295 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOL 2 NO 2 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
ADAPTASI DESAIN PERHIASAN TRADISIONAL SUKU SASAK DALAM
PERHIASAN MUTIARA BERGAYA KONTEMPORER
Nadya Putri Utami
1
dan Kahfiati Kahdar
2
1,2
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Corresponding Author : Nadya Putri Utami¹
Email : nadya.arudya@gmail.com
1
2
Info Artikel :
Diterima : 03 Februari 2022
Disetujui : 09 Februari 2022
Dipublikasikan : 15 Februari 2022
Kata Kunci:
Adaptasi,
Perhiasan
Tradisional,
Suku Sasak,
Mutiara,
Kontemporer
Keywords:
Adaptation,
Traditional
Jewelry, Sasak
Tribe, Pearl,
Contemporary
ABSTRAK
Latar Belakang : Perhiasan merupakan wujud budaya fisik yang telah digunakan
sejak zaman prasejarah dengan tujuan untuk mendukung dan memperindah
penampilan pengguna yang ketika digunakan akan menambah afirmasi diri.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan adaptasi perhiasan tradisional
Suku Sasak dalam perhiasan mutiara bergaya kontemporer dengan menggunakan
metode ATUMICS dan menghasilkan visualisasi dalam bentuk desain dan produk
terhadap adaptasi desain perhiasan tradisional Suku Sasak dalam perhiasan mutiara
bergaya kontemporer. Metode: Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
metode observasi, studi literatur, eksplorasi prototipe perhiasan kontemporer dengan
inspirasi dari perhiasan tradisional Lombok, dokumentasi, analisis, dan pengumpulan
data. Hasil: Eksplorasi pada budaya, lebih spesifiknya lagi perhiasan tradisional suku
Sasak sebagai inspirasi untuk desain perhiasan kontemporer, akan membantu
mengangkat kembali budaya Indonesia dengan menampilkan wajah baru perhiasan
tradisional dengan gaya yang lebih kontemporer. Hal ini didukung dengan hasil uji
minat masyarakat terhadap desain perhiasan yang menunjukkan bahwa minat akan
perhiasan kontemporer lebih tinggi. Kesimpulan: Desain perhiasan mutiara
kontemporer dengan adaptasi dari perhiasan tradisional Suku Sasak divisualisasikan
dengan penggabungan unsur tradisional dan unsur kontemporer.
ABSTRACT
Background : Jewelry is a form of physical culture that has been used since
prehistoric times with the aim of supporting and beautifying the user's appearance
which when used will increase self-affirmation. Purpose : This study aims to produce
adaptations of traditional Sasak jewelry in contemporary style pearl jewelry using the
ATUMICS method and produce visualizations in the form of designs and products on
the adaptation of traditional Sasak jewelry designs in contemporary style pearl
jewelry. Method : The methods used in this research are observation method,
literature study, exploration of contemporary jewelery prototypes with inspiration
from Lombok traditional jewelery, documentation, analysis, and data collection.
Results : Exploration of culture, more specifically the traditional jewelry of the Sasak
tribe as an inspiration for contemporary jewelry designs, will help bring back
Indonesian culture by displaying a new face of traditional jewelry with a more
contemporary style. This is supported by the results of the public interest test in
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
296
jewelry design which shows that the interest in contemporary jewelry is higher.
Conclusion : Contemporary pearl jewelry designs with adaptations of traditional
Sasak jewelry are visualized by combining traditional and contemporary elements.
PENDAHULUAN
Perhiasan merupakan wujud budaya fisik yang telah digunakan sejak zaman
prasejarah dengan tujuan untuk mendukung dan memperindah penampilan pengguna
yang ketika digunakan akan menambah afirmasi diri (Monika, 2020). Sebagai salah satu
seni dekoratif tertua, perhiasan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu
sebagai alat komunikasi, baik sebagai penunjuk makna simbolik ataupun estetika.
Perhiasan mulanya terbuat dari tulang-tulang, batu, dan kerang (Syafei, 2021). Namun
seiring berkembangnya zaman, jenis dan bentuk perhiasan semakin berkembang. Salah
satunya adalah penggunaan mutiara sebagai perhiasan.
Mutiara adalah bahan pokok perhiasan yang tak lekang oleh waktu dan lintas
musim, yang terus tumbuh bersamaan dengan perkembangan dunia mode (Tamrin, 2015).
Pada quartal awal 2021, Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) Mataram mencatat frekuensi pengiriman mutiara dari NTB mencapai
sembilan kali selama Januari-April 2021, total yang di ekspor mencapai 273,5 Kg dan
menghasilkan nilai lebih dari Rp28 Miliar. Bersamaan dengan terjadinya peningkatan
pada peminat mutiara, terjadi pula peningkatan dalam pengguna mutiara sebagai
perhiasan ataupun ornamen pakaian oleh para penikmat dan penggiat fashion. Hal
tersebut didukung dengan hasil ramalan tren perhiasan Autumn/Winter 2021/2022 yang
diterbitkan oleh WGSN, bahwa desain produk fashion lintas musim yang dapat dibawa
dari musim ke musim akan menjadi tren, yang mana termasuk perhiasan bergaya
kontemporer dan perhiasan berbahan dasar mutiara (Anggeriani, 2016). Gambar I.
menunjukkan perkembangan industri mutiara budidaya selama 100 tahun terakhir. Dapat
dilihat terjadi penurunan dramatis dalam pangsa pasar mutiara alami dengan kemajuan
dari industri mutiara budidaya (Krzemnicki & Hajdas, 2013).
Gambar 1. Skema perkembangan industri mutiara budidaya selama 100 tahun terakhir
(Krzemnicki, 2013).
Seni kontemporer merupakan perkembangan seni yang terpengaruh dampak
modernisasi dan digunakan sebagai istilah umum sebagai produk seni yang dibuat sejak
Perang Dunia II (Hendranto, 2019). Pengertian dari kontemporer sendiri menurut KBBI
adalah pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa kini, maka seni
kontemporer dapat diartikan sebagai seni yang kekinian atau modern, serta merupakan
karya dari seniman hidup yang dimana tidak terikat oleh aturan zaman sebelumnya dan
berkembang sesuai zaman yang ditempati. Penerapan gaya kontemporer dalam perhiasan
mutiara dengan adaptasi dari perhiasan tradisional suku Sasak ini didasari oleh
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
297 http://sosains.greenvest.co.id
peningkatan angka terhadap ekspor mutiara dari Indonesia, sama halnya dengan kenaikan
angka peminat dan pengguna perhiasan secara global. Namun bersamaan dengan hal
tersebut, terdapat kurangnya minat masyarakat muda Indonesia akan produk lokal yang
memiliki unsur tradisional yang dimana dipengaruhi oleh globalisasi dan perkembangan
teknologi. Hal ini didukung oleh pernyataan Fang Wu Tung, kriya itu sejatinya tidak
statis, melainkan kemampuan untuk senantiasa berevolusi, bertransformasi dan
beradaptasi pada kehidupan modern (Tung, 2012).
Konsep tradisi seringkali diasosiasikan dengan sesuatu yang kuno atau jauh dari
modernitas yang dimana sepertinya memandang tradisi dalam bentuk kata sifatnya;
tradisional. Menurut Green, tradisional merupakan suatu kondisi menjadi tradisi, suatu
kepercayaan dan nilai-nilai lama, praktek masa lalu, yang menolak pengaruh dari
berbagai cara, nilai, dan kreasi modern (Utama, 2013). Namun Nugraha, tradisi
merupakan suatu masa lalu yang berada pada saat ini, bahkan sangat kuat menjadi bagian
masa kini seolah-olah sebuah inovasi saat ini (Nugraha, 2019). Dengan kekayaan tradisi
dan budaya, Pulau Lombok memiliki potensi besar untuk mengembangkan kearifan lokal
dengan mengawinkannya dengan ilmu pengetahuan modern. Ditambah lagi dengan
keunikan budaya yang beragam dan masing-masing keragaman itu memiliki keunikan
yang distingtif, sehingga menghasilkan produk yang inovatif (Lufiani, 2018).
Sejatinya, industri kreatif kerajinan perhiasan mutiara di Lombok sudah cukup dikenal di
masyarakat luas, namun minat publik akan perhiasan mutiara Lombok tidak setinggi
peminat mutiara. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian produsen perhiasan mutiara
akan desain perhiasan yang menyebabkan desain perhiasan menjadi monoton dan kurang
mengikuti perkembangan zaman, ditambah lagi dengan pesatnya perkembangan tren
perhiasan. Industri ini merupakan kategori industri fashion yang perubahannya mengikuti
tren global sehingga desain perhiasan harus merespon perubahan tersebut (Ilhamuddin,
Nururly, Rusminah, & Hilmiati, 2021).
Tujuan lainnya, untuk memperkenalkan budaya suku Sasak atau budaya artefak
Lombok dalam segi bentuk, cerita dan detail ke dalam perhiasan mutiara kontemporer.
Ditambah lagi dengan keunikan budaya yang beragam dan masing-masing keragaman itu
memiliki keunikan yang distingtif, sehingga menjadi produk yang inovatif. Menurut
Tung, penambahan karakter otentik pada sebuah karya dengan mengadaptasi fitur lokal
dapat menjadi strategi untuk mengembangkan sebuah produk. Produk yang merefleksikan
perbedaan yang distingtif serta merupakan ekspresi diri. Karya atau produk semacam
itulah yang mampu masuk ke ceruk pasar khusus sekaligus membangun identitas budaya
dalam pasar global (Syahid, Tulung, Janis, & Kalampung, 2019). Untuk alasan ini,
produk industri kreatif yang terhubung dengan budaya memiliki posisi yang kuat untuk
merespons pada pernyataan-pernyataan tersebut, penanaman karakteristik budaya dengan
mengadaptasi desain atau detail dari produk artefak budaya kedalam produk kontemporer
dapat menjadi strategi untuk pengembangan produk yang mencerminkan ekspresi diri
yang unik dan otentik.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan adaptasi perhiasan tradisional Suku
Sasak dalam perhiasan mutiara bergaya kontemporer dengan menggunakan metode
ATUMICS, dan menghasilkan visualisasi dalam bentuk desain dan produk terhadap
adaptasi desain perhiasan tradisional Suku Sasak dalam perhiasan mutiara bergaya
kontemporer.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode gabungan (mixed methods) yang
dimana menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian campuran
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
298
merupakan metode penelitian dengan mengkombinasikan antara dua metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif dalam suatu kegiatan penelitian sehingga akan diperoleh data
yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan objektif (Maison, Kurniawan, & Sholihah,
2018). Metode kualitatif digunakan di dalam penelitian ini dalam proses pengumpulan
data dengan melakukan studi literatur, dokumentasi, dan wawancara guna mendapatkan
data terkait adaptasi desain perhiasan tradisional suku Sasak dalam perhiasan mutiara
bergaya kontemporer. Wawancara dengan sejumlah informan dari Museum Negeri NTB,
pengrajin lokal, budayawan, serta masyarakat guna mendapatkan data dan informasi
mengenai perhiasan tradisional lombok. Untuk mengetahui minat masyarakat akan
perhiasan tradisional dan perhiasan kontemporer, dilakukan pengumpulan data dengan
metode kuantitatif yaitu dengan cara penyebaran kuesioner. Dengan data yang didapat
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, analisis data dilakukan guna
mendapatkan informasi yang lebih tepat agar data dapat menjadi landasan pembuatan
desain perhiasan mutiara bergaya kontemporer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data dan Analisis
1. Metode ATUMICS
Pada adaptasi desain perhiasan tradisional Suku Sasak dalam perhiasan Mutiara
bergaya kontemporer menggunakan metode adaptasi desain dengan pendekatan
ATUMICS. Tahapan awal adalah melakukan proses identifikasi elemen desain perhiasan
tradisional Suku Sasak dan identifikasi elemen desain perhiasan kontemporer. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu menyajikan gambaran mengenai
objek perancangan yaitu perhiasan tradisional Suku Sasak, perhiasan kontemporer, dan
perhiasan mutiara sebagai produk akhir. Kemudian data yang dikumpulkan dianalisis
melalui beberapa tahap, yaitu analisis deskriptif kualitatif dengan penyajian data. Data
yang telah dikumpulkan dianalisis faktor dan hal pokoknya terhadap perhiasan tradisional
Suku Sasak dan perhiasan kontemporer. Kemudian data disusun dengan sistematis dan
dianalisis.
Analisis adaptasi desain yang dilakukan menggunakan metode ATUMICS
(Rahman, Hidayat, & Shofa, 2020). Dengan metode ini, produk perhiasan tradisional
Suku Sasak dan perhiasan kontemporer di analisis untuk didapatkan susunan ideal dari
enam elemen dasarnya yaitu Teknik (Technique), kegunaan (Utility), bahan (Material),
ikon (Icon), konsep (Concept), dan bentuk (Shape). Adaptasi elemen tradisional ke dalam
produk perhiasan mutiara dalam gaya kontemporer merupakan sebagai inovasi produk
yang mampu meningkatkan nilai dan daya saing produk (Anoviaturrosydah, 2017).
Observasi dilakukan ke lingkup perhiasan masyarakat Lombok, perhiasan di Museum
Provinsi Nusa Tenggara Barat, perhiasan hasil produksi Desa Sekarbela, perhiasan hasil
produksi Desa Kamasan, dan perhiasan Kontemporer. Observasi dilakukan dengan tujuan
pengumpulan data perhiasan yang kemudian akan di analisis elemen-elemennya. Ada
pula analisis pada data perhiasan dilakukan dengan elemen-elemen ATUMICS, yaitu :
a. Artefact, ditujukan kepada sebuah objek yang merupakan pusat dari analisis,
dalam penelitian ini adalah objek perhiasan.
b. Technique, atau teknik merupakan segala jenis teknik pembuatan, teknik
produksi, hal-hal yang mempengaruhi, dan bagaimana akhirnya artefak terbentuk.
Teknik juga dapat berupa teknologi dan semua sarana dan proses dalam
perwujudan objek perhiasan.
c. Utility, atau utilitas, dapat mengacu pada aspek fungsional perhiasan, dalam
konteks kegunaan atau dalam konteks produk.
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
299 http://sosains.greenvest.co.id
d. Material mengacu pada bahan, bentuk fisik dari hal-hal yang akan diproduksi
menjadi sebuah objek perhiasan.
e. Icon, dalam penelitian ini ditujukan kepada bentuk-bentuk simbolis yang
memiliki peran dalam memberikan kesan ikonik dan makna simbolik terhadap
suatu objek perhiasan.
f. Concept, atau konsep mengacu pada faktor yang melatarbelakangi terbentuknya
suatu objek perhiasan. Konsep dapat dilihat secara karakteristik, perasaan, nilai,
budaya, dan masih banyak lagi.
g. Shape, atau bentuk merupakan sifat visual dan fisik, atau performa dari suatu
objek perhiasan.
2. Data dan Analisis Perhiasan Suku Sasak
Observasi pertama dilakukan dengan mengumpulkan data perhiasan yang
terdapat di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat untuk memperlihatkan perhiasan
tradisional Suku Sasak yang dahulu digunakan oleh masyarakat Lombok. Koleksi
perhiasan Museum Negeri Nusa Tenggara Barat antara lain adalah tusuk konde, sumping,
hiasan kepala, gelang tangan, tondang (kalung), blengker, mamuli, buah baju, subang,
gesper, gendit, kedudeng, gelang kaki, dan pending (ikat pinggang).
Tabel 1.
Analisis Metode ATUMICS pada Perhiasan di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat
1
2
3
4
Pembentukan,
Penggabungan
Pengukiran,
Penggabungan
Pengukiran,
Penggabungan
Pengukiran,
Penggabungan
Mamuli, Perhiasan
Adat
Kalung,
Perhiasan Adat
Subang,
Perhiasan Adat
Bros, Perhiasan
Emas
Emas
Emas
Emas
Bentuk Kemaluan
Wanita
Motif
punggelan,
daun, dan
pucuk rebong
Motif Bunga
Nyamplung
Motif Bunga
Nyamplung
Perhiasan
Tradisional
Perhiasan
Tradisional
Perhiasan
Tradisional
Perhiasan
Tradisional
Berbentuk layang-
layang
Berbentuk pipih
mengikuti
bentuk leher
Berbentuk
bunga dengan
bagian
belakang
mengerucut
Berbentuk oval
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
300
Tabel 1 menunjukan perhiasan yang dapat dijumpai di Museum Negeri Nusa
Tenggara Barat. Elemen-elemen yang digunakan menurut analisis dengan metode
ATUMICS pada contoh perhiasan di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat adalah
Technique dalam proses pembuatannya menggunakan teknik pembentukan,
penggabungan, dan pengukiran. Utility atau kegunaannya adalah sebagai perhiasan
seperti mamuli, kalung, subang, dan bros. Material atau bahan yang digunakan pada
umumnya adalah emas. Icon yang digunakan umumnya berupa unsur alam seperti motif
daun, motif pucuk rebong (rebung/bambu), motif bunga, motif punggelan. Ada pula
bentuk lain seperti bentuk kemaluan wanita. Concept atau konsepnya adalah sebagai
perhiasan tradisional. Shape atau bentuk yang digunakan merupakan bentuk dasar seperti
lingkaran pipih, torus pipih, kerucut, persegi panjang, layang-layang, bunga, dan oval.
Observasi kedua dilakukan dengan mengumpulkan data perhiasan milik beberapa
masyarakat Lombok. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan perhiasan tradisional Suku
Sasak yang masih dapat dijumpai dan masih digunakan oleh masyarakat Lombok.
Tabel 2.
Analisis Metode ATUMICS pada Perhiasan Masyarakat Lombok.
1
2
3
4
Pembentukan
Pengukiran
Pengukiran
Pengukiran,
Penggabungan
Liontin, Jimat
Gelang
Gelang Kaki
Subang
Perak
Perak
Perak
Emas
Bentuk bulan
Motif Pucuk
Rebong
Motif daun
Motif bunga dan
lingkaran
Perhiasan
Tradisional
Perhiasan
Tradisional
Perhiasan
Tradisional
Perhiasan
Tradisional
Berbentuk lingkaran
pipih dengan
lengkungan
Berbentuk torus
pipih
Berbentuk torus
pipih
Berbentuk
mengerucut
Tabel 2 menunjukan perhiasan tradisional masyarakat Lombok yang masih dapat
dijumpai, antara lain, liontin, gelang, gelang kaki, dan subang (anting-anting). Elemen-
elemen yang digunakan menurut analisis dengan metode ATUMICS pada contoh
perhiasan dari masyarakat Lombok adalah Technique dalam proses pembuatannya,
perhiasan menggunakan teknik pembentukan, penggabungan, dan pengukiran. Utility atau
kegunaan dari perhiasan tradisional Suku Sasak yang dikumpulkan dari masyarakat
Lombok beragam dalam bentuk perhiasan seperti liontin, jimat, gelang, gelang kaki, dan
subang. Material atau bahan yang digunakan umumnya adalah perak dan emas. Icon yang
digunakan umumnya berupa unsur alam seperti motif pucuk rebong (rebung/bambu),
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
301 http://sosains.greenvest.co.id
daun, bunga, dan bentuk bulan. Ada pula bentuk geometris seperti lingkaran. Concept
atau konsep atau nilai dari produk perhiasan yaitu sebagai perhiasan tradisional. Shape
atau bentuk yang digunakan merupakan bentuk dasar seperti lingkaran pipih dengan
lengkungan, torus pipih, dan kerucut.
Observasi ketiga dilakukan ke salah satu desa pengrajin, Desa Kamasan, yang
terletak di Kelurahan Karang Baru, Kecamatan Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara
Barat. Wawancara dilakukan dengan Willy Ahya, seorang pengrajin dan Ahsan Ulhaq,
pendamping dewan yang bertugas mensinkronisasi pendapat pengrajin dengan
pemerintah. Willy dan Ahsan sudah berkecimpung dengan kerajinan perhiasan sejak
tahun 1997.
Tabel 3.
Analisis Metode ATUMICS pada Perhiasan Hasil Produksi Pengrajin Desa Kamasan.
No.
1
2
3
4
Gambar
Technique
Pengukiran
Penggabungan
Pengukiran
Penggabungan
Utility
Kerajinan seni
Gelang
Gelang
Cincin
Material
Perak dan Kuningan
Perak dengan
lapisan emas,
Mutiara
Perak
Mutiara, Perak
Icon
Simbol Silang
Sampit, Sisoq,
Punggelan
Mutiara Baroque
Motif Bunga
Semanggi,
punggelan,
Punggelan
Mutiara, Motif
Punggelan
Concept
Kerajinan Perak
Perhiasan
Kontemporer
Perhiasan
Kontemporer
Perhiasan
Kontemporer
Shape
Berbentuk persegi
panjang pipih
Berbentuk torus
pipih
Berbentuk torus
pipih
Berbentuk torus
Tabel 3 menunjukan perhiasan hasil produk pembuatan beberapa pengrajin perak
di wilayah Lombok. Elemen-elemen perhiasan yang dikumpulkan dari pengrajin di
wilayah Lombok dianalisis menggunakan metode ATUMICS. Technique dalam proses
pembuatannya menggunakan teknik penggabungan dan pengukiran. Utility atau kegunaan
produk merupakan sebagai perhiasan seperti gelang, cincin, dan kerajinan seni. Material
atau bahan yang digunakan umumnya adalah perak, lapisan emas, mutiara, dan kuningan.
Icon yang digunakan pada perhiasan umumnya berupa unsur alam seperti motif bunga,
motif punggelan, mutiara, dan simbol silang sampit. Concept atau konsep atau nilai dari
produk yaitu sebagai perhiasan kontemporer dan kerajinan perak. Shape atau bentuk yang
digunakan merupakan bentuk dasar seperti persegi panjang pipih, dan torus.
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
302
3. Data dan Analisis Perhiasan Kontemporer
Pada penelitian ini, penulis melakukan analisis elemen perhiasan kontemporer
yang mengacu pada produk perhiasan yang dideskripsikan oleh WGSN: Trend
Forecasting & Analytics 2023-2031. WGSN adalah otoritas global dalam perubahan,
menggunakan ahli perkiraan tren yang dikombinasikan dengan ilmu data untuk
membantu dalam mendahului tren yang tepat, yang didirikan pada tahun 1998 di London
Barat oleh saudara Julian dan Marc Worth. Peramalan tren fashion WGSN
memungkinkan untuk membuktikan produk di masa depan dengan panduan yang dapat
ditindaklanjuti melalui perubahan transformasional industri mode, dari target
keberlanjutan dan perubahan gaya hidup konsumen ke desain digital.
Menurut WGSN, pada masa pasca-pandemi, komunikasi di layar akan menjadi new-
normal dan akan mengakselerasi kebutuhan akan perhiasan ‘bold-statement’. Untuk A/W
21/22, ini berarti pendekatan ‘more is more’ diperlukan dalam pengembangan desain.
a. Merancang produk fashion trans-musiman yang dapat dibawa dari musim ke
musim. Lihatlah koleksi penting kontemporer termasuk kalung rantai Y dengan
mutiara memanjang dan kalung mutiara barok.
b. Perluas kategori yang mendorong penjualan di pasar perhiasan. Telinga tetap
menjadi titik fokus, dengan tetes memanjang, lingkaran bengkok, dan set telinga
yang dikuratori menambah kebaruan.
c. Melanjutkan desain untuk digital. Gunakan warna dan bahan yang akan menonjol
di layar dan perhatikan kategori baru; buat pernyataan maksimalis dan tawarkan
peluang hiasan dan personalisasi.
WGSN 2021 menyarankan untuk berinvestasi dalam bahan alami yang tidak
bergantung pada musim dan membangun minat konsumen pada produk kerajinan tangan
melalui penggunaan berkelanjutan dari bahan-bahan alami yang bersumber secara
bertanggung jawab yang dirancang untuk memiliki daya tarik tanpa musim. Mutiara
organik dengan warna-warni alami menambah kilau yang akan bekerja untuk beberapa
kesempatan.
Tabel 4.
Analisis Metode ATUMICS pada Perhiasan Kontemporer (WGSN, 2021)
1
2
3
4
Penggabungan
Penggabungan
Penggabungan
Pelapisan
Kalung
Anting-anting
Anting-anting
Komponen
pelengkap
perhiasan
Mutiara Baroque dan
Permata
Perak, Mutiara,
dan Permata
Perak dan
Mutiara
Mutiara dan
Lapisan Kaca
Mutiara baroque
dengan permata
Komposisi
mutiara, perak
Bentuk anting
memanjang
Mutiara
berwarna
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
303 http://sosains.greenvest.co.id
dan permata
dengan mutiara
Perhiasan
Kontemporer
Perhiasan
Kontemporer
Perhiasan
Kontemporer
Perhiasan
Kontemporer
Bentuk mutiara
irregular melingkar
Set perhiasan
dengan bentuk
memanjang
Bentuk
memanjang
dengan mutiara
ireguler pada
ujungnya
Bentuk bola
Berdasarkan analisis dengan metode ATUMICS diatas, elemen-elemen yang
digunakan pada contoh perhiasan kontemporer dikumpulkan dari tren WGSN adalah:
Technique dalam proses pembuatannya menggunakan teknik penggabungan dan
pelapisan. Utility atau kegunaannya adalah dalam bentuk perhiasan seperti kalung,
anting-anting, dan komponen pelengkap perhiasan. Material atau bahan yang digunakan
umumnya adalah perak, mutiara, dan lapisan kaca. Icon yang digunakan umumnya
berupa komposisi mutiara tidak beraturan dengan material lainnya seperti perak, permata,
dan berwarna. Concept atau konsep atau nilai dari perhiasan yang dianalisis yaitu sebagai
perhiasan kontemporer. Shape atau bentuk yang digunakan merupakan bentuk mutiara
tidak beraturan, bentuk set perhiasan dengan bentuk memanjang, bentuk memanjang
dengan mutiara tidak beraturan pada ujungnya, dan bentuk bola.
4. Perbandingan Elemen Perhiasan Suku Sasak dan Kontemporer
Setelah menganalisis perhiasan tradisional Suku Sasak dari berbagai sumber
seperti masyarakat Lombok, museum, dan pengrajin dengan perhiasan kontemporer
berdasarkan WGSN, penulis melakukan perbandingan diantara kedua jenis. Hal ini
ditujukan untuk melihat lebih jelas elemen-elemen yang digunakan dalam pembuatan
perhiasan tradisional dan perhiasan kontemporer dari data-data yang telah dikumpulkan.
Tabei 5.
Perbandingan Produk Perhiasan Tradisional dan Perhiasan Kontemporer
Elemen Analisis
Tradisional
Kontemporer
Technique
penggabungan, pembentukan,
pelapisan, dan pengukiran
penggabungan dan pelapisan.
Utility
perhiasan seperti liontin, gelang,
gelang kaki, subang, kalung, bros,
mamuli, dan cincin. Ada pula
kegunaan sebagai jimat dan
kerajinan seni.
perhiasan seperti kalung, anting-
anting, dan komponen pelengkap
perhiasan
Material
perak, lapisan emas, mutiara, dan
kuningan.
perak, mutiara, dan lapisan kaca.
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
304
Icon
unsur alam seperti motif bunga,
motif punggelan, mutiara, dan
simbol silang sampit.
komposisi mutiara tidak beraturan
dengan material lainnya seperti
perak, permata, dan lapisan kaca.
Concept
Perhiasan tradisional
Perhiasan kontemporer
Shape
bentuk dasar seperti lingkaran
pipih, torus pipih, kerucut, persegi
panjang, layang-layang, bunga, dan
oval
bentuk mutiara tidak beraturan,
bentuk set perhiasan dengan bentuk
memanjang, bentuk memanjang
dengan mutiara tidak beraturan pada
ujungnya, dan bentuk bola.
Berdasarkan hasil analisis perbandingan produk perhiasan tradisional dan perhiasan
kontemporer yang dilakukan menggunakan metode ATUMICS pada Tabel 5, didapatkan
data sebagai berikut. Technique yang digunakan dalam proses pembuatan perhiasan
tradisional dan perhiasan kontemporer memiliki beberapa teknik yang sama seperti
penggabungan dan pelapisan. Namun, dalam pembuatan perhiasan tradisional seringkali
dijumpai teknik pengukiran. Utility atau kegunaan dari keduanya merupakan sebagai
perhiasan. Material atau bahan yang digunakan pada perhiasan tradisional umumnya
adalah perak, emas, dan kuningan. Bahan yang digunakan pada perhiasan kontemporer
umumnya adalah perak, mutiara, dan lapisan kaca. Icon yang digunakan pada perhiasan
tradisional umumnya menggunakan unsur alam seperti motif bunga, motif punggelan,
mutiara, dan simbol silang sampit. Ikon yang digunakan pada perhiasan kontemporer
umumnya menggunakan komposisi mutiara tidak beraturan dengan material lainnya
seperti perak, permata, dan lapisan kaca. Concept atau nilai dari perhiasan yang dianalisis
yaitu sebagai perhiasan tradisional dan perhiasan kontemporer. Shape atau bentuk yang
digunakan pada perhiasan tradisional yang dianalisis merupakan bentuk dasar seperti
lingkaran pipih, torus pipih, kerucut, persegi panjang, layang-layang, bunga, dan oval.
Bentuk yang digunakan pada perhiasan kontemporer yang dianalisis merupakan bentuk
mutiara tidak beraturan, bentuk set perhiasan dengan bentuk memanjang, bentuk
memanjang dengan mutiara tidak beraturan pada ujungnya, dan bentuk bola.
5. Analisis pada Motif Perhiasan Suku Sasak dan Teknik Pembuatan Perhiasan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa pengrajin perhiasan
yang berada di Lombok, didapatkan tahapan dalam pembuatan perhiasan berbahan perak
yang umumnya digunakan oleh para pengrajin perhiasan di Lombok, yaitu:
a. Pemilihan material yang akan digunakan dalam proses pembuatan perhiasan.
b. Penggabungan bahan perak murni dengan bahan tembaga menjadi sterling silver
925, dengan cara dipanaskan menggunakan alat kompresor.
c. Penggilingan dan penempaan sterling silver 925 dengan palu atau mesin
penggilingan menjadi plat atau batangan.
d. Pembentukan bahan menjadi komponen-komponen bentuk sesuai desain.
e. Penggabungan komponen-komponen menjadi satu bagian dengan cara di las atau
patri.
f. Pengukiran lapisan motif dengan alat pengukir dan balok kayu pada plat sterling
silver terpisah atau langsung pada bagian perhiasan.
g. Jika lapisan ukiran motif dibuat terpisah, diperlukan tahap pelapisan bagian
perhiasan dengan lapisan ukiran motif.
h. Polishing untuk menghaluskan permukaan dan menghilangkan pori-pori
permukaan perhiasan dengan gerinda atau amplas.
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
305 http://sosains.greenvest.co.id
i. Pemasangan komponen pelengkap seperti batu permata dan mutiara.
j. Pelapisan (chrome) dengan material tambahan seperti emas jika ingin
mendapatkan tampilan akhir yang berbeda dengan bahan utama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin di Lombok, budayawan, dan
pengumpulan data dari Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, didapatkan
berbagai jenis motif yang umumnya digunakan pada perhiasan-perhiasan
tradisional suku Sasak. Motif-motif yang biasa digunakan di lombok merupakan
pengaplikasian dari bentuk-bentuk yang berada di alam.
Tabel 6.
Contoh Motif pada Perhiasan dan Kerajinan Lombok (Foto pribadi, 2021. Museum
Negeri Nusa Tenggara Barat)
No.
Gambar
Nama Motif
Keterangan
1
Punggelan
Motif punggelan merupakan stilisasi dari
bentuk tanaman paku dan merupakan motif
pengisi dalam penyusunan ragam ukir.
2
Bunga
Motif bunga merupakan stilisasi dari unsur
alam. Bunga yang sering dijumpai dalam motif
ukiran suku sasak adalah bunga semanggi,
bunga cempaka, dan bunga cengkeh.
3
Pucuk
Rebong/Rebung
Motif pucuk rebong merupakan stilisasi dari
unsur alam yaitu rebung atau tunas bambu.
Motif pucung rebong berbentuk segitiga
menyerupai bentuk rebung dihiasi dengan
motif lain seperti bunga dan daun di
sekelilingnya.
4
Sisoq
Motif sisoq merupakan stilisasi dari unsur
alam yaitu sisoq yang berarti siput. Motif sisoq
umumnya digunakan sebagai pengisi ruang
kosong dengan bentuk yang melingkar-lingkar
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
306
seperti cangkang siput.
5
Silang Sampit
Motif silang sampit merupakan salah satu
motif khas lombok yang terdiri dari garis-garis
yang saling menyilang. Motif silang sampit
memiliki filosofi seperti, kehidupan di dunia
yang saling terkait satu sama lainnya dan tidak
terputus pada satu hal saja. Adapun filosofi
lainnya yaitu ndek arak jari atas, ndek arak
jari bawak, selapuk patoh yang berarti tidak
ada yang di atas dan tidak ada yang dibawah,
semuanya sama.
Tabel 6 menunjukkan motif-motif yang biasa dijumpai pada perhiasan tradisional
Suku Sasak yaitu punggelan, bunga, pucuk rebong, sisoq, dan silang sampit. Berdasarkan
pengumpulan data dan analis, dapat dijumpai bahwa motif pada perhiasan Suku Sasak
banyak terinspirasi dari unsur alam seperti daun, bunga, dan rebung.
B. Uji Minat Masyarakat terhadap Perhiasan Tradisional dan Kontemporer
Penyebaran kuesioner secara daring bertujuan untuk melihat minat responden
terhadap perhiasan tradisional dan perhiasan kontemporer. Jumlah responden uji minat
adalah 310 responden, dengan spesifikasi 126 responden berasal dari Jakarta dan
Bandung, 107 responden berasal dari Nusa Tenggara Barat, dan 77 responden berasal dari
kota-kota lainnya. Tingkatan usia responden merupakan dibawah 18 tahun (3 responden),
18 - 22 tahun (34 responden) 22 - 27 tahun (188 responden), dan diatas 27 tahun (85
responden). Sebanyak 79 persen (245 responden) merupakan penikmat perhiasan dan 21
persen (65 responden) bukan penikmat perhiasan. Dalam pembelian perhiasan, yang
dijadikan konsiderasi untuk melakukan pembelian oleh responden merupakan desain
sebanyak 235 responden, kualitas produk sebanyak 196 responden, harga sebanyak 165
responden, material sebanyak 125 responden, dan tren sebanyak 46 responden. Menurut
responden yang telah mengisi kuesioner, produk perhiasan yang paling digemari
merupakan anting sebanyak 150 responden, kalung sebanyak 188 responden, cincin
sebanyak 82 responden, gelang sebanyak 57 responden, belt atau ikat pinggang sebanyak
17 responden, dan hiasan kepala atau rambut sebanyak 14 responden.
Tabel 7.
Hasil kuisioner uji minat masyarakat terhadap desain perhiasan
No.
Gambar 1
Gambar 2
Minat Responden
Hasil Minat
1
Kontemporer
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
305 http://sosains.greenvest.co.id
307
2
Kontemporer
3
Kontemporer
4
Tradisional
5
Kontemporer
6
Kontemporer
7
Kontemporer
8
Kontemporer
9
Tradisional
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
306
308
10
Kontemporer
11
Tradisional
12
Kontemporer
Tabel 7 menunjukkan hasil minat responden terhadap perhiasan tradisional dan
perhiasan kontemporer. Pengumpulan data untuk minat responden dilakukan dengan
menyajikan 12 pertanyaan yang berisikan dua gambar perhiasan, masing-masing
menampilkan satu perhiasan tradisional dan satu perhiasan kontemporer. Hasil yang
didapatkan dari 12 pertanyaan adalah 9 kontemporer dan 3 tradisional.
C. Sketsa dan Proses Perwujudan Desain
Image board menggabungkan unsur-unsur yang didapat dari perhiasan tradisional
dan perhiasan kontemporer. Terinspirasi dari simbol yang menjadi salah satu ciri khas
Lombok dan Suku Sasak yaitu silang sampit. Simbol silang sampit melambangkan
kehidupan dunia yang saling berkaitan satu sama lainnya, tidak terputus pada satu hal
saja. Hal ini pun menjadi inspirasi penulis dalam penggabungan unsur-unsur tradisional
dan kontemporer, dengan pesan bahwa kehidupan saling berkaitan, sama halnya dengan
masa lampau dan masa sekarang yang saling berkaitan.
Gambar 2. Image board (Penulis, 2021)
Prototipe produk adalah perhiasan subang, salah satu jenis perhiasan tradisional
Suku Sasak. Sketsa desain subang (gambar 3) dibagi menjadi dua bagian, bagian kepala
subang dan bagian badan subang. Pada perhiasan tradisional pada umumnya, badan
subang berbentuk mengerucut. Namun, pada desain ini badan subang dimodifikasi ke
dalam bentuk gerabah, sebagai kerajinan masyarakat Lombok. Desain terinspirasi dari
penggunaan unsur alam yang kerap digunakan pada perhiasan tradisional Suku Sasak,
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
305 http://sosains.greenvest.co.id
309
pada kasus ini merupakan motif bunga nyamplung dan pucuk rebong. Unsur tradisional
kemudian digabungkan dengan unsur kontemporer, yaitu penggunaan mutiara berwarna.
Tabel 8 menjelaskan elemen ATUMICS pada desain prototipe produk subang.
Gambar 3. Sketsa desain subang (Penulis, 2021)
Tabel 8.
Elemen ATUMICS pada prototipe produk subang (Penulis, 2021)
Elemen Analisis
Keterangan
Technique
pengukiran dan penggabungan antar komponen
Utility
perhiasan subang
Material
perak atau sterling silver dan mutiara
Icon
unsur alam khas wilayah Lombok yaitu motif bunga nyamplung,
punggelan dan komposisi perak dan mutiara.
Concept
adaptasi perhiasan tradisional suku sasak dalam perhiasan
mutiara bergaya kontemporer
Shape
bentuk gerabah dengan dimensi lebar bagian kepala 25 mm dan
panjang bagian badan 25 mm.
Prototipe produk subang menggunakan teknik pengukiran dan penggabungan antar
komponen subang berukiran bunga nyamplung dan mutiara hitam/abu. Utilitas atau
kegunaan dari prototipe produk adalah sebagai perhiasan subang. Material yang
digunakan adalah perak atau sterling silver dan mutiara. Ikon dari prototipe produk anting
adalah motif bunga nyamplung, punggelan dan komposisi perak dan mutiara. Konsep
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
306
310
prototipe produk subang adalah sebagai perhiasan kontemporer. Bentuk dari prototipe
produk anting adalah bentuk bulat mengerucut dengan dimensi lebar bagian kepala 25
mm dan panjang bagian badan 25 mm.
Perhiasan subeng umumnya digunakan oleh masyarakat Lombok pada acara-acara
formal dan acara adat dengan menggunakan bahan yang beragam, mulai dari kuningan
dan emas. Pada umumnya subang memiliki bentuk mengerucut yang merupakan
perkembangan desain dari penggunaan daun lontar. Namun ada pula bentuk modifikasi
selain mengerucut seperti bentuk bulat dan geometrik.
Gambar 4. Proses Desain Subang (Penulis, 2021)
Pada desain ini, penulis menggunakan bentuk gerabah ketak yang dimodifikasi
menjadi lebih berbentuk bulat sebagai representasi kerajinan lokal yang telah dikenal
secara global. Bagian kepala subang terinspirasi dari unsur alam yang kerap digunakan
pada perhiasan tradisional Suku Sasak. Hal ini juga didukung dengan analisis tren WGSN
yang telah dilakukan, yaitu penggunaan unsur flora. Desain subang terinspirasi dari bunga
semanggi yang bentuknya dikembangkan dalam lapisan-lapisan kelopak. Ukuran
perhiasan yang cukup besar dan mendetail menjadikan perhiasan ini sebagai statement
piece.
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
305 http://sosains.greenvest.co.id
311
Gambar 5. Hasil Akhir Prototipe Produk Subang (Penulis, 2021)
Perhiasan subeng umumnya digunakan oleh masyarakat Lombok pada acara-acara
formal dan acara adat dengan menggunakan bahan yang beragam, seperti kuningan dan
emas. Dalam proses pendesainan dan pembuatan prototipe, perhiasan subeng mengalami
perubahan komposisi. Desain perhiasan subeng dikembangkan dengan mengikuti tren
namun tidak menghilangkan unsur tradisional dari perhiasan subeng itu sendiri. Bentuk
dari perhiasan subeng yang telah dikembangkan tetap mencerminkan bentuk klasik
subeng yang dimana terbagi menjadi dua bagian, dengan bagian badan yang lebih besar
dari bagian depannya. Setelah proses pendesainan, bagian depan subeng dikembangkan
menjadi berbentuk bunga dengan dengan bagian badan berbentuk bulat yang merupakan
pengembangan desain dari bentuk kerajinan khas masyarakat Lombok yaitu gerabah
ketak yang dihiasi dengan bunga semanggi di permukaannya. Mengikuti ramalan tren
yang dikemukakan oleh WGSN, desain oversized dengan penggunaan unsur alam yaitu
bunga dan memadupadankannya dengan mutiara air tawar berwarna pastel
diimplementasikan pada desain, guna menghasilkan desain yang menarik perhatian dan
lebih mengikuti tren. Penggunaan mutiara dalam desain ini memberikan kesan elegan
pada desain namun juga memberikan kesan menyenangkan dan menarik dengan
penggunaan mutiara berwarna pastel. Pada gambar 5, dapat dilihat hasil akhir dari
prototipe subeng, dengan desain dan bahan yang telah dikembangkan, perhiasan subeng
merupakan statement piece yang dapat digunakan sebagai perhiasan non formal dan
formal.
KESIMPULAN
Desain perhiasan mutiara kontemporer dengan adaptasi dari perhiasan tradisional
Suku Sasak divisualisasikan dengan penggabungan unsur tradisional dan unsur
kontemporer. adaptasi perhiasan tradisional ke dalam unsur kontemporer dapat
menggunakan metode ATUMICS, dengan cara menganalisis elemen artefak (artefact),
teknik pembuatan (technique), utilitas/kegunaan (utility), bahan (material), ikon (icon),
konsep (concept), dan bentuk (shape) dari perhiasan tradisional dan kontemporer.
Penggabungan unsur-unsur tradisional dan kontemporer dapat dilakukan ketika sudah
memahami masing-masing elemen. Berdasarkan hasil analisis pada perhiasan tradisional,
dapat dilihat bahwa adanya kesamaan pada beberapa studi kasus perhiasan tradisional,
yaitu penggunaan ikon motif unsur alam seperti punggelan, daun, dan bunga.
Eksplorasi pada budaya, lebih spesifiknya lagi perhiasan tradisional suku Sasak
sebagai inspirasi untuk desain perhiasan kontemporer, akan membantu mengangkat
kembali budaya Indonesia dengan menampilkan wajah baru perhiasan tradisional dengan
gaya yang lebih kontemporer. Hal ini didukung dengan hasil uji minat masyarakat
terhadap desain perhiasan yang menunjukkan bahwa minat akan perhiasan kontemporer
lebih tinggi.
Perancangan adaptasi desain perhiasan tradisional suku sasak dalam perhiasan
mutiara bergaya kontemporer dimulai dengan studi literatur mengenai metode yang tepat,
yaitu menggunakan metode ATUMICS. Selanjutnya, analisis pada tradisional dilakukan,
agar dapat dipilah elemen-elemen yang akan digabungkan. Studi uji minat terhadap jenis
perhiasan dan perbandingan perhiasan tradisional dan kontemporer juga dilakukan
sebagai dasar pembuatan desain prototipe desain. Dalam proses produksi prototipe
produk perhiasan, dilakukan berdasarkan rangkaian tahapan dalam pembuatan perhiasan
berbahan perak yang sudah diketahui.
Adaptasi Desain Perhiasan Tradisional Suku Sasak
dalam Perhiasan Mutiara Bergaya Kontemporer
2022
Nadya Putri Utami
dan Kahfiati Kahdar
306
312
BIBLIOGRAFI
Anggeriani, Andi Zohra. (2016). Kawasan Pedagang Kaki Lima di Makassar (Studi
Kasus Jl. Nikel Raya). Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Anoviaturrosydah, Anoviaturrosydah. (2017). Perancangan pusat produksi tekstil dan
konveksi dengan pendekatan open building di Kabupaten Tulungagung. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Hendranto, Dhyani Widiyanti. (2019). Logam Perhiasan Sebagai Ekspresi Seni
Kontemporer. Jurnal Seni Rupa Warna (JSRW), 7(1), 3746.
Ilhamuddin, Muhamad, Nururly, Santi, Rusminah, Rusminah, & Hilmiati, Hilmiati.
(2021). The Consumer Perception On Quality Of The Pearl Jewelry Crafts Products
Mataram. Jmm Unram-Master Of Management Journal, 10(1), 3240.
Krzemnicki, Michael S., & Hajdas, Irka. (2013). Age determination of pearls: A new
approach for pearl testing and identification. Radiocarbon, 55(3), 18011809.
Lufiani, Alvi. (2018). Transformasi Kriya Dalam Berbagai Konteks Budaya Pada Era
Industri Kreatif. Ars: Jurnal Seni Rupa Dan Desain, 21(2), 129135.
Maison, Astalini, Kurniawan, Dwi Agus, & Sholihah, Lintang Rofiatus. (2018). Deskripsi
sikap siswa sma negeri pada mata pelajaran fisika. Edusains, 10(1), 160167.
Monika, Isnaini. (2020). Perancangan Produk Set Perhiasan Bergaya Postmodern
Dengan Inspirasi Budaya Suku Osing. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.
Nugraha, Adhi. (2019). Perkembangan Pengetahuan dan Metodologi Seni dan Desain
Berbasis Kenusantaraan: Aplikasi Metoda ATUMICS dalam Pengembangan
Kekayaan Seni dan Desain Nusantara. Seminar Nasional Seni Dan Desain 2019,
2633. Surabaya: State University of Surabaya.
Rahman, Yulizar, Hidayat, Eka Wahyu, & Shofa, Rahmi Nur. (2020). Aplikasi
Augmented Reality Mobile Game Ucing Sumput Berbasis Gps Based Tracking.
Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 11(1), 263270.
Syafei, An Fauziah Rozani. (2021). Sejarah Kebudayaan Indonesia.
Syahid, Achmad, Tulung, Jeane Marie, Janis, Yanice, & Kalampung, Yan O. (2019).
Generasi milenial: diskursus teologi, pendidikan, dinamika psikologis dan kelekatan
pada agama di era banjir informasi. Rajawali Pers.
Tamrin, Husnu. (2015). Enkulturisasi dalam Kebudayaan Melayu. Al-Fikra: Jurnal
Ilmiah Keislaman, 14(1), 98148.
Tung, Fang Wu. (2012). Weaving with Rush: Exploring Craft-Design Collaborations in
Revitalizing a Local Craft. International Journal of Design, 6(3).
Utama, I. Wayan Budi. (2013). Memudarnya Batas Sakral Profan Dalam Keberagaman
Umat Hindu Di Bali. Widya Dharma (UNHI) Press 2013.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.