322 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOL 2 NO 2 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KECANDUAN SMARTPHONE
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MAHASISWA TINGKAT I DI
STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
Rifqi Eka Nuryana
1
, Ando Fikri Hakim
2
dan Pandith Arismunandar
3
1,2,3
Program Studi D3 Kebidanan, STIKes Budi Luhur Cimahi, Indonesia
Corresponding Author : Rifqi Eka Nuryana¹
Email : [email protected], Hakimandofikri1@gmail.com dan
Info Artikel :
Diterima : 27 Januari 2022
Disetujui :
Dipublikasikan :
Keywords:
Aktivitas Fisik,
Kecanduan
Smartphone,
Hipertensi,
Keywords:
Physical
Activity,
Smartphone
Addiction,
Hypertension
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi bersifat abnormal yang
ditandai dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90
mmHg, hipertensi juga merupakan penyakit yang bersifat silent killer. Salah satu faktor
risiko hipertensi yang dapat diubah yaitu kurangnya aktivitas fisik. Tujuan : Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan kecanduan smartphone
dengan kejadian hipertensi pada mahasiswa tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional. Metode sampling yang digunakan adalah Stratified
Proportional Random Sampling dengan jumlah 59 mahasiswa tingkat I di STIKes Budi
Luhur Cimahi. Hasil : Hasil analisis yang digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji
Sommers’d dengan α <0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat aktivitas fisik
paling banyak pada mahasiswa adalah pada tingkat tinggi yaitu sebanyak 22 mahasiswa
(32,3%). Tingkat intensitas penggunaan smartphone paling banyak adalah pada tingkat
adiksi (50,8%). Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu adanya
perubahan pola aktivitas pada mahasiswa dengan cara mengikuti kegiatan
keorganisasian sehingga mampu menaikkan tingkat aktivitas fisik mahasiswa untuk
meminimalkan risiko peningkatan tekanan darah.
ABSTRACT
Background : Hypertension is abnormally high blood pressure characterized by systolic
blood pressure 140 mmHg and diastolic blood pressure 90 mmHg, hypertension is also
a disease that is a silent killer. One of the modifiable risk factors for hypertension is lack
of physical activity. Purpose : This study aims to determine the relationship between
physical activity and smartphone addiction with the incidence of hypertension in level I
students of STIKes Budi Luhur Cimahi. Method : This study uses a correlational analytic
design using a Cross Sectional approach. The sampling method used is Stratified
Proportional Random Sampling with a total of 59 first-level students at STIKes Budi
Luhur Cimahi. Results : The results of the analysis used the Kolmogorov-Smirnov test
and the Sommers'd test with <0.05. The results of this study indicate that the highest
level of physical activity in students is at a high level, namely as many as 22 students
(32.3%). The level of intensity of smartphone use is mostly at the level of addiction
Hubungan Aktivitas Fisik dan Kecanduan
Smartphone dengan Kejadian Hipertensi Pada
Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
2022
Rifqi Eka Nuryana
,
Ando Fikri Hakim
dan Pandith Arismunandar
323
(50.8%). Conclusion : Based on the results of this study, it is necessary to change the
pattern of activity in students by participating in organizational activities so as to
increase the level of physical activity of students to minimize the risk of increasing blood
pressure.
PENDAHULUAN
Pada era teknologi saat ini smartphone dipandang sebagai salah satu kebutuhan
utama untuk mencari informasi dan berkomunikasi dari siswa, mahasiswa, karyawan,
usahawan, dan dari berbagai kalangan membutuhkannya (Nadhila, 2013). Senada dengan
penelitian sharma bahwa pemuda/i adalah dasar utama dari perkembangan teknologi dan
juga mereka berada pada kelompok usia yang aktif dalam menggunakan smartphone dan
juga memiliki hasrat tidak dapat lepas dari menggunakan smartphone seharian (Sharma,
2012).
Smartphone sedang menjadi fenomena yang sangat dahsyat. Penggunaan
smartphone kini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Alat ini dapat menjadi
sarana komunikasi, hiburan di waktu senggang, alat pencari informasi dan pengelolaan data
atau tugas dalam. Motif seseorang dalam menggunakan smartphone cukup beragam, antara
lain karena kecanggihan fitur, akses internet yang cepat, kemudahan dalam mengakses
sosial media, sarana hiburan dan membantu dalam mengerjakan tugas sekolah atau kantor
(Iskandar, 2011).
Survei International Data Corporation (IDC) menyatakan bahwa 80% individu
memeriksa smartphone setelah bangun tidur pada pagi hari kurang dari 15 menit, dengan
subjek yang berusia 18 24 tahun memeriksa smartphone pada pagi hari hanya untuk
bermain game dan untuk memeriksa notifikasi pada sosial media yang dimiliki (Waskitha,
2017).
Rangkaian laporan The New Global Digital (2018) dari We Are Social dan Hootsuite
mengungkapkan bahwa sekarang ada lebih dari 4 miliar orang di seluruh dunia yang
menggunakan internet. Sekitar sepertiga orang mengatakan mereka merasa terputus (34%)
atau tersesat (29%) tanpa internet, jika mereka tidak bisa online, dan 17% mengatakan
mereka merasa stres. Separuh dari semua orang dewasa (50%) mengatakan hidup mereka
akan membosankan jika mereka tidak bisa mengakses internet (Kemp, 2019).
Menurut laporan The New Global Digital (2021), waktu yang dihabiskan pengguna
WhatsApp di Indonesia yaitu sekitar 30,8 jam per bulan, Facebook 17 jam per bulan,
Instagram 17 jam per bulan, TikTok 13,8 jam per bulan, kemudian Twitter 8,1 jam per
bulan. Dari sekian banyak layanan video streaming, YouTube masih menduduki posisi
teratas dengan rata-rata waktu penggunaan 25,9 jam per bulan.
Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 ini mencapai 202,6 juta jiwa
berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah populasi di
Indonesia mencapai Total 274,9 juta jiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada
awal 2021 mencapai 73,7 persen. Hal tersebut dimuat dalam laporan terbaru yang dirilis
oleh layanan manajemen konten Hootsuite, dan agensi pemasaran media sosial We Are
Social dalam laporan bertajuk "Digital 2021".
Berdasarkan data dari We Are Social nama Indonesia tercatat dalam daftar 10 besar
negara yang kecanduan media sosial. Posisi Indonesia berada di peringkat sembilan dari 47
negara yang dianalisis. Hootsuite melaporkan bahwa dari berbagai jenis perangkat tersebut,
smartphone menjadi perangkat yang paling populer. Pengguna internet Indonesia (usia 16
hingga 64 tahun) yang memiliki telepon genggam adalah 98,3 persen.
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
324 http://sosains.greenvest.co.id
Berdasarkan hasil data dari Kemkominfo pada tahun 2014 pengguna smartphone di
tanah air diperkirakan ada 270 juta digunakan oleh penduduk Indonesia yang sudah
melebihi penduduk Indonesia yang hanya sekitar 250 juta jiwa. Sedangkan penggunaan
smartphone di Indonesia didominasi oleh remaja berusia 15-19 tahun sebesar 80%
(Mawitjere, Onibala, & Ismanto, 2017). Data statistik di Indonesia menunjukkan,
mayoritas masyarakat saat ini menggunakan smartphone untuk hiburan, seperti media
sosial, games¸dan belanja online (Pinasti & Kustanti, 2018). Dengan perolehan data di atas
serta fungsi smartphone yang saat ini bukan hanya untuk sms dan telepon, namun sudah
lebih banyak lagi fungsi dari smartphone tersebut yang dapat ”mengikat” individu yang
menggunakannya untuk terus menggunakan smartphone miliknya hingga menjadikan
individu tersebut mengalami kecanduan smartphone.
Secara umum, adiksi atau kecanduan terjadi ketika individu selalu merasa terdorong
pada aksi menggunakan suatu benda tertentu (Alavi et al., 2012). Kecanduan
smartphone/telepon genggam merupakan ketidakmampuan individu dalam mengontrol
waktu menggunakan smartphone yang seringkali menghabiskan waktu yang berlebihan,
sehingga dapat menyebabkan perasaan cemas dan masalah di dalam kehidupan mereka.
Telepon genggam menjadi perangkat favorit pengguna internet untuk mengakses
internet. Tercatat ada 96,4 persen atau 195,3 juta orang Indonesia yang mengakses internet
melalui ponsel genggamnya. Pengguna internet Indonesia rata-rata menghabiskan waktu
selama 8 jam 52 menit untuk berselancar di internet.
Aktivitas berinternet yang paling digemari oleh pengguna internet Indonesia ialah
bermedia sosial. Saat ini, ada 170 juta jiwa orang Indonesia yang merupakan pengguna
aktif media sosial. Rata-rata dari mereka menghabiskan waktu 3 jam 14 menit di platform
jejaring sosial. Selain media sosial, aktivitas lain yang sering dilakukan oleh pengguna
internet Indonesia ialah: menonton televisi (baik streaming atau broadcast) selama 2 jam
50 menit; membaca berita dari perusahaan media (online atau cetak) selama 1 jam 38 menit;
mendengarkan musik di layanan streaming selama satu jam 30 menit. Konten berbasis
audio, seperti podcast dan radio, menjadi konten yang paling sedikit diakses oleh pengguna
internet Indonesia. Rata-rata pengguna internet Indonesia hanya menghabiskan waktu tak
lebih dari 44 menit untuk mendengarkan radio atau podcast. Di samping itu, menurut
laporan Digital 2021, hampir semua pengguna internet Indonesia atau sekitar 98,5 persen
menonton video online setiap bulannya. Sedangkan sebanyak 74,3 persen pengguna
internet Indonesia juga menonton video blog (vlog) setiap bulannya.
Smartphone membawa banyak manfaat bagi penggunanya. Sayangnya, tak banyak
yang menyadari dampak negatif smartphone bila pemakaiannya tidak terkontrol dan
berlebihan. Kebiasaan inilah yang kemudian bisa menimbulkan risiko berbagai gangguan
kesehatan. Gaya hidup malas gerak atau dikenal dengan istilah 'mager' kini menjadi
kebiasaan banyak orang, terutama di kalangan usia produktif. Hal ini dikarenakan semua
kebutuhan bisa dipenuhi secara praktis dengan bantuan teknologi.
Kebiasaan malas gerak pada era digital hampir dialami oleh semua orang pasalnya
berbagai sektor dalam kehidupan kini dapat kita lakukan walaupun kita hanya duduk dan
berdiam diri di rumah seperti belajar secara daring, berbelanja dengan online shop, rapat
dan seminar dengan virtual meeting, bahkan bermain dengan teman sekalipun kini dapat
dilakukan melalui teknologi digital yang mana hal demikian akan menyebabkan seseorang
mengalami pola hidup sedentary.
Seseorang yang mempunyai gaya hidup kurang aktif rentan mengalami penyakit
jantung dimana hal tersebut tidak hanya berlaku terhadap lansia saja tetapi juga pada
seseorang di usia produktif yang memang memiliki pola hidup sedentary karena pola hidup
minim gerak tersebut merupakan faktor terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.
Hubungan Aktivitas Fisik dan Kecanduan
Smartphone dengan Kejadian Hipertensi Pada
Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
2022
Rifqi Eka Nuryana
,
Ando Fikri Hakim
dan Pandith Arismunandar
325
Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari dari 60% penyebab
kematian di dunia adalah akibat penyakit tidak menular, antara lain obesitas, diabetes,
hipertensi, penyakit jantung, osteoporosis, osteoarthritis, dan kanker. Bahkan, kurang
aktivitas fisik diketahui sebagai peringkat ke-4 penyebab kematian di dunia. Kebanyakan
anak muda sangat betah di depan layar gadget sehingga mereka menomorduakan aktivitas-
aktivitas lainnya, termasuk aktivitas fisik. Apabila hal ini terus menerus terjadi, pengguna
gadget tentu akan berisiko berujung pada kematian.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Norma terhadap 243 responden lansia
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik sehari-hari
dengan derajat hipertensi pada lansia di Kota Batu. Dalam penelitian tersebut diungkapkan
bahwa semakin meningkatnya aktivitas fisik maka semakin rendah derajat hipertensi pada
responden (Sumarta, 2020). Pada penelitian yang dilakukan oleh Anik Supriani, dkk dalam
jurnal hubungan penggunaan gadget dengan tekanan darah didapatkan hasil bahwa pada
hasil uji statistic ditemukan adanya hubungan penggunaan gadget dengan tekanan darah
pada mahasiswa ilmu keperawatan tingkat 1 STIKes Dian Husada Mojokerto (Supriani,
Irawan, Kushayati, Rosyidah, & Kiftiyah, 2020). Selaras dengan penelitian tersebut dalam
penelitian yang dilakukan oleh Cassidy-Bashrow menunjukkan bahwa pengguna gadget
berat memiliki risiko peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan pengguna
ringan (Cassidy-Bushrow, Johnson, Peters, Burmeister, & Joseph, 2015). Adapun dalam
penelitian yang dilakukan oleh Yunfei Zou, dkk bahwa survey yang mereka lakukan pada
2639 siswa sekolah menengah pertama di salah satu district di kota Wuhu China memiliki
prevalensi hipertensi yang tinggi yang mana hal demikian terkait dengan obesitas,
kurangnya kualitas tidur dan kecanduan smartphone (Zou, Xia, Zou, Chen, & Wen, 2019).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13
Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi dimana 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita di dunia menderita hipertensi. Jumlah
penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025
akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Organization, 2019). Salah satu
statistik yang mengejutkan, dari tahun 2004 hingga 2017 prevalensi tekanan darah tinggi
pada orang yang berusia 21 tahun hingga 36 tahun melonjak 16%. Dibandingkan dengan
Gen X ketika mereka berada pada usia yang sama, hipertensi pada generasi milenial 10%
lebih tinggi.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.13%)
diikuti oleh Jawa Barat sebesar (39,6%), sedangkan yang terendah, yaitu di Papua sebesar
(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun
(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui
bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi
tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga
tidak mendapatkan pengobatan (RI, 2019).
Penemuan penderita hipertensi yang berobat ke Puskesmas di Kota Cimahi dari
laporan pemegang program, tahun 2019 sebanyak 76.511 (20,88%). Temuan kasus
hipertensi ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 36,99%, jumlah kasus
hipertensi Kota Cimahi masih melebihi angka nasional berdasarkan Riskesdas 2018 yaitu
34,1%. Sementara jumlah pasien hipertensi yang mendapat pelayanan sebesar 73% dari
jumlah sasaran estimasi penderita hipertensi usia 15 tahun [19]. Tekanan darah tinggi
biasanya terjadi pada orang tua namun kini banyak juga anak muda yang mengalami
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
326 http://sosains.greenvest.co.id
masalah tekanan darah tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa masalah salah
satunya, yaitu kurangnya aktivitas fisik atau jarang bergerak.
Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang berada di atas 140 mmHg sistolik
(bacaan atas yang menunjukkan tekanan di arteri saat jantung berkontraksi) atau lebih dari
90 mmHg diastolik (bacaan bawah yang merupakan tekanan di antara detak jantung. Aaron
Baggish, MD, dari Massachusetts General Hospital mengungkapkan bahwa "Jantung
membutuhkan tantangan untuk memompa darah ke seluruh tubuh agar tetap lentur dan
berfungsi secara normal," Tetapi dengan adanya gawai, kendaraan pribadi, transportasi
online, dan perangkat canggih lainnya yang bisa membuat hidup semakin praktis, membuat
para generasi milenial tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup.
Hasil Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Agustus 2021
terhadap 10 mahasiswa tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi didapatkan hasil bahwa
sebagian besar yaitu 5 mahasiswa (50%) memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi,
sebagian besar mahasiswa yaitu 6 mahasiswa (60%) mengalami adiksi terhadap
smartphone dan sebagian besar mahasiswa yaitu 6 mahasiswa (60%) mempunyai nilai
tekanan darah dalam rentang normal. Rumusan masalah penelitian ini adakah hubungan
Aktivitas Fisik dan Kecanduan Smartphone dengan Kejadian Hipertensi Pada Mahasiswa
Tingkat I Di STIKes Budi Luhur Cimahi. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui
Hubungan Kurangnya Aktivitas Fisik dan Kecanduan Smartphone dengan Kejadian
Hipertensi pada Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Survei Cross Sectional, peneliti
menggunakan rancangan penelitian ini karena peneliti melakukan pengumpulan data sekali
saja (Point Time Approach) dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variabel subjek pada saat pemeriksaan [53].
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I tahap akademik reguler di
STIKes Budi Luhur Cimahi sebanyak 141 mahasiswa. (Sumber : BAA STIKes Budi Luhur
Cimahi, 2021). Dari beberapa rumus yang ada, peneliti menggunakan rumus slovin dimana
rumus ini digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang dibutuhkan sebagai
responden. Rumus slovin sebagai berikut :
󰇛󰇜
Keterangan :
n : Besar Sampel
N : Besar Populasi
d : Tingkat signifikansi () (0,1)
Hubungan Aktivitas Fisik dan Kecanduan
Smartphone dengan Kejadian Hipertensi Pada
Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
2022
Rifqi Eka Nuryana
,
Ando Fikri Hakim
dan Pandith Arismunandar
327
ni =


· 59
ni = 18
ni =


· 59
ni = 10
Banyaknya sampel yang diperoleh setelah perhitungan dengan menggunakan rumus
Slovin ialah 59 sample mahasiswa pada penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah Stratified Proportional Random Sampling, yaitu suatu populasi yang
terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen dan
berstrata secara proporsional [52].
Rumus :
Keterangan :
ni = Jumlah anggota sampel menurut stratum.
n = Jumlah anggota sampel seluruhnya.
Ni = Jumlah anggota populasi menurut stratum.
N = jumlah anggota populasi seluruhnya.
Maka jumlah anggota sampel berdasarkan Prodi dalam Tingkat I yaitu
Tingkat I Prodi Pendidikan Ners
Tingkat I Prodi DIII keperawatan
Tingkat I Prodi DIII Kebidanan
n =


󰇛

󰇜
=

󰇛󰇜
=


=


n = 59
ni =

· n
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
328 http://sosains.greenvest.co.id
Alur Penelitian
Gambar 1. Alur Penelitian.
Analisis Data
1. Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian [49]. Variabel pada penelitian ini meliputi variabel independen
yaitu aktivitas fisik dan kecanduan smartphone dan variabel dependennya yaitu kejadian
hipertensi.

Keterangan :
f = presentase
x = jumlah yang didapat
n = jumlah sampel
2. Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi. Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan dependen, yaitu hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi, dan
hubungan kecanduan Smartphone dengan kejadian Hipertensi. Dalam penelitian ini,
analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square (X2) bila tidak terdapat cell yang
memiliki nilai harapan < 5, dan apabila terdapat cell yang memiliki nilai harapan < 5 maka
akan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov bagi korelasi cells 2xk dan uji Somers’d
bagi korelasi cells 3x3. Analisis ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara dua proporsi
atau lebih sehingga bisa diketahui apakah ada atau tidak ada hubungan yang bermakna jika
dilihat secara statistik.
Hubungan Aktivitas Fisik dan Kecanduan
Smartphone dengan Kejadian Hipertensi Pada
Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
2022
Rifqi Eka Nuryana
,
Ando Fikri Hakim
dan Pandith Arismunandar
329
Dalam penelitian ini, derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan
sebesar 5%. Sehingga bisa diasumsikan jika nilai < α (0,05) disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel
yang diteliti. Sedangkan, jika nilai > α (0,05) berarti hasil perhitungan statistik tidak
bermakna atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kampus STIKes Budi Luhur Cimahi pada
responden mahasiswa tingkat I yang berusia 18-19 tahun. Waktu penelitian akan
berlangsung sekitar bulan Juni-September 2021 dan untuk pengambilan data akan
dilakukan pada bulan agustus 2021.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
a. Gambaran Aktivitas Fisik Mahasiswa Tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Mahasiswa Tingkat I
STIKes Budi Luhur Cimahi
Aktivitas Fisik
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Rendah
19
32.2
Sedang
18
30.5
Tinggi
22
37.3
Total
59
100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2021
b. Gambaran Kecanduan Smartphone Mahasiswa Tingkat I STIKes Budi Luhur
Cimahi
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Kecanduan Smartphone Mahasiswa Tingkat I
STIKes Budi Luhur Cimahi
Kecanduan Smartphone
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Adiksi
30
50.8
Tidak Adiksi
29
49.2
Total
59
100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2021
c. Gambaran Kejadian Hipertensi Mahasiswa STIKes Budi Luhur Cimahi
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Hipertensi Mahasiswa Tingkat I
STIKes Budi Luhur Cimahi
Hipertensi
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Hipertensi Stage 1
1
1.7
Prehipertensi
13
22.0
Normal
45
76.3
Total
59
100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2021
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
330 http://sosains.greenvest.co.id
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Aktivitas Fisik dengan kejadian Hipertensi pada Mahasiswa Tingkat I
di STIKes Budi Luhur Cimahi
Tabel 4.
Hasil Uji Korelasi Somers’d Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Hipertensi pada Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
Aktivitas
Fisik
Tekanan Darah
Total
R
Nilai
Stage 1
PreHipertensi
Normal
Rendah
0
1
18
19
-0,445
0,003
Sedang
0
4
14
18
Tinggi
1
8
13
22
Total
1
13
45
59
Sumber : Hasil Penelitian 2021
b. Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kejadian Hipertensi pada Mahasiswa
Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
Tabel 5.
Hasil Uji Analisis Kolmogorov-Smirnov Hubungan Kecanduan Smartphone dengan
Kejadian Hipertensi pada Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
Kecanduan
Smartphone
Tekanan Darah
Total
Nilai
Stage 1
PreHipertensi
Normal
F
%
F
%
F
%
F
%
Adiksi
1
3.3%
8
26.7%
21
70.0%
30
100%
0.970
Tidak Adiksi
0
0%
5
17.2%
24
82.8%
29
100%
Total
1
1.7%
13
22.0%
45
76.3%
59
100%
Sumber : Hasil Penelitian 2021
Setelah dilakukan pengolahan data statistik dan analisa menggunakan analisa
univariat dan bivariat dari setiap variabel, hasil penelitian akan diuraikan dan ditunjang
dengan landasan teori yang mendukung agar lebih memahami mengenai hubungan
aktivitas fisik dan kecanduan smartphone dengan kejadian hipertensi pada mahasiswa
tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi, pembahasan mengenai masing-masing variabel dan
hubungan variabel sebagai berikut :
1. Gambaran Aktivitas Fisik Mahasiswa Tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi
Berdasarkan dari analisis pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa pada 59
responden mahasiswa tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi didapatkan sebagian besar
mahasiswa yaitu 22 mahasiswa (37.3%) memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi, dan
sebagian kecil yaitu 18 mahasiswa (30.5%) memiliki tingkat aktivitas fisik sedang,
sedangkan mahasiswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik rendah ada 19 mahasiswa
(32.2%).
Berdasarkan dari hasil analisis peneliti melakukan penghitungan nilai rata-rata
aktivitas fisik responden berdasarkan instrumen, yaitu dari 7 responden yang memiliki pola
kebiasaan aktivitas fisik berat memiliki nilai frekuensi rata-rata 4 hari dalam seminggu
dengan durasi 64 menit per hari. Aktivitas fisik sedang sebanyak 36 responden dengan
frekuensi 4 hari dalam seminggu dengan durasi per harinya 50 menit. Bepergian dengan
jalan kaki atau bersepeda sebanyak 32 responden dengan frekuensi 4 hari dalam seminggu
dengan durasi 27 menit per hari. Olah raga berat sebanyak 19 responden dengan frekuensi
Hubungan Aktivitas Fisik dan Kecanduan
Smartphone dengan Kejadian Hipertensi Pada
Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
2022
Rifqi Eka Nuryana
,
Ando Fikri Hakim
dan Pandith Arismunandar
331
2 hari dalam seminggu dengan durasi 50 menit per hari. Olahraga sedang sebanyak 42
responden dengan frekuensi 3 hari dalam seminggu dengan durasi 26 menit per hari.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan energi [20]. Aktivitas fisik secara luas diartikan sebagai olahraga sehari - hari,
pekerjaan, aktivitas di waktu luang, dan transportasi aktif [21]. Mahasiswa STIKes Budi
Luhur Cimahi sebagian besar memiliki aktivitas fisik yang tinggi, peneliti berpendapat
bahwa hal ini dapat terjadi karena ditunjang dengan adanya organisasi atau ekstrakurikuler
yang dapat menyalurkan minat mahasiswa dalam bidang olahraga seperti bela diri, basket,
voli dan badminton yang rutin diadakan tiap minggunya.
2. Gambaran Kecanduan Smartphone Mahasiswa Tingkat I STIKes Budi Luhur
Cimahi
Berdasarkan dari analisis pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa pada 59
responden mahasiswa tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi didapatkan lebih dari setengah
mahasiswa yaitu 30 mahasiswa (50,8%) mengalami kecanduan smartphone sedangkan 29
mahasiswa (49,2%) tidak mengalami kecanduan smartphone.
Kecanduan smartphone merupakan ketidakmampuan individu dalam mengontrol
waktu menggunakan smartphone yang seringkali menghabiskan waktu yang berlebihan,
sehingga dapat menyebabkan perasaan cemas dan masalah di dalam kehidupan mereka
[10].
Sebagian besar mahasiswa tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi mengalami
kecanduan smartphone dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa kejadian tersebut selaras
dengan perubahan zaman menuju era digital dimana sektor edukasi kini merambah pada
dunia virtual yang semula pembelajaran dilakukan secara tatap muka tetapi sekarang proses
pembelajaran dapat dilakukan secara virtual. Hal ini yang menyebabkan mahasiswa mulai
terbiasa dan tidak dapat lepas dengan smartphone.
Pada era teknologi saat ini smartphone dipandang sebagai salah satu kebutuhan
utama untuk mencari informasi dan berkomunikasi dari siswa, mahasiswa, karyawan,
usahawan, dan dari berbagai kalangan membutuhkannya [1].
3. Gambaran Hipertensi Mahasiswa Tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi
Berdasarkan dari analisis pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa pada 59
responden mahasiswa tingkat I STIKes Budi Luhur Cimahi didapatkan 1 mahasiswa
(1,7%) mengalami hipertensi stage 1, 13 mahasiswa (22,0%) mengalami prehipertensi dan
45 mahasiswa (76,3%) memiliki tekanan darah normal.
Peneliti berpendapat bahwa sebagian besar dari mahasiswa tingkat I STIKes Budi
Luhur Cimahi memiliki tekanan darah yang normal ditunjang oleh berbagai faktor seperti
tingkat aktivitas fisik yang tinggi, hanya segelintir mahasiswa yang memiliki riwayat
hipertensi keluarga, dan umur responden yang masih terbilang muda yaitu remaja.
4. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Mahasiswa Tingkat
I di STIKes Budi Luhur Cimahi
Berdasarkan dari analisis tabel 4.4 diatas diperoleh hasil bahwa pada hasil analisis
uji Somers’d menunjukkan nilai sebesar 0,003 < α (0,05) maka Ha diterima yang artinya
terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada mahasiswa tingkat
I di STIKes Budi Luhur Cimahi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Norma Hanifah (2020) dalam penelitiannya didapatkan hasil yaitu semakin meningkatnya
aktivitas fisik maka semakin rendah derajat hipertensi responden [12]. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Renny Fitriana dkk menyebutkan bahwa remaja yang aktivitasnya tidak
Volume 2, Nomor 2, Februari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
332 http://sosains.greenvest.co.id
aktif mempunyai risiko terjadinya hipertensi 7,86 kali lebih besar dibandingkan dengan
remaja yang aktif dalam beraktivitas.
Teori keperawatan yang dihubungkan pada penelitian ini adalah teori model
keperawatan Virginia Henderson yaitu “Mendefinisikan keperawatan sebagai membantu
individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi
terhadap kesehatan dan penyembuhannya, dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakanya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan”. Berdasarkan pada teori 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia
Henderson, penelitian ini berfokus pada kebutuhan bergerak dan menjaga posisi tubuh
yang diinginkan.
5. Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kejadian Hipertensi pada Mahasiswa
Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
Berdasarkan dari analisis tabel 4.5 diatas diperoleh hasil bahwa hasil analisis uji
kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai sebesar 0,970 > α (0,05) maka H0 diterima yang
artinya tidak terdapat hubungan antara kecanduan smartphone dengan kejadian hipertensi
pada mahasiswa tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Annisha Nursita dkk terkait dengan hipertensi pada remaja didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan signifikan antara status gizi IMT dan riwayat hipertensi keluarga pada
hipertensi. Adapun faktor paling dominan yang mempengaruhi hipertensi remaja adalah
riwayat hipertensi keluarga (Angesti, Triyanti, & Sartika, 2018).
Peneliti berpendapat bahwa faktor-faktor pendukung terjadinya hipertensi pada
responden dalam penelitian ini sangatlah minim seperti usia responden yang masih
terbilang sangat muda yaitu rentang usia remaja, sedikit responden yang memiliki riwayat
keluarga dengan hipertensi, sedikit responden yang mengalami obesitas dan tingkat
aktivitas fisik responden yang baik maka dari itu responden yang mengalami hipertensi
pada penelitian ini hanya terdiri dari 1 orang saja, hal tersebut dirasa dapat menyebabkan
kurangnya data kejadian hipertensi dalam menunjang penelitian ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan aktivitas fisik dan
kecanduan smartphone dengan kejadian hipertensi pada mahasiswa tingkat I STIKes Budi
Luhur Cimahi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian mahasiswa yaitu 22
mahasiswa (37.3%) memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Lebih dari setengah
mahasiswa yaitu 30 mahasiswa (50,8%) mengalami kecanduan smartphone sedangkan 29
mahasiswa (49,2%) tidak mengalami kecanduan smartphone. Lebih dari setengah
mahasiswa yaitu 45 mahasiswa (76,3%) memiliki tekanan darah normal, sebagian kecil
yaitu 1 mahasiswa (1,7%) mengalami hipertensi stage 1, sedangkan mahasiswa yang
memiliki tekanan darah pada tahap prehipertensi terdapat 13 mahasiswa (22,0%). Ada
hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada mahasiswa tingkat I di
STIKes Budi Luhur Cimahi. Tidak ada hubungan antara kecanduan smartphone dengan
kejadian hipertensi pada mahasiswa tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi.
REFERENCES
Alavi, Seyyed Salman, Ferdosi, Masoud, Jannatifard, Fereshte, Eslami, Mehdi,
Alaghemandan, Hamed, & Setare, Mehrdad. (2012). Behavioral addiction versus
substance addiction: Correspondence of psychiatric and psychological views.
Hubungan Aktivitas Fisik dan Kecanduan
Smartphone dengan Kejadian Hipertensi Pada
Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
2022
Rifqi Eka Nuryana
,
Ando Fikri Hakim
dan Pandith Arismunandar
333
International Journal of Preventive Medicine, 3(4), 290.
Angesti, Annisa Nursita, Triyanti, Triyanti, & Sartika, Ratu Ayu Dewi. (2018). Riwayat
Hipertensi Keluarga Sebagai Faktor Dominan Hipertensi pada Remaja Kelas XI SMA
Sejahtera 1 Depok Tahun 2017. Buletin Penelitian Kesehatan, 46(1), 110.
Cassidy-Bushrow, Andrea E., Johnson, Dayna A., Peters, Rosalind M., Burmeister,
Charlotte, & Joseph, Christine L. M. (2015). Time spent on the internet and
adolescent blood pressure. The Journal of School Nursing, 31(5), 374384.
Iskandar, I. (2011). Motif mahasiswa untuk menggunakan ponsel pintar di surabaya.
Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
Kemp, Simon. (2019). Digital 2019: Global digital overview. Retrieved from Datareportal:
Https://Datareportal. Com/Reports/Digital-2019-Global-Digital-Overview.
Mawitjere, Omega T., Onibala, Franly, & Ismanto, Yudi A. (2017). Hubungan lama
penggunaan gadget dengan kejadian insomnia pada siswa siswi di SMA Negeri 1
Kawangkoan. Jurnal Keperawatan, 5(1).
Nadhila, Isna. (2013). Mempermudah Hidup Manusia dengan Teknologi Modern. Jakarta:
Panamadani.
Organization, World Health. (2019). Global action plan on physical activity 2018-2030:
more active people for a healthier world. World Health Organization.
Pinasti, Dian Asa, & Kustanti, Erin Ratna. (2018). Hubungan antara empati dengan adiksi
smartphone pada mahasiswa fakultas ilmu budaya dan fakultas sains dan matematika
universitas diponegoro semarang. Jurnal Empati, 6(3), 183188.
RI, Kemenkes. (2019). Hasil Utama Riskes 2018 Kementerian Kesehatan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.
Sharma, M. (2012). Addiction of youth towards gadgets. Elixir Human Res. Mgmt. A, 42,
65686572.
Sumarta, Norma Hanifah. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari dengan Derajat
Hipertensi pada Lansia di Kota Batu. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Supriani, Anik, Irawan, Deny Riyan, Kushayati, Nuris, Rosyidah, Nanik Nur, & Kiftiyah,
Kiftiyah. (2020). Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Tekanan Darah. Journals of
Ners Community, 11(2), 179186.
Waskitha, Bangkit Galih. (2017). Hubungan Antara Stres Akademik dengan Kecanduan
Smartphone pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung
Semarang. Fakultas Psikologi UNISSULA.
Zou, Yunfei, Xia, Ning, Zou, Yunqing, Chen, Zhen, & Wen, Yufeng. (2019). Smartphone
addiction may be associated with adolescent hypertension: a cross-sectional study
among junior school students in China. BMC Pediatrics, 19(1), 18.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.