JURNAL
PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN OLAHAN DARI PALA DI DESA PASIE
KUALA ASAHAN
Cut Lena Riza
1
dan Hilka Yuliani
1
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Teuku Umar, Indonesia
Corresponding Author : Cut Lena Riza
Email : cutlenariza11@gmail.com dan hilka.yuliani@utu.ac.id
Info Artikel :
Diterima : 25 Maret 2022
Disetujui : 08 April 2022 Dipublikasikan : 15 April 2022
ABSTRAK
LatarBelakang: Minimnya pemanfaatan daging buah pala menyebabkan daging buah
Kata Kunci:
Pala, Sukade,
Sari Pala,
Organoleptik
Keywords:
pala sering terbuang sebagai limbah. Padahal jika dimanfaatkan secara optimal melalui
diversifikasi produk olahan, buah pala dapat menghasilkan produk yang bernilai
ekonomi sehingga berpeluang meningkatkan pendapatan petani pala. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk olahan pala yaitu sukade dan
sari pala serta mengetahui penerimaan produk tersebut berdasarkan uji organoleptik.
Metode: Penelitian dilaksanakan dengan pengujian hedonik pada sukade pala, dan
sari pala menggunakan pembanding sukade pepaya dan sari nenas. Variabel
pengamatan meliputi tingkat kesukaan panelis/organoleptik (warna, aroma, dan rasa).
Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dan dilanjutkan menggunakan uji beda
BNT dalam tingkat 5%. Hasil: Hasil penelitian terkait tingkat kesukaan panelis
terhadap sukade pala menggunakan pembanding sukade pepaya menunjuk skor
penilaian warna (5,2-5,4) kategori agak suka, rasa (5,1-5,5) kategori agak suka, aroma
(5,4-5,7) kategori agak suka hingga suka, dan tekstur (4,3-4,8) termasuk kategori netral
hingga agak suka. Hasil pengujian organoleptik pada sari pala dengan pembanding sari
nenas diperoleh skor penilaian warna (4,7-4,9) kategori agak suka, rasa (5,7-5,9)
kategori suka, dan aroma (5,6-5,8) kategori suka. Secara organoleptik dapat diketahui
bahwa perbandingan antara sukade pala dengan sukade pepaya serta sari pala dengan
sari nenas tidak berbeda nyata sehingga dapat dijadikan sebagai produk alternatif pala.
Kesimpulan: Secara organoleptik dapat diketahui bahwa perbandingan antara
sukade pala dengan sukade pepaya serta sari pala dengan sari nenas tidak berbeda
nyata sehingga dapat dijadikan sebagai produk alternatif pala.
ABSTRACT
Background : The lack of utilization of nutmeg flesh causes nutmeg flesh to be often
wasted as waste. In fact, if used optimally through diversification of processed
products, nutmeg can produce products that have economic value so that it has the
Nutmeg, Sukade,
opportunity to increase the income of nutmeg farmers. Purpose: This study aims to
Nutmeg juice,
Organoleptic
develop processed nutmeg products, namely Sukade and nutmeg juice and to
determine the acceptance of these products based on organoleptic tests. Method: The
research was carried out by hedonic testing on nutmeg juice, and nutmeg juice using a
comparison of papaya juice and pineapple juice. Observation variables include the
level of preference of the panelists/organoleptic (color, aroma, and taste). The data
collected were analyzed statistically and continued using the different BNT test at the
511 http://sosains.greenvest.co.id
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOL 2 NO 4 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
Pengembangan Produk Pangan Olahan dari Pala di
Desa
2022
512
Cut Lena Riza dan Hilka Yuliani
Pasie Kuala Asahan
5% level. Results: The results of the study related to the level of panelists' preference
for nutmeg Sukade using a papaya Sukade comparison showed a score of color
assessment (5,2-5,4) in the slightly liked category, taste (5,1-5,5) in the slightly liked
category, aroma (5,4- 5,7) in the category of slightly like to like, and texture (4,3-4,8)
including the category of neutral to moderately like. The results of organoleptic testing
on nutmeg juice with comparison of pineapple juice obtained a score of color
assessment (4,7-4,9) in the slightly like category, taste (5,7-5,9) in the like category,
and aroma (5,6-5,8). ) likes category. Organoleptically, it can be seen that the
comparison between nutmeg juice and papaya juice and nutmeg juice with pineapple
juice is not significantly different so that it can be used as an alternative product of
nutmeg. Conclusion: The results of the study related to the level of panelists'
preference for nutmeg Sukade using a papaya Sukade comparison showed a score of
color assessment (5.2-5.4) in the slightly liked category, taste (5.1-5.5) in the slightly
liked category, aroma (5.4-5.4). 5,7) the category is somewhat like to like, and texture
(4.3-4.8) is in the category of neutral to somewhat like.
PENDAHULUAN
Pala merupakan salah satu jenis tumbuhan rempah-rempah yang banyak digunakan
pada industri, makanan, farmasi, dan kosmetik. Biji dan fuli pala digunakan dipakai
menjadi rempah-rempah sedangkan daging buah pala dimanfaatkan menjadi produk
olahan yang kaya akan manfaat seperti, manisan, sirup, kue, minuman, dan lain
sebagainya (Launda, Mamahit, & Allo, 2017). Lantaran nilai gizi yang terkandung di
dalam buah pala sangat beragam, pada setiap 100 g daging buah pala terdapat, (kalori (42
kal); protein (0,30 g); lemak (0,20 g); karbohidrat (10,90 g); kalsium (32 mg); fosfor (24
mg); besi (1,50 mg); vitamin A (29,50 IU); vitamin C (22 mg); air (88,10 g). Pala adalah
salah satu komoditas ekspor yang krusial lantaran Indonesia adalah Negara pengekspor
biji dan fuli pala terbesar yaitu memasok sekitar 60% kebutuhan pala dunia (Masda
Ridho, 2019). Selain menjadi Komoditas ekspor, kebutuhan dalam negeri juga relatif
tinggi. Produksi pala Indonesia lebih kurang 19,9 ribu ton per tahun. Luas areal tanaman
pala semakin semakin tinggi berdasarkan tahun ke tahun dan dalam tahun 2005 mencapai
68.691 Ha.
Pada umumnya, petani hanya menjual bagian biji dan fuli dari buah pala sementara
bagian daging buah pala dibuang menjadi limbah. Padahal daging merupakan bagian
terbesar dari keseluruhan buah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh (Nurhidayah, 2018)
bahwa daging buah yang terdapat pada buah pala segar yaitu sebanyak 77,8% ; fulli
sebanyak 4%; tempurung biji sebanyak 15,1% dan daging biji sebanyak 13,1%.
Buah pala dapat diolah menjadi produk yang memilki banyak manfaat dan bernilai
ekonomi. Daging buah pala dapat diolah menjadi manisan pala, sirup pala, selai, sari
pala, minuman instan pala, jeli pala, anggur pala asam cuka, permen gelatin hard candy,
dan dodol (Kakerissa, 2018). Beberapa produk olahan dari buah pala yang telah
dikembangkan di Aceh Selatan diantaranya adalah sirup, dan manisan. Pemanfaatan
daging buah pala menjadi sukade dan sari pala merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan produk pangan olahan yang berpotensi untuk meningkatkan nilai guna
dan menambah nilai ekonomi dari buah pala. Selain itu, pengembangan produk pangan
olahan dari buah pala dapat membuka peluang usaha untuk masyarakat setempat (Natsir,
Taridala, Kasim, Herman, & Damayanti, 2021).
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap produk
pangan olahan dari pala di Desa Pasie Kuala Asahan, melalui analisa/ uji organoleptik.
Volume 2, Nomor 4, April 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
513
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan parameter
pengamatan adalah respon para panelis terhadap produk inovasi diversifikasi olahan pala,
dengan parameter penelitian meliputi analisis sifat organoleptik dari sari (SRP) dan
Sukade (SKD). Metode yang digunakan yaitu metode hedonik (uji kesukaan) meliputi :
warna, rasa, aroma, dan tekstur, dengan skor yang digunakan adalah 1 (sangat tidak
suka), 2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (Netral), 5 (agak suka), 6 (suka), dan 7 (
sangat suka) (Rampengan et al.,1985). Pengambilan data menggunakan kuisioner
terstruktur dengan metode wawancara, dan analisis dilakukan menggunakan Excel.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Pasie Kuala Asahan, kecamatan Kluet Utara,
kabupaten Aceh Selatan, provinsi Aceh dari November-Desember 2021.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis respon panelis terhadap produk olahan dari buah pala memperoleh
hasil penerimaan yang baik, hal itu dikarenakan bahan baku yang diperlukan mudah
diperoleh serta dapat diolah dengan cara yang sederhana.
Hasil analisis statistik pada tingkat kesukaan panelis terhadap sukade pala
menggunakan pembanding sukade pepaya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata terhadap atribut mutu baik dari segi warna,rasa, aroma, dan tekstur. Namun dari
segi penampakan warna sukade pepaya lebih cerah dibanding warna sukade pala. Warna
merupakan atribut yang bersama-sama dengan flavor dan tekstur merupakan faktor
penting dalam penerimaan pangan. (de Man, 1997). Hasil analisis tingkat kesukaan
konsumen terhadap sukade pala menggunakan pembanding sukade pepaya tersaji pada
Tabel 1.
Hasil analisis tingkat kesukaan konsumen terhadap sari pala menggunakan
pembanding sari nenas menunjukkan hasil penilaian warna (4,9), rasa (5,9), dan aroma
(5,8).Sebagai mana pernyataan berikut aroma buah pala yang kuat. Aroma merupakan zat
volatil yang dilepaskan dari produk atau aroma seringkali disebut sebagai bau dari
bahan pangan (Mariati, 2018).
Hasil analisis tingkat kesukaan panelis terhadap sari pala dengan pembanding sari
nenas disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 1.
Tingkat kesukaan panelis terhadap sokade pala dengan pembanding sokade pepaya
Sampel Rasa Aroma Tekstur Warna
Skd 1 5,5 ± 1,19 a
5,76 ± 1,13
a
Skd 2 5,1 ± 1,56 a
5,43 ± 1,19
a
4,36 ± 1,50 a 5,2 ± 1,32 a
4,83 ± 1,12 a 5,4 ± 1,19 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama, dan diikuti dengan huruf yang
sama tidak berbeda nyata hasil uji BNT 5%.
a. Warna
Penilaian warna pada sukade pala dan sukade pepaya menunjukkan kisaran nilai
5,2 5,4 dengan kategori agak suka. Kesukaan panelis terhadap SKD 2 dipengaruhi oleh
karena adanya beberapa penambahan bahan lainnya pada pengolahan sukade seperti gula
sehingga berpengaruh terbentuknya warna yang lebih pekat. Peranan warna pada suatu
Pengembangan Produk Pangan Olahan dari Pala di
Desa
2022
514
Cut Lena Riza dan Hilka Yuliani
Pasie Kuala Asahan
makanan sangatlah penting, karena sebelum melihat parameter yang lain, terlebih dahulu
tertarik oleh warna produk olahan tersebut (Sari, 2019). Warna akhir dari produk olahan
sukade diduga karena penambahan gula, dari penilaian warna dapat diketahui bahwa
warna SKD 2 lebih cerah dibandingkan SKD 1. Warna dapat menjadi pentunjuk bagi
kualitas makanan yang dihasilkan.
b. Rasa
Penilaian rasa pada SKD 1 dan SKD 2 memperoleh kisaran nilai 5,1-5,5 dengan
kategori agak suka. Hal ini diduga karena pengaruh dari daging buah pala yang memiliki
rasa asam sehingga mempengaruhi nilai organoleptik pada parameter bahan SKD 1.
Rasa bahan pangan sangat menentukan tingkat penerimaan panelis. Rasa
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu (Panjaitan, Panjaitan, Siregar, &
Sipahutar, 2020). Biasanya rasa sangat diperhatikan oleh konsumen setelah warna, rasa
yang ditimbulkan oleh produk pangan berasal dari bahan pangan itu sendiri juga berasal
dari zat-zat yang ditambahkan saat proses berlangsung, sehingga dapat menimbulkan rasa
yang tajam (Sasaka, Salam, Widiada, & Darawati, 2019). Rasa SRP 2 dipengaruhi oleh
kandungan pada buah papaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Iriani, 2020) rasa khas
pada buah ]papaya dikarenakan adanya interaksi kandungan gula, asam organik, mineral,
dan senyawa volatil aktif. Senyawa volatil aktif yang paling dominan pada buah papaya
adalah linalol dan benzaldehyde (Liu et al., 2019).
c. Aroma
Penilaian aroma pada sukade pala dan sukade papaya memperoleh kisaran nilai
5,4-5,8 dengan kategori suka. Hal ini dikarenakan buah pala memiliki aroma yang khas
sehingga para panelis sedikit lebih menyukai aroma SKD 1 dibandingkan SKD 2 yang
berbahan dasar pepaya. Hal ini sejalan dengan pernyataan berikut, aroma pada makanan
tidak hanya ditentukan oleh satu komponen tetapi beberapa komponen tertentu yang
menimbulkan bau yang khas dan dipengaruhi oleh perbandingan dari berbagai bahan
yang digunakan (Aditya, 2022). Menurut (Aulia & Suseno, 2020) aroma buah pala yang
khas berasal dari komponen-komponen kimiawi yang terkandung pada dalamnya seperti
monoterpen hidrokarbon dan monoterpen alkohol, sedangkan komponen aroma utama
yang masih ada pada minyak pala merupakan terpen, terpen alkohol, dan fenolik eter.
Proses pengolahan daging butir pala sering terkendala karena memiliki rasa sepat yang
disebabkan oleh kandungan tanin yang sebagian besar masih terdapat pada kulit buah.
Menurut (Khairani, 2022) aroma khas pada papaya dikarenakan adanya beberapa
komponen volatil seperti alkohol, ester, aldehida, dan senyawa belerang.
d. Tekstur
Penilaian tekstur pada SKD 1 dan SKD 2 memperoleh kisaran nilai 4,3-4,8 dengan
kategori netral.Hal tersebut dipengaruhi oleh tekstur daging buah pala yang sedikit lebih
alot jika dibandingkan dengan daging buah pepaya sehingga panelis sedikit lebih
menyukai tekstur SKD 2.
Volume 2, Nomor 4, April 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
515
Tabel 2.
Tingkat kesukaan panelis terhadap sari pala dengan pembanding sari nenas
Sampel Aroma Rasa Warna
SRP 1
5,8 ± 0,89 a 5,93 ± 0,90 a 4,9 ± 0,89 a
SRP 2 5,66 ± 1,15 a 5,66 ± 1,15 a 4,7 ± 1,15 a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama, dan diikuti dengan huruf
yang sama tidak berbeda nyata hasil uji BNT 5%.
a. Aroma
Penilaian aroma pada SRP 1 dan SRP 2 menunjukkan kisaran nilai 4,7-4,9
dengan kategori agak suka. Hal ini dikarenakan buah pala memiliki aroma yang khas
sehingga dari penilaian organoleptic, para panelis lebih menyukai aroma SRP 1 (5,8)
dibandingkan SRP 2 (5,6) yang berbahan dasar dari nenas, aroma buah pala yang khas
berasal dari komponen-komponen kimiawi yang terkandung pada dalamnya seperti
monoterpen hidrokarbon dan monoterpen alkohol, sedangkan komponen aroma utama
yang masih ada pada minyak pala merupakan terpen, terpen alkohol, dan fenolik eter.
Proses pengolahan daging butir pala sering terkendala karena memiliki rasa sepat yang
disebabkan oleh kandungan tanin yang sebagian besar masih terdapat pada kulit buah
(Maghfiroh, 2019).
Menurut (Lestari, 2021) bahwa sukrosa tidak berpengaruh terhadap aroma yang
dihasilkan, lantaran kandungan kimia pada sukrosa yang terbesar hanya berupa
karbohirat. Blanching atau perlakuan pendahuluan bisa mempengaruhi aroma menurut
sirup pala, lantaran selama proses blanching aroma langu menurut butir pala bisa
dihilangkan lantaran kerja enzim dinonaktifkan, sebagai akibatnya bisa dapat menjadi
stabilitas bahan pangan, memperbaiki flavor dan aroma, menyebabkan bahan menjadi
lunak, layu, dan secara organoleptik bahan menjadi lebih baik. Buah pala mempunyai
flavour yang kuat, sebagai akibatnya bila diolah menjadi sirup, manisan, dan selai bisa
menghasilkan produk olahan menggunakan bau dan rasa yang khas. Hal ini lantaran
flavor merupakan komponen yang cukup krusial menjadi penambah cita rasa dalam
produk pangan (Garjito, 2013). Aroma khas pada nanas dipengaruhi karena adanya
senyawa 2,5 dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon.
b. Rasa
Penilaian rasa pada SRP 1 dan SRP 2 menunjukkan kisaran nilai 5,7-5,93 dengan
kategori suka. Menurut A, Roda (2019) rasa pada buah nenas dipengaruhi karena adanya
kandungan asam sitrat. Setiap bahan baku sari buah memiliki karakteristik rasa yang
berbeda, dipengaruhi oleh komponen penyusunnya. Rasa juga dipengaruhi karena adanya
penambahan sukrosa. Sukrosa merupakan senyawa kimia yang memilki rasa manis,
berwarna putih, dan larut dalam air, sehingga dapat meningkatkan penerimaan rasa dari
suatu makanan (Muchtadi et al, 2010). Penambahan sukrosa bertujuan sebagai penambah
cita rasa pada SRP 1 dan SRP 2.
c. Warna
Penilaian warna SRP 1 dan SRP 2 memperoleh kisaran nilai 5,2 5,4, dengan
kategori agak suka.Teknologi pembuatan sari pala akan meningkatkan nilai tambah dari
buah pala yang selama ini hanya diolah dan dijual sebagai manisan, berkhasiat untuk
kesehatan dengan rasa alami buah pala dan tidak menggunakan bahan tambahan makanan
yang berbahaya. Gula yang digunakan pada pembuatan sirup selain memberi rasa manis
Pengembangan Produk Pangan Olahan dari Pala di
Desa
2022
516
Cut Lena Riza dan Hilka Yuliani
Pasie Kuala Asahan
juga mempengaruhi tekstur dan penampakan yang lebih baik (Luthony, 1993). Menurut
Nugraheni (2014) buah nanas mengandung pigmen karotenoid yaitu xantofil dan karoten.
Hal ini menyebabkan sari nenas berwarna kuning.
KESIMPULAN
Hasil penelitian terkait tingkat kesukaan panelis terhadap sukade pala
menggunakan pembanding sukade pepaya menunjuk skor penilaian warna (5,2-5,4)
kategori agak suka, rasa (5,1-5,5) kategori agak suka, aroma (5,4-5,7) kategori agak suka
hingga suka, dan tekstur (4,3-4,8) termasuk kategori netral hingga agak suka. Hasil
pengujian organoleptik pada sari pala dengan pembanding sari nenas diperoleh skor
penilaian warna (4,7-4,9) kategori agak suka, rasa (5,7-5,9) kategori suka, dan aroma
(5,6-5,8) kategori suka. Secara organoleptik dapat diketahui bahwa perbandingan antara
sukade pala dengan sukade pepaya serta sari pala dengan sari nenas tidak berbeda nyata
sehingga dapat dijadikan sebagai produk alternatif pala. Oleh sebab itu, pengolahan pala
menjadi sukade dan sari pala, mempunyai peluang besar untuk dikembangkan dalam di
desa Pasie Kuala Asahan, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan.
BIBLIOGRAFI
Aditya, Marhaeni Putri. (2022). Penerimaan Krim Dengan Penambahan Jamur
Tiram. Knowledge: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian Dan Pengembangan,
2(1), 16.
Aulia, Syifa, & Suseno, Sugeng Heri. (2020). Diversifikasi Produk Olahan Buah
Pala (Myristica fragrans) di Desa Sukadamai. Jurnal Pusat Inovasi
Masyarakat (PIM), 2(6), 966972.
Garjito, Murdijati. (2013). Bumbu, penyedap, dan penyerta masakan Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Iriani, Farida. (2020). Fisiologi Pascapanen untuk Tanaman Hortikultura.
Yogyakarta: Deepublish.
Kakerissa, Ariviana Lientje. (2018). Studi kelayakan bisnis jus pala di Negeri
Booi-Saparua. PROFISIENSI: Jurnal Program Studi Teknik Industri, 6(2),
4857.
Khairani, K. (2022). Pengaruh Fermentasi Bakteri Asam Laktat Dari Yoghurt
Terhadap Cita Rasa dan pH Kopi Arabika Sidikalang (Coffea arabica).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian [JIMTANI], 2(1).
Launda, Andry P., Mamahit, Dringhuzen J., & Allo, Elia K. (2017). Prototipe
System Pengering Biji Pala Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. Jurnal
Teknik Elektro Dan Komputer, 6(3), 141147.
Lestari, Dwi Putri. (2021). Pengaruh Variasi Rasio Gula Dan Asam Sitrat
Terhadap Sifat Kimia, Fisik, Tingkat Kesukaan Permen Lunak Gel Lidah
Buaya (Aloe Vera). Yogyakarta: Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Liu, Ruiming, Du, Zhenghua, Zhang, Yi, Shi, Yingying, Chen, Xiaobing, Lin,
Lin, Xiong, Yueming, & Chen, Mingjie. (2019). Volatile component
quantification in combination with putative gene expression analysis reveal
key players in aroma formation during fruit ripening in Carica papaya cv
Volume 2, Nomor 4, April 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
‘Hong fei.’ Postharvest Biology and Technology, 158, 110987.
Maghfiroh, Devie. (2019). Pengaruh ekstrak gulma ajeran (Bidens pilosa L.)
terhadap mortalitas dan perkembangan larva ulat grayak (Spodoptera
litura). Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Masda Ridho, Ridho. (2019). Implementasi Program Pengembangan Minyak
Atsiri Di Kota Solok. Sumatera Utara: Universitas Andalas.
Natsir, Muhammad, Taridala, Sitti Aida Adha, Kasim, Abdul, Herman, Sriyana, &
Damayanti, Sri. (2021). Application of Appropriate Technology in Integrated
Coconut Processing in Lambangi Village, South Konawe, through Regional
Partnership Program. Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat, 2(2), 9199.
NURHIDAYAH, Yayuk Febrianti. (2018). Karakteristik Sari Buah Pala Dengan
Variasi Lama Perendaman Dalam Larutan Garam Dan Konsentrasi Putih
Telur.
Panjaitan, Pola Sabar, Panjaitan, Tina F. C., Siregar, Arpan N., & Sipahutar,
Yuliati Hotmauli. (2020). Karakteristik Mutu Tortila dengan Penambahan
Rumput Laut (Eucheuma Cottonii). Aurelia Journal, 2(1), 7386.
Sari, Fitri Dian Nila. (2019). Uji Daya Terima Bolu Kukus dari Tepung Kulit
Singkong. Jurnal Dunia Gizi, 2(1), 111.
Sasaka, Rodien, Salam, Abdul, Widiada, Igde Narda, & Darawati, Made. (2019).
Kandungan Zat Gizi Dan Daya Terima Bisjaka Dengan Penambahan Sari
Tepung Daun Katuk. Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal), 3(2),
134141.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License.
517 http://sosains.greenvest.co.id