Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
132 http://sosains.greenvest.co.id
variabel terikat atau dependent variable. Penelitian ini memperoleh bahwa ada hubungan
negatif yang signifikan antara manajemen waktu dengan kecenderungan FoMo yang
terdapat pada ibu bekerja yang berprofesi sebagai guru, dosen, PNS, pegawai swasta, dan
pekerjaan lainnya. Sedangkan peneliti Bambang Hari Mulyono, dalam penelitiannya
mengatakan peningkatan sejumlah penggunaan media sosial selama pandemi diduga
disebabkan karena adanya keinginan individu untuk dapat terhubung dengan orang lain,
keluarga, dan kolega Adanya kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain seperti
teman, keluarga, rekan kerja, dan sebagainya menyebabkan seseorang ingin
mempertahankan, memelihara, dan menjaga hubungan tersebut atau sering disebut
dengan social connectedness. Sarentya Fathadhika, dkk. Dalam penelitiannya menyatakan
FoMO mempengaruhi kecanduan media sosial, baik secara langsung maupun tidak
langsung , yaitu melalui media sosial yang melibatkan mediator.
Selain itu, Lira Aisafitri, dkk (2020) dan Rizki Setiawan Akbar, dkk (2020)
melakukan penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mengetahui
penyebab dan dampak FoMo pada objek yang sama yaitu Remaja. Peneliti Rizki
Setiawan Akbar, dkk (2020) mengemukakan hasil penelitiannya ketakutan kehilangan
momen disebabkan oleh adanya perasaan tidak nyaman di dalam diri seseorang, artinya
bila seseorang sedang bosan dengan hal-hal yang terjadi atau rutinitas yang dianggap
kurang menarik yang menyebabkan seseorang tersebut mengalami ketakutan akan
kehilangan momen, karena ada banyak hal yang dapat dilihat dan dibaca termasuk
postingan orang lain dimedia sosial, juga ada beberapa orang yang tengah merasa
penasaran akan sesuatu didalam dunia maya akan menjadi daya tariknya untuk
memuaskan rasa keingintahuan nya sehingga memilih untuk bermain sosial media.
Aisafitri, dkk dalam penelitiannya menyatakan Milenial yang mengalaminya Sindrom
FoMO memiliki rasa ingin tahu yang besar, yang selalu mereka cari dan selalu update.
Hal yang sama berlaku untuk karakteristik gaya hidup orang yang terus memeriksa media
sosial sepanjang waktu dengan frekuensi yang cukup tinggi yang dipromosikan di mana
Milenial dengan Sindrom FoMO menjadikan media sosial sebagai kebutuhan setiap hari
karena bagi mereka, media sosial adalah tempat untuk memuaskan naluri mereka
berinteraksi dan memuaskan keinginan untuk mengeksplorasi yang ada dalam dirinya,
agar selalu update dengan informasi terbaru setiap harinya, di mana mendapatkan
informasi dan mendapatkan ikhtisarinya termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk
menyempurnakan hobinya menjadi lebih efektif
Metode Mix antara Kualitatif dan Kuantitatif digunakan oleh peneliti Keyda Sara
Risdyanti, dkk (2019) dan Lala Septiyani Sembiring, dkk (2020). Peneliti Keyda Sara R,
dkk, mengadaptasi alat ukur fear of missing out scale (fomos) dari Wegmann, Oberst,
stodt dan Brand (2017) yang memiliki sejumlah 12 item dengan pengukuran lima skala
likert dari “sangat tidak sesuai”hingga”sangat sesuai” dan menyimpulkan bahwa perilaku
problematic social media use dan fear of missing out memiliki hubungan signifikan yang
positif serta masih memberikan hubungan timbal balik satu sama lain. Sedangkan hasil
penelitian Lala Septiani Sembiring,dkk (2020) menyimpulkan bahwa harga diri sangat
berperan signifikan terhadap pengalaman FoMo pada remaja.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian yang telah dilakukan dan
pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan, penulis menarik beberapa kesimpulan
adanya hasrat untuk terus-menerus mengikuti kegiatan orang lain di media sosial dan
ketika hal tersebut tidak terealisasikan, maka individu akan mengalami yang namanya
gangguan kecemasan sosial, seperti kurang rasa percaya diri, merasa terhinakan, depresi,
merasa sendirian dan dikucilkan karena tidak dapat berinteraksi dengan orang lain.