sebagai media aktualisasi program RPM
dapat berbenturan dengan situasi masyarakat yang kemudian akan menjadi kendala dan
hambatan dalam mencapai tujuan keberlanjutan dari usaha pertanian bawang merah
Kecamatan Malaka Barat. Persoalan dan kendala-kendala tersebut secara inter antara lain.
Kemampuan manejerial (keuangan) dalam memanfaatkan bantuan modal awal (subsidi)
dalam program RPM; Perilaku petani yang terpola dengan model bertani secara
tradisional subsisten dalam merealisasikan, program usaha pertanian bawang merah serta
dalam mempengaruhi dan mengubah pola bertani masyarakat pada umumnya; Tingkat
pendidikan dan pemahaman para petani yang rendah dalam mengaplikasikan program
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1544 1542
RPM serta dalam memanfaatkan teknologi pertanian yang diperkuat dengan keterbatasan
akses informasi. Kemampuan para petani untuk menerapkan model usaha pertanian
bawang merah yang ramah lingkungan.
Metode-metode capaian di atas menjadi alat ukur untuk mencapai tujuan dari
penelitian ini. Ada pun tujuan dari tulisan adalah menganalisa keberlanjutan dari usaha
pertanain bawang merah Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka dari aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan.
Metode Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka dengan
fokus wilayah pada 2 desa yakni, Desa Fafoe dan Desa Motaain. Kecamatan Malaka
Barat dengan dua desa yang dipilih sebagai tempat penelitian merupakan wilayah desa
yang menjadi sentra pengembangan usaha pertanian bawang merah sebagai aplikasi dari
program unggulan pembangunan pertanian Kabupaten Malaka yakni program RPM.
Kegiatan survei lapangan dilaksanakan mulai Bulan Agustus hingga Oktober 2019.
Penelitian difokuskan pada tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu dimensi
ekologi, ekonomi dan sosial. Penentuan variabel dalam ketiga dimensi berdasarkan
modifikasidari hasil penelitian terdahulu Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan,
sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas terkait untuk melengkapi data primer. Data
primer diperoleh dari anggota kelompok tani (Poktan) dan penyuluh. Cara memperoleh
data dengan kuesioner maupun wawancara langsung. Data diperoleh dengan teknik
purposive sampling (bertujuan). Observasi lapangan dilakukan untuk mengamati sendiri
usaha pertanian bawang merah petani. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka,
dokumen dinas terkait, dan sumber di internet.
Hasil dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak dan Aksesibilitas
Kabupaten Malaka adalah salah satu kabupaten dari 22 kabupaten/kota di Provinsi
NTT, yang dimekarkan dari Kabupaten Belu pada tanggal 11 Januari 2013 sesuai amanat
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2013 tentang pembentukan Kabupaten Malaka di
Provinsi NTT dan terletak di daratan Timor. Posisi geografis Kabupaten Malaka di
daratan Timor, Provinsi NTT adalah di bagian paling timur dan secara geopolitik,
memiliki posisi strategis karena berbatasan langsung dengan Negara Republik
Demokratik Timor Leste (RDTL). Kabupaten Malaka berbatasan darat atau langsung
dengan Negara Timor Leste dan berbatasan laut dengan Negara Australia (Dokumen
RPIJM 2017-2021).
Kecamatan Malaka Barat khususnya Desa Fafoe, Desa Oan Mane dan Desa
Motaain sebagai sentra pengembangan usaha pertanian bawang merah Malaka. Letak
ketiga desa tersebut berjarak ± 5 Km dari pusat Kecamatan Malaka Barat-Besikama.
Konsentrasi usaha pertanian bawang merah yang dimaksud untuk kesejahteraan
masyarakat sebagai tujuan dari program unggulan RPM di Kabupaten Malaka.
2. Topografi
Topografi Kabupaten Malaka terdiri dari pesisir, dataran rendah, lembah dan
sebagian besar merupakan perbukitan di bagian utara dengan ketinggian wilayahnya
antara 0-800 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Titik tertingginya berada di Gunung
Mandeu di Kecamatan Malaka Timur, perbatasan Kabupaten Belu. Kabupaten Malaka
memiliki panjang garis pantai 82,94 Km (Mata, Alfian, & Djoko, 2021).
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1545 http://sosains.greenvest.co.id
Bentuk topografi wilayah Kabupaten Malaka merupakan daerah datar berbukit-
bukit hingga pegunungan dengan sungai-sungai yang mengalir dari utara ke selatan
mengikuti arah kemiringan lerengnya. Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Malaka
mengalir dari bagian selatan dan bermuara di Laut Timor. Morfologi daratan Kabupaten
Malaka juga bervariasi dari datar, bergelombang dan berbukit serta bergunung dengan
lereng dominan agak landai sampai curam.
3. Iklim
Kabupaten Malaka merupakan daerah tropis dengan 2 musim yakni musim
kemarau (April-Nopember) dan nusim hujan (DesemberMaret). Iklim ini sangat
dipengaruhi oleh eksistensi perairan laut yang luas dan berlangsung seirama dengan iklim
musim yang ada. Suhu rata-rata 27,6°C, dengan interval (pada bulan Agustus) 21,50C
(Bulan Nopember) 33,70C. Suhu terendah terjadi pada bulan Agustus dan suhu tertinggi
terjadi pada bulan November. Unsur iklim lain berupa curah hujan dan jumlah hari hujan
sangat bervariasi sepanjang tahun. Hujan terjadi pada November dengan rata-rata curah
hujan 218,7 mm sampai Juni dengan rata-rata curah hujan 717 mm. Selama periode ini
terjadi dua titik curah hujan tertinggi yakni di Bulan Januari dan Bulan Juni. Jumlah curah
hujan selama satu tahun tercatat sebanyak 1.319 mm dengan hari hujan sebanyak 73 hari.
Kondisi curah hujan di Kabupaten Malaka bervariasi antara 16-172 mm/bulan.
Curah hujan rendah (16-68 mm/bulan) mendominasi wilayah bagian timur, yakni
Kecamatan Kobalima Timur, Kobalima, Botin Loebele, Malaka Timur, Malaka Tengah,
Malaka Barat, Weliman dan Wewiku dengan luasan wilayah sebesar 875,64 Ha. Curah
hujan sedang (69-119 mm/bulan) terdapat di wilayah bagian barat, yakni Kecamatan
Rinhat, Io Kufeu dan Sasitamean dengan luasan wilayah sebesar 284,99 Ha, (BPS
Malaka, 2018).
Tabel 1. Data curah hujan 6 (enam) tahun terakhir
Tahun
Jan
Peb
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Rata-Rata
2014
X
82
93
136
92
77
3
0
0
0
212
84.09091
2015
159
176
110
212
84
20
0
8
0
0
200
107.4167
2016
83
496
24
375
140
42
27
0
67
0
61
122.75
2017
172
183
247
77
101
26
38
0
8
202
101
100.9167
2018
200
80
35
43
55
32
24
0
0
29
177
66.58333
2019
187
164
128
88
39
0
13
0
0
83.9
Jmlh
801
1181
637
931
511
197
105
8
75
231
751
Sumber: Data dari BMKG Kupang Oktober 2019
Keadaan curah hujan Kecamatan Malaka Barat tersebut dalam tabel 4.1 dapat
menjadi acuan dalam pengembangan usaha pertanian bawang merah. Acuan penting dari
keadaan curah hujan di atas berkaitan erat dengan tahapan perseiapan lahan, penentuan
musim tanam sampai pada tahapan panen dan pemasaran. Keadaan curah hujan ini harus
menjadi pengetahuan dan pegangan para pelaku dalam usaha pertanian bawang merah
Kabupaten Malaka.
4. Kondisi Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Malaka didominasi oleh Aluvial, Latosol dan Renzina.
Jenis tanah Aluvial seluas 46.,828,74 Ha, sebagian besar tersebar di Kecamatan Malaka
Barat, Wewiku, Malaka Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur. Jenis tanah latosol
seluas 39.194,82 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Rinhat, Sasitamean,
Laenmanen, Malaka Timur dan Botin Leobele. Sementara jenis tanah Renzina seluas
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1546
21.829,18 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Weliman, Malaka Tengah dan Io
Kufeu. Selain ketiga jenis tanah tersebut, di Kabupaten Malaka terdapat pula jenis tanah
Grumosol dan Mediteran, meskipun luasannya hanya sedikit. Jenis tanah Grumosol
terdapat di Kecamatan Laenmanen seluas 209.82 Ha, sementara Jenis tanah Mediteran
terdapat di Kecamatan Io Kufeu dan Rinhat seluas 1.690,66 Ha. Rincian lokasi dan luasan
berbagai jenis tanah di Kabupaten Malaka dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 2. Rincian lokasi dan luasan berbagai jenis tanah di Kabupaten Malaka
NO
JENIS TANAH
LUAS (HA)
1
Aluvial
46,828.74
2
Grumosol
209.82
3
Latosol
39,194.82
4
Mediteran
1,690.66
5
Renzina
21,829.18
6
Lainnya
1,852.61
JUMLAH
111,605.83
Sumber: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian,
2011
B. Kondisi Ekonomi dan Sosial Masyarakat
1. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi Kabupaten Malaka bergantung kepada keadaan dan potensi
wilayah serta kondisi penduduk setempat. Pemahaman atas kondisi ekonomi Kabupaten
Malaka haruslah berdasar pada keadaan kependudukan Kabupaten Malaka. Keadaan
kependudukan yang dimaksud meliputi jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta
jumlah rumah tangga miskin. Beberapa unsur tersebut mewakili beberapa standar yang
ditetapkan sebagai ukuran untuk menentukan tingkatan dan standar perekonomian
masyarakat (Purba et al., 2021).
Tabel 3. Data Kependudukan dari Sisi Ekonomi
Kecamatan
Penduduk
Rumah
Tangga
Luas area
(KM
2
)
Kepadatan
(KM
2
)
Kepadatan
/RT
Rumah
Tangga
Miskin
Wewiku
17.029
4.169
97.9
174
4
9.979
Malaka Barat
17.299
4.230
88.25
196
4
14.044
Weliman
19.869
4.860
87.41
227
4
12.420
Rinhat
14.029
3.411
151.72
92
4
10.097
Io Kufeu
39.699
7.605
168.69
235
5
6.235
Sasita Mean
4.389
1.077
39.03
112
4
6.153
Malaka Tengah
7.979
1.951
65.48
122
4
16.380
Botin Loebele
5.229
1.343
67.79
77
4
2.992
Laen Manen
10.091
2.435
83.28
121
4
8.534
Malaka Timur
19.489
4.392
94.02
207
4
6.105
Kobalima
24.432
4.537
120.95
202
5
7.079
Kobalima Timur
6.778
1.305
96.11
71
5
3.327
Jumlah
186.312
41.315
1160.63
161
5
103.345
Sumber: BPS Malaka 2018
Kondisi kependudukan yang tersaji pada tabel 3, baik dari sisi sosial yang
berkaitan dengan kepadatan, tingkat kemiskinan dan laju pertumbuhan akan memiliki
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1547 http://sosains.greenvest.co.id 1542
dampak pada tingkat dan kondisi ekonomi masyarakat. Laju pertmbuhan penduduk 1.25
% searah dengan pertumbuhan tingkat kemiskinan masyarakat, khususnya masyaarakat
Kecamatan Malaka Barat. Dimana tingkat kemiskinan masyarakat Malaka barat sebesar
0,32 % dari jumlah penduduk yang ada. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah
setempat untuk menggapai target kesejahteraan; membawah masyarakat bergerak
menjauhi garis kemiskinan. Potensi-potensi daerah dalam hal ini lahan pertanian menjadi
salah satu solusi yang menjamin untuk mendukung laju pertumbuhan perekonomian
daerah dan dapat membantu menurunkan angka kemiskinan. Program RPM yang
memusatkan perhatian pada pengembangan aspek pertanian dari sisi ekonomi dan sosial-
budaya adalah solusi yang dapat membawa masyarakat kepada kesejahteraan dan dapat
bergerak naik, menjauhi garis kemiskinan (Maros, 2019).
2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malaka
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Malaka setiap tahun mengalami peningkatan,
baik yang disebabkan oleh pertambahan angka kelahiran penduduk Kabupaten Malaka
maupun disebabkan oleh adanya migrasi dari daerah sekitar Kabupaten Malaka. Pada
dasarnya tingkat perkembangan jumlah penduduk dapat digunakan untuk mengestimasi
perkiraan jumlah penduduk di masa yang akan datang (Siregar, Wanto, & Nasution,
2018).
Proyeksi jumlah penduduk di masa yang akan datang dilakukan dengan pendekatan
matematik dan menggunakan kecendrungan pertumbuhan penduduk 5 tahun terakhir.
Tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah diperoleh dari jumlah penduduk dibagi
dengan luas wilayah. Untuk mengetahui dan memproyeksi data kepadatan pendudukan
suatu wilayah maka haruslah diurut data kependudukannya.
Tabel 4. Jumlah penduduk Kabupaten Malaka tahun 2016 s/d 2020
No
Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk
2016
2017
2018
2019
2020
1
Malaka Barat
20.492
20,554
20,617
20,680
20,742
2
Rinhat
14.879
14,924
14,970
15,015
15,061
3
Wewiku
18.239
18,295
18,350
18,406
18,462
4
Weliman
18,133
18,188
18,243
18,299
18,354
5
Malaka Tengah
19,360
19,419
19,478
19,537
19,596
6
Sasita Mean
8,508
8,534
8,560
8,586
8,612
7
Io Kufeu
7,785
7,808
7,832
7,856
7,880
8
Botin Leobele
4,918
4,933
4,948
4,963
4,978
8
Malaka Timur
9,504
9,533
9,562
9,591
9,620
10
Laen Manen
11,442
11,476
11,511
11,546
11,581
11
Kobalima
17,539
17,592
17,646
17,700
17,753
12
Kobalima Timur
6,376
6,396
6,415
6,435
6,454
157,174
157,652
158,131
158,612
159,094
Sumber: RPIJM 2017-2021
Prosentasi kepadatan pendudukan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan
berpengaruh terhadap ali fungsi lahan pertanian. Apabila laju pertumbuhan penduduk
Kecamatan Malaka Barat sebesar 1.25 % maka akan terjadi kepadatan penduduk untuk
Kecamatan Malaka Barat sebesar 276 jiwa. Jumlah kepadatan yang terjadi berpengaruh
terhadap luas wilayah (Ristanto, Kaunang, & Pandelaki, 2015). Apabila kepadatan
penduduk sebanyak 276/km2 dibagikan dengan luas wilayah Kecamatan Malaka Barat
maka akan terjadi ali fungsi lahan untuk pemukiman seluas 0,32 % per tahun. Kondisi ini
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1548
berdampak bagi penutupan lahan pertanian dan pula menjadi hambatan dalam
pembangunan berkelanjutan, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan.
Penutupan lahan atau alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman akibat kepadatan
penduduk akan menurunkan dan mengurangi jumlah produksi pertanian. Karena itu
strategi pembangunan yang dihadapkan pada situasi demikian haruslah pembangunanan
yang mempertimbangkan keberlanjutan ekonomi (produktivitas lahan dan kepadatan
penduduk), keberlanjutan sosial (pendidikan demi kemadirian masyarakat) dan aspek
lingkungan (daya dukung dan daya tampung lingkungan) yang berkualitas antar generasi
(Patta Rapanna, 2016).
C. Prospek Budidaya Bawang Merah Kec. Malaka Barat Dalam Program RPM
Budidaya bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman sayur-sayuran yang
melekat erat dengan kebiasaan bercocok tanam masyarakat setempat (lokasi penelitian).
Kebiasaan ini berlaku untuk semua tahapan dalam proses budidaya bawang merah.
Tahapan-tahapan tersebut antara lain, pembibitan, pemupukan sampai pada panen dan
proses pengawetan hasil panen. Dalam pembibitan masyarakat lokal mengembangkan
bibit lokal yang tersedia dalam jumlah terbatas. Pada tahapan pemeliharaan dan
pemupukan umumnya masyarakat lokal menggunakan pupuk dari kotoran ternak yang
dikumpulkan untuk pemeliharaan dan kesuburan tanaman, sedangkan untuk metode
pencegahan penyakit, media yang digunakan sebagai tindakan kuratif adalah abu dapur
yang dihamburkan disekitar tanaman yang terserang penyakit (Vebriansyah, 2018).
Tahapan-tahapan ini membuktikan bahwa bawang merah merupakan tanaman
holtikultura yang telah dikenal pada kalangan petani di Kecamatan Malaka Barat.
Permasalahan dalam konteks pasar berhadapan dengan pola kebiasaan masyarakat lokal
adalah pola subsisten dengan metode budidaya bawang merah yang terbatas dan memiliki
tujuan tunggal yakni untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga (dapur).
Aktualisasi dari pola kebiasaan budidadaya bawang merah memiliki konsekuensi
pada penggunaan sarana produksi. Sarana-sarana produksi pertanian yang digunakan
dalam keseluruhan proses budidaya bawang merah terlihat sederhana disertai dengan
pengetahuan dari para petani yang terbatas. Hal lain yang menjadi pola kebiasan dalam
budidaya bawang merah secara tradisional adalah keseluruhan proses perkembangan dan
pertumbuhan bawang merah bergantung pada alam. Dengan demikian hasil produksinya
pun terbatas dan tidak menentu. Keseluruhan proses budidaya bawang merah secara
tradisional dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1549 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 5. Usaha Tani Bawang Merah Sebelum RPM
No
Model Pengelolaan
Sebelum RPM
1
Pengelolaan lahan
Manual
2
Benih
Lokal
3
Pemupukan
Tidak sesuai dosis dan didominasi pupuk kandang
4
Pengendalian hama
Ditangani secara senderhana dan tradisional
5
Panen
Manual/waktu panen diatur oleh masing-masing petani
6
Produksi
Terbatas hanya untuk konsumsi rumah tangga
7
Pemasaran
Individu (untuk konsumsi sendiri)
8
Luas Lahan
Terbatas/Pekarangan rumah
9
SDM Petani
Tidak ada pelatihan dll
10
PPL
Tidak ada (1 PPL/Desa)
Sumber : Sudaryanto dkk. (2018) dan Hasil olahan Peneliti (2020).
Pola pertanian tradisional dan kondisi pertanian masyarakat setempat menjadi
acuan bagi pemerintah setempat dalam merumuskan pembangunan khususnya
pembangunan bidang pertanian. Program unggulan pemerintah RPM melalui metode-
metode capaiannya justru dihadapkan dengan situasi dan kebiasaan masyarakat lokal
seperti yang tersebut di atas.
Pembangunan pertanian yang dilaksanakan harus berbasis pada sumberdaya dan
potensi lokal (sumberdaya manusia, sosial-budaya, alam-lingkungan) dan dengan
perspektif berkelanjutan (Pambudi & Setyono, 2018). Model pertanian yang
dikembangkan tetap berdasarkan kesesuaian sumberdaya dan aspirasi petani lokal dan
pembangunannya dikelola dengan prinsip desentralisasi sehingga terbangun suatu
struktur industri pertanian yang terdiversifikasi secara dinamis, efisien, tangguh,
kompetitif dan progresif. Dengan kata lain, pembangunan pertanian dilaksanakan dengan
prinsip keunggulan komparatif wilayah untuk mencapai kesejahteraan petani dalam
konteks lokal dan lebih jauh untuk mendukung dan mencapai kedaulatan pangan dan
tujuan pembangunan pertanian secara nasional dan terutama bagi kesejahteraan nasional
dalam konteks wilayah (daerah) setempat (Pareke & SH, 2020).
Usaha pertanian bawang merah dalam konteks RPM merupakan pengembangan
dari kebiasaan masyarakat setempat dengan sentuhan teknologi. Model sentuhan inovasi
pertanian dalam balutan RPM dapat digambarkan dalam table berikut:
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1550 1542
Tabel 6. Usaha Tani Bawang Merah dengan Sentuhan RPM
No
Model
Pengelolaan
Sesudah RPM
1
Pengelolaan lahan
Tractor
2
Benih
Inovasi VUB berlabel (bima brebes dan superphilips)
3
Pemupukan
Perlakuan pra tanam (fungisida) untuk mencegah penyakit
oleh jamur terutama bercak ungu;
4
Pengendalian hama
Deteksi dini hama/penyakit. Fokus pada pengendalian
penyakit Bercak unggu (Altenaria porri), antraknose dan
layu fusarium;
5
Panen
Sesuai waktu yang ditetapkan
6
Produksi
Meningkat rata-rata 12 ton/ha
7
Pemasaran
Individu dan didorong untuk koperasi
8
Luas Lahan
Mengalami peningkatan (pembukaan lahan secara gratis)
9
SDM Petani
Pelatihan, Bimbtek dan pendampingan intensif
10
PPL
Pelatihan, Bimbtek dan pendampingan intensif
Sumber : Sudaryanto dkk.,(2018) dan Hasil olahan Peneliti (2020)
Sentuhan inovasi pertanian dalam program RPM secara garis besar membawah
dampak positif dalam usaha pertanian di Kabupaten Malaka. Proudksi bawang merah
dalam sentuhan program unggulan RPM menunjukan peningkatan yang signifikan.
Dimana produktivitas dan hasil panen bawang merah mengalami fluktuasi. Pertumbuhan
dan produktivitas hasil pertanian dari hasil RPM Malaka meningkat. Hasil ini dapat
dirincikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 7. Pertumbuhan dan produktivitas hasil pertanian
No
Jenis
Pertania
n
Tahun I (2016)
Tahun II (2017)
Luas
Lahan
Hasil
Panen
Produktivi
tas
Hasil
Panen
Luas
Lahan
Hasil
Panen
Produktivi
tas
Hasil
Panen
1
Jagung
19.591
ha
50.523
ton
2,9 ton/ha
34.231
ha
78.213
ton
3,2 ton/ha
2
Padi
7.484 ha
29.254
ton
3,8 ton/ha
8.241 ha
4,8 ton/ha
3
Bawang
Merah
50 ha
11,2
ton/ha
4
Kacang
Hijau
750 ha
750 kg/ha
750 ha
920
kg/ha
Sumber : Disalin dari Yohanes Bernado Seran dkk, (2017).
Secara khusus perkembangan budidaya bawang merah berkembang pesat dan
berpeluang memberikan sumbangan bagi peningkatan produksi pertanian khususnya
bawang merah daerah dan nasional. Data BPS Malaka (2017) menunjukan peningkatan
signifikan produksi bawang merah daerah dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1551 http://sosains.greenvest.co.id
D. Hambatan Sosial dan Solusi Dalam Pembangunan Pertanian Malaka
Pembangunan pertanian berbenturan dengan kebiasaan dan kondisi sosial
masyarakat setempat (Suradisastra, Sutrisno, & Dariah, 2015). Keadaan ini dapat menjadi
hambatan dalam penerapan program unggulan pembangunan pertanian Kabupaten
Malaka RPM. Pengalaman dan pengamatan pada lokasi penelitian menunjukan beberapa
hal yang dapat terungkap sebagai hambatan dalam aktualisasi program RPM khusunya
pengembangan usah pertanian bawang merah seperti:
1. Wawasan petani yang masih terbelakang.
2. Sebagaian besar petani terpola dengan sistem pertanian subsisten; keadaan ini
menjadi alasan bagi petani untuk bertahan dengan pola lama bahkan dengan
teknologi pertanian tradisional (model lama) dan sulit menerima pola bertani
secara baru dengan teknologi pertanian yang baru.
3. Sikap apatis terhadap perkembangan teknologi pertanian. Sikap ini didukung
dengan beberapa aspek lain seperti; kualitas SDM yang rendah, ingin selalu
dibantu, malas, acuh dan masa bodoh. Keadaan ini lahir dari anggapan bawah
tanah malaka adalah tanah subur yang tidak memerlukan kerja keras dan
penggunaan teknologi dengan berbagai bentuk sarana produksi lainnya.
4. Kualitas dan kapasitas SDM petani dalam menerima dan memanfaatkan pola
pertanian modern masih sangat rendah bahkan masih terpengaruh dengan konsep,
“hal baru atau teknologi lebih merupakan malapetaka bagi usaha pertanian”. Hal
ini dapat menjadi kendala dalam proses aktualisasi teknologi pertanian dalam
program RPM.
Faktor-faktor internal di atas adalah hambatan yang patut mendapat jawaban dalam
pembangunan pertanian Kabupaten Malaka. Selain beberapa faktor internal di atas
terdapat pula beberapa faktor lain yang secara eksternal dapat pula menjadi kendala
dalam mecapai tujuan dalam usaha pertanian bawang merah Kecamatan Malaka Barat.
Faktor-faktor eksternal tersebut:
1. Perubahan iklim
2. Permasalahan dalam proses budidaya
3. Teknologi yang dianjurkan (ketersediaan yang terbatas dan tidak
memadai)
4. Inovasi budidaya bawang merah
5. Kualitas SDM Petani (kemampuan Manajerial)
6. Produksi pertanian bersifat musiman
7. Keterbatasan pengelolaan pasca panen (bawang merah).
RPM sesungguhnya merupakan sebuah kritik konstruktif yang menggugat
kebiasaan dan tradisi masyarakat setempat dengan metode bertani yang lebih update dan
menyentuh keseharian petani lokal. RPM menawarkan pola pertanian modern dan
mengarahkan masyarakat kepada pola komersil yang mengutamakan keunggulan
komparatif dari usaha pertanian bawang merah. Bahwa usaha pertanian semestinya
mengarah kepada perolehan keuntungan secara ekonomis dengan kualitas hasil pertanian
yang baik dan akhirnya juga mengarah kepada tujuan akhir perolehan keuntungan dan
perbaikan taraf hidup dan perekonomian masyarakat.
Prinsip pembangunan pertanian Malaka harus menjadi model pertanian yang
kontekstual dan terpadu. Dimana pembangunan pertanian dalam konteks RPM
merupakan jawaban atas keadaan dan konteks masyarakat serta potensi lokal yang ada.
Selain itu pembangunan juga harus meyentuh berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi,
sosial dan lingkungan. Untuk itu hal-hal penting yang dapat menjadi perhatian dalam
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1552
rangka pembangunan pertanian demi mencapai tujuan kemandirian petani yang
keberlanjutan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan petani mengenai teknik budidaya bawang
merah yang baik melalui pelatihan, magang, dan kunjungan atau studi banding pada
lokasi atau petani yang berhasil menerapkan budidaya bawang merah dengan
pemanfaatan teknologi pertanian secara tepat.
2. Mengubah pola bertani dari tradional subsisten kepada pola bertani komersil yang
ramah lingkungan. Perubahan sikap petani terhadap inovasi teknologi pertanian
dilakukan terus menerus melalui pendampingan, meyakinkan petani tentang
teknologi yang digunakan, serta dampak dari menggunakan teknologi maju
terhadap produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani.
3. Memberi pendampingan dan pencerahan kepada petani tentang adanya perubahan
Iklim dan hal lain yang berkaitan dengan peningkatan usaha pertanian bawang
merah. Hal ini menjadi langka konstruktif dan antisipatif sehingga para petani dapat
dengan sigap dan tegas mengambil tindakan atas perubahan yang sedang
dicanangkan (dalam program RPM).
4. Mengarahkan para petani untuk membentuk kelompok tani dan mengharuskan untuk
tetap aktif dalam kelompok tani. Ini akan sangat bermanfaat dalam hal inventarisasi
kebutuhan; seperti kebutuhan pupuk, pendampingan, akses informasi, akses
pengetahuan dan lain sebagainya.
5. Membentuk koperasi dan jalur kerjasama untuk mempermudah pemasaran serta
membangun kesepakatan soal penetapan harga komoditas bawang merah sesuai
harga pasar.
E. Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah Malaka (MDS)
Metode analisis yang digunakan untuk menilai keberlanjutan usaha pertanian
bawang merah Kecamatan Malaka Barat adalah metode multi atribut non-parametrik
(Multi Dimentional Scaling=MDS). Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan,
seperti (1) tahap penentuan atribut atau kriteria usaha pertanian bawang merah
Kecamatan Malaka Barat yang berkelanjutan, mencakup 3 dimensi (ekonomi, sosial dan
lingkungan), (2) tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria
keberlanjutan setiap dimensi, (3) tahap analisis ordinasi nilai indeks keberlanjutan dengan
menggunakan metode MDS (Untari, 2019). Nilai indeks keberlanjutan dalam analisis ini
dikelompokkan ke dalam 4 kategori status keberlanjutan, yaitu: 025 (buruk), 2650
(kurang), 5175 (cukup) dan 76100 (baik) (Suryana,dkk., 2012).
Penilaian keberlanjutan usaha pertanian bawang merah Kecamatan Malaka Barat
menggunakan metode MDS Hasil analisis Rapfish multidimensi dengan menggunakan
teknik ordinasi melalui metode MDS menghasilkan nilai indeks keberlanjutan usaha
pertanian bawang merah kecamatan Malaka Barat sebesar 45.74. Nilai indeks
keberlanjutan termasuk kategori kurang berkelanjutan karena nilainya berada antara 26
50. Nilai indeks keberlanjutan ini diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 30 atribut
yang tercakup pada tiga dimensi yaitu dimensi ekonomi (10 atribut), dimensi sosial (10
atribut), dimensi lingkungan (10 atribut).
1. Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Hasil analisis Rapfish yang diperkuat dengan analisis Monte Carlo, nilai status
keberlajutan dimensi ekonomi dalam usaha bawang merah kecamatan Malaka barat
sebesar 40.57(Gambar a-c.). Hal ini menunjukan bahwa status usaha tani bawang merah
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1553 http://sosains.greenvest.co.id 1542
dari dimensi ekonomi berada pada kategori kurang berkelanjutan (skor antara 26-50).
Dari sebaran atribut-atribut yang dipakai sebagai parameter untuk menilai status
keberlanjutan tersebut ditemukan bahwa atribut-atribut seperti luas lahan sebagai bagian
penting dari model pertanian komersil dan ketersediaan pasar (sebagai lokus) untuk
tempat pesaran adalah aspek penting yang sangat menentukan status keberlanjutan dari
usaha pertanian bawang merah Malaka.
Berdasarkan hasil analisis Leverage terhadap dimensi ekonomi, terdapat beberapa
atribut mempunyai daya ungkit tinggi yang berpengaruh terhadap status keberlanjutan
dari dimensi Ekonomi. Penentuan atribut sensitive tersebut diperoleh dari perhitungan
nilai mean dari nilai leverega pada masing-masing atribut dari dimensi ekonomi. Nilai
mean dari dimensi ekonomi adalah 5,43. Berdasarkan nilai mean tersebut maka atribut-
atribut yang memiliki daya ungkit tinggi antara lain:
1. ketersediaan pasar;
2. luas lahan garapan;
3. minat usaha;
4. pemilihan bibit;
5. pemanfatan subsidi;
Atribut-atribut dengan daya ungkit tinggi tersebut menjadi acuan dalam rencana
tindaklanjut terhadap usaha pertanian bawang merah seperti:
1) Adanya kebijakan pemerintah daerah tentang ketersedian tempat pemasaran
sebagai tempat (lokus) yang terpusat untuk hasil pertanian;
2) Membangun Kerjasama dengan inverstor yang siap menerima hasil panen
petani, khusus komoditi bawang merah dengan harga yang ditetapkan dalam
peraturan daerah;
3) Perluasan lahan garapan melalui intervensi pemerintah dan dengan
pemanfaatan teknologi; Pendampingan yang intens tentang model pertanian
komersil sebagai jawaban atas kebiasaan bertani dengan sistem subsisten dan
lahan yang terbatas.
4) Konteks masyarakat setempat terpola dengan adegium “cukup untuk makan
hari ini, esok cari lagi karena tanah kita subur. Minat usaha lahir dari
intervensi pemerintah dalam mendorng dan memotivasi petani untuk
menanggapi peluang pasar, mengelola potensi daerah khusunya potensi
pertanian dan didukung dengan ketersediaan sarana dan parasarana pertanian
yang memadai.
5) Program RPM terinplisit motivasi yang mendorong kebangkitan minat usaha
para petani dalam budidaya bawang merah.
6) Harga produksi dalam konteks penelitian ini memiliki pengaruh yang besar
pada keberlanjutan usaha bawang merah. Dalam situasi pada masyarakat
ditemukan bahwa penentuan harga saat panen berkisar antara Rp. 3000
samapai dengan Rp. 5000. Penentuan harga demikian disebabkan oleh
keadaan over produksi (hasil penan melimpah) karena itu para pembeli dapat
menentukan harga sesuai kondisi yang ada. Kondisi ini disebabkan oleh
ketersediaan bawang merah yang sudah berkurang sedang kebutuhan pasar
terus medesak. Keadaan harga seperti ini mesti menjadi catatan penting dalam
kaitan dengan harga produksi dan yang kemudian dapat menjadi solusi untuk
strategi pembangunan berkelanjutan ke depan adalah penentuan harga
produksi yang diatur dalam peraturan daerah. Hal ini menjamin uniformitas
harga pasar yang berlaku umum pada pasar, baik pasar dalam konteks lokus
maupun pasar dalam level sturt up (pasar on line).
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1554
7) Pemilihan bibit unggul yang disiapkan dan disubsidikan oleh pemerintah
dapat menjadi pilihan tetap dan menjadi kebiasaan bagi para petani dalam
mengembangkan usaha tani bawang merah Kecamatan Malaka barat.
Kejelasan tentang nilai dari setiap atribut pada dimensi ekonomi dari keberlanjutan
usaha pertanian bawang merah kecamatan Malaka Barat dapat digambarkan dengan jelas
dan tepat pada diagram-diagram di bawang ini:
Gambar 1. Posisi status keberlanjutan usaha tani bawang merah Kecamatan Malaka Barat
dari Dimensi Ekonomi berdasarkan Analisis Rapfish.
Gambar 2. Posisi status keberlanjutan usaha tani bawang merah Kecamatan Malaka Barat
pada dimensi ekonomi berdasarkan Uji analisis Monte Carlo.
Good
Bad
Up
Down
-60
-40
-20
0
20
40
60
-20 0 20 40 60 80 100 120
Other Distingishing Features
Fisheries Status
RAPFISH Ordination
Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
-60
-40
-20
0
20
40
60
-20 0 20 40 60 80 100 120
Other Distingishing Features
Fisheries Status
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1555 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 3. Hasil Analisis Leverage pada dimensi Ekonomi
2. Status Keberlanjutan Dimensi Sosial
Hasil analisis Rapfish yang diperkuat dengan analisis Monte Carlo menunjukan
bahwa nilai status keberlajutan dimensi sosial dalam usaha bawang merah kecamatan
Malaka barat sebesar 58.76 (Gambar 4.4 dan 4.6). Hal ini menunjukan bahwa status
usaha tani bawang merah dari dimensi sosial berada pada kategori cukup berkelanjutan
(skor antara 51-75). Berdasarkan nilai skor tersebut maka, dari aspek sosial usaha tani
bawang merah berada pada status cukup berkelanjutan. Hal tersebut dapat
dipertanggungjawabkan karena pemanfaatan teknologi pertanian dalam hal pengolahan
lahan dalam usaha tani bawang meah merupakan hal baru yang mendapat tanggapan
positif dari masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis Leverage terhadap dimensi sosial. Penentuan atribut
sensitive tersebut diperoleh dari perhitungan nilai mean dari nilai leverega pada masing-
masing atribut dari dimensi sosial. Nilai mean dari dimensi sosial adalah 3,90.
Berdasarkan nilai mean tersebut maka atribut-atribut yang memiliki daya ungkit tinggi
untuk meningkatkan dan mempertahankan status keberlanjutan dimensi sosial antara lain:
1. cara pengolahan lahan;
2. pemanfaatan teknologi;
3. kemerataan usaha tani bawang merah;
4. peran kelompok tani;
5. jumlah penduduk.
Atribut-atribut yang memiliki daya ungkit tinggi pada dimensi sosial tersebut
menjadi dasar dalam penyusunan rencana tindaklanjut dalam mempertahankan dan
meningkatkan status keberlenjutan dalam usaha tani bawang merah Malaka Barat. Hal-
hal praktis yang dimaksud antara lain:
1,72
4,55
6,82
5,80
8,37
6,42
7,05
6,11
4,98
2,44
0 2 4 6 8 10
Modal Awal
Pedapatan Usaha
Minat Usaha
Harga Jual Hasil
Ketersediaan pasar
Pemilihan Bibit
Luas Lahan Garapan
Pemanfaatan Subsidi
Presentasi Penduduk Miskin
Jumlah Tenaga Kerja
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected
Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Attribute
Leverage of Attributes
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1556 1554 1542
1. Pendidikan dan pembiasaan bagi masyarakat petani tentang metode pengolahan
lahan yang mengikuti tahapan-tahapan yang berlaku sesuai standar pertanian yang
benar. Pengolahan lahan dalam konteks RPM mengikuti model pengolahan lahan
yang benar dan sesuai standar keilmuan yang berlaku dan merupakan model
penglohan lahan yang ramah lingkungan.
2. Pendampingan yang intens bagi para petani dalam kaitan dengan pemanfaatan
teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Teknologi pertanian merupakan hal
baru. Karena itu pendampingan dari tim ahli dan para penyuluh serta dinas terkait
harus dilakukan secara intens. Tujuannya adalah menciptakan kemandirian bagi para
petani dalam hal pemanfaatan teknologi pertanian.
3. Kemerataan dalam kaitan dengan budidaya bawang merah dalam konteks RPM
harus menjadi kebiasaan yang menyebar kepada setiap masyarakat petani. Itu berarti
kebiasaan budidaya bawang merah tidak hanya menjadi milik para petani dalam
kelompok tertentu, melainkan model pertanian bawang merah dengan sentuhan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus menjadi kebiasaan dan model bertani semua
masyarakat bertani. Seberan model pertanian baru harus menyentuh setiap
masyarakat petani.
4. Terdapat kelemahan dalam pembentukan kelompok tani, di mana petani lebih
berorientasi kepada model bertani sendiri-sendiri, tertutup dengan dunia luar (jarang
menerima masukan) terutama inovasi. Beberapa hal di atas menjadi catatan perhatian
dalam mewujudkan usaha pertanian bawang merah (RPM) yang berkelanjutan.
Status keberlanjutan dari usaha tani bawang merah Malaka Barat pada aspek sosial
tergambar pada diagram-diagram berikut:
Gambar 4. Posisi status keberlanjutan usaha tani bawang merah kecamatan Malaka Barat
berdasarkan analisis Rapfish.
Good
Bad
Up
Down
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
0 50 100 150
Other Distingishing Features
Fisheries Status
RAPFISH Ordination
Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1557 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 5. Posisi status keberlanjutan usaha tani bawang merah kecamatan Malaka Barat
Berdasarkan uji analisis Monte Carlo.
Gambar 6. Hasil Analisis Leverage pada dimensi Sosial.
3. Status Keberlanjutan Dimensi Lingkungan
Hasil analisis Rapfish yang diperkuat dengan analisis Monte Carlo, nilai status
keberlajutan dimensi lingkungan dalam usaha bawang merah Malaka barat sebesar 38.07
(Gambar 4.7 dan 4.9). Hal ini menunjukan bahwa, status usaha tani bawang merah dari
aspek lingkungan berada pada kategori kurang berkelanjutan (skor antara 30-50).
Berdasarkan nilai skor, aspek lingkungan dari usaha tani bawang merah berada pada
status kurang berkelanjutan.
Berdasarkan hasil analisis Leverage terhadap dimensi lingkungan. Penentuan
atribut sensitive tersebut diperoleh dari perhitungan nilai mean dari nilai leverega pada
masing-masing atribut dari dimensi lingkungan. Nilai mean dari dimensi lingkungan
adalah 3,94. Berdasarkan nilai mean tersebut maka atribut-atribut yang memiliki daya
ungkit tinggi untuk meningkatkan dan mempertahankan status keberlanjutan dimensi
lingkungan antara lain:
1. penggunaan pupuk organik;
2. teknik penanganan hama;
3. pH tanah pada lahan pertanian;
-60
-40
-20
0
20
40
60
0 20 40 60 80 100 120
Other Distingishing Features
Fisheries Status
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
3,54
2,78
4,16
5,97
4,98
4,33
3,95
3,44
3,38
2,51
0 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Petani
Peran Kelompok Tani
Pemanfaatan Teknologi
Jumlah Penduduk
Jumlah Penyuluh Lapaangan
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute
Removed (on Status scale 0 to 100)
Attribute
Leverage of Attributes
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1558
4. kemampuan lahan;
5. curah hujan per tahun.
Keadaan tersebut menjadi acuan dalam perumusan rencana tindaklanjut dalam
meningkatkan dan mempertahankan keberlanjutan usaha tani bawang merah Malaka
Barat. Realisasi program berkenaan dengan atribut-atribu tersebut di atas antara lain:
1. Pembiasan bagi para petani tentang penggunaan bahan dan pupuk organik sesuai
standar yang diancurkan;
2. Pertanian organik harus menjadi salah satu sistem pertanian yang mampu
menghantar petani untuk lebih peduli kepada lingkungan dan memperhatikan factor
lingkungan dalam usaha tani yang dijlankan.
3. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ulat tanah ialah
sebagai berikut. Dapat menggunakan cara biologis dengan melepaskan musuh alami
dari hama ini, seperti predator telur dan ulat.Hal ini dapat dilakukan sebelum
penanaman bawang merah berlangsung, atau pada saat pembukaan lahan. Cara
selanjutnya yaitu babat semua tanaman lama, bakar, dan genangi lahan dengan air.
Pengendalian hama yang tepat dan teratur diharapkan dapat engurangi jumlah hama
dan dapat memaksimalkan hasil panen tanaman bawang merah. Memperhatikan
keberlanjtan usaha tani bawang merah dalam hal pemeliharaan yang meliputi
tahapan, pencegahan, pemeliharaan dan perbaikan.
4. Keadaan keasaman tanah (pH tanah) dapat berubah oleh kerana beberapa sebab.
Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah penggunaan pupuk dalam aktualisasi
program RPM. Untuk pH dalam penelitian ini tidak dilakukan perlakuan untuk
meneliti perubahan pH tanah. Karena itu yang terungkap dalam penelitian ini adalah
hanya berupa awasan agar pH tanah tetap menjadi perhatian utama dalam menjaga
keberlanjutan usaha pertanian bawang merah Malaka.
5. Kemampuan lahan dalam konteks penelitian ini lebih mengarah kepada kesuburan
tanah sebagai salah satu input produksi. Orientasi kepada peningkatan produktivitas
hasil pertanian yang dilakukan dengan tindakan model pemanfaatan teknologi yang
kurang tepat, penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan tidak terkontrol dan
dengan dosis diluar yang dianjurkan. Hal ini akan menurunkan produktivitas lahan,
menurunkan kesuburan lahan dan dapat pula menimbulkan dampak pada kerusakan
lingkungan. Komponen penting dalam hal menjaga produktivitas lahan adalah
mengarahkan petani kepada model pertanian yang ramah lingkungan.
6. Curah hujan merupakan salah satu komponen lingkungan penting sebagai faktor
penentu keberhasilan suatu usaha budidaya. Interaksi antara curah hujan sebagai
faktor lingkungan dengan faktor genetik tanaman akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kualitas tanaman. Karena itu pengetahuan tentang iklim dalam hal
ini keadaan curah hujan perlu mendapat perhatian yang lebih serius mengingat
pengaruhnya terhadap hampir semua aspek pertanian terutama dalam menjaga
keberlanjutan program RPM.
Kesimpulan
Indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar 40,57, maka statusnya adalah
kurang berkelanjutan. Indeks keberlanjutan dimensi sosial sebesar sebesar 58,72,
sehingga statusnya adalah cukup berkelanjutan. Untuk indeks keberlanjutan dimensi
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1559 http://sosains.greenvest.co.id 1554 1542
lingkungan sebesar 38,07 yang termasuk dalam status kurang berkelanjutan, sehingga
secara keseluruhan usaha pertanian bawang merah Kecamatan Malaka Barat statusnya
kurang berkelanjutan.
Nilai indeks keberlanjutan tersebut di atas menjadi dasar kesimpulan bahwa
konsep dan model pertanian modern yang ramah lingkungan merupakan sautu hal baru
bagi para petani dan mendapat tanggapan baik dari masyarakat. Dan yang menjadi
kelemahannya adalah para petani belum memahami dengan baik dan benar tentang model
pertanian modern dengan pemanfaatan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Hal
ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mempertahankan dan meningkatkan status
keberlanjutan dari usaha pertanian bawang merah Malaka.
Bibliografi.
Ir H Zulkifli Sjamsir, M. M. (2017). Pembangunan Pertanian Dalam Pusaran Kearifan
Lokal (Vol. 1). Sah Media.
Maros, Penyuluh Perikanan. (2019). Identifikasi Potensi Dan Strategi Pengembangan
Ekowisata Mangrove Pada Kawasan Wisata Tanarajae Kecamatan Labbakkang
Kabupaten Pangkep. Teknik Unifa Press Universitas Fajar, 82.
Mata, Yoan Ady Reiner, Alfian, R., & Djoko, R. (2021). Pengembangan Pantai Lo’odik
Sebagai Kawasan Wisata Menggunakan Analytical Hierarchy Process. Fakultas
Pertanian Dan Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Malang.
Muniroh, Nur Afmi, Nugraha, Bahari Setia Panji, & Purnaningsih, Ninuk. (2020).
Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Pertanian Dan Peternakan: Studi Kasus Desa
Nambo Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat
(Pim), 2(3), 435444.
Nisa, Khaerun. (2017). Eksistensi Oto Passangkin Terhadap Pola Hidup Paddaros Di
Kabupaten Sidrap (Analisis Etika Bisnis Islam). Sulawesi Selatan: Stain Parepare.
Pambudi, Siwi Harning, & Setyono, Prabang. (2018). Strategi Pengembangan Agrowisata
Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian-Studi Kasus Di Desa Wisata Kaligono
(Dewi Kano) Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Analisis Kebijakan
Pertanian, 16(2), 159177.
Pareke, J. T., & Sh, M. H. (2020). Penataan Ruang Kawasan Perdesaan Berbasis
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Dalam Rangka Mewujudkan
Kedaulatan Pangan Di Indonesia (Melalui Pendekatan Trinity Protection Of
Sustainability Concept). Zifatama Jawara.
Patta Rapanna, S. E. (2016). Membumikan Kearifan Lokal Menuju Kemandirian Ekonomi
(Vol. 1). Sah Media.
Purba, Bonaraja, Arfandi, S. N., Purba, Elidawaty, Sitorus, Samsider, Panjaitan, Pawer
Darasa, Damanik, Darwin, Lubis, Muhammad Iqbal Abdi, Maisyarah, M.,
Rahmadana, Muhammad Fitri, & Khairad, Fastabiqul. (2021). Ekonomi Demografi.
Yayasan Kita Menulis.
Ristanto, Faldy, Kaunang, Wulan P. J., & Pandelaki, August J. (2015). Pemetaan Kasus
Demam Berdarah Dengue Di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kedokteran
Komunitas Dan Tropik, 3(2).
Siregar, Sandy Putra, Wanto, Anjar, & Nasution, Zuliani Masruro. (2018). Analisis
Akurasi Arsitektur Jst Berdasarkan Jumlah Penduduk Pada Kabupaten/Kota Di
Sumatera Utara. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Informasi (Sensasi), 1(1).
Suradisastra, Kedi, Sutrisno, Nono, & Dariah, Ai. (2015). Menebus Kerugian Sosial
Kebijakan Pembangunan Pertanian. Jakarta (Indonesia): Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian.
Untari, Dhian Tyas. (2019). Manajemen Pemasaran: Kasus Dalam Pengembangkan
Analisis Keberlanjutan Usaha Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Malaka Dari Aspek Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan
2021
Melianus Servinus Leki, Agus Arnold Nalle dan Anthonius 1560
Pasar Wisata Kuliner Tradisional Betawi.
Vebriansyah, Riefza. (2018). Tingkatkan produktivitas cabai. Penebar Swadaya Grup.
Wahyudi, Koko Denik. (2018). Kebijakan strategis usaha pertanian dalam rangka
peningkatan produksi dan pengentasan kemiskinan. Majalah Ilmiah Dian Ilmu,
11(2).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.