Analisis Pengetahuan dan Sikap Pengawas Menelan
Obat (Pmo) Terhadap Efek Samping Obat Anti
Tuberkulosis dan Tinjauannya Menurut Pandangan
Vina Monica Robert, Wening Sari dan Zuhroni 1672
Adapun yang tidak melaporkan karena efek samping yang terjadi adalah ringan dan dapat
diatasi oleh PMO (Nurbiah, 2017).
Berdasarkan hasil kuisioner pengetahuan diketahui bahwa ada peningkatan yang
bermakna dari sebelum dan sesudah pelatihan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
menyatakan tingkat pengetahuan PMO sebelum diberikan edukasi, mayoritas responden
memiliki pengetahuan sedang dan setelah diberikan edukasi, mayoritas tingkat
pengetahuan PMO menjadi tinggi (Maghfiroh, Pratama, & Rachmawati, 2017). Hasil rerata
komponen pengetahuan paling kecil adalah efek samping OAT ringan dan berat. Hal ini
bisa disebabkan karena 72% PMO belum pernah mendapat penyuluhan tentang efek
samping OAT. Komponen pengetahuan ini mengalami peningkatan yang signifikan setelah
diberikan pelatihan (Lubis, 2015).
Hasil kuisioner sikap sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan ada peningkatan
PMO yang memiliki sikap baik meski tidak bermakna. Hal ini karena rerata PMO sudah
memiliki sikap baik sebelum diberi pelatihan. Uji statistik menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap pra pelatihan. PMO yang memiliki
pengetahuan yang cukup tinggi tentang penyakit TBC dan pengobatannya menimbulkan
perilaku untuk selalu mengingatkan dan mengawasi pasien TBC (Pratama, Aliong,
Sufianti, & Rachmawati, 2018).
Faktor pekerjaan, pendidikan terakhir, dan penghasilan keluarga tidak ada yang
memiliki hubungan bermakna dengan sikap dan pengetahuan PMO (Prayogo, 2013). Jarak
rumah dan hubungan pasien dengan PMO juga tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan faktor motivasi, mengawasi, dan mengingatkan pasien berobat.
Hasil FGD menunjukkan bahwa PMO mampu mengenali efek samping baik ringan
maupun berat dan beberapa PMO mampu mengatasi efek samping ringan meski
penanganannya masih ada yang salah. Hal ini menunjukkan pentingnya pelatihan cara
mengatasi efek samping OAT agar penanganannya lebih tepat.
Kesimpulan
Tingkat pengetahuan PMO di Joharbaru tentang TBC sebelum dan sesudah pelatihan
mengalami peningkatan yang bermakna dan peningkatan yang paling signifikan ada pada
komponen efek samping ringan dan berat. PMO yang memiliki sikap baik sebelum dan
sesudah pelatihan meningkat meski tidak bermakna karena rerata PMO sebelum pelatihan
sudah memiliki sikap baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
sikap pra pelatihan. Faktor penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan tidak ada yang
berhubungan bermakna dengan tingkat pengetahuan dan sikap PMO. Hasil FGD
menunjukkan PMO mampu mengenali efek samping ringan dan berat, dan dapat
menangani efek samping ringan meski masih ada penanganan yang belum tepat.
Bibliografi.
Abbas, Akhmadi. (2017). Monitoring efek samping obat anti-tuberkulosis (OAT) pada
pengobatan tahap intensif penderita TB paru di kota makassar. Journal of
Agromedicine and Medical Sciences, 3(1), 19–25.
Abdul, Vivi Juwita. (2019). Perilaku Caring Perawat dan Manajemen Regimen Terapeutik
Pada Pasien Tuberculosis. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Dimas, Surya Bagaskoro, Sukartini, Tintin, & Hidayati, Laily. (2016). Drugs supervisor
activeness correlated with motivation and tuberculosis medication adherence.
Fadlilah, Nazilatul. (2017). Hubungan Karakteristik Pengawas Menelan Obat Terhadap
Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Pragaan Tahun 2016. Jurnal