Hubungan Aktivitas Fisik dan Kecanduan
Smartphone dengan Kejadian Hipertensi Pada
Mahasiswa Tingkat I di STIKes Budi Luhur Cimahi
Rifqi Eka Nuryana
,
Ando Fikri Hakim
dan Pandith Arismunandar
325
Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari dari 60% penyebab
kematian di dunia adalah akibat penyakit tidak menular, antara lain obesitas, diabetes,
hipertensi, penyakit jantung, osteoporosis, osteoarthritis, dan kanker. Bahkan, kurang
aktivitas fisik diketahui sebagai peringkat ke-4 penyebab kematian di dunia. Kebanyakan
anak muda sangat betah di depan layar gadget sehingga mereka menomorduakan aktivitas-
aktivitas lainnya, termasuk aktivitas fisik. Apabila hal ini terus menerus terjadi, pengguna
gadget tentu akan berisiko berujung pada kematian.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Norma terhadap 243 responden lansia
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik sehari-hari
dengan derajat hipertensi pada lansia di Kota Batu. Dalam penelitian tersebut diungkapkan
bahwa semakin meningkatnya aktivitas fisik maka semakin rendah derajat hipertensi pada
responden (Sumarta, 2020). Pada penelitian yang dilakukan oleh Anik Supriani, dkk dalam
jurnal hubungan penggunaan gadget dengan tekanan darah didapatkan hasil bahwa pada
hasil uji statistic ditemukan adanya hubungan penggunaan gadget dengan tekanan darah
pada mahasiswa ilmu keperawatan tingkat 1 STIKes Dian Husada Mojokerto (Supriani,
Irawan, Kushayati, Rosyidah, & Kiftiyah, 2020). Selaras dengan penelitian tersebut dalam
penelitian yang dilakukan oleh Cassidy-Bashrow menunjukkan bahwa pengguna gadget
berat memiliki risiko peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan pengguna
ringan (Cassidy-Bushrow, Johnson, Peters, Burmeister, & Joseph, 2015). Adapun dalam
penelitian yang dilakukan oleh Yunfei Zou, dkk bahwa survey yang mereka lakukan pada
2639 siswa sekolah menengah pertama di salah satu district di kota Wuhu China memiliki
prevalensi hipertensi yang tinggi yang mana hal demikian terkait dengan obesitas,
kurangnya kualitas tidur dan kecanduan smartphone (Zou, Xia, Zou, Chen, & Wen, 2019).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13
Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi dimana 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita di dunia menderita hipertensi. Jumlah
penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025
akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Organization, 2019). Salah satu
statistik yang mengejutkan, dari tahun 2004 hingga 2017 prevalensi tekanan darah tinggi
pada orang yang berusia 21 tahun hingga 36 tahun melonjak 16%. Dibandingkan dengan
Gen X ketika mereka berada pada usia yang sama, hipertensi pada generasi milenial 10%
lebih tinggi.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.13%)
diikuti oleh Jawa Barat sebesar (39,6%), sedangkan yang terendah, yaitu di Papua sebesar
(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun
(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui
bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi
tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga
tidak mendapatkan pengobatan (RI, 2019).
Penemuan penderita hipertensi yang berobat ke Puskesmas di Kota Cimahi dari
laporan pemegang program, tahun 2019 sebanyak 76.511 (20,88%). Temuan kasus
hipertensi ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 36,99%, jumlah kasus
hipertensi Kota Cimahi masih melebihi angka nasional berdasarkan Riskesdas 2018 yaitu
34,1%. Sementara jumlah pasien hipertensi yang mendapat pelayanan sebesar 73% dari
jumlah sasaran estimasi penderita hipertensi usia ≥ 15 tahun [19]. Tekanan darah tinggi
biasanya terjadi pada orang tua namun kini banyak juga anak muda yang mengalami