Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin dalam
Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Siswa
Aliya Fatmawati
dan Astuti Darmiyanti
252
PENDAHULUAN
Pendidikan karakter saat ini merupakan hal yang sangat urgen dikarenakan
banyaknya krisis moral disemua kalangan, baik anak-anak, remaja maupun orang tua
(Nudin, 2020). Banyak nilai karakter yang dapat ditanamkan dalam dunia Pendidikan,
salah satunya adalah karakter disiplin. Dengan adanya karakter disiplin diharapkan para
siswa mampu menumbuhkan karakter-karakter lainnya (Rachmadyanti, 2017). Tidak
dipungkiri karakter disiplin membutuhkan pembiasaan dan lingkungan yang mendukung
agar tercipta kesadaran bagi para siswa untuk berdisiplin (Octavia & Sumanto, 2019).
Perilaku disiplin di sekolah sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam
menuntut ilmu, begittu pula dalam menghafal Al Qur’an (Thobroni, 2013). Menghafal Al-
Qur’an adalah simbol bagi umat Islam dan duri bagi masuknya musuh-musuh Islam. James
Mansiz berkata, “Boleh jadi, Al-Qur‟an merupakan kitab yang paling banyak dibaca di
seluruh dunia. Tanpa diragukan lagi, Al-Qur’an merupakan kitab yang paling mudah
dihafal.Al-hafidz as-Suyuti berkata bahwa “pengajaran Al-Qur’an adalah dasar dari
prinsip-prinsip Islam (Jaelani, 2020). Anak-anak tumbuh diatas fitrahnya dan cahaya-
cahaya hikmahnya yang masuk dalam kalbu mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan
cahaya hitamnya yang dilekati kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan” (Fitriyani, 2021).
Orang menghafal Al-Qur’an lebih sukar dilakukan daripada membaca dan
memahaminya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal
(Kamal, 2016). Faktor eksternal adalah Al-Qur’an mempunyai banyak lembaran sehingga
menghabiskan banyak waktu, Adapun faktor internal adalah faktor yang berasal dari
individu itu sendiri baik jasmani maupun rohani yang menghalangi seseorang untuk
menghafal Al-Qur’an.Akan tetapi selama kita terus berusaha menghafal pasti Allah akan
memudahkan. Hal yang terpenting dalam menghafal Al-Qur’an adalah bagaimana
meningkatkan kelancaran (menjaga) atau melestarikan Al-Qur’an agar tetap ada dalam
dada. Oleh karena itu pemeliharaan Al-Qur’an dapat diimplementasikan pada lembaga-
lembaga pendidikan Islam salah satunya melalui program tahfidz Al-Qur’an. Program
adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu
rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan.
Pelaksanaan program selalu terjadi dalam satu organisasi yang artinya harus melibatkan
sekelompok orang (Silaban & Yuliani, 2017). Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua suku kata,
yaitu Tahfidz dan Al-Qur’an, yang keduanya memiliki makna yang berbeda. Yaitu tahfidz
yang artinya menghafal. Menghafal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa arab hafidza-
yahfadzu-hifdzan artinya yaitu selalu ingat dan sedikit lupa (Fatmawati, 2019).
Pelaksanaan kegiatan tahfidz atau menghafal Al Qur’an kebanyakan praktisi
pendidikan memang condong kepada dimensi pengetahuan, yang memegang pendapat
bahwa jika aspek kognitif telah dikembangkan secara benar, maka aspek afektif akan ikut
berkembang secara positif, namun realitanya aspek afektif dan psikomotorik pun sangat
berperan (Afiyah, 2019). Salah satu aspek afektif yang memiliki peranan penting adalah
disiplin dalam hal pembelajaran. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang baik akan
mempunyai kecakapan mengenai belajar yang baik. Hal ini sangat diperlukan untuk.
meningkatkan prestasi belajar siswa, berhasil tidaknya siswa dalam pembelajarannya
dilihat dari bagaimana ia mendisiplinkan dirinya untuk belajar dengan baik. Djamarah juga
menyatakan bahwa agar siswa lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di
sekolah, di rumah maupun di perpustakaan. Disiplin belajar akan membuat seseorang
memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik dan pembentukan watak yang baik
pula (Rohman, 2018). Cara belajar yang baik adalah suatu kecakapan yang dapat dimiliki