Volume 2, Nomor 1, Januari 20222
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
203 http://sosains.greenvest.co.id
EFEK PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI DENGAN
LEVEL BERBEDA TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN
KAMBING CROSS BOER JANTAN LEPAS SAPIH
Besse Mahbuba We Tenri Gading, Najmah Ali, Niati Ningsih dan
Renaldhy Irsan
Universitas Sulawesi Barat, Indonesia
niantiningsih@gmail.com dan renaldhy@gmail.com
Diterima:
02 Januari 2022
Direvisi:
12 Januari 2022
Disetujui:
15 Januari 2022
Abstrak
Latar Belakang : Kambing Cross Boer merupakan kambing
hasil persilangan antara kambing boerawa jantan dengan
kambing Peranakan Etawa (PE) betina. Kelebihan kambing
Boerawa terdapat pada tingkat pertumbuhan yang lebih cepat,
dan daya tahan tubuh yang baik. Tujuan : Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui efek pemberian bungkil inti sawit fermentasi
dengan level berbeda terhadap pertambahan bobot badan
kambing Cross Boer jantan lepas sapih. Metode : Penelitian ini
menggunakan 4 ekor kambing Cross Boer jantan lepas sapih
berumur 11 bulan dengan bobot badan awal 17±3kg. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Bujur Sangkar
Latin (RBL) dengan 4 perlakuan pemberian bungkil inti sawit
dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah sebagai
berikut: P0= pakan basal, P1= pakan basal + 15% bungkil inti
sawit fermentasi, P2= pakan basal + 30% bungkil inti sawit
fermentasi, P3= pakan basal + 45% bungkil inti sawit
fermentasi. Percobaan dilaksanakan selama 56 hari. Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan pemberian bungkil inti sawit
fermentasi (P1, P2, P3) nyata menghasilkan konsumsi pakan
yang lebih tinggi dibanding tanpa pemberian bungkil inti sawit
fermentasi (P0), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
pertambahan beratbadan kambing. Kesimpulan : Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa Pemberian bungkil inti sawit fermentasi dengan level
berbeda berpengaruh nyata terhadap komsumsi pakan dan
pertambahan bobot badan kambing Cross Boer jantan lepas
sapih.
Kata kunci: Bungkil inti sawit, Bobot badan, Kambing Boer,
Konsumsi pakan
Abstract
Background
: The Cross Boer goat is the result of a cross
between a male Boerawa goat and a female Etawa Peranakan
(PE) goat. The advantages of Boerawa goats are in a faster
growth rate, and good immune system.
Purpose
: The purpose
of this study was to determine the effect of giving fermented palm
kernel cake with different levels on body weight gain of weaned
male Cross Boer goats. Method : This study used 4 weaned
male Cross Boer goats aged 11 months with an initial body
weight of 17±3kg. The experimental design used was the Latin
Efek Pemberian Bungkil Inti Sawit Fermentasi dengan
Level Berbeda Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Kambing Cross Boer Jantan Lepas Sapih
2022
Besse Mahbuba We Tenri Gading, Najmah Ali, Niati Ningsih dan Renaldhy
Irsan 204
Square Design (RBL) with 4 treatments of palm kernel cake and
4 replications. The treatments applied were as follows: P0 =
basal feed, P1 = basal feed + 15% fermented palm kernel cake,
P2 = basal feed + 30% fermented palm kernel cake, P3 = basal
feed + 45% fermented palm kernel cake. The experiment was
carried out for 56 days.
Results
: The results showed that
fermented palm kernel cake (P1, P2, P3) actually resulted in
higher feed consumption than without fermented palm kernel
cake (P0), but had no significant effect on goat body weight gain.
Conclusion : Based on the results of the research that has been
carried out, it can be concluded that the provision of fermented
palm kernel cake with different levels has a significant effect on
feed consumption and body weight gain of weaned male Cross
Boer goats.
Keywords: Palm kernel cake, Body weight, Boer Goat, Feed
consumption
Pendahuluan
Kambing Cross Boer merupakan kambing hasil persilangan antara kambing
boerawa jantan dengan kambing Peranakan Etawa (PE) betina. Kelebihan kambing
Boerawa terdapat pada tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, dan daya tahan tubuh yang
baik. Pemeliharaan dan perawatannya tidak begitu berbeda dengan kambing PE.
Sehingga kambing tersebut lebih dipilih untuk dipelihara dan dikembangkan (Mahmilia
& Doloksaribu, 2010). Pemeliharaan Kambing Cross Boer tidak terlepas dari pemberian
pakan yang berkualitas.
Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak,dapat dicerna dan
tidak membahayakan bagi tubuh siternak. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak
ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan
reproduksi. Cara yang dapat dilakukan untuk mencukupi bahan pakan di dalam negeri
adalah dengan memanfaatkan bahan pakan lokal yang jumlahnya banyak tersedia, namun
belum banyak dimanfaatkan sebagai pakan. Industri sawit di Indonesia cukup
berkembang dan menjadi sumber pakan potensial yang belum banyak dimanfaatkan
dalam industri peternakan terutama pemanfaatan limbah pertanian seperti hasil ikutan
minyak sawit yaitu bungkil inti sawit (Sinurat, Mathius, & Purwadaria, 2012).
Pertumbuhan perkebunan sawit di Indonesia sangat pesat, pada tahun 2013
produksi CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah di Indonesia meningkat
sebesar 6.7% dari 22 juta ton menjadi 23.30 Juta ton (Pamurjadi & Pharmasetiawan,
2014). Potensi kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq) di dunia cukup besar, yaitu sebesar 4
milyar ton. Negara Indonesia, komoditas kelapa sawit cukup besar sehingga dapat
mendukung potensi bungkil inti sawit yang merupakan hasil sampingan dari proses
pembuatan minyak inti sawit. Bungkil inti sawit memiliki keterbatasan nutrisi terutama
kandungan karbohidrat bukan pati (non-starch polysaccharides; NSPs) di dalam dinding
selnya sehingga menyebabkan kandungan serat kasar yang variatif juga dan cenderung
relatif tinggi. Usaha untuk meningkatkan ketersediaan nutrien didalam BIS dan
menurunkan NSPs dapat dilakukan dengan proses fermentasi. Sebesar 5% dari tandan
buah segar sawit 3 menghasilkan inti sawit, inti sawit tersebut menghasilkan 45-46%
minyak inti sawit dan bungkil inti sawit sebesar 45- 46%. Selain itu, bungkil inti sawit
Volume 2, Nomor 1, Januari 20222
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
205 http://sosains.greenvest.co.id
juga mengandung Mannan Oligosakarida (MOS) yang dapat berperan sebagai prebiotik
untuk menstimulasi perkembangan bakteri probiotik. Potensi ini dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif antibiotik di dalam pakan (Hanifa, 2017).
Bungkil inti sawit (BIS) adalah sumber protein bagi ternak ruminansia yang
merupakan hasil ikutan atau limbah industri dari pengolahan kelapa sawit. Menurut
Wijianto (2016) menyatakan bahwa, BIS mengandung protein yang cukup tinggi sebesar
21,51% dan energi metabolis berkisar antara 1817-2654 Kkal/kg (Chanjula, Mesang, &
Pongprayoon, 2010). Kandungan protein BIS masih dapat ditingkatkan dengan cara
pengolahan secara fermentasi (Mirnawati, Marlida, & Kompiang, 2011).
Fermentasi adalah salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas gizi, mengurangi,
atau menghilangkan pengaruh negatif dari bahan pakan tertentu dengan menggunaan
mikroorganisme (Parmesta, 2016). Fermentasi juga dapat meningkatkan nilai kecernaan
pakan, menambah rasa dan aroma, meningkatkan kandungan vitamin dan mineral
(Simanjuntak & Tafsin, 2015). Pakan ternak ruminansia yang difermentasi dapat
bermanfaat untuk memperbaiki sistem pencernaan ternak, meningkatkan produksi susu,
meningkatkan nafsu makan ternak dan produksi daging ternak lebih berisi (Suhendro,
Hidayat, & Akbarillah, 2018).
Pengukuran bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ternak. Pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan. Faktor yang memengaruhi pertambahan
bobot badan yaitu total protein yang dikonsumsi, jenis ternak, umur, keadaan genetis
lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana (Alim & Ternak, n.d.
2014). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan menggunakan bungkil inti sawit fermentasi untuk meningkatkan pertambahan
bobot badan (PBB) pada kambing Cross Boer jantan lepas sapih.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian bungkil inti
sawit fermentasi dengan level berbeda terhadap pertambahan bobot badan kambing Cross
Boer jantan lepas sapih, dan untuk mengetahui perlakuan terbaik pada pemberian bungkil
inti sawit fermentasi dalam ransum pakan terhadap pertambahan bobot badan kambing
Cross Boer jantan lepas sapih.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 18 Maret sampai dengan 14 Mei 2020, di
Juragan Kambing Community (JK Community), Desa Tandassura kecamatan Limboro
Kabupaten Polewali Mandar. Penelitian menggunakan sampel 4 ekor kambing Cross
Boer lepas sapih yang dibagi dalam empat kelompok perlakuan. Umur kambing yang
digunakan 11 bulan dengan rata-rata bobot badan awal antara 17±3kg. Pengukuran bobot
badan pada ternak dilakukan dengan cara kambing ditimbang dengan menggunakan
timbangan duduk, yaitu digendong oleh peneliti kemudian dilakukan penimbangan, hasil
dari penimbangan tersebut dikurangi dengan bobot badan peneliti sehingga mendapatkan
bobot badan kambing. Tahap berikutnya adalah ternak dimasukkan kedalam kandang
yang telah di siapkan. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang
tunggal berbentuk panggung yang disekat dalam sebanyak 4 petak. Ukuran kandang
individual untuk setiap petak adalah 75 x 75 x 75 cm. Selama penelitian berlangsung,
setiap kambing diberikan pakan perlakuan dan pakan basal (Afrianda, 2019). Bungkil
inti sawit dibuat dengan tata cara tahapan pembuatan bungkil inti sawit, diperoleh dari
perusahaan pabrik kelapa sawit kemudian diayak atau disaring agar menjadi halus lalu
difermentasi. Pemberian bungkil inti sawit diberi tersendiri sesuai perlakuan dengan
proporsi bungkil inti sawit sebanyak 0%; 15%; 30%; 45%.
Efek Pemberian Bungkil Inti Sawit Fermentasi dengan
Level Berbeda Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Kambing Cross Boer Jantan Lepas Sapih
2022
Besse Mahbuba We Tenri Gading, Najmah Ali, Niati Ningsih dan Renaldhy
Irsan 204
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bujur Sangkar Latin
(BSL). Rancangan BSL terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Setiap ulangan
Efek Pemberian Bungkil Inti Sawit Fermentasi dengan
Level Berbeda Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Kambing Cross Boer Jantan Lepas Sapih
2022
Besse Mahbuba We Tenri Gading, Najmah Ali, Niati Ningsih dan Renaldhy
Irsan 206
mendapatkan beberapa perlakuan dengan persentase bungkil inti sawit yang berbeda,
dengan perlakuan pada Tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1.
Kelompok Perlakuan
Ulangan Kelompok Perlakuan
I
II
III
IV
P0.1
P0.2
P0.3
P0.4
P2.1
P2.2
P2.3
P2.4
P3.1
P3.2
P3.3
P3.4
Keterangan: P0= pakan basal
P1= pakan basal + 15% bungkil inti sawit fermentasi
P2= pakan basal + 30% bungkil inti sawit fermentasi
P3= pakan basal + 45% bungkil inti sawit fermentasi
Pakan basal terdiri dari dedak padi, jagung giling, molasses, garam, kulit kacang,
mineral dan hijauan.
Yij = 𝝁 + 𝜶i + ij + ∑ ij
Dimana:
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke
𝜇 = Nilai tenga
𝛼i = Pengaruh blok ke-i
ij = Pengaruh blok ke-j
∑ ij = Pengaruh galat (Experimental error) perlakuan ke-I ulangan ke-j.
Hasil dan Pembahasan
1. Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan kambing dari hasil penelitian pada kambing Cross Boer berkisar
antara 1765 gram 2250 gram. Nilai rata-rata konsumsi pakan dapat dilihat pada tabel 2
dan tabel 3.
Tabel 2.
Rata-rata Komsumsi Pakan selama perlakuan (gram)
Ulangan
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
1895
1860
1902
1787
2
2010
1772
1848
1786
3
2087
1765
2131
1943
4
2193
2212
2250
2227
Efek Pemberian Bungkil Inti Sawit Fermentasi dengan
Level Berbeda Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Kambing Cross Boer Jantan Lepas Sapih
2022
Besse Mahbuba We Tenri Gading, Najmah Ali, Niati Ningsih dan Renaldhy
Irsan 208
Tabel 3.
Rata-rata konsumsi pakan kambing cross boer Jantan lepas sapih
Parameter
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
Konsumsi pakan
(kg/ekor/hari)
2,05
a
1,90
c
2,03
ab
1,94
c
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkkan perbedaan
yang nyata (P<0,05).
Tabel 3. menunjukkan bahwa, kelompok perlakuan P0 dan P2 tidak berbeda nyata
(P>0,05) sedangkan P0, P1, dan P3 berbeda nyata (P<0,05). Nilai rata-rata konsumsi
pakan bungkil inti sawit fermentasi pada kambing Cross Boer jantan lepas sapih dengan
konsentrasi berkisar antara 1,90 kg 2,05 kg/ekor/hari. Hal tersebut disebabkan karena
pakan yang diberikan pada kelompok perlakuan dan kontrol memiliki tingkat palatabilitas
yang sama sehingga konsumsi pakan juga tidak terlalu berbeda. Konsumsi pakan
dipengaruhi oleh palatabilitas pakan yang dikonsumsi. Nilai konsumsi ternak dipengaruhi
oleh palatabilitas dan palatabilitas dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimiawi yang
diransang oleh penglihatan, penciuman dan rasa dari ternak (Soeharsono & Diwyanto,
2010). Palatabilitas pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah
konsumsi dan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi bahan kering yang terkandung
dalam pakan, selain itu tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kondisi ternak (Gading, Agus, Irawan, &
Panjono, 2020).
2. Pertambahan Bobot Badan
Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan level
berbeda terhadap pertambahan bobot badan (PBB) pada kambing cross boer jantan lepas
sapih diperoleh hasil pada Tabel 5. Hasil pertambahan bobot badan (PBB) kambing Cross
Boer jantan lepas sapih dengan pemberian bungkil inti sawit fermentasi dengan level
15%; 30%; 45% berkisar antara 0.20 0.58 Kg/ekor/hari. Pemberian bungkil inti sawit
dengan level berbeda terhadap pertambahan berat badan kambing Cross Boer jantan lepas
sapih pada perlakuan P0, P1, dan P2 tidak berpengaruh nyata (P>0,05) sedangkan
kelompok perlakuan P0 dan P3 berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot
badan (PBB). Konsumsi pakan tergantung pada jumlah bahan kering pakan yang
dikonsumsi ternak dan kandungan nutrisi pakan yang diberikan (Adriani, Latif, Fachri, &
Sulaksana, 2014). Tingkat konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor ternak, (bobot badan dan umur), tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan
palatabilitas.
Tabel 4.
Rata-rata Jumlah Pertambahan Bobot Badan (PBB) Kambing Cross Boer Jantan Lepas
Sapih pada Setiap Kelompok Perlakuan
Keterangan
Ulangan
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
1
0.20
0,40
0,00
1,00
Parameter
2
0.30
0,00
0,10
0,90
3
0.60
0,20
1,00
0,00
Volume 2, Nomor 1, Januari 20222
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
207 http://sosains.greenvest.co.id
4
0.00
0,20
-0,20
0,40
Pertambahan Bobot Badan
(Kg)
0,20
a
0,20
ab
0,23
ab
0,58
c
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkkan perbedaan
yang nyata (P<0,05).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suhendro, dkk., (2018) pada kambing
Nubian dara dengan menggunakan bungkil inti sawit menunjukkan bahwa pakan
konsentrat berbahan bungkil inti sawit belum disukai ternak sehingga tidak dikonsumsi
dalam jumlah banyak. Pemberian bungkil inti sawit fermentasi tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan kambing Cross Boer.
Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk dapat mengubah zat nutrisi
dari pakan yang diberikan untuk diubah menjadi produk ternak seperti daging.
Pertumbuhan juga dapat diukur dari berat hidup, komposisi tubuh ternak termasuk
perubahan organ dan jaringan tubuh ternak. Pakan yang cukup mengandung protein dan
memiliki struktur yang lebih halus akan lebih cepat dicerna oleh mikroba di dalam rumen
sehingga terjadi peningkatan laju pencernaan makanan di dalam rumen dan dapat
meningkatkan jumlah konsumsi pakan sehingga berdampak positif terhadap
pertumbuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan dantaranya
perbedaan konsumsi pakan pada setiap kelompok perlakuan, kualitas dan kuantitas pakan
yang diberikan, faktor genetik (keturunan), dan faktor lingkungan.
Pertambahan bobot badan harian kambing cross boer jantan lepas sapih ada yang
tidak berpengaruh nyata dan berpengaruh nyata. Hal ini disebabkan karena konsumsi
pakan kambing cross boer jantan lepas sapih juga tidak berpengaruh nyata dan juga
memberikan pengaruh yang nyata, serta kambing cross boer jantan lepas sapih yang
belum dewasa kelamin, sehingga hormon reproduksi yang mempengaruhi pertumbuhan
belum optimal dan konsumsi pakan yang tidak teratur. Hormon androgen belum optimal,
karena ternak belum mencapai dewasa kelamin (Melvina, 2017). Selain itu kambing cross
boer jantan lepas sapih mengkonsumsi nutrien pakan yang tidak berpengaruh nyata, yang
menyebabkan pertumbuhan juga cenderung sama. Sesuai dengan hasil penelitian Susanto
(2008) yang menyatakan bahwa PBBH ternak yang tidak berbeda disebabkan karena
konsumsi pakan dan kandungan nutrien pada kedua jenis kelamin relatif sama.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Pemberian bungkil inti sawit fermentasi dengan level berbeda berpengaruh nyata terhadap
komsumsi pakan dan pertambahan bobot badan kambing Cross Boer jantan lepas sapih.
Saran untuk penelitian berikutnya adalah perlu dilakukan penelitan lebih lanjut untuk
melihat tingkat kecernaan kambing Cross Boer dengan pemberian bungkil inti sawit
fermentasi.
Bibliografi.
Adriani, A., Latif, A., Fachri, S., & Sulaksana, I. (2014). Peningkatan produksi dan
kualitas susu kambing Peranakan Etawah sebagai respon perbaikan kualitas pakan.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 17(1), 1521.
Afrianda, Randi. (2019). Pemberian Pellet Berbahan Tambahan Tepung Daun Pepaya
(Carica Papaya. L) Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Bobot Akhir, Persentase
Karkas Dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging. Riau: Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
Alim, Herlina, & Ternak, Jurusan Produksi. (N.D.). Pertambahan Bobot Badan Kambing
Efek Pemberian Bungkil Inti Sawit Fermentasi dengan
Level Berbeda Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Kambing Cross Boer Jantan Lepas Sapih
2022
Besse Mahbuba We Tenri Gading, Najmah Ali, Niati Ningsih dan Renaldhy
Irsan 208
Marica Jantan Dengan Pemberian Pakan Komplit Pada Taraf Protein.
Volume 2, Nomor 1, Januari 20222
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
209 http://sosains.greenvest.co.id
Chanjula, Pin, Mesang, Areewan, & Pongprayoon, Sahutaya. (2010). Effects of dietary
inclusion of palm kernel cake on nutrient utilization, rumen fermentation
characteristics and microbial populations of goats fed Paspalum plicatulum hay-
based diet. Sonklanakarin Journal of Science and Technology, 32(6), 527.
Gading, BMWT, Agus, A., Irawan, A., & Panjono, P. (2020). Growth performance,
hematological and mineral profile of post-weaning calves as influenced by inclusion
of pelleted-concentrate supplement containing essential oils and probiotics. Iranian
Journal of Applied Animal Science, 10(3), 461468.
Hanifa, Laily. (2017). Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit Terhadap Efisiensi
Penggunaan Protein Pada Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica) Betina Fase
Grower. Jambi: Universitas Jambi.
Mahmilia, Fera, & Doloksaribu, Meruwald. (2010). Keunggulan relatif anak hasil
persilangan antara kambing Boer dengan Kacang pada periode prasapih. JITV,
15(2), 124130.
Melvina, Shellyn. (2017). Ukuran Tubuh dan Pertumbuhan Pasca Sapih Sapi Jabres
Jantan dan Betina di Kecamatan Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Mirnawati, Y. Rizal, Marlida, Yetti, & Kompiang, I. Putu. (2011). Evaluation of palm
kernel cake fermented by Aspergillus niger as substitute for soybean meal protein in
the diet of broiler. International Journal of Poultry Science, 10(7), 537541.
Pamurjadi, Andy, & Pharmasetiawan, Bambang. (2014). Analisis dan Rancangan
Manajemen Service Desk di Instansi Pemerintah (Studi Kasus: Badan Litbang
Pertanian). Jurnal Iptekkom (Jurnal Ilmu Pengetahuan & Teknologi Informasi),
16(1), 6988.
Parmesta, Setyo. (2016). Nilai Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ransum yang
Mengandung Kedelai (Glycine max) Hasil Fermentasi pada Ayam Broiler. Students
E-Journal, 5(1).
Simanjuntak, Srimastuti, & Tafsin, Ma’ruf. (2015). Fermentasi Hasil Samping Industri
Dan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Probiotik Lokal Terhadap Performans
Domba: Fermented Oil Palm Industry and Plantation by Product by Local Probiotics
on Performances of Sheep. Jurnal Peternakan Integratif, 4(1), 8395.
Sinurat, A. P., Mathius, I. W., & Purwadaria, T. (2012). Pengolahan dan pemanfaatan
hasil samping industri sawit sebagai bahan pakan. Balitbang Pertanian, Jakarta.
Soeharsono, R. A. SAPTATI, & Diwyanto, K. (2010). Penggemukan sapi lokal hasil
inseminasi buatan dan sapi bakalan impor dengan menggunakan bahan pakan lokal.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner.
Suhendro, Suhendro, Hidayat, Hidayat, & Akbarillah, T. (2018). Pengaruh Penggunaan
Bungkil Inti Sawit, Minyak Sawit, dan Bungkil Inti Sawit Fermentasi Pengganti
Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Pertumbuhan Kambing Nubian Dara. Jurnal
Sain Peternakan Indonesia, 13(1), 5562.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.