Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
210 http://sosains.greenvest.co.id
PUPUK CAIR ORGANIK DARI LIMBAH BIOETANOL DAN LIMBAH
TERNAK KAMBING: ANALISIS KADAR N, P, DAN K
Malik Musthofa dan Luthfiyah S Fikri
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
E-mail: mm160@ums.ac.id dan [email protected]m
Diterima:
26 Desember
2021
Direvisi:
09 Januari 2022
Disetujui:
15 Januari 202
Abstrak
Latar Belakang :
Pencemaran yang dihasilkan dari limbah
peternakan jika dibiarkan tanpa adanya penanganan akan
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat. Selain
limbah peternakan, limbah bioetanol (vinasse) juga memiliki
dampak yang besar bagi lingkungan karena kadar pH yang
relative asam, serta BOD dan COD yang tinggi akan
mencemari perairan.
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kadar N, P dan K.
Metode :
Metode untuk
membuat pupuk yaitu salah satunya adalah metode
fermentasi, metode ini banyak digunakan karena prosesnya
yang simpel, mudah dan juga tidak mengeluarkan banyak
biaya.
Hasil :
Pada penelitian ini, dilakukan perbedaan waktu
fermentasi dan jumlah komposisi kotoran kambing untuk
mengetahui kadar N, P, dan K yang paling efektif pada pupuk
yang dibuat.Tahapan penelitian dimulai dari persiapan bahan
dimana kotoran kambing dikeringkan terlebih dahulu
menggunakan sinar matahari. Dilanjutkan dengan proses
fermentasi dengan variasi komposisi kotoran kambing (125,
250, dan 375 gram) dan waktu fermentasi (10, 15, dan 20
hari).
Kesimpulan :
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
pupuk yang paling optimum diperoleh pada variasi komposisi
kotoran kabimg 375 gram dan waktu fermentasi 20 hari
dengan nilai N sebesar 0,17%, nilai P sebesar 0,1%, dan nilai
K sebesar 0,88%.
Kata kunci: fermentasi, kotoran kambing, pupuk organik cair,
vinasse
Abstract
Background :
Pollution generated from livestock waste if left
untreated will cause health problems in the community. In
addition to livestock waste, bioethanol waste (vinasse) also
has a big impact on the environment because of its relatively
acidic pH level, and high BOD and COD that will pollute the
waters.
Purpose :
This study aims to analyze the levels of N,
P and K.
Method:
The method for making fertilizer, one of
which is the fermentation method, this method is widely used
because the process is simple, easy and also does not cost
much.
Results :
In this study, the differences in fermentation
time and the amount of composition of goat manure were
carried out to determine the most effective levels of N, P, and
K in the fertilizer made. Followed by a fermentation process
with variations in the composition of goat manure (125, 250,
and 375 grams) and fermentation time (10, 15, and 20 days)
.
Pupuk Cair Organik dari Limbah Bioetanol dan Limbah
Ternak Kambing: Analisis Kadar N, P dan K
2022
Malik Musthofa dan Luthfiyah S Fikri 211
Conclusion : The experimental results showed that the most
optimum fertilizer was obtained at variations in the composition
of goat manure 375 grams and a fermentation time of 20 days with
a N value of 0.17%, a P value of 0.1%, and a K value of 0.88%.
Keywords: ermentation, goat manure, liquid organic fertilizer,
vinasse
Pendahuluan
Pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari limbah peternakan seperti feses, urine,
dan sisa pakan jika dibiarkan tanpa adanya penanganan lebih lanjut akan menimbulkan
gangguan kesehatan pada masyarakat di sekitar peternakan. Oleh karena itu pengolahan
kotoran ternak perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran. Salah satu cara pengolahan
kotoran ternak yaitu memanfaatkannya sebagai pupuk kandang, karena memiliki
kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan kesuburan tanah.
Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk kandang karena kandungan unsur
haranya seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) serta unsur hara mikro diantaranya
kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, dan tembaga (Hapsari, 2013). Kotoran ternak
yang biasanya digunakan sebagai pupuk yaitu kotoran kambing karena memiliki unsur hara
yang relatif tinggi jika bercampur dengan air seninya, hal tersebut tidak terjadi pada jenis
pupuk kandang lainnya seperti kotoran sapi (Trivana, dkk.,2017).
Kotoran kambing dijadikan pupuk organik karena mudah didapat, harga terjangkau
dan dapat meningkatkan pH tanah serta mengandung unsur hara N, P, K yang berpotensi
untuk menyuplai sebagian unsur hara (Sarbaina, dkk.,2021).
Selain pencemaran lingkungan dari peternakan, pencemaran lingkungan dari limbah
etanol juga melonjak. Karena kebutuhan etanol di dunia meningkat pada situasi pandemi
saat ini. Permintaan antiseptik melonjak diikuti dengan meningkatnya pasar etanol sebagai
bahan baku pembuatan sanitizer. Secara umum bioetanol dapat diproduksi dari berbagai
bahan hasil pertanian, misalnya bahan-bahan pertanian yang mengandung turunan gula
seperti molase (tetes tebu) (Kusumaningtyas, dkk.,2015).
Industri bioetanol dari molase juga akan akan menghasilkan limbah berbahaya yang
disebut vinasse. Vinasse adalah limbah cair hasil pembuatan etanol dari gula tebu dan dari
proses tersebut diperoleh produk sampingan berupa vinasse. Limbah vinasse bersifat asam
(pH 3-4), sehingga dapat menimbulkan masalah jika langsung dibuang ke aliran sungai
(Ma’rufah, dkk.,2020). Limbah vinasse ini berwarna coklat tua atau hitam, berbau,
memiliki COD dan BOD yang tinggi, bersifat korosif, serta memiliki daya pencemaran
yang tinggi apabila dibuang ke lingkungan (Kusumaningtyas, dkk.,2015). Vinasse tebu
memiliki COD yang lebih tinggi dibandingkan dengan vinasse yang diperoleh dari bahan
lain seperti gula bit, sweet sorgum, anggur, dan agave (Parsaee, dkk.,2019).
Disamping dampak negatif dari vinasse, vinasse memiliki nilai positif yaitu kaya
akan bahan organik, kalium, dan kalsium serta mengandung unsur mikro, yang berpotensi
untuk pembuatan pupuk organik cair (Ma’rufah, dkk.,2020). Vnasse memiliki tingkat
keasaman yang tinggi dan memiliki kandungan organik seperti asam amino, asam organik,
gula, polisakarida, dan protein. Selain itu vinasse bersuhu tinggi sekitar 800 ℃ (Obono, F.
dkk., 2016).
Vinasse baik encer maupun pekat dapat disebarkan kelahan pertanian atau dapat
digunakan sebagai pupuk organic. Pada lahan budidaya tebu, penerapan vinasse dapat
mensubstitusi pupuk Kalium dan sebagian Phospor. Akan tetapi, tambahan pupuk nitrogen
tetap dibutuhkan ketika vinasse ini disebar ke tanah (Sadewo, 2017).
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
212 http://sosains.greenvest.co.id
Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan adalah dengan merubah vinasse menjadi
pupuk organik. Limbah vinasse mengandung unsur-unsur seperti N, P, K, S, Fe, Mg, Ca,
dan Na yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Akan tetapi, karena kandungan unsur
N, P, dan K pada vinasse belum bisa memenuhi kebutuhan tumbuhan, maka pada proses
pembuatan pupuk organik cair dari vinasse dilakukan pula penambahan unsur lain agar
sesuai dengan standar pupuk organik.
Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih
dari satu unsur (Ekwealor, dkk., 2020).
POC dipilih karena memiliki keuntungan yang begitu banyak, antara lain yaitu POC
lebih mudah diserap oleh tanaman karena langsung disemprotkan ke daun, Pembutan POC
lebih sederhana dibandingkan POG ( Pupuk Organik Granul ), Skala produksi dapat
disesuaikan pesanan. Sampai saat ini belum begitu banyak pemanfaatan kotoran padat yang
diolah menjadi pupuk organik cair, padahal dengan diolah menjadi pupuk organik cair
kotoran padat tersebut dapat disimpan dalam waktu yang lama dan lebih efesien (M. D.
Safitri, dkk., 2017).
Metode yang cocok digunakan dalam pembuatan pupuk organik ini yaitu dengan
fermentasi. Proses fermentasi merupakan salah satu proses anaerobik yang berkaitan
dengan proses glikolisis yang mengubah gula menjadi alkohol dengan bantuan bakteri,
kapang atau jamur (Nurcahyani dan Utami, 2015).
Penelitian mengenai pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah bioetanol
sudah banyak sekali dikembangkan, seperti pada penelitian Kusumaningtyas, dkk. (2015)
yang menyimpulkan bahwa limbah vinasse dari industri bioetanol dapat diolah menjadi
pupuk organik cair melalui proses fermentasi secara anaerob dengan bantuan mikroba
(promi) serta penambahan molasse dan pupuk NPK untuk menaikkan parameter C organik
dan NPK agar sesuai SNI pupuk organik. Menurut Bela, dkk (2017) pemberian vinasse
pada tanaman pak choi memberikan pertumbuhan dan hasil yang baik.
Pada penelitian ini mengacu pada salah satu unsur yang menjadi parameter pupuk
yaitu unsur N, P, dan K. Pemberian berbagai dosis kompos diharap mampu meningkatkan
kadar N, P, dan K pada pupuk. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan penambahan
menggunakan kotoran kambing untuk menambahkan bahan organik pada pupuk yang
dibuat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai
pengolahan limbah bioetanol dan juga kotoran kambing sebagai pupuk organik cair (POC).
Sehingga masyarakat dapat memanfaatkan bahan- bahan yang ada di sekitarnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode fermentasi pada pembuatan pupuk organik cair
dari limbah vinasse dengan tambahan kotoran kambing. Limbah vinasse didapatakan dari
industri etanol di Bekonang sedangkan kotoran kambing didapatkan dari peternak kambing
di sekitar rumah peneliti. Penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan waktu
fermentasi dan juga komposisi kotoran kambing yang ditambahkan. Desain penelitian
dapat dilihat pada Tabel 1.
Pupuk Cair Organik dari Limbah Bioetanol dan Limbah
Ternak Kambing: Analisis Kadar N, P dan K
2022
Malik Musthofa dan Luthfiyah S Fikri 213
Tabel 1. Desain penelitian
Waktu Fermentasi
Komposisi kotoran
kambing
10
hari
(x)
15
hari
(y)
125 gram (A)
Ax
Ay
250 gram (B)
Bx
By
375 gram (C)
Cx
Cy
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu Adaptor, Airator, Alat Fermentasi,
Botol Timbang, Buret, Cawan Porselin, Corong Kaca, Ember, Erlenmenyer, Gelas Beker,
Gelas Ukur, Heat Mantle, Hot Plate, Kaca Arloji, Karet Penghisap, Kertas Saring, Klem,
Kondensor, Labu Kjeldahl, Labu Ukur, Neraca Analitik, Pengaduk, Pipa Alonga, Pipet
Tetes, Pipit Ukur, Pipet Volume, Penangas Air, Sendok Stainless, Statif, Termometer.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu Aquades, CuSO4, EM 4, H2SO4 98%, HCl,
Indikator Methyl Orange, Indikator PP, Kotoran Kambing, Logam Zn, NaOH, NaOH
alkali, Tablet Kjeldahl, Vinasse.
Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada substrat organik melalui
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Proses fermentasi dibutuhkan starter
sebagai mikroba yang akan ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi
mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media
fermentasi. Pemanfaatan limbah sayur hasil fermentasi berupa asam organik dapat
digunakan sebagai pengawetan secara biologi maupun sebagai starter fermentasi pakan
(Rasmito, dkk., 2019).
Fermentasi untuk pembuatan pupuk dapat dilakukan dengan bantuan bakteri
probiotic yang berfungsi untuk menguraikan dan memfermentasi bahan organik (Herawati,
dkk., 2016). Fermentasi Pupuk Organik Cair akan terbukti baik apabila warna dari cairan
limbah yang awalnya bewarna coklat kehitaman menjadi coklat kemerahan (Tiwow, dkk.,
2019).
Hasil dan Pembahasan
Pupuk organik cair yang telah dibuat dari limbah vinasse dengan tambahan kotoran
kambing telah dilakukan uji kadar N, P, dan K dengan kombinasi komposisi kotoran
kambing (125, 250, 375) gram dengan waktu fermentasi (10, 15, 20) hari didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 2. Data kualitas kompos (SNI 19-7030- 2004)
Parameter
Satuan
Standar
Mutu
N
%
0,4
P
2
O5
%
0,1
K
2
O
%
0,2
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
214 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 3. Hasil kadar N
Tabel 4. Hasil kadar P
Tabel 5. Hasil kadar K
Gambar 1. Hasil POC pada sampel A
Pupuk Cair Organik dari Limbah Bioetanol dan Limbah
Ternak Kambing: Analisis Kadar N, P dan K
2022
Malik Musthofa dan Luthfiyah S Fikri 215
Gambar 2. Hasil POC pada sampel B
Gambar 3. Hasil POC pada sampel C
Unsur Nitrogen merupakan unsur yang berperan penting pada tumbuhan yitu dalam
peningkatan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang dan cabang,
sehingga tinggi tanaman dan jumlah cabang tanaman bertambah (A. D. Safitri, dkk.,
2017)). Pada penelitian ini didapatkan hasil kadar N pada POC dari limbah vinasse
dengantambahan kotoran kambing sebagai berikut:
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
216 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 4. Kadar N pada POC
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kadar N pada POC tidak dalam kondisi
stabil atau adanya kenaikan dan juga penurunan. Pada gambar tersebut dapat dilihat pula
bahwa kadar N pada POC tidak memenuhi standar kualitas kompos (SNI 19- 7030-2004)
dimana kadar N standar sebesar 0,4%. Tidak adanya kenaikan kadar N sesuai standar
dikarenakan nitrogen dalam oksigen bentuk ammonia yang lepas ke udara. Oksigen yang
ada jumlahnya terbatas sehingga mengakibatkan ammonia tidak dapat dirubah ke dalam
bentuk nitrat, dan nitrogen dapat hilang dalam bentuk gas NH3 pada kondisi temperature
dan pH yang tinggi ((Umami, dkk., 2014). Kadar N paling tinggi pada POC yang telah
dibuat yaitu saat komposisi kotoran kambing sebesar 250 gram dengan waktu fermentasi
selama 15 hari.
Unsur Fosfor pada pupuk berperan dalam pertumbuahan akar (Purwati, 2013).
Fosfor merupakan unsur hara yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik yang dijadikan
kompos. Berikut ini merupakan hasil kadar P pada POC yang telah dibuat :
Gambar 5. Kadar P pada POC
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kadar P yang dihasilkan dari POC
yang dibuat tidak stabil, yaitu adanya kenaikan dan penurunan. Kenaikan kadar P secara
drastis terjadi pada variasi kotoran kambing sebanyak 375 gram dan waktu fermentasi
selama 20 hari. Hasil ini merupakan satu- satunya hasil yang memenuhi standar kualitas
kompos (SNI 19-7030-2004) dimana kadar P standar sebesar 0,1%.
Kalium berperan penting daam mengatur ketersediaan air. Menurut Hasiholan, dkk
(2017) peran kalium pada tumbuhan yaitu sebagai aktivator dari berbagai enzim dalam
proses fotosíntesis dan respirasi. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, didapatkan hasil
kadar K pada POC sebagai berikut :
Pupuk Cair Organik dari Limbah Bioetanol dan Limbah
Ternak Kambing: Analisis Kadar N, P dan K
2022
Malik Musthofa dan Luthfiyah S Fikri 217
Gambar 6. Kadar K pada POC
Sama dengan hasil kadar N danjuga P, kadar K ini mengalami kenaikan dan
penurunan sehingga hasil tidak stabil. Berdasarkan data di atas, semua nilai K memenuhi
standar kualitas kompos (SNI 19- 7030-2004) dimana kadar K standar sebesar 0,2%.
Meningkatnya unsur K disebabkan oleh mikroorganisme yang menggunakan unsur K
dalam bahan substrat berfungsi sebagai katalisator, sehingga aktivitas bakteri akan
meningkatkan unsur K pada POC (Safitri, dkk., 2017).
Kadar K paling tinggi yaitu 1% terdapat pada POC variasi kotoran kambing sebesar
250 gram dengan waktu fermentasi selama 10 hari, sedangkan untuk kadar K terendah
0,49% terdapat pada POC dengan variasi kotoran kambing 250 gram dan waktu fermentasi
selama 20 hari.
Kesimpulan
Dari penelitian pembuatan pupuk organik cair dari limbah vinasse dengan tambahan
kotoran kambing yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ; Kandungan unsur K
dapat memenuhi standar pupuk kompos. Sedangkan bahan organik, N dan P tidak
memenuhi standar pupuk kompos ; Nilai unsur N tertinggi terdapat pada sampel By dengan
nilai 0,3%, unsur phosphor tertinggi tersapat pada dua sampel yaitu sampel Bx dan By
sebesar 0,06% sedangkan unsur Kalium tertinggi terdapat pada sampel Bx dengan 1% ;
Hasil fermentasi vinasse dengan kotoran kambing berpeluang untuk dijadikan pupuk
organik cair penambah unsur kalium ; Berdasarkan hasil yang diperoleh, pupuk organik
cair yang paling efektif digunakan yaitu adalah pupuk sampel Cz, karena memenuhi dua
standar yaitu nilai K sebesar 0,88% dan nilai P sebesar 0,1%.
Bibliografi.
Bela, V., Muhartini, S., & Waluyo, S. (2017). Pengaruh Vinase dan Macam Pupuk Organik
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pak Choi ( Brassica rapa subsp . chinensis ( L .)
Hanelt ) The Effects of Vinasse and Different Types of Organic Fertilizers on The
Growth and Yield of Pak Choy ( Brassica rapa subsp . 6(November 2015), 1221.
Ekwealor, K. U., Anukwuorji, C. A., Egboka, T. P., & Eze, H. N. (2020). Studies on the
Comparative Effects of Cow Dung, Goat Dung and Poultry Manure in the Restoration
of Gully Eroded Soil Using Amaranthus hybridus as Test Plant. Asian Journal of Soil
Science and Plant Nutrition, 6(2), 1016.
https://doi.org/10.9734/ajsspn/2020/v6i23008 2
Hapsari, A.Y. (2013). Kualitas dan kuantitas kandungan pupuk organik limbah serasah
dengan inokulum kotoran sapi secara semianaerob .skripsi. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hasiholan, A., Armaini, & Yoseva, S. (2017). Pengaruh Perbedaan Dosis Limbah Cair
Bioetnaol (Vinasse) Terfermentasi Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
218 http://sosains.greenvest.co.id
(Theobroma cacao L.). JOM FAPERTA Universitas Riau, 4(2), 115.
Herawati, V. E., R A, N., Pinandoyo, & Hutubarat,
J. (2016). Nutritional Value Content, Biomass Production and Growth Performance of
Daphnia magna Cultured with Different Animal Wastes Resulted from Probiotic
Bacteria Fermentation. Journal IOP : Conference Series, 55(1).
https://doi.org/10.1088/17426596/755/1/0110 01
Kusumaningtyas, R. D., Mohamad Setiaji Erfan, & Dhoni Hartanto. (2015). Pembuatan
Pupuk Organik Cair ( POC ) dari Limbah Industri Bioetanol Seminar Nasional Kimia
dan Pendidikan Kimia 2015 JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
Pembuatan Pupuk Organik Cair ( POC ) dari Limbah Industri Bioetanol ( Vinasse ) Melalui
Proses F. Seminar Nasional Kimia Dan Pendidikan Kimia, October.
Ma’rufah, S., Rusdiana, R. Y., & Sari, V. K. (2020). Pemanfaatan Vinasse sebagai Pupuk
Organik Cair untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Bunga Kol (Brassica
oleracea var. Botrytis L.). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 20(1), 18.
https://doi.org/10.25181/jppt.v20i1.1552
Nurcahyani, K. A., & Utami, B. (2015). Pengolahan Limbah Cair Industri Alkohol
Bekonang Menggunakan Proses Fermentasi Industrial Wastewater Treatment Using
The Process of Fermentation Alcohol Bekonang. January 2015, 112116.
Obono, F., Nsangou, A. N., Ngahac, D., & Tchawou, T. and Kapseu, C. (2016). Valuation
of Vinasse as Organic Fertilizer on the Corn Field. American Scientific Research
Journal for Engineering, Technology, and Sciences (ASRJETS), 23(1), 185189.
http://www.asrjetsjournal.org/index.php/Ame rican_Scientific_Journal/article/view/1754
Parsaee, M., Kiani Deh Kiani, M., & Karimi, K. (2019). A review of biogas production
from sugarcane vinasse. Biomass and Bioenergy, 122(January), 117125.
https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2019.01.0 34
Purwati, MS, 2013, Pertumbuhan bibit karet (Hevea braziliensis Muel. Arg.) asal okulasi
pada pemberian okulasi dan pupuk cair bintang kuda laut, Jurnal Agrivor ,vol. 12,
no.1, hal. 3544.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.