Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
40 http://sosains.greenvest.co.id
EKRANISASI NOVEL NORWEGIAN WOOD KARYA HARUKI
MURAKAMI MENJADI FILM NORWEGIAN WOOD KARYA TRAN
ANH HUNG
Ulfah Dwi Januarti
Universitas Diponegoro, Indonesia
E-mail: ulfahdwijanuarti@gmail.com
Diterima:
28 Desember
2021
Direvisi:
08 Januari 2022
Disetujui:
15 Januari 2022
Abstrak
Latar Belakang : Karya sastra lahir, dinikmati dan dihargai
dalam masyarakat. Penghargaan sebuah karya sastra sangat
dipengaruhi oleh masyarakat penikmat karya sastra tersebut. Film
Norwegian Wood tidak begitu popular. Akan tetapi, film tersebut
memenangkan beberapa festival film. Tujuan : Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkapkan perubahan-perubahan yang
ditimbulkan dari ekranisasi novel Norwegian Wood menjadi film
Norwegian Wood. Metode : Metode yang digunakan yaitu
deskripsi analisis teks. Berdasarkan pembahasan ekranisasi yang
telah dilakukan terhadap novel dan film Norwegian Wood dengan
menggunakan kernel dan satelit maka dapat dilihat bahwa kernel
dan satelit dalam film tersebut mengalami pengurangan,
penambahan dan perubahan bervariasi. Hasil : film Norwegian
Wood dibuat untuk menegaskan alur yang ada dalam novel
Norwegian Wood. Novel Norwegian Wood dibuat dengan
memperhatikan berbagai macam dimensi, yakni psikologis,
sosial, dan kultural. Sedangkan film Norwegian Wood dibuat
hanya untuk memenuhi satu dimensi yakni unsur psikologi
Watanabe yang ditinggal mati oleh Naoko. Kesimpulan : Maka
dari itu, karena film Norwegian Wood hanya menggambarkan
satu dimensi saja, membuat film ini menjadi tidak popular
terutama di kalangan para pembaca novel Norwegian Wood.
Kata kunci: Ekranisasi, Karya Sastra, Novel Norwegian Wood
Abstract
Background : Literary works are born, enjoyed, and appreciated
in society. The appreciation of a literary work is strongly
influenced by the community who enjoys the literary work.
Norwegian Wood films are not very popular. However, the film
won several film festivals. Purpose : This study aims to reveal the
changes that have resulted from the ecranization of the
Norwegian Wood novel into the Norwegian Wood film. Method :
The method used is descriptive text analysis. Based on the
ecranization discussion that has been carried out on the
Norwegian Wood novels and films using kernels and satellites, it
can be seen that the kernels and satellites in the film undergo
various reductions, additions, and changes. Results : Norwegian
Wood film was made to emphasize the plot in the Norwegian
Wood novel. The Norwegian Wood novel was made by taking into
account various dimensions, namely psychological, social, and
cultural. Meanwhile, the Norwegian Wood film was made only to
fulfill one dimension, namely the psychological element of
Ekranisasi Novel Norwegian Wood Karya Haruki
Murakami Menjadi Film Norwegian Wood Karya Tran
Anh Hung
2022
Ulfah Dwi Januarti 41
Watanabe who was left behind by Naoko. Conclusion :
Therefore, because the Norwegian Wood film only depicts one
dimension, it makes this film unpopular, especially among
readers of the Norwegian Wood novel.
Keywords: Ecranization, Literature, Norwegian Wood Novel
Pendahuluan
Karya sastra yang tidak mendapat penghargaan dari masyarakat tentu tidak akan
mampu bertahan lama (Geriai, 2010) dan akan tersisih oleh keberadaan karya sastra lain
yang lebih mendapat dukungan dari masyarakat (Uniawati, 2012). Hal tersebut menjadi
perhatian serius di kalangan produsen karya sastra (Ardila, 2021). Produsen karya sastra
harus berusaha menjangkau konsumen lebih luas untuk mendapat penghargaan dari
masyarakat (Sari, 2021) dan pada akhirnya mendapat keuntungan finansial lebih banyak
(O Ryan, 2021). Motivasi tersebut mendasari munculnya berbagai fenomena alih wahana
karya sastra di masyarakat.
Damono dalam bukunya yang berjudul Sastra Bandingan mengatakan bahwa alih
wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian yang lain (Indah, 2018).
Karya sastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yaitu dialihkan dari satu bahasa ke bahasa
lain, tetapi juga dialihwahanakan, yaitu diubah menjadi jenis kesenian lain (Ichdatus
Saputri, 2016). Selanjutnya Damono memberikan contoh bahwa yang dimaksud dengan
alih wahana misalnya cerita rekaan diubah menjadi tari, drama, atau film, sedangkan puisi
diubah menjadi lagu atau lukisan. Dalam perkembangannya fenomena alih wahana karya
sastra kemudian dikenal dengan istilah adaptasi, transformasi, ekranisasi, novelisasi,
komikalisasi, dan musikalisasi tergantung dari bentuk perubahan wahananya (Damono,
2018).
Ekranisasi adalah proses pemindahan atau perubahan bentuk dari novel menjadi
film. Pemindahan tersebut melibatkan peristiwa dalam novel menjadi adegan-adegan yang
terdapat dalam film (Martin, 2017). Ekranisasi merupakan pelayar putihan novel menjadi
film (Devianita, 2013). Definisi tesebut merujuk pada kata dasar ecran yang berarti layer.
Ekranisasi merupakan proses pemindahan teks novel menjadi adegan-adegan dalam film.
Perpindahan dari wahana novel menjadi bentuk film menyebabkan bentuk perubahan.
Eneste menjelaskan bahwa pada proses pemindahan novel ke layer putih, perubahan terjadi
pada penceritaan, alur, penokohan, latar atau suasana, tema, dan amanat (Mursih &
Nursalim, 2019). Perbedaan tersebut tidak dapat dilepaskan dari pembacaan para pekerja
film terhadap novel. Iser menyatakan bahwa:
The text is the whole system of such processes, there must be the place market by the
gaps in text. It consist in the blanks which the reader is to fill in, they cannot be filled in by
the system itself, so they can only be filled in by another system. Whenever the reader
bridges the gaps, communication begins. The blanks, then, stimulate the process of the
ideation to be performed by the readers on term set by the text.
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa teks merupakan keseluruhan sistem yang di
dalamnya terdapat blank. Blank tersebut tidak dapat diisi oleh yang terdapat dalam teks itu
sendiri, tetapi harus diisi oleh pembaca dengan interpretasinya. Ketika pembaca mengisi
blank tersebut, maka terjadi komunikasi antara teks dengan pembaca itu sendiri. Blank
itulah yang merangsang ide pembaca teks (Pahrun, 2021). Oleh karena itu, interpretasi
karya sastra antara pembaca satu dengan pembaca lainnya berbeda.
Perbedaan-perbedaan yang terjadi antara film dan novel tersebut menurut Eneste,
merupakan proses kreatif yang dapat dilakukan oleh sutradara dengan cara mengadakan
penambahan, pengurangan, dan pemunculan variasi-variasi alur cerita (Ayu, 2020). Salah
satu ekranisasi dalam sastra Jepang yang menarik perhatian peneliti adalah novel
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
42 http://sosains.greenvest.co.id
Norwegian Wood. Novel tersebut merupakan karya Haruki Murakami yang terbit pada
tahun 1987. Novel ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Jonjon Johana dan
pertama kali diterbitkan pada tahun 2005 oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Novel
tersebut kemudian dialihwahanakan menjadi film Norwegian Wood yang diproduksi tahun
2010 karya sutradara sekaligus penulis naskah Tran Anh Hung.
Novel Norwegian Wood mendapatkan popularitas yang sangat besar di Jepang.
Linquist menyebutkan bahwa novel tersebut hugely popular with Japanese youth and
made Murakami something of superstar in his native country.” Kutipan tersebut
menjelaskan bahwa novel Norwegian Wood sangat terkenal di Jepang dan menjadikan
Murakami sebagai idola di kalangan pemuda Jepang setelah novel tersebut diterbitkan. “di
Jepang, pada awal terbitnya novel ini (Norwegian Wood) mendapat sambutan yang luar
biasa dan memunculkan fenomena Murakami Boom atau demam Murakami Haruki,
terutama di kalangan pemuda Jepang.” Film Norwegian Wood tidak begitu popular. Akan
tetapi, film tersebut memenangkan beberapa festival film. Norwegian Wood karya Tran
Ahn Hung memperoleh penghargaan sebagai film terbaik Asia pada 7th Dubai
International Film Festival (Festival Film Internasional Dubai ke-7). Cinematografi terbaik
pada 5th Asian Film Awards (Anugrah Film Asia ke-5), dan film terbaik pada 30th Istanbul
International Film Festival (Festival Film International Istanbul ke-30).
Penjelasan singkat mengenai novel dan film Norwegian Wood memberikan
gambaran bahwa terdapat perbedaan antara novel dan film itu. Perbedaan tersebut adalah
novel Norwegian Wood merupakan novel yang popular akan tetapi tidak mendapat
penghargaan dari kritikus; di lain pihak, film dengan judul yang sama mendapatkan
penghargaan dari kritikus film, akan tetapi tidak mendapatkan popularitas yang sama
dengan novel yang diadopsinya. Perbedaan lainnya adalah hilangnya beberapa peristiwa
dan tokoh yang terdapat dalam film tersebut. Peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh dalam
novel Noruwei no Mori jauh lebih banyak apabila dibandingkan dengan peristiwa-
peristiwa dan tokoh-tokoh dalam film Norwegian Wood. Oleh karena itu peneliti ingin
mengungkapkan perbedaan-perbedaan antara novel dan film tersebut.
Peneliti menempatkan novel Noruwei no Mori dan film Norwegian Wood sebagai
sebuah sistem sastra dan sistem film. Sistem yang dianalisis adalah naratif keduanya,
ditinjau dari kernel dan satelitnya. Dengan cara tersebut, peneliti meyakini bahwa
perbedaan antara novel Noruwei no Mori dan film Norwegian Wood dapat dilihat dengan
jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perubahan-perubahan yang
ditimbulkan dari ekranisasi novel Norwegian Wood menjadi film Norwegian Wood.
Perubahan yang dimaksud dilihat dari unsur intrinsik yang ada di dalam novel yang
didominasi oleh narasi menjadi film yang berupa audio-visual sebagai unsur utamanya.
Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Manfaat hasil penelitian ini secara teoretis adalah memberikan informasi tentang
perubahan unsur yang ada di dalam novel Norwegian Wood setelah dialihwahanakan
menjadi film Norwegian Wood, sehingga menjadikan film tersebut sebagai karya baru
yang berbeda dengan novel Norwegian Wood sebagai karya asalnya. Manfaat hasil
penelitian ini secara praktis dapat digunakan untuk memperkaya studi tentang alih wahana
memperkaya studi tentang narasi dan memperkaya studi ekranisasi khususnya untuk karya
sastra Jepang.
MetodePenelitian
Metode yang digunakan yaitu metode deskripsi analisis teks yang digunakan untuk
mengidentifikasi bentuk perubahan yang terjadi pada pengalihwanaan objek material
tersebut. Metode ini membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi kepustakaan
Ekranisasi Novel Norwegian Wood Karya Haruki
Murakami Menjadi Film Norwegian Wood Karya Tran
Anh Hung
2022
Ulfah Dwi Januarti 43
saja tanpa memerlukan riset lapangan. Langkah kerja penelitian terdiri atas pengumpulan
data, pengolahan data, dan penyajian hasil analisis.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan ini terdiri dari tiga bahasan yaitu mengenai kernel dan satelit
novel Norwegian Wood, kernel dan satelit film Norwegian Wood, dan penambahan,
pengurangan, perubahan bervariasi dalam ekranisasi Norwegian Wood. Novel berjudul
Kernel dan Satelit Novel Norwegian Wood yang merupakan terjemahan Norwegian Wood
edisi Bahasa Indonesia memiliki lima ratus lima puluh (550) halaman yang terbagi menjadi
sebelas (11) bab. Novel tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama. Watanabe
merupakan tokoh utama yang mengalami peristiwa sekaligus menceritakan peristiwa
dalam novel tersebut. Novel tersebut diedarkan di Indonesia oleh Kepustakaan Populer
Gramedia atas persetujuan The Sakai Agency. Novel tersebut pertama kali diterbitkan di
Jepang pada tahun 1987 oleh Kodansha Limited. Novel tersebut diterjemahkan dari bahasa
Jepang oleh Jonjon Johana.
Kernel dan Satelit dalam film Norwegian Wood yang merupakan film Norwegian
Wood merupakan film berbahasa Jepang yang dilengkapi dengan teks (subtitle) berbahasa
Inggris. Film tersebut terdiri dari dua CD (Casette Disc) dengan durasi 2 jam 13 menit 50
detik (Soenyoto, 2017). CD pertama mempunyai durasi 1 jam 3 menit 9 detik, sedangkan
CD berikutnya mempunyai durasi 1 jam 10 menit 41 detik. Peneliti mengunduh berkas film
tersebut melalui penyedia pertukaran berkas di dunia maya yang bernama Indowebster.
Pihak yang memberikan berkas film tersebut ke Indowebster adalah pengguna situs
tersebut yang bernama Mr. Lokal.
Film tersebut terdiri dari adegan-adegan yang terangkai menjadi sebuah cerita yang
utuh. Peneliti mengelompokkan adegan-adegan tersebut menjadi kernel (peristiwa besar)
dan satelit (peristiwa kecil) yang mengitari peristiwa besar tersebut.
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
44 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 1. Diagram Kernel dan Satelit Novel dan Film Norwegian Wood. Keterangan A
= Kernel dan Satelit Novel Norwegian Wood; B = Kernel dan satelit Film Norwegian
Wood.
Diagram tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah kernel dan satelit.
Kernel dalam novel Norwegian Wood berjumlah 18 sedangkan kernel dalam film
Norwegian Wood berjumlah 14. Satelit dalam novel dan film tersebut juga menunjukkan
perbedaan yang encolok. Satelit dalam setiap kernel dalam novel jauh lebih banyak apabila
dibandingkan dengan yang ada dalam film. Hal tersebut menunjukkan bahwa film
Norwegian Wood menyederhanakan novel Norwegian Wood.
Peneliti memilih memakai kata “menyederhanakan” karena tidak ada perbedaan
berarti antara alur novel dan film Norwegian Wood. Alur novel dan film tersebut adalah
sebagai berikut:
A
A
Ekranisasi Novel Norwegian Wood Karya Haruki
Murakami Menjadi Film Norwegian Wood Karya Tran
Anh Hung
Ulfah Dwi Januarti 45
Gambar 2. Diagram Alur Novel dan Film Norwegian Wood.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa Incentive Moment, Rising Action, Climax,
Falling Action, dan Resolution berada dalam urutan kernel yang sama. Kernel yang
menyangkut peristiwa inti tidak dihilangkan. Kernel yang dihilangkan hanya kernel yang
tidak terlalu berpengaruh terhadap laju alur. Kernel yang dimaksud adalah kernel mengenai
cerita kehidupan Reiko, cerita mengenai Nagasawa, dan cerita mengenai kehidupan
Midori.
Gambar 3. Penegasan Kesedihan Watanabe.
Gambar tersebut menggambarkan Watanabe yang sedang menangis tersedu-sedu
akibat mengingat kenangan tentang Naoko. Hal tersebut menjadi penegasan bahwa
Watanabe benar-benar mencintai Naoko dan sangat terpukul karena kematiannya.
Pengurangan pertama adalah pengurangan kernel novel nomor 1 yakni kernel mengenai
Watanabe mendarat di Jerman. Kernel tersebut terdapat pada bab I halaman pertama novel
Norwegian Wood. Kernel tersebut menceritakan tentang pendaratan Watanabe di bandara
Jerman. Watanabe mendengarkan lagu Norwegian Wood dari The Beatles. Lagu tersebut
mengingatkan Watanabe pada pengalaman cintanya dengan Naoko. Kernel yang ada dalam
novel tersebut hilang dalam film dan digantikan oleh visualisasi pertemanan Watanabe,
Kizuki, dan Naoko. Visualisasi tersebut dapat dilihat melalui gambar berikut:
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
46 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 4. Visualisasi pertemanan Watanabe, Kizuki, dan Naoko (CD 1, detik ke-29).
Visualisasi tersebut menjelaskan bahwa Watanabe, Kizuki, dan Naoko telah
berteman sejak kecil. Visualisasi tersebut merupakan satelit dari kernel berikutnya yakni
kernel mengenai Watanabe yang menceritakan kehidupan kampusnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kernel mengenai pendaratan Watanabe di Jerman dihilangkan dalam
film Norwegian Wood. Pengurangan ke-2 adalah pengurangan satu satelit dari kernel
Watanabe menceritaka n masa perkuliahannya. Satelit yang hilang adalah peristiwa
penceritaan Kopasgat oleh Watanabe. Kopasgat merupakan teman sekamar Watanabe yang
mempunyai porsi amat besar akan tetapi dihilangkan dalam film Norwegian Wood.
Pengurangan ke-3 adalah pengurangan kernel Watanabe menceritakan pertemanannya
dengan Nagasawa. Nagasawa merupakan seorang mahasiswa dalam kampus Watanabe
yang menyukai sastra barat sehingga kesamaan tersebut mendekatkan mereka.
Pengurangan ke-4 adalah pengurangan satelit dalam kernel Watanabe bertemu
dengan Midori. Satelit yang hilang adalah peristiwa masuknya polisi di dalam kampus
untuk menangkap aktivis mahasiswa yang berunjuk rasa. Pengurangan ke-5 masih dalam
kernel yang sama, yakni pengurangan satelit yang menceritakan kepergian Kopasgat dari
asrama. Pengurangan ke-6 masih dalam kernel yang sama, yakni pengurangan satelit yang
memperlihatkan pertemuannya dengan Nagasawa sebelum bertemu dengan Midori.
Pengurangan ke-7 masih dalam kernel yang sama, yakni pengurangan yang
memperlihatkan pengusiran dosen oleh aktivis mahasiswa. Pengurangan ke-8 masih dalam
kernel yang sama yakni Midori menceritakan tentang tempat tinggalnya yaitu toko buku
Kobayashi.
Pengurangan ke-9 adalah pengurangan satelit dalam kernel Watanabe mengunjungi
rumah Midori. Satelit yang hilang adalah ketika Watanabe menceritakan keadaan toko
buku Kobayashi (rumah Midori). Lantai dasar rumah tersebut merupakan sebuah toko
buku, sedangkan lantai satu adalah rumah yang ditempati oleh Midori dan keluarganya.
Pengurangan ke-10 yakni pengurangan satelit dalam kernel yang sama. Satelit yang hilang
itu adalah ketika Watanabe menunggu Midori yang sedang memasak. Pengurangan ke-11
adalah ketika satelit yang menceritakan tentang kecintaan Midori pada memasak tidak
diperlihatkan dalam film. Pengurangan ke-12 adalah ketika satelit yang menceritakan
tentang Watanabe dan Midori sedang melihat kebakaran tidak diperlihatkan dalam
film.dalam novel diceritakan bahwa Watanabe dan Midori bergegas ke atap rumah untuk
melihat kebakaran yang dialami oleh rumah tetangga. Pengurangan
Ekranisasi Novel Norwegian Wood Karya Haruki
Murakami Menjadi Film Norwegian Wood Karya Tran
Anh Hung
Ulfah Dwi Januarti 47
ke-13 merupakan penghilangan satelit yang menceritakan pencarian gadis yang gagal
dilakukan oleh Watanabe dan Nagasawa. Pengurangan ke-14 adalah penghilangan satelit
yang menceritakan bahwa Watanabe bertemu dengan dua orang gadis dan bercinta dengan
salah satu dari mereka. Pengurangan ke-15 adalah pengurangan satelit dalam kernel
Watanabe mengunjungi asrama Ami. Satelit yang hilang tersebut adalah satelit yang
menceritakan tentang Watanabe yang mengisahkan teman sekamarnya yang bernama
Kopasgat. Pengurangan ke-16 adalah pengurangan satelit yang menggambarkan Naoko
yang sedang menceritakan alasannya yang tidak bercinta dengan Kizuki.
Pengurangan ke-17 adalah kernel Reiko menceritakan masa lalunya yang tidak
Nampak dalam film. Kernel tersebut menceritakan asal mula gangguan jiwa yang dialami
oleh Reiko. Kernel tersebut juga menceritakan tentang suami dan anak Reiko. Pengurangan
ke-18 adalah pengurangan satelit dalam kernel Naoko memberikan oral seks kepada
Watanabe. Satelit yang dimaksud adalah ketika Naoko menceritakan tentang kakaknya
yang melakukan bunuh diri. Kakak Naoko melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri
di kamarnya, dan Naoko adalah orang pertama yang menemukannya. Pengurangan ke-19
adalah pengurangan satelit yang menceritakan keinginan Watanabe untuk tinggal bersama
Naoko. Watanabe mengatakan kepada Naoko bahwa dia akan meninggalkan asrama dan
akan menyewa rumah untuk ia dan Naoko. Pengurangan ke-20 adalah pengurangan satelit
yang menjelaskan penghuni asrama Ami yang mengitari api unggun di malam hari.
Pengurangan ke-21 adalah satelit yang menceritakan tentang Reiko yang berkisah
mengenai masa lalunya.
Pengurangan ke-22 adalah satelit yang dikurangi dalam kernel Watanabe
mengunjungi ayah Midori di rumah sakit. Satelit yang dikurangi dalam kernel tersebut
adalah satelit mengenai pengalaman Midori yang pernah masuk dalam organisasi komunis.
Pengurangan ke-23 adalah ketika Watanabe menyuapi ayah Midori dengan mentimun.
Pengurangan ke-24 adalah pengurangan satelit dalam kernel Watanabe bertemu dengan
Hatsumi. Pengurangan satelit tersebut adalah ketika Hatsumi bermain biliar dengan
Watanabe. Pengurangan ke-25 adalah satelit ketika Hatsumi menceritakan tentang masa
lalunya. Cerita tersebut dicurahkan ketika Hatsumi bermain biliar dengan Watanabe.
Pengurangan ke-26 adalah satelit yang menjelaskan tentang Hatsumi yang mengajak
Watanabe ke apartemennya. Pengurangan ke-27 adalah ketika Hatsumi merawat luka
Watanabe di apartemennya. Pengurangan ke-28 adalah ketika Watanabe menulis surat
kepada Naoko.
Pengurangan ke-29 adalah pengurangan kernel yang menceritakan tentang
Watanabe yang tidur bersama Midori. Kernel tersebut menceritakan tentang Watanabe dan
Midori yang berada di atap sebuah toko serba ada. Mereka di tempat tersebut, berciuman
di tengah hujan. Setelah basah kuyup mereka pulang ke rumah Midori. Mereka tidur
bersama di kamar Midori. Kemudian Midori memberikan oral seks kepada Watanabe.
Pengurangan ke-30 adalah pengurangan kernel yang menceritakan tentang Watanabe
mengungkapkan bahwa dia mencintai Midori. Kernel tersebut menceritakan bahwa Midori
marah dan menjauhi Watanabe. Setelah dijauhi oleh Midori, Watanabe kemudian
menyadari bahwa ia mencintai Midori. Watanabe menulis surat kepada Reiko yang
mengungkapkan bahwa ia mencintai Midori.
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
48 http://sosains.greenvest.co.id
Pengurangan ke-31 adalah pengurangan satelit dalam kernel Naoko bunuh diri.
Satelit yang mengalami pengurangan adalah Watanabe yang melakukan perjalanan ke
kota-kota di Jepang. Satelit tersebut tidak muncul dalam film Norwegian Wood. Dalam
film tersebut, perjalanan Watanabe hanya berada di tepi pantai. Hal tersebut dapat terlihat
melalui gambar berikut:
Gambar 5. Perjalanan Watanabe setelah kematian Naoko
(CD 2, menit ke-46, detik ke-45).
Pengurangan ke-32 masih berhubungan dengan perjalanan Watanabe setelah
kematian Naoko. Dalam novel diperlihatkan bahwa Watanabe bertemu dengan seorang
nelayan dan berbincang-bincang sedangkan dalam film, Watanabe tidak bertemu dengan
siapapun dalam perjalanannya.
Pengurangan ke-33 terjadi dalam kernel Watanabe dan Reiko melakukan hubungan
seksual. Satelit yang mengalami pengurangan yakni Reiko tidak menelpon Watanabe
ketika hendak menemuinya di Tokyo. Pengurangan ke-34 yakni satelit tentang Reiko yang
menemui induk semang Watanabe dan mengatakan bahwa ia adalah bibi Watanabe.
Pengurangan ke-35 adalah satelit tentang Reiko yang memasak makanan untuk Watanabe.
Pengurangan ke-36 adalah satelit yang menjelaskan bahwa Reiko menceritakan kronologi
kematian Naoko kepada Watanabe. Pengurangan ke-37 adalah satelit yang menceritakan
bahwa Watanabe mengantarkan Reiko ke stasiun kereta. Dalam film, satelit tersebut hilang
karena Reiko tidak mau diantarkan menuju stasiun kereta. Reiko memilih untuk diantar
sampai depan rumah saja.
Ekranisasi Novel Norwegian Wood Karya Haruki
Murakami Menjadi Film Norwegian Wood Karya Tran
Anh Hung
Ulfah Dwi Januarti 49
Gambar 6. Watanabe mengantar Reiko sampai halaman rumah
(CD 2, menit ke-60, detik ke-48).
Pengurangan ke-38 adalah ketika Watanabe mencium Reiko di stasiun kereta. Satelit
tersebut otomatis hilang karena Watanabe, dalam film, tidak mengantarkan Reiko ke
stasiun kereta. Film Norwegian Wood mengalami penambahan kernel. Penambahan
pertama terjadi ketika film dibuka dengan peristiwa yang menggambarkan persahabatan
Watanabe, Kizuki, dan Naoko.
Gambar 7. Persahabatan Watanabe, Kizuki, dan Naoko
(CD 1, menit ke-1, detik ke-32).
Kernel dalam film tersebut sebenarnya adalah satelit dari dari kernel Watanabe
menceritakan masa perkuliahannya, yang kemudian mengalami perluasan dan diletakkan
pada peristiwa awal dalam film. Penambahan ke-2 adalah ketika Watanabe menangis
tersedu-sedu dalam perjalanan setelah kematian Naoko. Dalam novel, diceritakan bahwa
perjalanan selama satu bulan yang dilakukan Watanabe merupakan perjalanan yang rutin
dia lakukan. Dalam film, perjalanan tersebut digambarkan sebagai upaya Watanabe untuk
menghilangkan kesedihan karena kematian Naoko. Satelit dalam film tersebut
menambahkan bahwa Watanabe menangis tersedu-sedu mengingat kematian Naoko, akan
tetapi di dalam novel tidak terdapat satelit yang menjelaskan bahwa Watanabe menangis
karena kematian Naoko.
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
50 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 8. Watanabe Menangis Karena Kematian Naoko
(CD 2, menit ke-47, detik ke-32).
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa Watanabe menangis hingga mengeluarkan
air liur dari mulutnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia merasakan kepedihan yang amat
dalam karena kematian Naoko. Peristiwa dalam film tersebut tidak terdapat dalam novel
Norwegian Wood. Dalam novel tersebut tidak menggambarkan Watanabe yang menangis
karena kematian Naoko.
Penambahan ke-3 adalah penambahan satelit yang menyatakan bahwa seiring
berjalannya waktu, Watanabe merasa semakin menjauh dari kematian. Serta menganggap
bahwa selamanya Kizuki masih berusia 17 tahun dan Naoko masih berusia 21 tahun. Satelit
tersebut terjadi pada akhir dan menjadi penutup film Norwegian Wood.
Gambar 9. Watanabe Menganggap Kizuki Dan Naoko Masih Tetap Hidup
(CD 2, menit ke-63, detik ke-32).
Perubahan bervariasi pertama yang terjadi dalam ekranisasi Norwegian Wood adalah
adegan Watanabe dan Midori yang sedang berciuman. Dalam novel, Watanabe dan Midori
berciuman di atap rumah Midori (toko buku Kobayashi). Sedangkan dalam film, mereka
berciuman di balkon rumah Midori.
Ekranisasi Novel Norwegian Wood Karya Haruki
Murakami Menjadi Film Norwegian Wood Karya Tran
Anh Hung
Ulfah Dwi Januarti 51
Gambar 9. Watanabe Berciuman dengan Midori (CD 1 menit ke-37, detik ke-38).
Perubahan tersebut merupakan perubahan tempat peristiwa ciuman berlangsung.
Dalam novel, ciuman tersebut terjadi di atap rumah Midori. Sedangkan dalam film, ciuman
tersebut terjadi di balkon rumah Midori. Perubahan tersebut tidak terlepas dari
penghilangan satelit tentang Watanabe dan Midori yang melihat kebakaran rumah tetangga
dari atap rumah Midori.
Perubahan bervariasi ke-2 terjadi dalam kernel Midori marah kepada Watanabe.
Semua satelit dalam kernel tersebut mengalami perubahan karena perbedaan dalam asumsi
kemarahan Midori. Dalam novel, Midori marah kepada Watanabe karena Watanabe tidak
fokus ketika bersama Midori. Alasan Watanabe tidak fokus adalah karena ia sedang
memikirkan Naoko. Dalam film, asumsi kemarahan Naoko adalah karena dia dilarang
berkata jorok ketika bersama dengan Watanabe.
Gambar 10. Watanabe Melarang Midori Untuk Berbicara Jorok
(CD 2, menit ke-22, detik ke-54).
Midori berkata jorok karena ia ingin melakukan hubungan seksual dengan
Watanabe. Midori mengatakan demikian karena ketiaka ia berlibur dengan pacarnya ke
Nara dan Aomori, mereka berencana untuk melakukan hubungan seksual di sela-sela
liburan. Namun rencananya gagal karena tepat di hari Midori mengalami menstruasi. Oleh
karena itu, ia bertengkar dan pacarnya memutuskan hubungan mereka. Midori mengatakan
bahwa dia sangat ingin melakukan hubungan seksual dengan Watanabe. Midori
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
52 http://sosains.greenvest.co.id
mengatakannya dengan keras. Lantas Watanabe mengingatkan bahwa kata-kata tersebut
tidak layak dikatakan di tempat umum. Midori kemudian marah dengan respon Watanabe
saat itu.
Perubahan ke-3 adalah tempat bermalam Watanabe ketika melakukan perjalanan.
Dalam novel, Watanabe bermalam di tepi pantai berpasir, akan tetapi dalam film, Watanabe
bermalam di sebuah gua di tepi pantai.
Gambar 11. Watanabe Bermalam di Sebuah Gua di Tepi Pantai
(CD 2, menit ke-47, detik ke-46).
Gambar tersebut adalah penggambaran tempat bermalam Watanabe ketika
melakukan perjalanan. Tempat tersebut mengalami perubahan karena di dalam novel,
Watanabe bermalam di pantai berpasir. Sedangkan di film, Watanabe bermalam di sebuah
gua di tepi pantai. Perubahan tersebut juga berkaitan erat dengan pengurangan satelit yang
menjelaskan bahwa Watanabe melakukan perjalanan ke kota-kota di Jepang. Dalam film,
Watanabe hanya melakukan perjalanan ke sebuah pantai. Hal tersebut dapat dilihat pada
peralatan hidup yang tergeletak di dalam gua. Dalam novel, peralatan hidup Watanabe
hanya sebuah tas, akan tetapi dalam film, Watanabe memiliki banyak peralatan hidup yang
ditaruh di sebuah gua di tepi pantai.
Perubahan ke-4 adalah perubahan satelit dalam kernel Watanabe melakukan
hubungan seksual dengan Reiko. Sebelum melakukan hubungan seksual, Reiko dan
Watanabe makan malam bersama. Di dalam novel, mereka menyantap sukiyaki dan nasi
putih, sedangkan di dalam film mereka menyantap mie instan.
Gambar 12. Watanabe Menyantap Mie Instan Bersama Reiko(CD 2, menit ke-53, detik
ke-15).
Ekranisasi Novel Norwegian Wood Karya Haruki
Murakami Menjadi Film Norwegian Wood Karya Tran
Anh Hung
Ulfah Dwi Januarti 53
Perubahan tersebut tidak terlepas dari penghilangan satelit tentang Reiko yang datang ke
rumah sewa Watanabe, mengaku sebagai bibi Watanabe, pergi bersama Watanabe ke pasar,
dan memasak sukiyaki.
Perubahan ke-5 adalah perubahan satelit yang menceritakan hubungan seksual
antara Watanabe dan Reiko. Dalam novel diceritakan bahwa Watanabe sudah tertarik
kepada Reiko jauh sebelum Reiko datang ke rumah Watanabe. Akibatnya adalah Watanabe
sangat bernafsu ketika berhubungan seks dengan Reiko.
Gambar 13. Watanabe Ragu Ketika Akan Berhubungan Seksual dengan Reiko
(CD 2, menit ke-57, detik ke-32).
Gambar di atas menjelaskan bahwa Watanabe ragu ketika akan berhubungan seks
dengan Reiko. dia bahkan harus mempertanyakan keinginan Reiko. Keraguan Watanabe
tersebut termanifestasikan menjadi hubungan seksual yang kaku. Watanabe seperti hanya
memuaskan nafsu dari Reiko.
Gambar 14. Reiko Mengucapkan Terima Kasih Setelah Selesai Berhubungan Seksual
(CD 2, menit ke-57, detik ke-42).
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
54 http://sosains.greenvest.co.id
Reiko mengucapkan terima kasih setelah Watanabe memuaskan nafsu seksualnya.
Dalam film, Watanabe digambarkan hanya menolong Reiko agar birahinya tersalurkan.
Hal tersebut berbeda dengan peristiwa yang terjadi di dalam novel. Di dalam novel,
Watanabe memiliki ketertarikan kepada Reiko. Dia menikmati dan menginginkan
hubungan seksual dengan Reiko (Kurnia, 2016).
Aku angkat pinggangnya, setelah masuk ke bagian terdalam aku putarkan tubuhku
menikmati sentuhannya, setelah sampai pada puncak kenikmatan aku keluarkan spermaku.
Malam itu kami melakukannya empat kali. Reiko-san memejamkan matanya dalam
pelukakanku, menghela nafas panjang, dan beberapa kali badannya gemetaran. Watanabe
di dalam novel sangat menikmati hubungan seksual dengan Reiko sehingga dia
melakukannya hingga empat kali. Watanabe juga berulang kali memuji wajah dan tubuh
Reiko. Watanabe melakukan hubungan seksual bersama Reiko dengan gembira. Dia
berhubungan seks sambil berbincang dan bercanda dengan Reiko.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan ekranisasi yang terlah dilakukan terhadap novel dan film
Norwegian Wood dengan menggunakan kernel dan satelit maka dapat dilihat bahwa kernel
dan satelit dalam film tersebut mengalami pengurangan, penambahan, dan perubahan
bervariasi. Pengurangan berkaitan erat dengan perbedaan wahana kernel dan satelit dalam
film dikurangi atas dasar pertimbangan durasi dan alur. Pertimbangan durasi maksudnya
adalah mengakomodir terbatasnya durasi tayang sebuah film Kernel dan satelit yang tidak
terlalu merusak arah utama logika akan dihilangkan. Kernel dan satelit yang dihilangkan
merupakan kernel dan satelit yang merupakan kemungkinan arah utama logika cerita.
Penambahan kernel dan satelit dalam film Norwegian Wood dimaksudkan untuk
mempertegas arah utama logika cerita. Penambahan kernel dan satelit ditempatkan pada
incentive moment, rising action, climax, falling action, dan resolution yang berfungsi untuk
memperjelas urutan peristiwa. Kernel dan satelit yang ditambahkan menggambarkan cinta
Watanabe kepada Naoko yang begitu besar. Penambahan tersebut juga dimaksudkan untuk
menegaskan cinta Watanabe kepada Naoko.
Perubahan bervariasi dalam film Norwegian Wood dimaksudkan untuk melakukan
kompromi terhadap wahana film. Maksud perubahan tersebut untuk mempermudah
pengambilan gambar latar, memperpendek durasi dan memperjelas alur. Mempermudah
pengambilan latar maksudnya adalah beberapa latar tempat digabung menjadi satu
sehingga pengambilan gambar latar hanya satu kali. Memperpendek durasi maksudnya
adalah beberapa satelit digabung menjadi satu sehingga waktu penceritaan menjadi lebih
singkat. Memperjelas alur maksudnya adalah beberapa satelit didramatisasi untuk
memperjelas alur cerita. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti
menyimpulkan bahwa film Norwegian Wood dibuat untuk menegaskan alur yang ada
dalam novel Norwegian Wood. Novel Norwegian Wood dibuat dengan memperhatikan
berbagai macam dimensi, yakni psikologis, sosial, dan kultural. Sedangkan film Norwegian
Wood dibuat hanya untuk memenuhi satu dimensi yakni unsur psikologi Watanabe yang
ditinggal mati oleh Naoko. Maka dari itu, karena film Norwegian Wood hanya
menggambarkan satu dimensi saja, membuat film ini menjadi tidak popular terutama di
kalangan para pembaca novel Norwegian Wood.
Sebuah film adaptasi novel akan memberikan visualisasi yang selama ini hanya
berada di dalam ranah imajinasi dan interpretasi pembaca novel. Namun demikian, novel
dan film adalah dua media cerita yang berbeda. Keduanya mempunyai teknik, kebiasaan,
kesadaran dan sudut pandang sendiri-sendiri. Sebuah novel memiliki banyak bahan yang
tidak mungkin dapat dicakup atau tergambar secara keseluruhan dalam sebuah film. Yang
Ekranisasi Novel Norwegian Wood Karya Haruki
Murakami Menjadi Film Norwegian Wood Karya Tran
Anh Hung
Ulfah Dwi Januarti 55
perlu digarisbawahi adalah bahwa karya film adaptasi novel bukanlah penggambaran
mutlak novel tersebut. Keduanya memiliki ‘nyawa’ masing-masing meskipun mengandung
inti dan benang merah yang sama. Lebih jelasnya, sebuah film lebih pada penceritaan
kembali sebuah novel. Jadi, sebuah film tidak bisa dikatakan tidak bagus hanya karena
tidak sesuai dengan novel. Namun, seperti yang banyak kita temui, masih saja banyak
penikmat film yang berharap film adaptasi novel yang ditontonnya memiliki presentasi
semirip mungkin dengan novelnya atau sesuai dengan imajinasi mereka saat membaca
novel tersebut.
Bibliografi.
Ardila, Mira. (2021). Pesan Moral Kisah Nabi Ayyub As (Studi Tafsi> R Al-Azha> R Karya
Hamka). UIN Fatmawati Sukarno.
Ayu, Imelda Ratih. (2020). Transformasi Novel ke Film 99 Cahaya di Langit Eropa karya
Hanum Salsabila dan Rangga Almahendra. Jurnal Pembahsi (Pembelajaran Bahasa
Dan Sastra Indonesia), 10(2), 173186.
Damono, Sapardi Djoko. (2018). Alih wahana. Gramedia Pustaka Utama.
Devianita, Putri. (2013). Transformasi Novel Moderato Cantabile Karya Marguerite
Duras Ke Dalam Film Karya Sutradara Peter Brook (Analisis Ekranisasi).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Geriai, A. A. Gde Alit. (2010). Lontar: Tradisi Hidup dan Lestari di Bali. Media
Pustakawan, 17(1&2), 3542.
Ichdatus Saputri, Saputri Ichdatus. (2016). Alih Wahana dari Novel ke Film Surga yang tak
Dirindukan karya Asma Nadia. Mojokerto: Universitas Islam Majapahit Mojokerto.
Indah, Nikke Permata. (2018). Kajian Alih Wahana Novel Hujan Bulan Juni Ke Film Serta
Pemanfaatannya Sebagai Buku Pengayaan Alih Wahana Di Sma. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kurnia, Anton. (2016). Mencari Setangkai Daun Surga: Jejak-Jejak Perlawanan Manusia
atas Hegemoni Kuasa. IRCISOD.
Martin, Megasari. (2017). Ekranisasi Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma
Nadia Ke Film Surga Yang Tak Dirindukan Karya Sutradara Kuntz Agus. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
Mursih, Mursih, & Nursalim, Misbah Priagung. (2019). Transformasi Novel Ke Film The
Perfect Husband Karya Indah Riyana. Jurnal Sasindo UNPAM, 7(2), 87101.
O Ryan, Natalia. (2021). Legitimasi pernyataan efektif oleh Otoritas Jasa Keuangan
terhadap produk reksa dana yang menjanjikan fixed return= Effective statement by
the Financial Service Authority on mutual fund promising fixed return. Universitas
Pelita Harapan.
Pahrun, Ratnarti. (2021). Penggunaan media gambar untuk meningkatkan kemampuan
menulis karangan deskriptif pada siswa kelas IV SDN 28 Kota Selatan Kota
Gorontalo. Dikmas: Jurnal Pendidikan Masyarakat Dan Pengabdian, 1(1), 1122.
Sari, Intan Kartika. (2021). Wiro Sableng Dalam Bingkai Heroisme Film Indonesia
(Analisis Semiotika Representasi Hero Indonesia Dalam Film Wiro Sableng
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
56 http://sosains.greenvest.co.id
Soenyoto, Partono. (2017). Animasi 2D. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Uniawati, Uniawati. (2012). Takhayul Seputar Kehamilan dan Kelahiran Dalam
Pandangan Orang Labuan Bajo: Tinjauan Antropologi Sastra. Patanjala, 4(1), 113.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.