Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1604 http://sosains.greenvest.co.id
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI MENGENAI PENGGUNAAN
HUMAN DIPLOID CELL DALAM PROSES PRODUKSI VAKSIN MR
DAN TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
Nurfatimah Aprilianda Simatupang, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani
Universitas Yarsi, Indonesia
E-mail: nurfatimah.aprilianda@yarsi.ac.id, indra.kusuma@yarsi.ac.id dan
Diterima:
26 November
2021
Direvisi:
12 Desember
2021
Disetujui:
15 Desember
2021
Abstrak
Latar Belakang : Vaksin MR merupakan salah satu vaksin yang
wajib diberikan kepada anak 0 9 bulan. Produksi vaksin MR
menggunakan Human Diploid Cell yang berasal dari janin yang
sengaja di abortus menimbulkan kontroversi mengenai halal dan
haram vaksin MR. Penggawa kesehatan masyarakat musti
memahami dan memiliki dasar keilmuan untuk dapat menjawab
kerisauan dan kontroversi mengenai kehalalan vaksin MR
sehingga masyarakat menerima penggunaan vaksin MR sebagai
bentuk preventif dari penyakit Measles. Menurut pandangan
Islam, vaksin MR hukumnya mubah karena prinsip dharuriyah
untuk menjaga hifdz nasb dan hifdz nafs. Metode : Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner. Populasi
penelitian adalah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas
YARSI tahun pertama dan tahun ketiga yang memenuhi definisi
operasional yang dipilih dengan teknik simple random sampling.
Hasil : Penelitian yang dilaksanakan menggunakan kuesioner
didapatkan dari 100 responden. Persentase jumlah kuesioner
Pengetahuan mengenai Human Diploid Cell berdasarkan
Tingkat Pendidikan didapatkan pengetahuan baik sebanyak
13,51% pada tahun ketiga dan 11,11% pada tahun pertama.
Pengetahuan cukup sebanyak 62,16% pada tingkat ketiga dan
44,44% pada tahun pertama. Pengetahuan kurang sebanyak
24,32% pada tingkat ketiga dan 44,44% pada tahun pertama .
Persentase jumlah kuesioner Pengetahuan mengenai Vaksin MR
berdasarkan Tingkat Pendidikan didapatkan pengetahuan baik
sebanyak 54,05% pada tahun ketiga dan 49,21% pada tahun
pertama. Pengetahuan cukup sebanyak 43,24% pada tingkat
ketiga dan 42,86% pada tahun pertama. Pengetahuan kurang
sebanyak 2,70% pada tingkat ketiga dan 7,94% pada tahun
pertama. Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara Tingkat
Pendidikan dengan pengetahuan mengenai Penggunaan Human
Diploid Cell dalam Proses Produksi Vaksin MR. Menurut Islam,
penggunaan vaksin MR menjadi mubah sebagai upaya
menegakkan prinsip dharuriyah dalam menjaga keturunan bagi
orang tua (hifdz nasb) dan menjaga nyawa anak dari ancaman
penyakit Measles (hifdz nafs).
Kata kunci: Human Diploid Cell, Vaksin MR, Tingkat
Pengetahuan, Dharuriyah
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Human Diploid
Cell Dalam Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya
Menurut Islam
2021
Nurfatimah Aprilianda Simatupang, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1605
Abstract
Background: MR vaccine is a vaccine that must be given to
children age 0 - 9 months old. MR vaccine production using
Human Diploid Cell originating from a fetus that is aborted
deliberately causes controversy regarding halal and haram MR
vaccine. Health care providers in the midst of the community must
understand and have a scientific basis to be able to answer
concerns and controversies regarding the halal MR vaccine so
that people accept the use of MR vaccine as a preventive form of
Measles disease. Methods: This type of research is a descriptive
study with cross sectional approach using a questionnaire. The
study population was YARSI University medical faculty students
in the first and third years who met the criteria choosen with
simple random sampling. Results: The study was conducted for 3
days using a questionnaire obtained from 100 respondents. The
percentage of the Knowledge Questionnaire about Human
Diploid Cell, good was obtained 13.51% in the third year and
11.11% in the first year. Enough was 62.16% at the third level
and 44.44% in the first year. Less was 24.32% at the third level
and 44.44% in the first year. The percentage of the number of
questionnaire Knowledge about MR Vaccine at Education Level
obtained good knowledge of 54.05% in the third year and 49.21%
in the first year. Enough knowledge of 43.24% at the third level
and 42.86% in the first year. Less knowledge is 2.70% at the third
level and 7.94% in the first year. Conclusions: There is no
relationship between the level of education with knowledge about
the use of human diploid cells in the MR vaccine production
process. The Islamic view of the use of MR vaccine becomes the
basic principle of dharuriyah in order to keep the offspring of
parents (hifd nasb) or saving the lives of children from the threat
of Measles disease (hifdz nafs).
Keywords: Human Diploid Cell, MR Vaccine, Knowledge
Degree, Dharuriyah
Pendahuluan
Vaksin merupakan salah satu bentuk tindakan preventif yang bertujuan untuk
melindungi manusia dari berbagai penyakit dan infeksi. Vaksin juga turut berkontribusi
dalam menurunkan prevelensi beberapa jenis penyakit, bahkan secara total
mengeredikasinya (Hussain, Ali, Ahmed, & Hussain, 2018). Pengembangan vaksin
dimulai sejak abad ke 18 dan hingga kini berbagai metode dikembangkan untuk
memproduksi vaksin secara massal. Beberapa metode yang digunakan dalam
pengembangan vaksin adalah Attenuation, Cell Culture, Reassortment, Inactivation,
Capsular Polysaccharides, Protein-Based Vaccines, Genetic Engineering (Plotkin, 2014).
Pada era 1940-an, proses kulturisasi sel mengalami perkembangan pesat dan hal
ini dimanfaatkan virolog dengan menggunakan host yang abnormal sebagai pengganti
metode pelemahan atau Attenuation. Proses kulturisasi semakin berkembang dengan
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1606 http://sosains.greenvest.co.id
ditemukannya metode kultur in vitro dan dapat digunakan sebagai substrat untuk
pertumbuhan virus (Fajri, 2020).
Human Diploid Cell (HDCs) merupakan salah satu substrat yang digunakan untuk
pertumbuhan virus. HDCs digunakan untuk memperbanyak virus tersebut sehingga dapat
dikembangkan. Jenis HDCs yang pada mulanya muncul adalah derivate yang
menggunakan berbagai organ dari janin yang abortus (Wood et al., 2013).
Beberapa vaksin dikembangkan menggunakan proses kultur dengan substrat
HDCs, salah satunya adalah vaksin MMR. Vaksin MMR, mulanya dikembangkan dari
derivat sel yang berasal dari organ janin yang abortus. Aborsi bertentangan dengan ajaran
moral dalam beberapa ajaran keagamaan seperti Hindu, Protestant, Islam, dan Yahudi
(Kartini, 2013).
Pertentangan moral itu pula yang menjadi alasan beberapa kelompok masyarakat
menolak penggunaan vaksin. Pengetahuan dan informasi yang berkembang di masyarakat
mengenai HDCs turut serta menjadi alasan penolakan vaksin (Muammar, 2019).
Mahasiswa kedokteran sebagai penggawa kesehatan ditengah masyarakat kelak harus
memahami dan memiliki dasar keilmuan sesuai dengan kompetensinya (Rustan & Hakki,
2017). Untuk dapat menjawab kerisauan dan kontroversi mengenai kehalalan vaksin
MMR. Diharapkan dengan demikian, kalangan masyarakat luas dapat menerima
penggunaan vaksin MR sebagai salah satu usaha preventif.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional menggunakan kuesioner. Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI tahun pertama dan tahun ketiga yang memenuhi kriteria
dalam definisi operasional. Sampel penelitian adalah sebagian mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI tahun pertama dan tahun ketiga yang berjumlah sesuai
dengan perhitungan sampel. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang berasal
dari pengisian kuesioner oleh responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah simple random sampling yang diambil dengan cara proporsional. Besar sampel
pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
n = Jumlah elemen/ anggota sampel
N = Jumlah elemen / anggota populasi
Е = error level (tingkat kesalahan, umumnya digunakan 1%,
5% dan 10%)
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas YARSI tahun
pertama dan tahun ketiga yang berjumlah sesuai dengan perhitungan sampel diperoleh
100 data kuesioner ‘tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI tahun pertama dan ketiga mengenai penggunaan Human Diploid Cell pada vaksin
MR’. Persentase pengetahuan Baik mengenai Human Diploid Cell sebanyak 12 dari 100
responden adalah 12%, persentase pengetahuan Cukup sebanyak 51 dari 100 responden
adalah 51% dan persentase pengetahuan Kurang sebanyak 37 dari 100 responden adalah
37%. Persentase pengetahuan Baik mengenai Vaksin MR adalah 51 orang dari 100
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Human Diploid
Cell Dalam Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya
Menurut Islam
2021
Nurfatimah Aprilianda Simatupang, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1607
responden adalah 51%, persentase pengatahuan cukup sebanyak 43 orang dari 100
responden adalah 43%, persentase pengetahuan kurang sebanyak 6 orang dari 100
responden adalah 6%.
Tabel 1. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan pada Human Diploid
Cell
Frequency
Percent
Kurang
37
37%
Cukup
51
51%
Baik
12
12%
Total
100
100.0
Dari tiga kategori Tingkat Pengetahuan pada Human Diploid Cell pada vaksin MR,
yang terbanyak (51%) merupakan mahasiswa dengan Tingkat Pengetahuan pada Human
Diploid Cell Cukup, mahasiswa dengan Tingkat Pengetahuan pada Human Diploid Cell
Kurang sebanyak (37%) dan mahasiswa dengan Tingkat Pengetahuan pada Human
Diploid Cell Baik sebanyak (12%).
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR
Frequency
Percent
Valid
Kurang
6
6%
Cukup
43
43%
Baik
51
51%
Total
100
100%
Dari tiga kategori Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR, yang terbanyak (51%)
merupakan mahasiswa dengan Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR Baik, mahasiswa
dengan Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR Cukup sebanyak (43%) dan mahasiswa
dengan Tingkat Pengetahuan pada vaksin MR Kurang sebanyak (6%).
Tabel 3. Tingkat Pengetahuan mengenai Human Diploid Cell dan vaksin MR
HDC
Total
Kurang
Cukup
Baik
MR
Kurang
3
1
2
6
Cukup
14
24
5
43
Baik
20
26
5
51
Total
37
51
12
100
Dari tiga kategori Tingkat Pengetahuan mengenai Human Diploid Cell dan vaksin
MR maka diketahui bahwa mahasiswa dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 5 dari
100 responden, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 dari 100 responden adalah,
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 3 dari 100 responden adalah Persentase Kategori
Pengetahuan Mahasiswa berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir
pada data kuesioner penelitian adalah dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI tahun pertama dan ketiga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Universitas
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1608 http://sosains.greenvest.co.id
YARSI didapatkan data kuesioner berdasarkan tingkat pendidikan, seperti terlihat pada
Tabel 6.
Tabel 4. Persentase Pengetahuan Human Diploid Cell berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Persentase Jumlah
Kuesioner
Persentase Kategori
Pengetahuan HDC
Tahun Ketiga (2016)
37(37%)
Pengetahuan Baik: 5
(13,51%)
Pengetahuan Cukup : 23
(62,16%)
Pengetahuan Kurang: 9
(24,32%)
Tahun Pertama (2018)
63(63%)
Pengetahuan Baik: 7
(11,11%)
Pengetahuan Cukup: 28
(44,44 %)
Pengetahuan Kurang: 28
(44,44%)
Berdasarkan tabel 4, Persentase jumlah kuesioner Pengetahuan mengenai Human
Diploid Cell berdasarkan Tingkat Pendidikan didapatkan pengetahuan baik sebanyak
13,51% pada tahun ketiga dan 11,11% pada tahun pertama. Pengetahuan cukup sebanyak
62,16% pada tingkat ketiga dan 44,44% pada tahun pertama. Pengetahuan kurang
sebanyak 24,32% pada tingkat ketiga dan 44,44% pada tahun pertama.
Tabel 5. Persentase Pengetahuan Vaksin MR berdasarkan Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
Persentase Jumlah
Kuesioner
Persentase Kategori
Pengetahuan Vaksin MR
Tahun Ketiga (2016)
37(37%)
Pengetahuan Baik: 20
(54,05%)
Pengetahuan Cukup : 16
(43,24%)
Pengetahuan Kurang: 1
(2,70%)
Tahun Pertama (2018)
63(63%)
Pengetahuan Baik: 31
(49,21%)
Pengetahuan Cukup: 27
(42,86 %)
Pengetahuan Kurang: 5
(7,94%)
Berdasarkan tabel 5, Persentase jumlah kuesioner Pengetahuan mengenai Vaksin
MR berdasarkan Tingkat Pendidikan didapatkan pengetahuan baik sebanyak 54,05%
pada tahun ketiga dan 49,21% pada tahun pertama. Pengetahuan cukup sebanyak 43,24%
pada tingkat ketiga dan 42,86% pada tahun pertama. Pengetahuan kurang sebanyak
2,70% pada tingkat ketiga dan 7,94% pada tahun pertama.
Analisis bivariate data penelitan ini meliputi variable Tingkat Pengetahuan
Penggunaan HDC berdasarkan Tingkat Pendidikan, dengan menggunakan tabulasi silang
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Human Diploid
Cell Dalam Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya
Menurut Islam
2021
Nurfatimah Aprilianda Simatupang, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1609
(cross-tabulation) dengan angka frekuensi dan persentase di dalamnya. Berikut ini adalah
tabulasi silang dari kedua variabel observasi yang telah diolah.
Tabel 6. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Penggunaan HDC berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Variabel Penelitian
Pengetahuan HDC
Total
Kurang
Cukup
Baik
Tingkat
Pendidikan
2016
Frekuensi
9
23
5
37
Persentase
24.32%
62.16%
13.51%
100.00%
2018
Frekuensi
28
28
7
63
Persentase
44.44%
44.44%
11.11%
100.00%
Total
Frekuensi
37
51
12
100
Persentase
37.00%
51.00%
12.00%
100.00%
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis χ2 (chi kuadrat) karena
kedua data bersifat kategorik dan ingin melihat sejauh mana pola hubungan antar
keduanya. Berikut hasil pengolahan menggunakan software SPSS:
Tabel 7. Hasil Uji Chi Kuadrat Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan
Penggunaan HDC
Hipotesis
Chi
Square
df
Pvalue
Koefisien
Hubunga
n
Keterangan
Hubungan antara
Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat
Pengetahuan
Penggunaan HDC
4,097
2
0.129
19,8%
Tidak Terdapat
Hubungan
Berdasarkan hasil pengujian uji chi kuadrat, didapat p-value sebesar 0,129. Jika
dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% maka p-value bernilai lebih besar sehingga
dapat disimpulkan bahwa “Tidak terdapat hubungan antara Tingkat Pendidikan terhadap
tingkat pengetahuan penggunaan HDC.” Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
Tingkat Pendidikan seseorang tidak akan mempengaruhi pengetahuan HDC. Adapun
pengaruh koefisien hubungannya sebesar 19,8%, yang artinya Tingkat Pendidikan
mempengaruhi Tingkat Pengetahuan HDC hanya sebesar 19,8% saja, sedangkan sisanya
diperjelas oleh faktor lain.
Analisis bivariate data penelitan ini meliputi variable Tingkat Pengetahuan Vaksin
MR berdasarkan Tingkat Pendidikan, dengan menggunakan tabulasi silang (cross-
tabulation) dengan angka frekuensi dan persentase di dalamnya (Hidayati &
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1610 http://sosains.greenvest.co.id
Kusmaningrum, 2015). Berikut ini adalah tabulasi silang dari kedua variabel observasi
yang telah diolah.
Tabel 8. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Vaksin MR berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Variabel Penelitian
Vaksin MR
Total
Kurang
Cukup
Baik
Tingkat
Pendidikan
2016
Frekuensi
1
16
20
37
Persentase
2.70%
43.24%
54.05%
100.00%
2018
Frekuensi
5
27
31
63
Persentase
7.94%
42.86%
49.21%
100.00%
Total
Frekuensi
6
43
51
100
Persentase
6.00%
43.00%
51.00%
100.00%
Berdasarkan tabel tabulasi di atas dari masing-masing tingkat pendidikan
responden, terlihat bahwa responden pada tingkat Pendidikan tahun ketiga (2016)
didominasi oleh pengetahuan vaksin MR yang baik yaitu sebanyak 20 responden
(54,05%) selanjutnya pada pengetahuan Vaksin MR terkategori cukup sebanyak 16
responden (43,24%) dan pada pengetahuan Vaksin MR yang kurang hanya 1 responden
(10,81%).
Pada tahun Angkatan pertama (2018), didominasi oleh kategori pengetahuan
mengenai Vaksin MR baik, dimana pada kategori ini sebanyak 31 responden (49,21%),
sedangkan pada kategori cukup dan kurang masing-masing sebanyak 42,86% dan 7,94%.
Untuk mengetahui uji signifikansi pada kedua variabel tersebut, maka digunakan analisis
inferensial χ2 (chi kuadrat) sebagai berikut. Pengujian hipotesis penelitian ini
menggunakan analisis χ2 (chi kuadrat) karena kedua data bersifat kategorik dan ingin
melihat sejauh mana pola hubungan antar keduanya. Berikut hasil pengolahan
menggunakan software SPSS:
Tabel 9. Hasil Uji Chi Kuadrat Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Vaksin
MR
Hipotesis
Chi
Square
df
Pvalue
Koefisien
Hubungan
Keterangan
Hubungan antara
Tingkat Pendidikan
dengan Tingkat
Pengetahuan Vaksin
MR
1,172
2
0.556
10,8%
Tidak Terdapat
Hubungan
Berdasarkan hasil pengujian uji chi kuadrat, didapat p-value sebesar 0,556. Jika
dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% maka p-value bernilai lebih besar sehingga
dapat disimpulkan bahwa “Tidak terdapat hubungan antara tingkat Pendidikan terhadap
tingkat pengetahuan vaksin MR.” Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Tingkat
Pendidikan seseorang tidak akan mempengaruhi pengetahuan Vaksin MR (Dewy, 2019).
Adapun pengaruh koefisien hubungannya sebesar 10,8%, yang artinya Tingkat
Pendidikan mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Vaksin MR hanya sebesar 10,8% saja,
sedangkan sisanya diperjelas oleh faktor lain (Budiman, n.d.).
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Human Diploid
Cell Dalam Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya
Menurut Islam
2021
Nurfatimah Aprilianda Simatupang, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1611
Dari kedua analisis χ2 (chi kuadrat) pada tabel 4.xx dan 4.xx diketahui bahwa
tingkat Pendidikan tidak memiliki perbedaan pada tingkat pengetahuan responden baik
pada pengetahuan penggunaan HDC (p=0,129) maupun pada pengetahuan mengenai
vaksin MR (p=0,556), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan di Fakultas Kedokteran dengan pengetahuan mahasiswa
Fakultas Kedokteran universitas YARSI mengenai penggunaan HDC dan vaksin MR.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit
khususnya pada balita yang mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap
suatu penyakit (Dinengsih & Hendriyani, 2018). Imunisasi MR merupakan imunisasi
yang digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles) dan
campak jerman (rubella) (Sholichah, 2018). Mahasiswa kedokteran sebagai calon tenaga
kesehatan harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai vaksin dan pro-kontra yang
dihadapi masyarakat (SARI, 2018). Diharapkan ketika sudah berhadapan dengan
masyarakat kelak, pengetahuan yang baik tersebut dapat diaplikasikan dan mampu
mengatasi problematika yang ada di masyarakat (Saleh, 2013).
Persentase jumlah kuesioner Pengetahuan mengenai Human Diploid Cell
berdasarkan Tingkat Pendidikan didapatkan pengetahuan baik sebanyak 13,51% pada
tahun ketiga dan 11,11% pada tahun pertama (Maldiwati, 2019). Pengetahuan cukup
sebanyak 62,16% pada tingkat ketiga dan 44,44% pada tahun pertama. Pengetahuan
kurang sebanyak 24,32% pada tingkat ketiga dan 44,44% pada tahun pertama. Persentase
jumlah kuesioner Pengetahuan mengenai Vaksin MR berdasarkan Tingkat Pendidikan
didapatkan pengetahuan baik sebanyak 54,05% pada tahun ketiga dan 49,21% pada tahun
pertama. Pengetahuan cukup sebanyak 43,24% pada tingkat ketiga dan 42,86% pada
tahun pertama. Pengetahuan kurang sebanyak 2,70% pada tingkat ketiga dan 7,94% pada
tahun pertama.
Berdasarkan Chi-Square dapat diketahui bahwa dapat disimpulkan bahwa " Tidak
ada hubungan antara tingkat pendidikan di Fakultas Kedokteran dengan pengetahuan
mahasiswa Fakultas Kedokteran universitas YARSI mengenai penggunaan Human
Diploid Cell dan Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan di Fakultas Kedokteran
dengan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran universitas YARSI mengenai
vaksin MR“.
Pada hasil penelitian, mayoritas kedua tingkat hanya sedikit memiliki
pengetahuan Baik. Hal ini disebabkan kurikulum Pendidikan tidak membahas mengenai
Human Diploid Cell secara khusus. Blok dengan kurikulum 2018 yang membahas
mengenai Mekanisme Pertahanan Tubuh, yaitu pada Rincian Capaian Blok VIII
(Imunisasi dan Vaksin), Sub capaian blok A (Memahami dan Menjelaskan konsep
imunisasi dan vaksin secara klinis, Indikator 32 (Memperjelas dan merangkum jenis-jenis
vaksinasi yang diberikan pada anak). Untuk Blok Mekanisme Pertahanan Tubuh
kurikulum 2007 revisi 2013, sasaran pembelajaran blok tidak dicantumkan dengan jelas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI Mengenai Penggunaan Human Diploid Cell dalam Proses Produksi
Vaksin MR dan Tinjauannya Menurut Islam didapatkan hasil sebagai berikut, untuk
responden Tahun Pertama Mengenai Human Diploid Cell didapatkan pengetahuan baik
sebanyak 11,11%. Pengetahuan cukup sebanyak 44,44%. Pengetahuan kurang sebanyak
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1612 http://sosains.greenvest.co.id
44,44%. Mengenai Vaksin MR didapatkan pengetahuan baik sebanyak 49,21% pada
tahun pertama. Pengetahuan cukup sebanyak 42,86% pada tahun pertama. Pengetahuan
kurang sebanyak 7,94% pada tahun pertama. Untuk responden Tahun Ketiga Mengenai
Human Diploid Cell didapatkan pengetahuan baik sebanyak 13,51%. Pengetahuan cukup
sebanyak 62,16%. Pengetahuan kurang sebanyak 24,32%. Mengenai Vaksin MR
didapatkan pengetahuan baik sebanyak 54,05%. Pengetahuan cukup sebanyak 43,24%.
Pengetahuan kurang sebanyak 2,70%. Dari hasil penelitian tidak ditemukan korelasi
antara tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan mahasiswa mengenai Human Diploid Cell
maupun Vaksin MR. Penggunaan Human Diploid Cell dalam produksi vaksin MR
menjadi Mubah karena prinsip Dharuriyat. Dalam tinjauan Islam menurut Fatwa Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Vaksinasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk
ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya penyakit
tertentu. Islam memperbolehkan melakukan sesuatu pada keadaan darurat.
Bibliografi.
Budiman, Widyawati. (n.d.). Prosiding. Ekonomi Syariah Dalam Pemberdayaan Sektor
Riil Di Indonesia. Seminar Nasional dan Call For Papers Ekonomi Syariah
Prosiding.
Dewy, Yuli Ambar Nirmala. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pendidikan
Ibu Tentang Vaksin Mr (Measles Rubella) Dengan Minat Keikutsertaan Vaksin Mr
(Measles Rubella) Di Posyandu Desa Keji Ungaran Barat. Semarang: Universitas
Ngudi Waluyo.
Dinengsih, Sri, & Hendriyani, Heni. (2018). Hubungan antara pendidikan, pengetahuan,
dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan dengan kepatuhan ibu dalam
melakukan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di desa Aweh Kabupaten
Lebak Provinsi Banten. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 202212.
Fajri, Joni Aldilla. (2020). Efektivitas Bakteri Indigenous dalam Mereduksi Zat Warna
pada Limbah Tenun.
Hidayati, Rina Nur, & Kusmaningrum, Ajeng. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Perilaku Kader Jumantik dalam Melaksanakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD 3M Plus di Desa Mojorejo Kecamatan Jetis Mojokerto.
Medica Majapahit (Jurnal Ilmiah Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Majapahit), 7(2).
Hussain, Azhar, Ali, Syed, Ahmed, Madiha, & Hussain, Sheharyar. (2018). The anti-
vaccination movement: a regression in modern medicine. Cureus, 10(7).
Kartini, Indriana. (2013). Demokrasi Dan Fundamentalisme Protestan Di Amerika Serikat
Dan Yahudi Di Israel. Jurnal Penelitian Politik, 10(1), 11.
Maldiwati, Susanti. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Vaksin Measles Rubella (MR) Di Puskesmas Karang Pule Periode 2019. Mataram:
Universitas Muhammadiyah Mataram.
Muammar, Arief. (2019). Pemikiran politik Ali Hasjmy Tentang negara islam dan
relevansinya dengan penerapan syariat islam di Aceh. Sumatera Utara: Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara.
Plotkin, Stanley. (2014). History of vaccination. Proceedings of the National Academy of
Sciences, 111(34), 1228312287.
Rustan, Ahmad Sultra, & Hakki, Nurhakki. (2017). Pengantar ilmu komunikasi.
Yogyakarta: Deepublish.
Saleh, Marhamah. (2013). Strategi pembelajaran fiqh dengan problem-based learning.
Jurnal Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan Dan Pengajaran, 14(1).
Sari, N. U. R. Indah. (2018). Tindak Pidana Pengedaran Vaksin Palsu Ditinjau Dari
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Mengenai Penggunaan Human Diploid
Cell Dalam Proses Produksi Vaksin Mr dan Tinjauannya
Menurut Islam
2021
Nurfatimah Aprilianda Simatupang, Indra Kusuma dan Siti Nur Riani 1613
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. fakultas hukum dan syariah.
Sholichah, Nazilatul Maulinda. (2018). Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya Terhadap
Tingginya Penolakan Imunisasi MR (Meases Rubella).
Wood, Elisabeth M., Falcone, Dana, Suh, EunRan, Irwin, David J., Chen-Plotkin, Alice
S., Lee, Edward B., Xie, Sharon X., Van Deerlin, Vivianna M., & Grossman,
Murray. (2013). Development and validation of pedigree classification criteria for
frontotemporal lobar degeneration. JAMA Neurology, 70(11), 14111417.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.