Jurnal Sosial dan Sains (SOSAINS), Vol. 1, No.2, Februari 2021
p-ISSN 2774-7018 e-ISSN 2774-700X
Nurfitriani, Bustami Rahman dan Luna Febriani
75
60
ng
isi
m
ai
beban bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Namun pada salah satu
desa yang berada di Bangka Barat, yaitu Desa Mancung masih terdapat
banyak lansia yang bekerja sebagai buruh tani. Tujuan dari penelitian
ini adalah mengidentifikasikan alasan orang lanjut usia Desa Mancung
Bangka Barat masih bekerja sebagai buruh tani dan mendeskripsikan
mekanisme survival buruh tani lanjut usia Desa Mancung Bangka Barat.
Penelitian ini dianalisis menggunakan teori Moral Ekonomi Petani dari
James C. Scott. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ditemukan beberapa faktor
yang menjadi alasan lansia Desa Mancung masih menjadi buruh tani
yaitu, tanggungan hidup, faktor budaya masyarakat, faktor kesehatan,
asas kekerabatan dan kepedulian. Selain itu juga ditemukan mekanisme
survival yang digunakan oleh buruh tani lansia Desa Mancung
diantaranya, tetap bekerja pada sektor pertanian, memanfaatkan lahan
yang dimiliki, memafaatkan bantuan sosial pemerintah desa, berhutang,
memanfaatkan relasi antar sesama buruh tani dan petani pemilik kebun.
Kata Kunci: Mekanisme Survival, Buruh Tani, Lansia
Abstract
Elderly (seniors) is the phase where a person enters the age of 60 years
and over. Older age often has an impact on someone both health, social,
and economically. Changes in the body's condition of the elderly often
make it difficult for them to carry out activities, so that it is not
uncommon for the elderly to be considered a burden to their family and
the surrounding community. However, in one of the villages in West
Bangka, namely Mancung Village, there are still many elderly people
who work as agricultural laborers. The purpose of this study was to
identify the reasons for elderly people in Mancung West Bangka Village
still working as agricultural laborers and to describe the survival
mechanism of elderly farm laborers in Mancung West Bangka Village.
This study was analyzed using the Moral Economic theory of farmers
from James C. Scott. The method used in this research is descriptive
qualitative. The results of the study found several factors that became
the reasons for the elderly in Mancung Village to still work as
agricultural laborers, namely, dependents, cultural factors, health
factors, kinship, and caring principles. In addition, it was also found
that the survival mechanisms used by elderly farmworkers in
MEKANISME SURVIVAL BURUH TANI LANJUT USIA (LANSIA) DESA
MANCUNG BANGKA BARAT
Nurfitriani, Bustami Rahman dan Luna Febriani
Universitas Bangka Belitung
Diterima:
Abstrak
29 Januari 2021
Lanjut usia (lansia) merupakan fase dimana seseorang memasuki usia
Direvisi:
tahun ke atas. Usia lansia seringkali membawa dampak bagi seseora
10 Februari 2021
baik secara kesehatan, sosial maupun ekonomi. Perubahan pada kond
Disetujui:
tubuh lansia sering kali menjadi penyebab mereka sulit dala
13 Februari 2021 melakukan aktivitas, sehingga tidak jarang para lansia dianggap sebag
Mekanisme survival buruh tani Lanjut Usia (Lansia) Desa Mancung Bangka
Barat
76
http://sosains.greenvest.co.id/index.php/sosains
Pendahuluan
Mancung Village include continuing to work in the agricultural sector,
making use of the land they have, taking advantage of village
government social assistance, taking debt, taking advantage of
relationships between farmworkers and farmers who own gardens.
Keywords: Survival Mechanism, Farmworkers, Elderly
Angka penduduk lansia di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Berdasarkan data Survey Penduduk Antar Sensus (Supas) dari tahun 2015
hingga 2019 terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 1,8%. Pada tahun
2015, terdapat sebanyak 21,7 juta atau 8,5% penduduk lanjut usia dan bertambah pada
tahun 2019 sebanyak 27,5 juta atau 10,3% penduduk lansia. Bahkan hingga tahun 2020
ini diproyeksikan angka peningkatan jumlah penduduk lansia akan mencapai 29 juta jiwa.
Pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri jumlah penduduk lansia tahun
2019 mencapai 109.848 jiwa dan diproyeksikan akan mengalami peningkatan selama
tahun 2020. Hal ini dapat dilihat dari parameter hasil proyeksi penduduk lanjut usia tahun
2015 sampai tahun 2020 yang menunjukan bahwa pada tahun 2015 jumlah penduduk
lansia sebanyak 4,0% dan akan mengalami peningkatan pada tahun 2020 dengan angka
penduduk lansia 4,8%. Berdasarkan angka persentase tersebut dapat dilihat bahwa
peningkatan penduduk lanjut usia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sampai tahun
2020 akan mencapai 0,8% (Statistik, 2018)
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia maka suatu wilayah tentu
akan menghadapi berbagai macam dampak dan permasalahan dari penuaan penduduk.
Dampak tersebut terutama sekali akan dialami oleh keluarga, masyarakat dan lansia itu
sendiri. Adapun masalah yang sering dialami oleh para lansia ialah permasalahan
kesehatan, sosial dan ekonomi.
Adapun dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 lanjut usia diartikan sebagai
masa di mana seseorang mencapai usia 60 tahun ke atas. Selain itu, WHO juga
menjelaskan bahwa batasan lanjut usia dimulai dari usia 60-70 tahun, kemudian masuk
usia tua antara usia 75-90 tahun dan usia sangat tua adalah usia di atas 90 tahun
(Kholifah, 2016)
Secara kesehatan pada umumnya seseorang pada masa lanjut usia akan mengalami
proses penuaan pada kondisi tubuhnya baik secara fisik, mental atau psikologi. Kondisi
ini terjadi disebabkan oleh perubahan degeneratif, yaitu perubahan secara keseluruhan
pada tubuh meliputi jaringan dan sel, perubahan pada kulit, tulang, jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya (Kholifah, 2016).
Selain itu kondisi patalogis berganda (multiple pathology) umumnya dialami oleh
setiap orang yang sudah memasuki masa lansia. Kondisi patalogi berganda ini biasanya
ditandai dengan mulai berkurangnya tenaga, energi menurun, kulit makin keriput, gigi
makin rontok, tulang makin rapuh dan sebagainya (Sudaryanto, 2008)
Permasalahan kesehatan ini juga berdampak pada aspek lainnya. Kehidupan sosial
lansia misalnya, yang mana dalam psikososial lansia kondisi menurunnya kesehatan fisik
merupakan salah satu penyebab menurunnya aktifitas sosial, sehingga kemampuan sosial
individu dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya juga ikut menurun. Dengan
demikian, para lansia biasanya akan melepaskan diri dari kehidupan sosial dan lebih
sering berdiam diri di rumah. Keadaan ini berdampak pada menurunnya interaksi sosial
para lansia, baik secara kualitas maupun kuantitas (Pambudi et al., 2017)
Begitu pula lansia secara ekonomi, disebabkan terjadinya penurunan kesehatan
serta keterbatasan lansia dalam berakivitas berpengaruh pula pada upaya lansia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak jarang para lansia dianggap sebagai beban
bagi keluarga dan masyarakat disekitarnya (Ekasari et al., 2019)
Ketiga aspek tersebut erat kaitannya dengan kesejahteraan lansia yang mana secara
definisi kesejateraan lansia juga dinyatakan oleh Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan
Jurnal Sosial dan Sains (SOSAINS), Vol. 1, No.2, Februari 2021
p-ISSN 2774-7018 e-ISSN 2774-700X
Nurfitriani, Bustami Rahman dan Luna Febriani
77
Bangka Belitung Nomor 5 tahun 2016 tentang Pelayanan Bagi Lanjut Usia dalam
ketentuan umum yang menyatakan bahwa “Kesejahteraan lanjut usia adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketentaraman batin yang memungkinkan para lanjut usia memenuhi kebutuhan jasmani,
rohani dan sosial yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”
Pada Kabupaten Bangka Barat sendiri peneliti tertarik melakukan penelitian di
Desa Mancung, dikarenakan dengan angka pemenuhan kebutuhan dasar Kabupaten
Bangka Barat yang lebih rendah dibandingkan kabupaten lainnya terdapat upaya
kemandirian para lansia dalam memperoleh kebutuhan hidup mereka. Hal ini ditunjukan
dari tingginya angka partisipasi kerja lansia yang ada di Desa Mancung Bangka Barat.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti angka partisipasi kerja lanjut usia di Desa
Mancung Bangka Barat menunjukan angka yang cukup tinggi jika dilihat dari total
jumlah penduduk lansia Desa Mancung Bangka Barat. Dalam data Kegiatan Posyandu
Lansia (KPL) Desa Mancung Bangka Barat, tercatat bahwa sebanyak 86 orang lansia
yang masih produktif bekerja dari total jumlah penduduk lansia 129 orang. Adapun
bertani menjadi mata pencaharian utama lansia Desa Mancung Bangka Barat diantaranya
bertani lada, padi, karet dan sawit serta beberapa tanaman hortikultura seperi cabai, tomat
dan lain-lain. Pekerjaan tersebut meliputi petani sebanyak 37 orang dan buruh tani 49
orang.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa lansia Desa Mancung Bangka Barat bertani
terbagi menjadi dua kategori yakni, lansia sebagai petani yang mengelola lahan milik
sendiri yang kemudian memperoleh keuntungan dari hasil panennya sendiri, sedangkan
lansia sebagai buruh tani yaitu, lansia yang mengelola lahan milik orang lain dengan
mengambil upah atau istilah yang biasa dikenal dengan ngambik upah.
Buruh tani sendiri menjadi perhatian khusus dalam penelitian ini, sebab peneliti
melihat bahwa terdapat perbedaan yang mendasar antara petani dengan buruh tani di
Desa Mancung. Petani lansia Desa Mancung mengelola lahan milik sendiri setidaknya
masih memiliki aset berupa lahan dan dari pengelolaan hasil tani tersebut dapat mereka
nikmati sendiri.
Adapun buruh tani lansia tidak memiliki aset dan jaminan apapun, serta
bergantungnya kehidupan mereka terhadap lahan milik orang lain. Secara definisi buruh
tani adalah orang yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau sawah orang lain
(Handriyah, 2017). Buruh tani mengusahakan ladang pertanian dengan menerima upah
dari pekerjaan yang diusahakannya, sehingga buruh tani lansia Desa Mancung menjadi
fokus dalam penelitian ini.
Maka berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti
tertarik untuk mengetahui lebih jauh kondisi kehidupan buruh tani lanjut usia Desa
Mancung Bangka Barat, khususnya mengenai alasan atau faktor apa yang
melatarbelakangi lansia Desa Mancung masih bekerja, serta strategi apa yang mereka
lakukan untuk dapat survive dengan berbagai permasalahan sebagai buruh tani lansia,
diantaranya penuaan dan kemunduran yang dialami pada usia mereka, serta kesulitan
yang dihadapi buruh tani itu sendiri dalam pertarungan dengan alam atau musim. Oleh
karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Mekanisme Survival Buruh
Tani Lanjut Usia (Lansia) Desa Mancung Bangka Barat.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif (deskriptif).
Pendekatan ini dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan dikarenakan dalam
mengkaji permasalahan ini peneliti membutuhkan data secara deskriptif sebab berkaitan
Mekanisme survival buruh tani Lanjut Usia (Lansia) Desa Mancung Bangka
Barat
78
http://sosains.greenvest.co.id/index.php/sosains
dengan rumusan masalah penelitian yaitu terkait bagaimana mekanisme survival buruh
tani lanjut usia Desa Mancung Bangka Barat.
Hasil dan Pembahasan
A.
Mekanisme Survival Buruh Tani Lanjut Usia (Lansia) Desa Mancung Bangka
Barat
Setiap buruh tani lansia Desa Mancung memiliki strategi tersendiri yang mereka
gunakan berdasarkan kemampuan masing-masing yang merupakan upaya agar mereka
tetap dapat bertahan hidup. Adapun strategi-strategi tersebut antara lain adalah sebagai
berikut.
a)
Strategi tetap bekerja pada sektor pertanian
Buruh tani lansia Desa Mancung menjadikan aktivitas bekerja mereka sebagai
salah satu strategi untuk dapat tetap bertahan hidup. Jika pada umumnya lanjut usia
dipandang sebagai masa kemunduran yang disebabkan oleh perubahan degeneratif yaitu,
perubahan secara menyeluruh pada tubuh lansia meliputi jaringan dan sel, perubahan
pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya
(Kholifah, 2016).
Perubahan ini tentu saja dapat menyebabkan lansia mengalami kesulitan dalam
beraktifitas, sehingga tidak jarang sebagian dari mereka cenderung tidak aktif dan
produktif. Namun berbeda halnya dengan buruh tani lansia Desa Mancung yang justru
menjadikan pekerjaan mereka sebagai upaya agar tetap dapat menjaga kondisi kesehatan
tubuh mereka sekaligus dapat memenuhi kebutuhan agar tetap dapat bertahan hidup.
Buruh tani lansia Desa Mancung meyakini bahwa aktivitas mereka bekerja dan
berkebun inilah salah satu penyebab tubuh mereka tidak rentan terhadap penyakit-
penyakit yang menular dan seringkali dialami oleh lansia pada umumnya. Bahkan
aktivitas bekerja ini dapat menjadi terapi psikologis bagi diri mereka yang lebih rentan
mengalami stress diusia tua jika tidak banyak melakukan aktivitas dan hanya berdiam diri
di rumah.
b)
Memanfaatkan lahan yang dimiliki
Beberapa dari buruh tani lansia Desa Mancung masih memiliki lahan kecil yang
mereka manfaatkan untuk menanam tanaman pangan seperti sayuran, umbi-umbian
bahkan tanaman hortikultura seperti cabai. Pemanfaatan lahan ini merupakan salah satu
cara buruh tani lansia mensiasati pemenuhan kebutuhan pangan mereka ketika berada
dalam kondisi sulit, seperti tidak ada pekerjaan.
Kondisi seperti ini memunculkan yang disebut dengan etika subsistensi yaitu, etika
yang muncul ketika seseorang mengalami kondisi paling minimal dan melakukan suatu
strategi atau cara untuk memenuhi kebutuhan paling minimal pula, seperti halnya yang
dilakukan oleh buruh tani lansia Desa Mancung.
c)
Memanfaatkan bantuan sosial dari Pemerintah Desa
Strategi lain yang dilakukan oleh buruh tani lansia Desa Mancung adalah memanfaatkan
bantuan sosial dari Pemerintah Desa berupa beras dan uang. Pemanfaatan tersebut mereka
lakukan dengan cara menyimpan cadangan sembako, apabila kondisi buruh tani lansia
masih bekerja.
Kemudian cadangan pangan tersebut dapat mereka gunakan apabila dalam situasi
krisis atau sulit seperti tidak ada pekerjaan yang menyebabkan mereka tidak memperoleh
penghasilan, sehingga cadangan pangan tersebut dapat mereka gunakan suatu waktu.
d)
Berhutang
Buruh tani lansia seringkali menghadapi situasi krisis yang tidak hanya disebabkan
oleh faktor usia saja, melainkan juga risiko musim yang dipengaruhi oleh faktor alam.
Situasi ini mengakibatkan lansia tidak memperoleh penghasilan yang mereka gunakan
Jurnal Sosial dan Sains (SOSAINS), Vol. 1, No.2, Februari 2021
p-ISSN 2774-7018 e-ISSN 2774-700X
Nurfitriani, Bustami Rahman dan Luna Febriani
79
untuk membeli kebutuhan sehari-hari agar dapat bertahan hidup, sehingga kondisi ini
memaksa mereka untuk berhutang dengan saudara, kerabat, tetangga dan lain sebagainya.
e)
Memanfaatkan relasi antar sesama buruh tani
Faktor usia lansia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh buruh
tani lansia yaitu, berupa anggapan bahwa lansia sudah tidak memiliki tenaga yang cukup
kuat dan cepat dalam bekerja, sehigga tidak jarang beberapa dari buruh tani lansia tidak
diterima atau mendapatkan penolakan dalam pekerjaan.
Oleh karena itu memanfaatkan relasi antara sesama buruh tani dan petani pemilik
kebun menjadi strategi andalan bagi para buruh tani lansia Desa Mancung yang mana
hubungan ini dapat membantu lansia untuk lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan
penghasilan dalam upaya pemenuhan kebutuha mereka agar dapat bertahan hidup.
B.
Implikasi Teori Moral Ekonomi Petani pada Mekanisme Survival Buruh Tani
Lansia Desa Mancung Bangka Barat
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Moral Ekonomi Petani
oleh James C. Scott. Dalam kajian sosiologi, moral ekonomi didefinisikan sebagai suatu
analisa tentang apa yang menyebabkan seseorang berperilaku, bertindak dan beraktivitas
dalam kegiatan ekonomi. Hal ini dinyatakan sebagai gejala sosial yang ada pada
masyarakat yang kemungkinan akan berpengaruh pada tatanan kehidupan sosial (Bahri &
Sepriandi, 2015).
Scott menyebutkan bahwa moral ekonomi petani muncul dari dilema ekonomi
sentral yang dihadapi oleh kebanyakan rumah tangga petani, dikarenakan mereka begitu
dekat dengan batas subsistensi (Syahrizal, 2016). Oleh karena itu moral ekonomi petani
cenderung didasarkan atas dua norma, yaitu norma subsistensi dan norma resiprosita.
Norma subsistensi muncul ketika petani mengalami suatu keadaan krisis atau sulit
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Sehingga timbullah etika subsistensi
yaitu, etika bertahan hidup dalam kondisi minimal dan menghasilkan perilaku petani yang
hanya mengarah pada pemenuhan kebutuhan paling minimal (Royani, 2017). Adapun
strategi yang digunakan oleh buruh tani lansia Desa Mancung yang termasuk dalam
norma subsistensi ini yaitu, strategi etap bekerja pada sektor pertania.
Strategi ini termasuk dalam norma subsistensi sebab cara kerja yang digunakan dimana
buruh tani lansia Desa Mancung ialah keyakinan diri mereka bahwa dengan aktifitas
bekerja dapat menjadikan mereka lebih sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit
yang dapat mengancam hidup mereka serta menjadi upaya bagi mereka untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup.
Kondisi minimal ini diperjelas dari kondisi lansia itu sendiri, dengan upaya mereka
untuk memenuih kebutuhan paling minimal yaitu memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk
tetap bertahan hidup.
Kemudian yaitu strategi memanfaatkan lahan yang dimiliki, dalam strategi ini
buruh tani lansia Desa Mancung telah menggunakan prinsip safety first yang merupakan
bagian yang tidak dapat dilepaskan dari norma subsitensi.
Perilaku subsistensi petani dalam bertani cenderung menggunakan prinsip safety
first atau “dahulukan selamat”, yang berarti petani lebih suka meminimumkan
kemungkinan terjadinya suatu bencana dibandingkan memaksimumkan penghasilan rata-
ratanya.
Pemanfaatan lahan oleh buruh tani ini sama sekali tidak mengarahkan mereka
untuk mengkomersilkan hasil produksi tanaman mereka, melainkan sekedar untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Selanjutnya memanfaatkan bantuan sosial dari Pemerintah Desa, buruh tani lansia
Desa Mancung yang hidup begitu dekat dengan garis subsistensi, sehingga mereka
Mekanisme survival buruh tani Lanjut Usia (Lansia) Desa Mancung Bangka
Barat
80
http://sosains.greenvest.co.id/index.php/sosains
memanfaaatkan bantuan sosial dari pemerintah desa dalam bentuk sembako dan uang
tunia. Pemanfaatan ini buruh tani lansia lakukan ketika mengalami situasi krisis seperti
tidak bekerja sehingga muncul perilaku subsistensi yaitu dengan cara menyimpan
cadangan sembako ketika mereka masih bekerja dan menggunakannya saat mereka tidak
memiliki pekerjaan dan penghasilan.
Selain norma subsistensi terdapat norma resiprositas sebagai dasar moral ekonomi
buruh tani lansia Desa Mancung di mana norma ini timbul apabila terdapat anggota
masyarkat yang menginginkan bantuan. Prinsip ini berdasarkan pada gagasan bahwa
orang harus membantu mereka yang pernah membantu atau paling tidak jangan
merugikannya (Febriani & Risdayati, 2017)
Norma resiprositas menjadi norma pendukung bagi buruh tani lansia Desa
Mancung dalam upaya mereka untuk bertahan dalam kondisi sulit. Mekanisme survival
yang didasarkan oleh norma resiprositas salah satunya ialah berhutang, di mana kondisi
ketidakpastian dalam hal pekerja selalu dihadapi oleh para buruh tani lansia Desa
Mancung, sehingga dalam kondisi ini para buruh tani meminta pertolongan kepada
kerabat, saudara tetangga dengan cara berhutang.
Kemudian yaitu strategi memanfaatkan relasi antara sesama buruh tani dan petani
pemilik kebun. Permasalahan usia yang sering kali dihadapi oleh para buruh tani
mengakibatkan munculnya situasi sulit bagi buruh tani terutama dalam mencari
pekerjaan.
Namun dengan adanya relasi yang baik antara sesama buruh tani dan petani
pemilik kebun menjadi strategi yang diandalkan oleh para buruh tani lansia Desa
Mancung. Terlebih lagi adanya hubungan patronase yang merupakan ikatan
pendukung dan penyelamat para buruh tani lansia Desa Mancung serta diperkuat dengan
eratnya asas kekeluargaan antara warga masyarakat Desa Mancung.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang melatarbelakangi lansia Desa Mancung
masih menjadi buruh tani ialah pertama, karena faktor tanggungan hidup yang harus
lansia Desa Mancung penuhi; kedua, faktor budaya; ketiga faktor kesehatan; kelima, asas
kekerabatan dan kepedulian.
Selain itu mekanisme survival yang digunakan leh buruh tani lansia Desa Mancung
adalah pertama tetap bekerja pada sektor pertanian; kedua, memanfaatkan lahan yang
dimiliki; ketiga, memanfaatkan bantuan sosial pemerintah desa. ketiga strategi ini
mengarah pada norma subsitensi. Adapun mekanisme survival yang mengarah kepada
norma resiprositas adalah strategi berhutang dan memanfaatkan relasi antar sesama buruh
tani.
Bibliografi
Bahri, Syamsul, & Sepriandi, Sepriandi. (2015). Strategi Bertahan Hidup
Masyarakat di Pinggiran Sungai Siak Kelurahan Tanjung Rhu Kota
Pekanbaru. Riau University.
Ekasari, Mia Fatma, Riasmini, Ni Made, & Hartini, Tien. (2019). Meningkatkan
Kualitas Hidup Lansia Konsep dan Berbagai Intervensi. Wineka Media.
Febriani, Dinna, & Risdayati, Risdayati. (2017). Strategi Bertahan Hidup Petani
Penggarap di Jorong Sarilamak Nagari Sarilamak Kecamatan Harau
Kabupaten Lima Puluh Kota. Riau University.
Handriyah, N. I. M. (2017). Buruh Tani Perempuan Dalam Relasi Keluarga Dan
Masyarakat Perspektif Sosiologi Ekonomi (Studi Kasus di Desa Batur,
Jurnal Sosial dan Sains (SOSAINS), Vol. 1, No.2, Februari 2021
p-ISSN 2774-7018 e-ISSN 2774-700X
Nurfitriani, Bustami Rahman dan Luna Febriani
81
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara). IAIN Purwokerto.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementerian
Keseharan Republik Indonesia: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Badang Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Pambudi, Wahyu Elok, Dewi, Erti Ikhtiarini, & Sulistyorini, Lantin. (2017).
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia dengan Kesepian di Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (PSLU) Jember (The Effects of Socialization Group
Activity Therapy (SGAT) toward Ability of Social Intera. Pustaka
Kesehatan, 5(2), 253259.
Royani, Ade Putri. (2017). Moral Ekonomi Pedagang Lansia Dalam Kehidupan
Masyarakat (Studi Kasus pada Perempuan Bakul Keliling di Lingkungan
Universitas Negeri Semarang). Universitas Negeri Semarang.
Statistik, Badan Pusat. (2018). Proyeksi Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, 2015-2025 Hasil Supas 2015.
Sudaryanto, Agus. (2008). Masalah psikososial pada lanjut usia.
Syahrizal, Syahrizal. (2016). Deskripsi dan Eksplanasi dalam etnografi. Jurnal
Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 17(2), 161174.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License