Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1693 http://sosains.greenvest.co.id
RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM
CAHAYA CINTA PESANTREN PADA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Shirley Khumaidah, M. Andik Susanto, Muhammad Yuda dan
Mohammad ilham ma'ruf
UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia
E-mail: khumaidah.khumaira@gmail.com, andikboneng13@gmail.com,
Diterima:
13 Desember
2021
Direvisi:
14 Desember
2021
Disetujui:
15 Desember
2021
Abstrak
Latar belakang: Penanaman karakter merupakan bagian dari
proses pembelajaran di satuan pendidikan itu sendiri, yangmana
dimulai dari masa pra-sekolah, SD, SMP, SMA, sampai
universitas. Tujuan : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang ada
dalam film Cahaya Cinta Pesantren adopsi dari novel karya Ira
Madan yang diproduksi oleh Fullframe Pictures dan
menghubungkannya pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan budi pekerti tingkat Sekolah Menengah Atas Metode:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Hasil: Dalam film tersebut terdapat 17 nilai
pendidikan karakter yang terdiri dari religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratif, rasa ingin
tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, ramah / komunikatif,
cinta damai, cinta membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab. Kesimpulan: Nilai-nilai tersebut tercermin
dalam sikap dan tingkah laku para pemain di dalam film. Dan
semua nilai tersebut berkaitan erat dengan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti yang ada di tingkat
sekolah menengan atas (SMA), baik dalam tujuan dan fungsi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, serta pada standart
bahan kajian dan standart kompetensi dasar pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Kata kunci: Film Cahaya Cinta Pesantren, Pembelajaran PAI
dan Budi Pekerti SMA, Pendidikan Karakter
Abstract
Background: Character building is part of the learning process
in the education unit itself, which starts from pre-school,
elementary, junior high, high school, to university. Purpose :
This research was conducted with the aim of knowing the values
of character education in the film Cahaya Cinta Pesantren
adoption of the novel by Ira Madan produced by Fullframe
Pictures and linking it to learning Islamic Religious Education
and character at the high school level. Methods: The method
used in this research is descriptive qualitative. Results: In the
film there are 17 values of character education consisting of
religious, honest, tolerance, discipline, hard work, creative,
independent, democratic, curiosity, love for the homeland,
respect for achievement, friendly / communicative, love peace,
Relevansi Nilai Pendidikan Karakter dalam Film Cahaya
Cinta Pesantren Pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
2021
M. Andik Susanto, Muhammad Yudha dan Mohammad ilham ma'ruf 1694
love reading, caring environment, social care, and responsibility.
Conclusion: These values are reflected in the attitudes and
behavior of the actors in the film. And all of these values are
closely related to the learning of Islamic Religious Education and
character at the high school level, both in the objectives and
functions of learning Islamic Religious Education, as well as on
the standards of study materials and the basic competence
standards of learning Islamic Religious Education.
Keywords: Film Light of Love Islamic Boarding School, PAI
Learning and High School Morals, Character
building
Pendahuluan
Titik berat pendidikan yang berorientasi pada karkater adalah pembentukan
karakter tersebut pada diri anak atau siswa. Adapun pembentukan karakter sebaiknya
dimulai sejak dini atau masa pra-sekolah, dengan pembiasaan dalam keluarga maupun
dalam lingkungan masyarakat secara luas, dimana hal tersebut dapat menjadikan anak
tumbuh dan berkembang menjadi seseorang yang berbudi luhur dan mampu memahami
sertaima dan pelajadi (Sukrisman, 2014).
Penanaman karakter merupakan bagian dari proses pembelajaran di satuan
pendidikan itu sendiri, yangmana dimulai dari masa pra-sekolah, SD, SMP, SMA, sampai
universitas (Mustadi, 2020). Karakter juga menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
berbagai norma dan praktek kehidupan dalam masyarakat. Penanaman karakter bukanlah
suatu hal yang mudah, kegiatan tersebut harus dilakukan dan dikuatkan dari masa ke
masa. Karena terdapat banyak hal yang bisa berpengaruh pada kestabilan karakter setiap
individu dari waktu ke waktu (Pramujiono, Suhari, Rachmadtullah, Indrayanti, &
Setiawan, 2020).
Seperti yang tercantum dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional telah ditegaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermastabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
Salah satu pilihan media atau alat dalam proses pembelajaran yang dapat
menyalurkan penanaman karakter adalah melalui menonton film (Ibda, 2017). Akan
tetapi, hal yang perlu diperhatikan yakni isi dalam film tersebut haruslah memuat nilai-
nilai yang mendidik penikmatnya. Sebuah alur cerita yang baik dan bermanfaat yakni alur
cerita yang dapat memberikan pendidikan kepada penikmatnya, imajinasi, serta etika
untuk mengembangkan potensi pengetahuannya (Utomo, 2011). Media film yang
digunakan dalam penelitian ini adalah film Cahaya Cinta Pesantren yang di dalamnya
becerita tentang kehidupan Shilla dan temannya ketika hidup di pesantren yang penuh
dengan aturan dan kedisiplinan.
Penelitian yang menggunakan objek film Cahaya Cinta Pesantren juga dilakukan
oleh Aprilina Wulandari, dengan judul Analisis Pendidikan Karakter Tanggung Jawab
dalam Film Cahaya Cinta Pesantren” (2020). Penelitian tersebut berfokus pada bentuk
nilai karakter tanggung jawab, jenis kegiatan yang mengandung nilai tanggung jawab,
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1695 http://sosains.greenvest.co.id
dan juga metode pembentukan nilai tanggung jawab dalam film Cahaya Cinta Pesantren.
Selain itu ada juga penelitian dari Siti Mufidah dengan judul “Nilai-Nilai Akhlak Mulia
Santri dalam Film Cahaya Cinta Pesantren (Analisa Semiotika Roland Barthes)”.
Penelitian tersebut memiliki kesimpulan bahwa dalam film tersebut ada beberapa scene
yang menampilkan nilai akhlak yang terwujud dalam santri. Seperti pada scene sholat
tepat waktu, rajin belajar, sopan san santun.
Hampir semua mata pelajaran yang ada di sekolah dapat diintegrasikan dengan
pendidikan karakter, salah satunya yakni Pendidikan Agama Islam (Baharun &
Mahmudah, 2018). Dalam desain pembelajaran PAI yang baik hendaknya dapat berisi hal
berikut: (1) menetapkan tujuan pembelajaran untuk dapat meng-upgrade keimanan,
pendalaman, penafsiran, serta pengalaman siswa tentang pendidikan Islam, sehingga
dapat menjadikan siswa yang beriman, bertaqwa, dan berbudi baik dalam kehidupannya,
(2) menetapkan materi ajaran / bahan ajar yang akan digunakan. Dalam PAI, materi yang
diajarkan berhubungan dengan al-Qur’an hadist, sejarah Islam, syariat, fiqih, ibadah,
muamalah, dan akhlak karimah, (3) mentapkan pendekatan, strategi, dan juga metode
yang akan digunakan sesuai degan kebutuhan siswa. Metode juga dapat dikembangkan
dengan banyak pilihan, tidak selalu menggunakan ceramah, karena dapat memicu
kebosanan dan kejenuhan siswa, (4) menggunakan media yang sesuai dengan metode dan
juga keadaan di lapangan ketika mengajar, (5) evaluasi, dapat dilakukan dengan melihat
sifat-sifat siswa selama pembelajaran berlangsung, atau dengan pengetahuan kognitif dan
keteramplan. Dalam penelitian ini hanya berfokus pada hubungan atau relevansi
pembelajaran PAI dari segi tujuan, fungsi, dan juga standar kompetensi dasar mata
pelajaran PAI di tingkat SMA.
Penelitian sebelumnya yang pernah membahas tentang relevansi nilai pendidikan
karakter dengan pembelajaran PAI adalah penelitian yang ditulis oleh salis awaludin
dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung
Bramantyo dan Implementasinya Dalam Pembelajaran PAI”. Penelitian tersebut
mempunyai kesimpulan bahwa dalam film tersebut memiliki semua aspek nilai
pendidikan karkater. Dan nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran PAI di SMA karena keseuaian dengan kurikulum yang diajarkan di jenjang
tersebut. Terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Eko Nur Wibowo dengan judul
“Relevansi Pendidikan Karakter dalam Film Kungfu Panda Terhadap PAI”. Wibowo
menyimpulkan bahwa nilai karakter yang terkandung dalam film Kunfu Panda yaitu
religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, demokratis, rasa ingin tahu, peduli sosial,
tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut sejalan dengan apa yang diajarkan dalam Pendidikan
Agama Islam. Dalam Pendidikan Agama Islam, karakter disebut dengan akhlak. Nilai-
nilai perilaku yang baik disebut dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah).
Pada peraturan pemerintah no. 55 pasal 4 ayat (1) dan (2) sudah dijelaskan bahwa
pendidikan agama diberikan pada setiap satuan pendidikan dan diberikan sekurang-
kurangnya dalam bentuk mata pelajaran, dengan tujuan yag lebih spesifik, yakni
bekembangnya kemampuan peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan
nilai-nilai agama yang mengimbangi penguasaannya dalam pengetahuan, teknologi dan
seni.
Dalam dunia pendidikan tingkat menengah atas, pendidikan karakter ialah salah
satu hal yang sangat dibutuhkan dan juga harus diterapkan di kalangan mereka.
Kenakalan remaja, tawuran, tindak asusila, pelecehan seksual, penggunaan obat-obatan
terlarang masih marak terjadi di lingkungan remaja jaman now atau jaman sekarang
(Khamadi & Bastian, 2015). Salah satu alternatif untuk menancapkan nilai
pembangungan karakter ialah dengan menampilkan film atau drama yang didalamnya
Relevansi Nilai Pendidikan Karakter dalam Film Cahaya
Cinta Pesantren Pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
2021
M. Andik Susanto, Muhammad Yudha dan Mohammad ilham ma'ruf 1694
terdapat nilai-nilai karakter yang kuat (Pratama, 2019). Sehingga tujuan pembelajaran
secara intrinsik dapat masuk dalam diri siswa tanpa adanya kejenuhan dan kebosanan.
Relevansi Nilai Pendidikan Karakter dalam Film Cahaya
Cinta Pesantren Pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
2021
M. Andik Susanto, Muhammad Yudha dan Mohammad ilham ma'ruf 1696
Dari beberapa alasan tersebut, penulis tergerak untuk membuat penelitian tentang
“Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Film Cahaya Cinta Pesantren pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Atas”.
Metode Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan jenis penelitian
kepustakaan (library reseach). Data yang dianalisis adalah kata-kata dan juga gambar
dalam film cahaya cinta pesantren yang mencirikan atau mengungkapkan nilai
pendidikan karakter. Data yang diperoleh dianalisis secaa deskriptif untuk menjelaskan
nilai pembangunan karakter yang termuat di dalam film dan menghubungkan dengan
pembelajaran PAI dan budi pekerti di tingkat SMA. Sumber data dalam penelitian ini
adalah film Cahaya Cinta Pesantren yang diangkat dari novel karya Ira Madan dan
diproduksi oleh Fullframe Pictures yang ditayangkan pada bulan Oktober 2016.
Hasil dan Pembahasan
Nilai-nilai karakter yang diterapkan di Indonesia besumber dari falsafah negara
pancasila, agama, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun nilai-nilai karakter
bangsa tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat, kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/ komunikatif, cinta damai, cinta membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab (Zainudin, 2016).
Data nilai-nlai karakter yang ditemukan dalam film cahaya cinta pesantren
berjumlah 84. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing nilai tersebut:
1) Religius
Agama merupakan semua perilaku baik atau terpuji manusia, yang dilakukan untuk
mendapatkan ridla Allah SWT. Dapat dikatakan, agama merupakan semua perilaku
yang dapat membentuk manusia yang mempunyai akhlak terpuji, dengan dasar
percaya kepada Allah dan tanggung jawab individual di hari perhitungan. Menurut
muhaimin, religius tidak selalu berhubungan dengan agama. Ia menjelaskan bahwa
religius merupakan pengahyatan lebih mendalam atas agama dalam keidupan sehari-
hari. Nilai religius berhubungan dengan nilai, pikiran, perkataan, perilaku seseorang
yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama.
2) Jujur
Jujur merupakan tingkah laku seseorang yang selalu dapat dipercaya baik perkataan,
perbuatan maupun pekerjaannya. Jujur yakni menyatakan dengan terbuka dan juga
konsisten antara sesuatu yang diucapkan dan juga dilaksanakan, berani karena tahu
bahwa ia benar, serta tidak melakukan kecurangan.
3) Toleransi
UNESCO memandang tolerasi sebagai sebuah rasa hormat, penerimaan dan apresiasi
terhadap keberagaman budaya dunia, berbagai bentuk ekspresi diri dan cara-cara
menjadi manusia. hak tersebut didorong dengan adanya pengetahuan, keterbukaa,
komunikasi, dan kebebasan berfikir, serta hati nurani dan keyakinan. Secara umum,
toleransi mempunyai pengertian orang-orang yang dapat bersikap adil, objektif, dan
permisif kepada orang-orang yang berbeda dalam berpendapat, praktik, agama,
kebangsaan, ras, budaya, dan lain sebagainya. Toleran adalah sikap yang bebas dari
sifat fanatik kepada suatu hal dan juga menerima serta menghargai suatu perbedaan
yang ada
4) Disiplin
Disiplin adalah suatu perilaku yang menunjukan ketertiban dan kepatuhan pada
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Relevansi Nilai Pendidikan Karakter dalam Film Cahaya
Cinta Pesantren Pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
2021
M. Andik Susanto, Muhammad Yudha dan Mohammad ilham ma'ruf 1698
5) Kerja Keras
Kerja keras adalah suatu perilaku seseorang yang menunjukan kesungguhan seseorang
dalam mengatasi bermacam masalah, tugas, belajar, dan menyelesaikannya dengan hasil
yang sebaik-baiknya.
Film cahaya cinta pesantren memuat 17 nilai karakter yang sangat bermanfaat jika
digunakan sebagai media pembelajaran PAI dan budi pekerti. Nilai-nilai karakter yang
terkandung di dalamnya terlihat sangat nyata dan mudah untuk dimengerti oleh siswa
pada jenjang sekolah menengah atas. Selain hal tersebut, nilai-nilai pendidikan karakter
yang terkandung dalam film cahaya cinta pesantren memiliki keterkaitan dengan tujuan
pembelajaran PAI secara umum, yakni dengan terbentuknya kepribadian muslim.
Menurut Ahmad D. Marimba, tujuan dari pembelajaran PAI adalah dengan terbentuknya
kepribadian muslim.
Selain itu, dalam pesantren, santri juga diajari bagaimana harus
mempertanggungjawabkan hal yang telah mereka perbuat, entah itu baik ataupun buruk
(Martino, 2018). Seperti ketika Shilla dan Manda mendapat hukuman karena tidak
menjaga kebersihan dan dihukum dengan berdiri di atas bangku di halaman pesantren
putri.
Selain tujuan, pada setiap mata pelajaran yang ada di sekolah, baik tingkat pra
sekolah sampai universitas pasti memiliki fungsi pembelajaran masing-masing (Hasanah,
Lestari, Rahman, & Daniel, 2020). Dengan demikian, berikut ini merupakan fungsi
pembelajaran PAI pada tingkatan sekolah menengah atas atau madrasah aliyah, yaitu:
1. Pengembangan, yakni kadar ketakwaan dan keimanan pebelajar yang harus
ditingkakan pada level yang lebih tinggi, dan dapat dimulai ditumbuhkan sejak
kecil dalam lingkungan keluarganya.
2. Penanaman nilai, yakni pondasi kehidupan untuk mendapatkan kebahagiaan baik
di dunia maupun di hari akhir.
3. Penyesuaian fisik dan sosial pebelajar melalui pelajaran PAI
4. Perbaikan akan lemahnya keyakinan ajaran agama islam pebelajar
5. Pencegahan akan hal-hal negatif yang akan dihadapi pebelajar
6. Pengajaran akan ilmu pengetahuan umum
7. Penyaluran, untuk mengetahui bagaimana pendidikan agama di jenjang yang
lebih tinggi
Fungsi-fungsi di atas sangat berkaitan erat dengan nilai pendidikan karakter yang
ada dalam film Cahaya Cinta Pesantren. Shilla yang sejak kecil sudah ditanamkan
karakter religius dan juga pembiasaan-pembiasaan bersikap baik dalam dirinya,
bertambah baik lagi ketika sudah masuk pesantren. meskipun proses yang dijalani juga
tidak mudah dan perlu waktu, siswa pasti akan berubah menjadi lebih baik jika memang
tempat tinggal mereka dan juga lingkungannya berada di tempat yang baik. dalam fungsi
penanaman nilai, di pesantren al-Amanah (latar film) sangat diterapkan dan digalakkan.
kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, kekreatifan, bertanggung jawab, terutama nilai-nilai
religius semua masuk dalam alur film Cahaya Cinta Pesantren.
Fungsi perbaikan diri akan lemahnya akan ajaran islam juga berhubungan dengan
nilai kereligiusan, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab yang ada dalam film
tersebut (Fatkhu, 2021). pembelajaran PAI juga berfungsi untuk menjauhkan diri dari hal-
hal negatif, seperti yang dilakukan ustadzah Jannah dengan menghukum santri putri yang
ketahuan berhubungan dengan santri putra.
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1697 http://sosains.greenvest.co.id
pembelajaran PAI juga berfungsi untuk menyalurkan pendidikan agama dijenjang
yang lebih tinggi. hal tersebut berhubungan dengan kerja keras Shilla untuk
memenangkan lomba “writing travel”, ia membaca banyak buku referensi agar tulisan
yang ia buat sesuai dengan fakta dan bagus. Shilla juga bercita-cita untuk mendapatkan
beasiswa dan kulia di jurusan sastra, agar ia bisa menjadi ibu rumah tangga yang dapat
menulis novel.
Tidak hanya tujuan dan fungsi pembelajaran yang relevan dengan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam film tersebut. Standart kompetensi bahan kajian dan juga
standart kompetensi dasar Pendidikan Agama Islam juga mempunyai ketertkaitan dengan
nilai-nilai pendidikan dalam film Cahaya Cinta Pesantren. Adapun standart bahan kajian
Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
“siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia yang
tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara, serta menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. serta mampu menghormati agama lain dalam
rangka kerukunan antar umat beragama.
Sedangkan standart kompetensi dasar mata pelajaran PAI memiliki esensi
kumpulan beberapa kemampuan yang secara minimal harus dimiliki dan juga dikuasai
oleh siswa disaat melaksanakan pembelajaran di tingkat SMA (Zahroh, 2018).
Kompetensi tersebut berdasar pada perilaku afektif dan juga psikomotorik yang didukung
oleh pengetahuan kognitif untuk menguatkan keimana dan ketaqwaan kepada Allah
sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam (Sulaiman, Al Hamdani, & Aziz, 2018).
keterampilan baca tulis al-Quran juga ada dalam relevan dengan adegan dalam
menit ke 46:45, yakni ketika seorang santri memanfaatkan waktu luangnya dengan
membaca al-Quran dengan suara yang indah dan juga benar hukum bacaannya. Dalam
kompetensi melakukan ibadah banyak sekali tercermin dalam film tersebut, karena latar
kehidupannya yang berada di pesantren membuat mereka selalu melakukan sholat
berjamaah di masjid kecuali jika ada udzur. Dalam meneladani sifat, sikap, dan perilaku
Rasulullah, sahabat, dan tabi’in berhubungan dengan keseharian para santri dan juga para
ustadz-ustadzah yang ada di dalam pesantren dan juga Bapak Shilla yang selalu sabar,
menerima, dan juga beriman.
Kesimpulan.
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam film Cahaya Cinta Pesantren yang
diadopsi dari novel karya Ira Madan adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratif, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi,
rama / komunikatif, cinta damai, cinta membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
tanggung jawab.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam film memiliki hubungan atau
keterkaitan yang sangat erat dengan pembelajaran PAI dan Budi pekerti di tingkat
sekolah menengah atas. Keterkaitan tersebut baik dalam tujuan pembelajaran PAI secara
umum dan khusus, fungsi pembelajaran PAI di masyarakat, standart bahan kajian dan
standar kompetensi PAI di SMA. Dengan penggunaan media film dapat menjadi solusi
para guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam penerapan pendidikan karakter
pada siswa menjadi lebih mudah tersampaikan dan juga dapat masuk dan melekat dalam
daya ingat mereka.
Bibliografi.
Baharun, Hasan, & Mahmudah, Mahmudah. (2018). Konstruksi Pendidikan Karakter Di
Madrasah Berbasis Pesantren. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan
Volume 1, Nomor 12, Desember 2021
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1699 http://sosains.greenvest.co.id
Agama Islam, 8(1), 149173.
Fatkhu, Rokhmah. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran
Fiqih Di Mi Ma’arif Nu Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga. IAIN Purwokerto.
Hasanah, Aan, Lestari, Ambar Sri, Rahman, Alvin Yanuar, & Daniel, Yudi Irfan. (2020).
Analisis aktivitas belajar daring mahasiswa pada pandemi Covid-19.
Ibda, Hamidulloh. (2017). Media Pembelajaran berbasis Wayang: Konsep dan Aplikasi.
CV. Pilar Nusantara.
Khamadi, Khamadi, & Bastian, Henry. (2015). Penanaman Pendidikan Karakter Pramuka
Kepada Remaja dalam Kajian Komunikasi Visual. ANDHARUPA: Jurnal Desain
Komunikasi Visual & Multimedia, 1(01), 5570.
Martino, Pratama Dicky. (2018). Upaya pondok pesantren dalam meningkatkan nilai-
nilai keagamaan di pondok pesantren sulaiman gandusari trenggalek.
Mustadi, Ali. (2020). Landasan pendidikan sekolah dasar (Vol. 174). UNY Press.
Pramujiono, Agung, Suhari, S. H., Rachmadtullah, Reza, Indrayanti, Tri, & Setiawan,
Bramianto. (2020). Kesantunan Berbahasa, Pendidikan Karater, Dan Pembelajaran
Yang Humanis. Indocamp.
Pratama, Surya Angga. (2019). Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam buku Siapa Penerus
Saya? memoar kehidupan Ustadz Jeffry al Buchori karya Yusuf Mansur. Surabaya:
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sukrisman, Agus. (2014). Pembentukan Karakter Peserta Didik di Lembaga Pendidikan
Islam Al-Izzah Kota Sorong. makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Sulaiman, Moh, Al Hamdani, M. Djaswidi, & Aziz, Abdul. (2018). Emotional Spiritual
Quotient (Esq) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum 2013.
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 6(1), 77110.
Utomo, Cahyo. (2011). Naskah Drama Barabah Karya Motinggo Busye (Tinjauan
Sosiologi Sastra Dan Nilai Pendidikan).
Zahroh, Siti. (2018). Penerapan Pembelajaran Saintifik Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (Studi Di Sman Kabupaten Pandeglang). Universitas
Islam Negeri" Sultan Maulana Hasanuddin" Banten.
Zainudin, Muhammad. (2016). Membangun Karakter Bangsa Indonesia Berdasarkan
Nilai-Nilai Pancasila Dan Kearifan Lokal. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 1(1),
1631.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.