Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa SMP Kota Pematangsiantar Melalui
Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)
Restar Revolita Tambunan 1709
kebutuhan belajarnya. Memberikan gambaran bagi guru tentang efektifitas dan
efisiensi model pembelajaran CTL dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan
oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti
pelajaran dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran CTL lebih baik dibandingkan dengan yang diajarkan dengan
pembelajaran biasa.
Berdasarkan analisis terhadap rata-rata gain ternormalisasi kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada masing-masing butirnya diperoleh data
sebagai berikut: 0.67; 0.62; 0.59; 0.52 dan 0.65 untuk siswa yang diajar dengan
pembelajaran CTL. Sedangkan untuk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran PMB
diperoleh 0.48; 0,56; 0.48; 0.51 dan 0.63. Secara keseluruhan untuk pembelajaran CTL
rata-rata gain ternormalisasinya adalah 0.60 sedangkan untuk pembelajaran PMB rata-
rata gain ternormalisasinya adalah 0,50. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
signifikan tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dan faktor kemampuan awal
matematika siswa dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah berusaha secermat mungkin untuk
menyempurnakan hasil penelitian ini. Tetapi beberapa kendala masih sulit diatasi yang
merupakan keterbatasan penelitian, sehingga mempengaruhi dalam penarikan kesimpulan
penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan penulis sesuai dengan prosedur penelitian
ilmiah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang
menggunakan pembelajaran CTL dibandingkan dengan siswa yang menggunakan
pembelajaran biasa (PMB) dan dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah
pada aspek memahami masalah lebih baik daripada aspek yang lainnya, tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa, terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa; sikap siswa yang menggunakan
pembelajaran CTL terhadap pelajaran matematika ditunjukkan dengan kategori sikap
sangat positif sebesar 44,44%, kategori sikap positif sebesar 29,17% dan sikap negatif
sebesar 26,39%; proses jawaban tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
yang memperoleh pembelajaran CTL lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa (PMB) dimana berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa pada kelompok eksperimen terdapat 69,20% yang mampu memahami masalah,
70,2% yang mampu merencanakan permasalahan, 65% yang mampu menyelesaikan
masalah dan 54,20% mampu melihat kembali hasil pekerjaannya. Sedangkan pada
kelompok kontrol 66,2% mampu memahami masalah, 66,2% mampu membuat rencana
penyelesaian, 55,2% mampu menyelesaikan masalah dan 37% mampu melihat kembali
hasil yang dicapai.
Bibliografi.
Muali, C. (2016). Konstruksi Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Sebagai Upaya Pemecahan Masalah Belajar. PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan,
3(2).
Rachmantika, A. R., & Wardono, W. (2019). Peran Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
pada Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah. PRISMA, Prosiding
Seminar Nasional Matematika, 2, 439–443.