Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
297 http://sosains.greenvest.co.id
peningkatan angka terhadap ekspor mutiara dari Indonesia, sama halnya dengan kenaikan
angka peminat dan pengguna perhiasan secara global. Namun bersamaan dengan hal
tersebut, terdapat kurangnya minat masyarakat muda Indonesia akan produk lokal yang
memiliki unsur tradisional yang dimana dipengaruhi oleh globalisasi dan perkembangan
teknologi. Hal ini didukung oleh pernyataan Fang Wu Tung, kriya itu sejatinya tidak
statis, melainkan kemampuan untuk senantiasa berevolusi, bertransformasi dan
beradaptasi pada kehidupan modern (Tung, 2012).
Konsep tradisi seringkali diasosiasikan dengan sesuatu yang kuno atau jauh dari
modernitas yang dimana sepertinya memandang tradisi dalam bentuk kata sifatnya;
tradisional. Menurut Green, tradisional merupakan suatu kondisi menjadi tradisi, suatu
kepercayaan dan nilai-nilai lama, praktek masa lalu, yang menolak pengaruh dari
berbagai cara, nilai, dan kreasi modern (Utama, 2013). Namun Nugraha, tradisi
merupakan suatu masa lalu yang berada pada saat ini, bahkan sangat kuat menjadi bagian
masa kini seolah-olah sebuah inovasi saat ini (Nugraha, 2019). Dengan kekayaan tradisi
dan budaya, Pulau Lombok memiliki potensi besar untuk mengembangkan kearifan lokal
dengan mengawinkannya dengan ilmu pengetahuan modern. Ditambah lagi dengan
keunikan budaya yang beragam dan masing-masing keragaman itu memiliki keunikan
yang distingtif, sehingga menghasilkan produk yang inovatif (Lufiani, 2018).
Sejatinya, industri kreatif kerajinan perhiasan mutiara di Lombok sudah cukup dikenal di
masyarakat luas, namun minat publik akan perhiasan mutiara Lombok tidak setinggi
peminat mutiara. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian produsen perhiasan mutiara
akan desain perhiasan yang menyebabkan desain perhiasan menjadi monoton dan kurang
mengikuti perkembangan zaman, ditambah lagi dengan pesatnya perkembangan tren
perhiasan. Industri ini merupakan kategori industri fashion yang perubahannya mengikuti
tren global sehingga desain perhiasan harus merespon perubahan tersebut (Ilhamuddin,
Nururly, Rusminah, & Hilmiati, 2021).
Tujuan lainnya, untuk memperkenalkan budaya suku Sasak atau budaya artefak
Lombok dalam segi bentuk, cerita dan detail ke dalam perhiasan mutiara kontemporer.
Ditambah lagi dengan keunikan budaya yang beragam dan masing-masing keragaman itu
memiliki keunikan yang distingtif, sehingga menjadi produk yang inovatif. Menurut
Tung, penambahan karakter otentik pada sebuah karya dengan mengadaptasi fitur lokal
dapat menjadi strategi untuk mengembangkan sebuah produk. Produk yang merefleksikan
perbedaan yang distingtif serta merupakan ekspresi diri. Karya atau produk semacam
itulah yang mampu masuk ke ceruk pasar khusus sekaligus membangun identitas budaya
dalam pasar global (Syahid, Tulung, Janis, & Kalampung, 2019). Untuk alasan ini,
produk industri kreatif yang terhubung dengan budaya memiliki posisi yang kuat untuk
merespons pada pernyataan-pernyataan tersebut, penanaman karakteristik budaya dengan
mengadaptasi desain atau detail dari produk artefak budaya kedalam produk kontemporer
dapat menjadi strategi untuk pengembangan produk yang mencerminkan ekspresi diri
yang unik dan otentik.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan adaptasi perhiasan tradisional Suku
Sasak dalam perhiasan mutiara bergaya kontemporer dengan menggunakan metode
ATUMICS, dan menghasilkan visualisasi dalam bentuk desain dan produk terhadap
adaptasi desain perhiasan tradisional Suku Sasak dalam perhiasan mutiara bergaya
kontemporer.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode gabungan (mixed methods) yang
dimana menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian campuran