Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1561 http://sosains.greenvest.co.id
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI MENGENAI PENGGUNAAN TRIPSIN DALAM
PROSES PRODUKSI VAKSIN MR DAN TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
Nurmasithah, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani
Universitas YARSI, Indonesia
E-mail: Nurmasithah.tata27@yahoo.com, indralenycahaya@gmail.com dan
Diterima:
04 Desember
2021
Direvisi:
08 Desember
2021
Disetujui:
15 Desember
2021
Abstrak
Latar Belakang : Vaksin adalah suatu zat yang merupakan suatu
bentuk produk biologi yang diketahui berasal dari virus, bakteri
atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan. Dalam
proses produksi vaksin terdapat bahan-bahan yang dapat memicu
kontroversi dari berbagai sudut pandang. Metode : Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner. Populasi
penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI tahun pertama dan tahun ketiga yang masuk dalam
kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah simple random sampling yang diambil dengan cara
proporsional. Hasil : Penelitian yang dilaksanakan selama 3 hari
dengan menggunakan kuesioner, dari 100 responden didapatkan
responden pada tingkat Pendidikan tahun ketiga (2016)
didominasi oleh pengetahuan tripsin yang cukup yaitu sebanyak
17 responden (45,95%) selanjutnya pada pengetahuan tripsin
terkategori kurang sebanyak 14 responden (37,84%) dan pada
pengetahuan tripsin yang baik hanya 6 responden (16,22%).
Berbeda halnya dengan tahun pertama (2018), didominasi oleh
kategori pengetahuan mengenai tripsin kurang dan cukup, dimana
pada kedua kategori ini masing-masing sebanyak 28 responden
(44,44%), sedangkan pada kategori baik hanya 7 responden
(11,11%). Responden pada tingkat Pendidikan tahun ketiga
(2016) didominasi oleh pengetahuan vaksin MR yang baik yaitu
sebanyak 20 responden (54,05%) selanjutnya pada pengetahuan
Vaksin MR terkategori cukup sebanyak 16 responden (43,24%)
dan pada pengetahuan Vaksin MR yang kurang hanya 1
responden (10,81%). Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai penggunaan
tripsin dalam proses produksi vaksin MR. Dalam pandangan
Islam, vaksinasi hukumnya halal sedangkan penggunaan vaksin
MR dalam vaksinasi hukumnya mubah sebagai upaya dalam
menegakkan maqashid asy-syariah yaitu hifdz an-nafs (menjaga
nyawa) dan hifdz an-nasl (menjaga keturunan) serta prinsip
dharuriyat hingga ditemukannya vaksin MR yang halal dan suci.
Kata kunci: Tripsin, Vaksin MR, Pengetahuan
Abstract
Background :. Vaccine is biological substance from virus,
bacteria or both that are attenuated. In vaccine production
process there are some things that can trigger controversy from
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Tripsin dalam
Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya Menurut
Islam
2021
Nurmasithah, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1562
many point of views. Trypsin enzyme as catalyzer on MR vaccine
production process. MR Vaccine in Indonesia included in
immunization schedule and given to 9 months, 18 months and
first class of primary school. In the Islamic view, vaccination is
halal and Vaccine MR is mubah. Methods: This type of research
is descriptive qualitative with the research design used is cross
sectional. In this study, the population used was YARSI Medical
Student of 2018 and 2016 who met the inclusion criteria. The
sampling technique in this study is simple random sampling
taken proportionally. Results: Research conducted for 3 days
using questionnaire, from 100 respondents obtained respondents
at the education level of the third year (2016) are dominated by
sufficient knowledge of Trypsin, which is as much as 17
respondents (45.95%) Knowledge of less than 14 respondents
(37.84%) And at a good knowledge of Trypsin only 6
respondents (16.22%). Unlike the first year (2018), it is
dominated by the category of knowledge on less and insufficient
trypsin, in which both categories are 28 respondents (44.44%),
while in good category only 7 respondents (11.11%).
Respondents at the education level of the third year (2016) are
dominated by the good knowledge of MR vaccine, which is as
much as 20 respondents (54.05%) Next on the MR. Categorized
vaccine knowledge quite as much as 16 respondents (43.24%)
And at the MR vaccine knowledge less than 1 respondent
(10.81%). In the first year (2018), it was dominated by the
category of knowledge on the MR vaccine either, in this category
as many as 31 respondents (49.21%), while in the category of
enough and less as much as 42.86% and 7.94%. Conclusions:
There is no correlation between the level of education with
knowledge about the Use of Trypsin in the production of MR
Vaccine. In islamic view, vaccination is halal and using MR
vaccine is mubah due to maintain maqashid asy-syariah such as
hifdz an-nafs (protect lives), hifdz an-nasl (protect descent) and
dharuriyat reason until the halal and holy MR vaccine discover.
Keywords: Trypsin, MR Vaccine, Knowledge
Pendahuluan
Vaksin adalah suatu zat yang merupakan suatu bentuk produk biologi yang
diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang
dilemahkan (Kamillah, 2019). Vaksinasi merupakan salah satu tindakan preventif untuk
melindungi populasi dari penyakit dan infeksi. Vaksinasi berkontribusi dalam
menurunkan tingkat penyakit bahkan mengeradikasi penyakit-penyakit yang umum
terjadi pada beberapa tahun belakangan (Hussain, Ali, Ahmed, & Hussain, 2018).
Proses produksi vaksin terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pemilihan
antigen/seed/strain, pengembangbiakan mikroorganisme (bakteri/virus/jamur/parasit),
isolasi dan pemurnian mikroorganisme, inaktivas imikroorganisme, formulasi
vaksin,serta kontrol kualitas dan lot release (Ismail et al., 2014).
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1563 http://sosains.greenvest.co.id
Dalam proses produksi vaksin terdapat bahan-bahan yang dapat memicu
kontroversi dari berbagai sudut pandang (Eka, 2013). Adanya ketidaktahuan mengenai
proses pembuatan vaksin dapat menimbulkan berbagai keraguan dan kesalahpahaman.
Vaksin MR akhir-akhir ini banyak diragukan oleh masyarakat karena penggunaan tripsin
yang berasal dari pankreas babi. Beberapa pihak yang menolak vaksin beranggapan
bahwa memasukkan produk yang mengandung babi bertentangan dengan agama mereka
(Judaism, Islam dan Hindu) (Hussain et al., 2018).
Tripsin yang digunakan dalam proses produksi vaksin MR berasal dari pankreas
babi (porcine pancreatic trypsin). Tripsin merupakan enzim protease yang mampu
mencerna banyak protein membran yang berfungsi untuk perlekatan antar sel atau
perlekatan antara sel dan substrat (Zuhairi, Maharani, & TAN, 2012). Dalam proses
produksi vaksin MR, tripsin berperan penting dalam tahap pengembangbiakan atau kultur
sel. Sel yang tumbuh akan melekat satu sama lain atau ke substrat tertentu. Untuk itu,
diperlukan enzim protease yang mampu memecah ikatan sel tersebut. Salah satu enzim
protease yang sering digunakan adalah tripsin (Unchern, 1999).
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kehidupan
masyarakat sehari-hari (Habibah, 2017). Dalam penerapannya perlu keseimbangan antara
ilmu pengetahuan dan ajaran agama Islam (Sodikin, 2017). Perkembangan ini harus
selaras dengan berkembangnya pengetahuan mengenai agama Islam. Hal ini diperlukan
agar dalam pelaksanaannya tetap benar dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
Sebagai tenaga kesehatan sekaligus calon dokter muslim, seorang mahasiswa
fakultas kedokteran harus memahami dengan baik bahan-bahan yang digunakan dalam
proses produksi vaksin serta berbagai tahapannya karena akan memberikan edukasi
kepada masyarakat awam di masa depan (Padiatra, 2020). Untuk itu seorang dokter
memiliki peranan penting untuk dapat meluruskan berbagai keraguan dan stigma yang
ada pada masyarakat dan menerapkan ilmu yang telah mereka miliki sesuai syariat Islam
(Arabi, 2017). Di samping itu, pengetahuan mengenai halal atau haramnya vaksin juga
penting dalam memengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh seorang dokter muslim
karena di akhirat nanti akan diminta pertanggungjawabannya dalam melakukan segala
tindakan (Thaib & Hasballah Thaib, 2012). Mengetahui pentingnya vaksinasi serta
hukum menggunakan vaksin dalam agama Islam dapat membantu proses vaksinasi yang
merupakan upaya preventif agar dapat terlaksana dengan baik serta meluruskan stigma
yang ada pada masyarakat (Rifki, 2021).
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas YARSI tahun pertama dan tahun ketiga yang sesuai dengan
definisi operasional.
Sampel penelitian adalah sebagian mahasiswa fakultas kedokteran Universitas
YARSI tahun pertama dan tahun ketiga yang berjumlah sesuai dengan perhitungan
sampel. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang berasal dari pengisian
kuesioner oleh responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling
yang diambil dengan cara proporsional. Besar sampel pada penelitian ini adalah simple
random sampling dengan menggunakan rumus berikut:
n=
󰇛󰇜
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Tripsin dalam
Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya Menurut
Islam
2021
Nurmasithah, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1564
Keterangan:
n = Jumlah elemen/ anggota sampel
N = Jumlah elemen / anggoa populasi
Е = error level (tingkat kesalahan, umumnya digunakan 1%, 5% dan 10%)
Berdasarkan populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dengan
tingkat kesalahan 10% atau 0,1, maka besar sampel:
N (Universitas YARSI) =

󰇛
󰇛

󰇜
󰇜
=


= 81,20 = 81
Maka dari perhitungan tersebut, jumlah batas minimal sampel adalah 81 orang.
Untuk akurasi penelitian, maka jumlah batas minimal sampel yang digunakan adalah 100
orang. Untuk menentukan besarnya sampel dari masing-masing tingkatan dilakukan
dengan menggunakan rumus alokasi proporsional sebagai berikut:
( Noor, 2012 )
Perhitungan Proporsi Sampel Mahasiswa Tahun Pertama & Tahun Ketiga
1. Mahasiswa Tahun Pertama
= 63,19 = 63 orang
2. Mahasiswa Tahun Ketiga
= 36,80 = 37 orang
Pengukuran data penelitian dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh dari
jawaban responden dalam mengisi kuesioner yang diberikan dalam skala ordinal yang
dikategorikan baik, cukup dan kurang untuk tingkat pengetahuan. Data yang diperoleh
akan dimasukan ke komputer dan dianalisis secara deskriptif terlebih dahulu
menggunakan Microsoft Excel 2010 kemudian dilakukan analisis korelasional dengan
program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17.0.
Data mengenai tingkat pengetahuan tripsin pada vaksin MR diperoleh dari kuesioner
yang disusun berdasarkan pengetahuan mengenai Tripsin pada vaksin MR (10
pertanyaan). Tingkat pengetahuan tripsin pada vaksin MR untuk setiap aspek
dikategorikan sebagai berikut:
n=



n=



Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1565 http://sosains.greenvest.co.id
1. Tingkat pengetahuan Tripsin pada vaksin MR baik apabila responden menjawab
pertanyaan dengan benar 76-100%
2. Tingkat pengetahuan Tripsin pada vaksin MR cukup apabila responden menjawab
pertanyaan dengan benar 56-75%
Tingkat pengetahuan Tripsin pada vaksin MR kurang apabila responden menjawab
pertanyaan dengan benar ≤ 55%.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas YARSI tahun
pertama dan tahun ketiga yang berjumlah sesuai dengan perhitungan sampel diperoleh
100 data kuesioner “tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI tahun pertama dan ketiga mengenai penggunaan Tripsin pada vaksin MR”.
Persentase pengetahuan Baik mengenai Tripsin sebanyak 13 dari 100 responden adalah
13%, Persentase pengetahuan Cukup sebanyak 45 dari 100 responden adalah 45%, dan
persentase pengetahuan Kurang sebanyak 42 dari 100 responden adalah 42%. Persentase
pengetahuan Baik mengenai vaksin MR sebanyak 51 dari 100 responden adalah 51%,
Persentase pengetahuan Cukup sebanyak 43 dari 100 responden adalah 43%, dan
persentase pengetahuan Kurang sebanyak 6 dari 100 responden adalah 6%.
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan pada Tripsin
Frequency
Percent
Valid
Kurang
42
42%
Cukup
45
45%
Baik
13
13%
Total
100
100%
Dari tiga kategori Tingkat Pengetahuan pada Tripsin pada vaksin MR, yang
terbanyak (45%) merupakan mahasiswa dengan Tingkat Pengetahuan pada Tripsin
Cukup, mahasiswa dengan Tingkat Pengetahuan pada Tripsin Kurang sebanyak (42%)
dan mahasiswa dengan Tingkat Pengetahuan pada Tripsin Baik sebanyak (13%).
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR
Frequency
Percent
Valid
Kurang
6
6%
Cukup
43
43%
Baik
51
51%
Total
100
100%
Dari tiga kategori Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR, yang terbanyak (51%)
merupakan mahasiswa dengan Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR Baik, mahasiswa
dengan Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR Cukup sebanyak (43%) dan mahasiswa
dengan Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR Kurang sebanyak (6%).
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Tripsin dalam
Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya Menurut
Islam
2021
Nurmasithah, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1566
Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Mengenai Tripsin dan Vaksin MR
MR
Total
Kurang
Cukup
Baik
Tripsin
Kurang
4
15
23
42
Cukup
1
22
22
45
Baik
1
6
6
13
Total
6
43
51
100
Dari tiga kategori Tingkat Pengetahuan mengenai Tripsin dan vaksin MR maka
diketahui bahwa mahasiswa dengan tingkat pengetahuan Baik sebanyak 13 dari 100
responden, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 45 dari 100 responden, tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 42 dari 100 responden.
Sebanyak 6 mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai tripsin dan
vaksin MR dan setelah disurvei lebih mendalam diketahui bahwa sumber informasi yang
digunakan oleh keenamnya adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Sumber Informasi Mahasiswa dengan Pengetahuan Baik Mengenai
Tripsin dan Vaksin MR
Analisis bivariat data penelitan ini meliputi variabel Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Tripsin berdasarkan Tingkat Pendidikan, dengan menggunakan tabulasi
silang (cross-tabulation) dengan angka frekuensi dan persentase di dalamnya. Berikut ini
adalah tabulasi silang dari kedua variabel observasi yang telah diolah.
No.
Sumber
1.
Internet
2.
Informasi lisan dari Dosen
3.
Jurnal
4.
Textbook
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1567 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 5. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Penggunaan Tripsin Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Variabel Penelitian
Pengetahuan Tripsin
Total
Kurang
Cukup
Baik
Tingkat
Pendidikan
2016
Frekuensi
14
17
6
37
Persentase
37.84%
45.95%
16.22%
100.00%
2018
Frekuensi
28
28
7
63
Persentase
44.44%
44.44%
11.11%
100.00%
Total
Frekuensi
42
45
13
100
Persentase
42.00%
45.00%
13.00%
100.00%
Berdasarkan tabel tabulasi di atas dari masing-masing tingkat pendidikan
responden, terlihat bahwa responden pada tingkat Pendidikan tahun ketiga (2016)
didominasi oleh pengetahuan tripsin yang cukup yaitu sebanyak 17 responden (45,95%)
selanjutnya pada pengetahuan tripsin terkategori kurang sebanyak 14 responden (37,84%)
dan pada pengetahuan tripsin yang baik hanya 6 responden (16,22%).
Berbeda halnya dengan tahun pertama (2018), didominasi oleh kategori
pengetahuan mengenai tripsin kurang dan cukup, dimana pada kedua kategori ini masing-
masing sebanyak 28 responden (44,44%), sedangkan pada kategori baik hanya 7
responden (11,11%).
Analisis bivariat data penelitan ini meliputi variabel Tingkat Pengetahuan Vaksin
MR berdasarkan Tingkat Pendidikan, dengan menggunakan tabulasi silang (cross-
tabulation) dengan angka frekuensi dan persentase di dalamnya. Berikut ini adalah
tabulasi silang dari kedua variabel observasi yang telah diolah.
Tabel 6. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Vaksin MR
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Variabel Penelitian
Vaksin MR
Total
Kurang
Cukup
Baik
Tingkat
Pendidikan
2016
Frekuensi
1
16
20
37
Persentase
2.70%
43.24%
54.05%
100.00%
2018
Frekuensi
5
27
31
63
Persentase
7.94%
42.86%
49.21%
100.00%
Total
Frekuensi
6
43
51
100
Persentase
6.00%
43.00%
51.00%
100.00%
Berdasarkan tabel tabulasi di atas dari masing-masing tingkat pendidikan
responden, terlihat bahwa responden pada tingkat Pendidikan tahun ketiga (2016)
didominasi oleh pengetahuan vaksin MR yang baik yaitu sebanyak 20 responden
(54,05%) selanjutnya pada pengetahuan Vaksin MR terkategori cukup sebanyak 16
responden (43,24%) dan pada pengetahuan Vaksin MR yang kurang hanya 1 responden
(10,81%).
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Tripsin dalam
Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya Menurut
Islam
2021
Nurmasithah, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1568
Pada tahun pertama (2018), didominasi oleh kategori pengetahuan mengenai
Vaksin MR baik, dimana pada kategori ini sebanyak 31 responden (49,21%), sedangkan
pada kategori cukup dan kurang masing-masing sebanyak 42,86% dan 7,94%.
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis χ2 (chi kuadrat) karena
kedua data bersifat kategorik dan ingin melihat sejauh mana pola hubungan antar
keduanya. Berikut hasil pengolahan menggunakan software SPSS:
Tabel 7. Hasil Uji Chi Kuadrat Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Tripsin
Hipotesis
Chi
Square
df
Pvalue
Koefisien
Hubungan
Keterangan
Hubungan antara
Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat
Pengetahuan
Penggunaan Tripsin
0.721
2
0.697
8.5%
Tidak Terdapat
Hubungan
Berdasarkan hasil pengujian uji chi kuadrat, didapat p-value sebesar 0,697. Jika
dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% maka p-value bernilai lebih besar sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat Pendidikan terhadap
tingkat pengetahuan penggunaan tripsin, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
Tingkat Pendidikan seseorang tidak akan mempengaruhi pengetahuan tripsin. Adapun
pengaruh koefisien hubungannya sebesar 8,5%, yang artinya Tingkat Pendidikan
mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Tripsin hanya sebesar 8,5% saja, sedangkan sisanya
diperjelas oleh faktor lain.
Tabel 8. Hasil Uji Chi Kuadrat Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat Pengetahuan Vaksin MR
Hipotesis
Chi
Square
df
Pvalue
Koefisien
Hubungan
Keterangan
Hubungan antara
Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat
Pengetahuan Vaksin
MR
1,172
2
0.556
10,8%
Tidak Terdapat
Hubungan
Berdasarkan hasil pengujian uji chi kuadrat, didapat p-value sebesar 0,556. Jika
dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% maka p-value bernilai lebih besar sehingga
dapat disimpulkan bahwa “tidak terdapat hubungan antara tingkat Pendidikan terhadap
tingkat pengetahuan vaksin MR”, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Tingkat
Pendidikan seseorang tidak akan mempengaruhi pengetahuan Vaksin MR. Adapun
pengaruh koefisien hubungannya sebesar 10,8%, yang artinya Tingkat Pendidikan
mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Vaksin MR hanya sebesar 10,8% saja, sedangkan
sisanya diperjelas oleh faktor lain.
Dari kedua analisis χ2 (chi kuadrat) pada tabel 4.7 dan 4.8 diketahui bahwa tingkat
Pendidikan tidak memiliki perbedaan pada tingkat pengetahuan responden baik pada
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1569 http://sosains.greenvest.co.id
pengetahuan penggunaan Tripsin (p=0,697) maupun pada pengetahuan mengenai vaksin
MR (p=0,556), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan di Fakultas Kedokteran dengan pengetahuan mahasiswa Fakultas
Kedokteran universitas YARSI mengenai penggunaan Tripsin dan vaksin MR.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit
khususnya pada balita yang mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap
suatu penyakit (Dinengsih & Hendriyani, 2018). Imunisasi MR merupakan imunisasi
yang digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles) dan
campak jerman (rubella) (Nurvitasari, 2019). Seorang mahasiswa fakultas kedokteran
dituntut untuk mengetahui kandungan yang ada di dalam vaksin dan hukum halal serta
haramnya vaksinasi sehingga mampu mengambil sebuah tindakan maupun sikap dalam
pelayanan medis di masa yang akan datang sebagai seorang dokter muslim (Thaib &
Hasballah, 2011).
Responden pada tingkat Pendidikan tahun ketiga (2016) didominasi oleh
pengetahuan tripsin yang cukup yaitu sebanyak 17 responden (45,95%) selanjutnya pada
pengetahuan tripsin terkategori kurang sebanyak 14 responden (37,84%) dan pada
pengetahuan tripsin yang baik hanya 6 responden (16,22%). Berbeda halnya dengan
tahun pertama (2018), didominasi oleh kategori pengetahuan mengenai tripsin kurang dan
cukup, dimana pada kedua kategori ini masing-masing sebanyak 28 responden (44,44%),
sedangkan pada kategori baik hanya 7 responden (11,11%). Responden pada tingkat
Pendidikan tahun ketiga (2016) didominasi oleh pengetahuan vaksin MR yang baik yaitu
sebanyak 20 responden (54,05%) selanjutnya pada pengetahuan Vaksin MR terkategori
cukup sebanyak 16 responden (43,24%) dan pada pengetahuan Vaksin MR yang kurang
hanya 1 responden (10,81%). Pada tahun pertama (2018), didominasi oleh kategori
pengetahuan mengenai Vaksin MR baik, dimana pada kategori ini sebanyak 31 responden
(49,21%), sedangkan pada kategori cukup dan kurang masing-masing sebanyak 42,86%
dan 7,94%. Dari kedua analisis χ2 (chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa “Tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan di Fakultas Kedokteran dengan pengetahuan
mahasiswa Fakultas Kedokteran universitas YARSI mengenai penggunaan Tripsin dan
vaksin MR”.
Pada hasil penelitian ini, kedua variabel yaitu mahasiswa tingkat pertama (2018)
dan tingkat ketiga (2016) hanya sedikit yang memiliki pengetahuan baik. Hal ini
disebabkan oleh kurikulum Pendidikan tidak membahas mengenai tripsin secara khusus.
Blok dengan Kurikulum 2018 yang membahas mengenai Mekanisme Pertahanan Tubuh ,
yaitu pada Rincian Capaian Blok VIII (Imunisasi dan Vaksin), Sub Capaian Blok A
(Memahami dan Menjelaskan konsep imunisasi dan vaksin secara klinis, indikator 32
(Memperjelas dan merangkum jenis-jenis vaksinasi yang diberikan pada anak). Untuk
Blok Mekanisme Pertahanan Tubuh Kurikulum 2007 revisi 2013, sasaran blok tidak
dicantumkan secara khusus dan jelas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Tripsin dalam Proses Produksi Vaksin MR dan
Tinjauannya Menurut Islam dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut untuk responden
Tahun Pertama Mengenai Tripsin didominasi oleh kategori pengetahuan mengenai tripsin
kurang dan cukup, dimana pada kedua kategori ini masing-masing sebanyak 28
responden (44,44%), sedangkan pada kategori baik hanya 7 responden (11,11%).
Kategori pengetahuan mengenai Vaksin MR baik, dimana pada kategori ini sebanyak 31
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Tripsin dalam
Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya Menurut
Islam
2021
Nurmasithah, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1570
responden (49,21%), sedangkan pada kategori cukup dan kurang masing-masing
sebanyak 42,86% dan 7,94%.
Untuk responden Tahun Ketiga Mengenai Tripsin didominasi oleh pengetahuan
tripsin yang cukup yaitu sebanyak 17 responden (45,95%) selanjutnya pada pengetahuan
tripsin terkategori kurang sebanyak 14 responden (37,84%) dan pada pengetahuan tripsin
yang baik hanya 6 responden (16,22%). Mengenai Vaksin MR didominasi oleh
pengetahuan vaksin MR yang baik yaitu sebanyak 20 responden (54,05%) selanjutnya
pada pengetahuan Vaksin MR terkategori cukup sebanyak 16 responden (43,24%) dan
pada pengetahuan Vaksin MR yang kurang hanya 1 responden (10,81%). Dari hasil
penelitian tidak ditemukan korelasi antara tingkat Pendidikan dengan pengetahuan.
Penggunaan vaksinasi hukumnya halal sedangkan penggunaan vaksin MR dalam
vaksinasi hukumnya mubah sebagai upaya dalam menegakkan maqashid asy-syariah
yaitu hifdz an-nafs (menjaga nyawa) dan hifdz an-nasl (menjaga keturunan) serta prinsip
dharuriyat hingga ditemukannya vaksin MR yang halal dan suci
Bibliografi.
Arabi, Khairi Syekh Maulana. (2017). Dakwah dengan Cerdas. Laksana.
Dinengsih, Sri, & Hendriyani, Heni. (2018). Hubungan antara pendidikan, pengetahuan,
dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan dengan kepatuhan ibu dalam
melakukan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di desa Aweh Kabupaten
Lebak Provinsi Banten. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 202212.
Eka, Reysa. (2013). Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Guepedia.
Habibah, Sulhatul. (2017). Implikasi Filsafat Ilmu terhadap Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Dar El-Ilmi: Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan,
Dan Humaniora, 4(1), 166180.
Hussain, Azhar, Ali, Syed, Ahmed, Madiha, & Hussain, Sheharyar. (2018). The anti-
vaccination movement: a regression in modern medicine. Cureus, 10(7).
Ismail, Ismail Hassan, Davidson, Riley, Gagné, Jean Philippe, Xu, Zhi Zhong, Poirier,
Guy G., & Hendzel, Michael J. (2014). Germline mutations in BAP1 impair its
function in DNA double-strand break repair. Cancer Research, 74(16), 42824294.
Kamillah, Wa Ode. (2019). Kloning Gen Rv1926c Mycobacterium tuberculosis Isolat
Makassar Ke Escherichia coli JM 109 SEBAGAI Kandidat Vaksin Tuberkulosis.
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Nurvitasari, Amalia. (2019). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Measles
Rubella Di Dusun Panasan Desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten
Sleman. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Padiatra, Aditia Muara. (2020). Ilmu sejarah: Metode dan praktik. CV. Jendela Sastra
Indonesia Press.
Rifki, Abdurrahman. (2021). Kontekstualisasi nilai Feminisme Amina Wadud dalam
rancangan undang-undang penghapusan kekerasan seksual. Surabaya: UIN Sunan
Ampel.
Sodikin, Ali. (2017). Membangun Harmoni Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Agama.
MIYAH: Jurnal Studi Islam, 12(1), 3341.
Thaib, M. Hasballah, & Hasballah Thaib, Zamakhsyari. (2012). Pendidikan Dan
Pengasuhan Anak Menurut Al-Qur’an Dan Sunnah. Perdana Publishing.
Thaib, M. Hasballah, & Hasballah, Zamakhsyari. (2011). 20 Kasus Kedokteran
Kontemporer Dalam Perspektif Islam. Perdana Publishing.
Unchern, Surachai. (1999). Basic techniques in animal cell culture. Drug Deliv. Syst.
Workshop, 1920. Citeseer.
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1571 http://sosains.greenvest.co.id
Zuhairi, F. R., Maharani, Tan M. I., & TAN, M. I. (2012). The role of trypsin in the
internalisation process of influenza H1N1 virus into Vero and MDCK cell. ITB J
Sci, 44, 297307.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.