481 http://sosains.greenvest.co.id
!JURNAL! !!!
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOL 2 NO 4 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
PERBEDAAN SKALA NYERI PASIEN LOW BACK PAIN (LBP) ANTARA SEBELUM
DAN SESUDAH DILAKUKAN TERAPI TENS
Parhad Anwar
1
, Wiwik Agustina
2
dan Sih Ageng L
3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Maharani Malang, Indonesia
Corresponding Author : Parhad Anwar
Email : anwar.parhad@gmail.com, wiwikagusti45@gmail.com dan sihageng[email protected]
Info Artikel :
Diterima : 03 April 2022
Disetujui : 09 April 2022
Dipublikasikan : 15 April 2022
Kata Kunci:
Low Back Pain,
Nyeri, Terapi
TENS
Keywords:
L
ow Back Pain,
Pain,
T
ENS
T
he
r
apy
ABSTRAK
LatarBelakang: Low Back Pain (LBP) atau nyeri pungung bagian bawah merupakan
satu akibat gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada otot-otot punggung bagian
bawah. Faktor pencetusnya bisa karena syaraf terjepit, radang, trauma, dan infeksi
hingga psikis. Kasus inilah yang mengakibatkan dunia kerja kehilangan jam kerja,
hingga 264 juta hari kerja dalam setahun. Prevalensi LBP di Indonesia yakni sebesar
18% dan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. TENS merupakan sebuah
mesin kecil yang dioperasikan dengan menggunakan listrik dengan daya kecil sebagai
sebuah metode terapi modalitas yang cukup efektif untuk mengurangi rasa sakit.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan skala nyeri
antara sebelum dan sesudah diberikan terapi TENS pada pasien LBP, dengan
menggunakan desain pre-post test dalam satu kelompok. Metode: Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan penelitian observasional dengan
desain pre-post tes dalam satu kelompok (one group pra-post design).Populasi pada
penelitian ini adalah pasien yang mengalami LBP yang dilakukan terapi TENS, di
Instalasi Rehab Medik RSUD dr. Saiful Anwar Malang, Sejumlah 53 orang dalam
bulan pebruari 2021. Hasil: Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis Wilcoxon
Test didapatkan nilai p= 0,000. Jika nilai Signifikannya> 0.05 maka H0 diterima. Jika
nilai Signifikan < 0.05 Maka H1 ditolak. Kesimpulan: Terapi TENS masih menjadi
pilihan terapi pada pasien LBP untuk menurunkan skala nyeri dengan nilai yang sangat
signifikan.
ABSTRACT
Background : Low Back Pain (LBP) or lower back pain is a result of musculoskeletal
disorders that occur in the muscles of the lower back. Trigger factors can be due to
pinched nerves, inflammation, trauma, and infection to psychological. This case causes
the world of work to lose working hours, up to 264 million working days in a year. The
prevalence of LBP in Indonesia is 18% and will increase with age. TENS is a small
machine that is operated by using electricity with small power as a method of modality
therapy that is quite effective for reducing pain. Purpose : This study aims to
determine whether there is a difference in pain scale between before and after being
given TENS therapy in LBP patients, using a pre-post test design in one group.
Method : This study uses quantitative research methods with observational research
with a pre-post test design in one group (One group pre-post design). Saiful Anwar
Malang, a total of 53 people in February 2021. Results : Based on the results of
Perbedaan! Skala! Nyeri! Pasien! Low! Back! Pain! (LBP)!
Antara!Sebelum!dan!Sesudah!Dilakukan!Terapi!Tens
2022
Parhad Anwar, Wiwik Agustina dan Sih Ageng L 482
statistical tests with the Wilcoxon Test analysis, the value of p = 0.000 was obtained. If
the significant value is > 0.05 then H0 is accepted. If the significant value is < 0.05
then H1 is rejected. Conclusion : TENS therapy is still the treatment of choice in LBP
patients to reduce the pain scale with a very significant value.
PENDAHULUAN
Low Back Pain (LBP) atau nyeri pungung bagian bawah merupakan satu akibat
gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada otot-otot punggung bagian bawah. Faktor
pencetusnya bisa karena syaraf terjepit, radang, trauma, dan infeksi hingga psikis. LBP
non spesifik didefinisikan sebagai nyeri punggung bawah tanpa penyebab yang jelas, dan
diagnosisnya berdasarkan eklusi dari patologi spesifik. Kata “non spesifik”
mengidentifikasi bahwa tidak adanya struktur yang jelas yang menyebabkan nyeri
(Faturachman, 2015).
Kasus LBP ini sangat umum terjadi di seluruh dunia, bisa bersifat akut, sub-akut
hingga kronis (Atmantika, Fibriani, & Mahmudah, 2014). Kasus LBP ini bukan penyakit,
namun konstelasi simtom atau gejala-gejala. Angka prevalensinya di negara-negara
industri maju bisa mencapai 60%-70% dan terjadi pada orang dewasa insidennya
mencapai hingga 5% per tahun, dan diperkirakan 80% populasi di dunia ini pernah
mengalaminya. Kasus inilah yang mengakibatkan dunia kerja kehilangan jam kerja,
hingga 264 juta hari kerja dalam setahun (Organization, 2000). Prevalensi LBP di
Indonesia sebesar 18% dan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan paling
sering terjadi pada usia dekade dua sampai awal dekade empat (Pandjukang, Damanik, &
Hutasoit, 2020). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk
umur 15 tahun menurut karakteristik di indonesia pada tahun 2018 dengan total 713.783
orang (Latif, 2021). Sedangkan menurut (Yojana, 2022) di jawa timur pada tahun 2018
prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur 15 tahun ke
atas menurut kabupaten/kota provinsi jawa timur tercatat sebanyak 75.490 orang. Dari
hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan pebruari 2021 di instalasi
rehabilitasi medik RSUD Dr.Saiful Anwar Kota Malang, Jumlah kejadian Low Back Pain
yang menjalani terapi TENS pada semua umur sejumlah 53 orang.
Menurut Center for Control and Prevention (CDC), setidaknya 100 juta orang
dewasa Amerika melaporkan keluhan nyeri. Dimana penyebabnya meliputi, migrain
(16,1%), nyeri punggung bawah (28,1%), nyeri leher (15,17%), nyeri lutut (19,5%), nyeri
bahu (9,0%), nyeri jari (7,6%), dan nyeri pinggul (7,19%) (Sahara & RP, 2020). Menurut
(Marudin, 2021) mengatakan data penderita nyeri punggung bawah di Indonesia dari
kelompok studi nyeri menurut laporan dari Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia
(PERDOSSI) di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, pada bulan Mei menunjukkan
sebanyak 4.456 orang menderita nyeri dan terdapat 1.598 orang (35,86%) menderita nyeri
punggung bawah. Menurut (Hanifa, Koesmayadi, & Susanti, 2020) pada penelitiannya
menyebutkan bahwa Kejadian LBP paling sering disebabkan oleh penyebab non-spesifik,
yaitu pada 85–95% kasus . Penyebab LBP non- spesifik 80% berkaitan dengan pekerjaan
yang mengharuskan pekerja itu untuk mengangkat beban saat bekerja. Sedangkan
menurut (Syuhada, Suwondo, & Setyaningsih, 2018). Terdapat beberapa faktor risiko
penting yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, seorang perokok,
masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderita
musculoskeletal disorder. Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan
nyeri punggung bawah meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT),
tinggi badan, kebiasaan olahraga, masa kerja, posisi kerja dan berat beban kerja.
Volume 2, Nomor 4, April 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
483 http://sosains.greenvest.co.id
Nyeri adalah mekanisme untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa
sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Untuk mempermudah mengekspresikan rasa
nyeri, maka nyeri dikategorikan berdasarkan derajat keparahannya atau disebut dengan
intensitas nyeri. Pengukuran nyeri dilakukan berdasarkan laporan pribadi pasien yang
bersifat subjektif, kompleks dan personal dengan mengelompokkannya menjadi nyeri
ringan, sedang atau berat (Herinawati, Hindriati, & Novilda, 2019).
Salah satu penanganan kasus nyeri punggung bagian bawah bisa berupa terapi
pembedahan dan konservatif atau keduanya. Terapi konservatif diantaranya adalah terapi
modalitas dengan menggunakan terapi Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation
(TENS). Terapi TENS merupakan terapi Tindakan non farmakologi ini memegang
peranan untuk mengembalikan dan mengatasi gangguan impairment dan activity
limitation sehingga pasien dapat beraktivitas kembali. Alat terapi Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation (TENS), yakni sebuah mesin kecil yang dioperasikan
dengan menggunakan listrik dengan daya kecil sebagai sebuah metode elektrik ringan
untuk mengurangi rasa sakit (Yanuar, 2020). Diantara berbagai macam terapi modalitas,
terapi TENS merupakan suatu modalitas terapi yang paling efektif pada kasus gangguan
muskuloskleletal pada umumnya dan nyeri punggung bawah khususnya. Nyeri dimulai
ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan serta goresan maka bagian
tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam substansi intra seluler dilepaskan
ke ruang ekstra seluler maka akan mengiritasi reseptor nyeri. Saraf ini akan bergerak
sepanjang serabut saraf, kemudian akan membawa pesan nyeri dari medulla spinalis
ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri. Diantara efek fisiologis nyeri
adalah meningkatnya tekanan darah, frekuensi pernafasan, denyut jantung, peningkatan
ketegangan otot dan dilatasi pupil. Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun
keadaannya harus segera mungkin diatasi, karena kenyamanan merupakan kebutuhan
dasar manusia (Rifa’I, 2020).
Manfaat lain dari terapi TENS pada pasien Low Back Pain adalah peningkatan
lingkup gerak sendi (LGS), kenyamanan pasien, mengurangi spasme, meningkatkan
kemampuan sendi untuk berfungsi secara biomekanik lebih baik (Pristianto & Rahman,
2018). Cara kerja TENS dalam mengurangi rasa nyeri menurut gate control dipengaruhi
oleh serabut A delta, dan serabut C, didalam gelatinosa impuls ini akan bertemu dengan
gerbang yang membuka dan menutup gerbang. Terjadinya penurunan nyeri terjadi dari
rangsangan nyeri yang dikirim dari sepanjang selubung serabut saraf A delta yang
bermyelin dan C delta yang tidak bermyelin. Berdasarkan aktifitas gerbang kontrol
serabut saraf A beta yang bermyelin tebal, dapat menghambat transmisi atau rangsangan
nyeri dari sumsum tulang belakang menuju ke otak, apabila stimulasi listrik TENS
diterapkan pada parameter yang tepat dapat mengaktifkan serabut A beta yang bermyelin
tebal, karena persepsi nyeri ditentukan oleh saraf A delta dan C delta. Ketika serabut A
beta yang bermyelin diproduksi listrik TENS maka persepsi nyeri berkurang, sehingga
pasien dapat merasakan adanya penurunan nyeri (Rizqi, 2020). TENS juga memberikan
rangsangan stimulus untuk memproduksi anti nyeri alamiah pada tubuh yaitu endorphin
(Astuti, 2018). Keuntungan menggunakan terapi TENS adalah tidak seperti
menghilangkan rasa nyeri dengan pemakain obat, karena tidak akan menimbulkan
ketagihan, tidak akan menyebabkan mual, serta dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan
kebutuhan, sehingga pemakain alat terapi TENS lebih sering digunakan di tempat klinik
rehabilitasi medik dan fisioterapi (Dzia, 2021).
Berdasarkan banyaknya kasus kejadian yang setiap tahun angka prevalensinya
meningkat pada kasus LBP serta hasil wawancara dengan petugas pelaksana TENS pada
beberapa kasus LBP sekitar 20% tidak terjadi perubahan maupun penurunan nyeri setelah
dilakukan TENS selama 15 menit sesuai SOP. Hal ini menjadi dasar masalah bahwa
Perbedaan! S kala! Nyeri! Pasien! Low! Back! Pain! (LBP)!
Antara!Sebelum!dan!Sesudah!Dilakukan!Terapi!Tens
2022
Parhad Anwar, Wiwik Agustina dan Sih Ageng L 484
apakah pelaksanaan terapi TENS pada pasien LBP masih efektif serta masih bisa menjadi
modalitas pilihan, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Perbedaan Skala Nyeri
pasien Low Back Pain (LBP) sebelum & sesudah dilakukan terapi TENS di Instalasi
rehabilitasi medik RSUD Dr.Saiful Anwar Malang. Tujuan penelitian ini adalah Untuk
mengetahui Perbedaan skala Nyeri Pasien Low Back Pain (LBP) Sebelum & Sesudah
Dilakukan Terapi TENS Di Instalasi Rehab Medik RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan penelitian
observasional dengan desain pre-post tes dalam satu kelompok (One group pra-post
design). Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang mengalami LBP yang dilakukan
terapi TENS, di Instalasi Rehab Medik RSUD dr. Saiful Anwar Malang, Sejumlah 53
orang dalam bulan pebruari 2021. Sedangkan jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus
Slovin diperoleh sebanyak 47 pasien dengan kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
Pasien LBP Non spesifik yang dilakukan terapi TENS di Instalasi Rehablitasi Medik
RSSA dan usia responden 30 - 80 tahun, Sedangkan kriteria eksklusi Pasien yang
menggunakan pacemaker, pasien epilepsi, gangguan neurologis dan pasien yang
menderita HNP. Pengambilan sampel dengan Purposive sampling, dengan uji statistik
analisis Wilcoxon. Uji beda ini merupakan uji yang tepat untuk melihat bagaimana
perbedaan pada dua kelompok sampel yang saling berpasangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Rehabilitasi medik
RSUD Saiful Anwar Malang bulan September 2021. Karakteristik responden dalam
penelitian ini dikumpulkan untuk mengetahui gambaran responden yang dijadikan
sebagai subjek penelitian. Adapun karakteristik responden tersebut ditampilkan pada
Tabel 1.
Tabel 1.
Distribusi data karakteristik berdasarkan umur responden
Frekuensi
(F)
Persentase (%)
3
6.38
6
12.77
8
17.02
7
14.89
8
17.02
8
17.02
7
14.89
47
100
Sumber: Penulis 2021
Tabel 1. diperoleh usia responden antara 36-70 tahun. Pada usia 46-50 tahun, 56-60
tahun dan 61-65 tahun masing-masing memiliki jumlah responden sebanyak 8 orang
(17.02%).
Volume 2, Nomor 4, April 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
485 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 2.
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin
Jenis
Kelamin
Frekuensi(F)
presentase (%)
Laki-laki
15
31,9
Perempua
32
68,0
Jumlah
47
100
Sumber: Penulis 2021
Berdasarkan Tabel 2. dapat disimpulkan bahwa pada umumnya dengan jenis
kelamin perempuan (68,0%), sedangkan sisanya hampir setengahnya berjenis kelamin
laki-laki (31,9%).
!!
!
!
!
!
!
Gambar 1. Distribusi Tingkat nyeri pada pasien LBP sebelum diberikan terapi
Berdasarkan Gambar 1. Grafik Jumlah Responden Berdasarkan skala Nyeri
(Sebelum Terapi). Berdasarkan Gambar 1. didapatkan dari 47 responden sebelum terapi
pada umumnya berada pada ambang nyeri sedang (68,09%), Sedangkan sisanya hampir
setengah berada pada ambang nyeri berat terkontrol (31,91%).
!
!
Gambar 2. Grafik Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri (Sesudah Terapi)
Perbedaan! S kala! Nyeri! Pasien! Low! Back! Pain! (LBP)!
Antara!Sebelum!dan!Sesudah!Dilakukan!Terapi!Tens
2022
Parhad Anwar, Wiwik Agustina dan Sih Ageng L 486
Berdasarkan Gambar 2. didapatkan dari 47 responden sesudah terapi pada
umumnya berada pada ambang nyeri ringan (68,09%), Sedangkan sisanya hampir
setengah berada pada ambang nyeri sedang (31,91%).
1. Hasil Analisis Perbedaan Rasa Nyeri Antara Sebelum dan SesudahTerapi TENS
Nyeri yang dialami responden sebelum terapi pada umumnya berada pada ambang
nyeri sedang (68,09%), Sedangkan sisanya hampir setengah berada pada ambang nyeri
berat terkontrol (31,91%). Pada saat sesudah terapi pada umumnya berada pada ambang
nyeri ringan(68,09%), Sedangkan sisanya hampir setengah berada pada ambang nyeri
sedang(31,91%). Sedangkan nilai rata- rata rasa nyeri disajikan pada Gambar 3.
!
Gambar 3. Perbedaan Skor Rasa Nyeri Sebelum dan Sesudah Terapi
Rasa nyeri pasien sebelum terapi adalah 6,17 dengan standart deviasi 0,73 yang
berarti dalam rentang skala sedang. Skor rata-rata rasa nyeri. Pasien setelah diterapi
TENS adalah 3,38 dengan standart deviasi 0,87 yang berarti dalam rentang skala ringan.
Skor rata-rata skala nyeri pada kelompok setelah terapi relative lebih rendah, namun
perbedaan tersebut harus diuji secara Statistika.
Kedua kelompok tidak memenuhi asumsi normalitas, kemudian dilakukan uji
bivariate untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terapi TENS menggunakan uji
Wilcoxon. Uji ini merupakan uji yang sangat tepat untuk melihat bagaimana perbedaan
pada 2 kelompok yang berpasangan (sebelum-sesudah). Hasil uji statistic Wilcoxon
menunjukkan bahwa perbedaan skala nyeri yang dirasakan oleh responden dapat
diketahui dari nilai p yang diperoleh 0,000 <α(=0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95%,
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skala nyeri yang dirasakan responden sebelum
dan sesudah terapi TENS pada pasien LBP di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD dr.
Saiful Anwar Malang. RSUD dr. Saiful Anwar.
Low back pain (LBP) atau sering disebut nyeri punggung bawah sering disebabkan
oleh penyebab non-spesifik pada 85-95% kasus yang merupakan fenomena paling
seringkali dijumpai dalam kehidupan setiap hari. Gangguan ini merupakan gejala
ketidaknyamanan yang dirasakan pada daerah punggung di bagian bawah yang berupa
rasa sakit, dan dapat menjadi tanda adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal yang
terkait seperti masalah pada tulang dan sendi baik vertebra maupun pelvis kompleks,
diskus, faset, otot, ligamen maupun karena gangguan lainnya pada sistem saraf, vaskuler,
viseral dan psikogenik.
Volume 2, Nomor 4, April 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
487 http://sosains.greenvest.co.id
2. Perbedaan Skala Nyeri yang dirasakan pasien Antara sebelum dan sesudah
diberikan terapi TENS
Pada penelitian ada 46 responden yang mengalami penurunan skala nyeri dan 1
responden masih berada pada skala nyeri yang sama. Salah satu masalah kesehatan yang
sering dialami oleh lansia adalah gangguan sistem muskuloskeletal dengan Low Back
Pain (LPB). Berfokus pada modalitas elektroterapi yang dapat memproduksi berbagai
jenis gelombang elektronik untuk meredakan rasa nyeri, termasuk pada kasus LBP.
Beberapa review elektroterapi yang berbasis bukti menemukan bahwa terapi dengan
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) bermanfaat pada beberapa pasien
dengan LBP. Terlepas dari adanya bukti mengenai manfaat dari terapi TENS untuk kasus
LBP, TENS merupakan modalitas yang sering diberikan pada kasus LBP dikarenakan
tingginya permintaan terhadap intervensi non farmakologis yang non invasif. Penggunaan
TENS terbukti bermanfaat dalam mengurangi nyeri pada beberapa penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya. Penelitian menunjukan bahwa bahwa dari 30 responden sebelum
pemberian TENS (Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation) yang mengalami nyeri
berat sebanyak 8 orang (26,67%), sedangkan responden yang mengalami nyeri sedang
sebanyak 22 orang (73,33%). Tingkat nyeri setelah pemberian TENS (Transcutaneous
Elektrical Nerve Stimulation), responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak 21
orang (70%), sedangkan responden yang mengalami nyeri sedang sebanyak 9 orang
(30%). Setelah dilakukan perlakuan bahwa terjadinya penurunan nyeri terjadi dari
rangsangan nyeri yang dikirim dari sepanjang selubung saraf A delta dan C delta,
berdasarkan aktifitas gerbang control saraf A beta dapat menghambat transmisi /
rangsangan nyeri dari sumsum tulang belakang menuju ke otak, apabila stimulasi listrik
TENS diterapkan pada parameter yang tepat dapat mengaktifkan serabut A beta, karena
persepsi nyeri ditentukan oleh saraf A delta dan C delta, ketika serabut A beta diproduksi
listrik TENS maka persepsi nyeri berkurang, sehingga pasien dapat merasakan adanya
penurunan nyeri.
Terjadi penurunan nyeri dengan penggunaan TENS berdurasi 330 µdetik dan
frekuensi 20 Hz Terlepas dari adanya bukti mengenai manfaat dari terapi TENS untuk
kasus LBP, TENS merupakan modalitas yang sering diberikan pada kasus LBP
dikarenakan tingginya permintaan terhadap intervensi non farmakologis yang non invasif.
Hal ini dikarenakan lebih sedikitnya biaya yang dikeluarkan dan sedikitnya efek samping
yang terjadi. Oleh karena itu, identifikasi terapi elektroterapi dengan bukti yang
berkualitas mengenai manfaat, sedikitnya biaya yang dikeluarkan, dan sedikitnya efek
samping ini sangat diharapkan guna memperbaiki status fungsional pasien, meringankan
nyeri yang ada, menurunkan morbiditas, memperbaiki produktivitas dan menurunkan
biaya kesehatan secara keseluruhan. Menurut peneliti dalam penelitian ini 1 responden
yang masih berada pada skala nyeri yang sama atau tidak ada penurunan disebabkan
factor penyakit penyerta, sehingga perlu di lakukan pengobatan sesuai penyakit penyerta
sehingga pada terapi selanjutnya ada penurunan skala nyeri setelah di terapi TENS.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka penulis menarik kesimpulan
sebagian besar tingkat kecemasan responden yang akan menjalani kemoterapi di RSUD
dr Saiful Anwar Malang (82.5%) memiliki kecemasan berat, sedangkan sisanya memiliki
kecemasan sedang, sebagian besar kualitas tidur responden yang akan menjalani
kemoterapi di RSUD dr Saiful Anwar Malang (82.5%) memiliki kualitas buruk dan
sanya 17.5% memiliki kualitas tidur baik. Hubungan antara kecemasan (HARS) dengan
kualitas tidur pasien (PSQI) yang akan dilakukan kemoterapi di ruang tindakan
Perbedaan! S kala! Nyeri! Pasien! Low! Back! Pain! (LBP)!
Antara!Sebelum!dan!Sesudah!Dilakukan!Terapi!Tens
2022
Parhad Anwar, Wiwik Agustina dan Sih Ageng L 488
kemoterapi RSUD dr. Saiful Anwar Malang (p<0.05). Keeratan hubungan tersebut
sebesar 34.2% dalam kategori rendah. Korelasi bersifat positif semakin tinggi HARS
maka semakin tinggi PSQI, dengan kata lain semakin tinggi tingkat kecemasan maka
semakin rendah kualitas tidur pasien yang akan dilakukan kemoterapi di ruang tindakan
kemoterapi RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
BIBLIOGRAFI
Astuti, Fenia Cahya. (2018). Pengaruh Acupressure Pada Titik Hegu (Li 4) Terhadap
Intensitas Nyeri Dismenore Primer Di Madrasah Aliyah Al Wathoniyyah Semarang.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Atmantika, Nuansa Bunga, Fibriani, Ani Rusnani, & Mahmudah, Nur. (2014). Hubungan
Antara Intensitas Nyeri Dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Sehari-Hari Pada
Penderita Low Back Pain Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah
Dzia, Afrida Gholibatun. (2021). Akupresur Untuk Dismenore: Study Literature Review.
Magelang: Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang.
Faturachman, Rakha. (2015). Hubungan antara kebiasaan menggunakan tas punggung
berat dan kejadian Low Back Pain (LBP) pada mahasiswa program studi pendidikan
dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: Fakultas K
Hanifa, Emilda, Koesmayadi, Deddy, & Susanti, Yuli. (2020). Hubungan Beban Kerja
Fisik dengan Kejadian Low Back Pain (LBP) pada Kuli Panggul Beras di Pasar
Induk Gedebage. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 2(2).
Herinawati, Herinawati, Hindriati, Titik, & Novilda, Astrid. (2019). Pengaruh Effleurage
Massage terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di Praktik Mandiri Bidan
Nuriman Rafida dan Praktik Mandiri Bidan Latifah Kota Jambi Tahun 2019. Jurnal
Ilmiah Uni
Latif, Nur Fatimah Azzahra. (2021). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Lama Rawat Inap Pasien Stroke Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Marudin, Liasyarah. (2021). Derajat Merokok Dengan Disabilitas Low Back Pain Pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Kota Kendari. Media Kesehatan
Politeknik Kesehatan Makassar, 16(1), 24–28.
Organization, World Health. (2000). Foodborne disease: a focus for health education.
World Health Organization.
Pandjukang, Astary Pasorong, Damanik, Efrisca Meliyuita Br, & Hutasoit, Regina.
(2020). Hubungan Usia dan Jenis Kelamin pada Penderita Nyeri Punggung Bawah
(Low Back Pain) dengan Komorbid Diabetes Melitus Di RSUD Prof. DR. WZ
Johannes Kupang Tahun 2018. C
Pristianto, Arif, & Rahman, Farid. (2018). Terapi Latihan Dasar. Muhammadiyah
University Press.
Rifa’i, Ridwan. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Fraktur Lumbal Dengan Nyeri
Akut Di Ruang Marjan Atas Rsud Dr. Slamet Garut.
Rizqi, Amalia Solichati. (2020). Interferntial Current (Ifc) Untuk Menurunkan Nyeri.
Sahara, Ricca, & RP, Terry Yuliana. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Low Back Pain (LBP): Systematic Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
19(03), 92–99.
Syuhada, Ambar Dani, Suwondo, Ari, & Setyaningsih, Yuliani. (2018). Faktor Risiko
Low Back Pain pada Pekerja Pemetik Teh di Perkebunan Teh Ciater Kabupaten
Volume 2, Nomor 4, April 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
489 http://sosains.greenvest.co.id
Subang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 13(1), 91–100.
Yanuar, A. (2020). Ensiklopedia Teknologi Lingkungan. Alprin.
Yojana, Yana. (2022). Gambaran Literasi Digital Tenaga Kesehatan Peserta Pelatihan di
Bapelkes Cikarang Kementerian Kesehatan RI. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan,
4(2), 2127–2133.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.