30
Jurnal Sosial Sains. Vol.1 No.1. Januari 2021
Jurnal Sosial Sains
Vol. 1 No.1, Januari 2021
p-ISSN: e-ISSN:
PENENTUAN KADAR PARASETAMOL, AMONIUM KLORIDA, dan BATAS
KETIDAKMURNIAN 4-AMINOFENOL DALAM OBAT SIRUP FLU DAN BATUK
Emidar Khusnu, Dimas Andrianto
Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: emidarkhsn@gmail.com, dimasandriantoo@gmail.com,
Diterima 27 Desember 2020
Diterima dalam bentuk revisi 2 Januari 2021
Abstract
Medicine is the material used for pervention, recovery and improvement of human health.
Cold and cough syrup medication must meet quality requiremnets before distributed to the
market. The stability of pharmacy is the one of criteria which is very improtant for a good
medicinal result. The drug product instability can cause a degradation and losing of
medicinal properties and the quality of being toxic or poisonous. There are nutritious
substances that which are contained in cold and cough medication syrup is paracetamol and
ammonium chloride. Paracetamol is used for analgesic (pain killer) and antipyretic
(lowering fever). Ammonium chloride as a cough medicine works in irritating mocosa
bronchial (diluting the phlegm), so it can be taken out. The main route of paracetamol
degradation can cause the instability is hydrolysis and forming 4-amminophenol which is
toxic for body. The level of paracetamol and the limit of 4-amminophenol impurity is
determined by HPLC, and the level of ammonium chloride is determined by the
potentiometer. The level of paracetamol in the sample of cold and cough syrup medication is
102.06%, the level of 4-amminophenol in the sample of cold and cough sryup medication
syrup is 0% and the level of ammonium chloride in the sample of cold and cough syrup
medication is 108.56%. Based on the result of the cold and cough syrup medication can fulfill
the requirements which have been set by Fermakope Indonesia V 2014 and United States
Pharmacopeia (USP) 41 2018.
Abstrak
Obat adalah bahan yang digunakan untuk pencegahan, pemulihan, maupun peningkatan
kesehatan manusia. Obat flu dan batuk dalam sediaan sirup harus memenuhi persyaratan
kualitas obat sebelum diedarkan ke pasaran. Stabilitas farmasi merupakan salah satu kriteria
yang amat penting untuk suatu hasil produk obat yang baik. Ketidakstabilan produk obat
dapat mengakibatkan penurunan kualitas dengan hilangnya khasiat obat dan menjadi toksik
atau beracun. Beberapa zat berkhasiat yang terdapat dalam obat flu dan batuk sirup adalah
parasetamol dan amonium klorida. Parasetamol digunakan sebagai analgesik (pereda nyeri)
dan antipiretik (penurun demam). Amonium klorida sebagai obat batuk bekerja dengan cara
mengiritasi mucosa bronchial (mengencerkan dahak) sehingga mudah dikeluarkan. Jalur
utama degradasi parasetamol yang menyebabkannya tidak stabil adalah peristiwa hidrolisis
membentuk 4-aminofenol yang bersifat toksik bagi tubuh. Kadar parasetamol dan batas
ketidakmurnian 4-aminofenol ditentukan dengan HPLC, dan kadar amonium klorida
31
Jurnal Sosial Sains. Vol.1 No.1. Januari 2021
Penentuan Kadar Parasetamol, Amonium Klorida, dan Batas Ketidakmurnian 4-Aminofenol dalam
Obat
ditentukan dengan potensiometer. Kadar parasetamol dalam sampel obat flu dan batuk sirup
adalah 102.06%, kadar 4-aminofenol dalam sampel obat batuk sirup adalah 0%, dan kadar
amonium klorida dalam sampel obat batuk sirup adalah 108.56%. Berdasarkan hasil tersebut,
sampel obat batuk sirup memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Farmakope Indonesia V
tahun 2014 dan United States Pharmacopeia (USP) 41 tahun 2018.
Kata kunci : High Performance Liquid Chromatography, kadar, obat batuk sirup,
potensiometer, uji stablitas
Pendahuluan
Obat batuk termasuk dalam
kategori obat bebas dan bebas terbatas
yang secara umum berupa sediaan sirup.
Obat batuk sediaan sirup harus memenuhi
persyaratan sebelum diedarkan ke pasaran.
Obat batuk sirup dengan kualitas yang
baik dapat menghasilkan efek farmakologi
atau efek terapi apabila mencapai tempat
aksinya dengan konsentrasi yang sesuai.
Contoh persyaratan kualitas obat yang
harus dipenuhi menurut Farmakope
Indonesia V tahun 2014 adalah syarat
kadar zat berkhasiat dan stabilitas obat.
Stabilitas obat dapat diketahui dari ada
atau tidaknya penurunan kadar zat
berkhasiat dalam obat atau terjadinya
perubahan penampilan sediaan obat
selama penyimpanan hingga mencapai
waktu kadaluwarsanya (Rohman &
Gandjar, 2010). Beberapa zat berkhasiat
dalam obat batuk sirup adalah parasetamol
dan amonium klorida. Parasetamol
digunakan sebagai obat analgesik-
antipiretik yaitu berfungsi sebagai pereda
nyeri dan penurun demam. Jalur utama
degradasi yang menyebabkan parasetamol
tidak stabil selama penyimpanan obat
adalah peristiwa hidrolisis yang memecah
parasetamol menjadi 4-aminofenol yang
bersifat toksik (Zulkarnain, 2014).
Amonium klorida dalam obat batuk
bekerja dengan cara mengiritasi mucosa
bronchial, sehingga mengencerkan dahak
yang menyebabkan dahak mudah
dikeluarkan, dan sebagai treatment pada
pengobatan alkalosis metabolik, yaitu
kondisi darah dalam tubuh bersifat lebih
basa karena tingginya kadar bikarbonat
dalam darah. Amonium klorida bekerja
dengan meningkatkan klorida sehingga
darah menjadi lebih asam (Kuntari et al.,
2018). Prinsip penentuan parasetamol
menggunakan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) yaitu
parasetamol yang telah terlarut dalam fase
gerak berupa metanol 95% akan terbaca
dalam kromatogram pada panjang
gelombang 243 nm. Penentuan batas
ketidakmurnian 4-aminofenol
menggunakan HPLC dimana 4-aminofenol
akan terbaca apabila terjadi degradasi
parasetamol dalam obat, dengan
menghasilkan puncak kromatogram yang
terbaca pada panjang gelombang 272 nm.
Penentuan kadar ammonium klorida
dilakukan secara argentometri
menggunakan potensiometer yaitu
berdasarkan reaksi pengendapan atau
pembentukan garam tidak larut pada
senyawa halogen ketika bereaksi dengan
ion Ag
+
dari titran.
Metode
Alat yang digunakan yaitu
instrumen HPLC Aglient 1280 Infinit II
VWD, kolom Purospher STAR RP-18
Endcapped, hotplate stirrer CIMAREC,
analytical balance Meter Toledo, pH
meter Seven Compact Toledo S220,
Emidar Khusnu, Dimas Andrianto
Jurnal Sosial Sains. Vol.1 No.1. Januari 2021
penyaring vacuum buchner Milipore
XX100473, labu takar, gelas piala, botol
schott, botol vial, gelas ukur, pipet mohr,
pipet volumetric, kertas saring No. 39,
membran filter 0.45 µm, ultrasonic
BRANSON 5800, dan Potensiometer
Hanna H190C.
Bahan yang digunakan yaitu
padatan Sodium Pentanesulfonate (PIC
B5), padatan KH
2
PO
4
, asam format,
trietilamin, purified water, H
3
PO
4
85%,
standar 4-aminofenol, standar parasetamol,
Succus liquiritiae, HCl 0.1 N, metanol
98%, dan sampel obat batuk sirup.
Hasil dan Pembahasan
Sampel obat batuk sirup yang
digunakan setelah penyimpanan dalam
interval waktu 24 bulan pada suhu 30
o
C.
Sampel dilakukan analisis sifat fisik secara
organoleptik tidak mengalami perubahan
warna, bau dan rasa, yaitu tetap coklat
kehitaman, bau jeruk dan rasa manis. pH
sampel yang dihasilkan dari pengukuran
pH meter yaitu 5.47, dan bobot jenis (BJ)
sampel yang dihasilkan dari pengukuran
piknometer yaitu 1.094 g/mL untuk kedua
ulangan. Spesifikasi PT Combiphar yang
mengacu pada FI V 2014 untuk pH adalah
3.8-6.1 dan untuk BJ adalah 1.050-1.110
g/mL, maka sampel telah memenuhi
persyaratan karena pH obat harus sesuai
fisiologis kondisi pencernaan manusia dan
BJ obat menjadi dasar dalam
memformulasikan obat (Wulandari,
2015).
Tabel 1 Hasil uji sistem suitabilitas
parasetamol dan 4-aminofenol
Sampel
RSD
Area
(%)
RSD
waktu
retens
i (%)
Tailin
g
factor
Theoretica
l plates
SST
parasetamo
l
1.52
5
0.095
1.33
3716.8
SST 4-
aminofenol
0.08
9
0.031
1.33
6619.9
Kesesuaian sistem yang diacu PT
Combiphar berdasakan FI V 2014 dan
USP 41 2018 yaitu memiliki syarat RSD
area 2.0%; RSD waktu retensi 2.0%;
tailing factor 2.0; theoretical plates
1000. Hasil uji kesesuaian sistem yang
diperoleh dari analisis telah memenuhi
persyartan (Tabel 1). Parameter tersebut
memberikan tingkat kepercayaan
mengenai ketepatan kolom, fase gerak,
suhu, laju alir dan kinerja sistem (pompa
dan detektor), sehingga memadai
dilakukan analisis pada kondisi HPLC
tersebut.
Analisis parasetamol berdasarkan
waktu retensi untuk mendeteksi ada
tidaknya senyawa parasetamol. Waktu
retensi yang dihasilkan sampel obat batuk
adalah 4.44 menit, nilai tersebut sama
dengan nilai waktu retensi yang dihasilkan
puncak standar parasetamol yaitu 4.44
menit, sehingga dapat dinyatakan sampel
obat batuk sirup mengandung parasetamol
(Gambar 1).
Penetapan kadar terlebih dahulu
dilakukan uji sistem suitabilitas pada
HPLC yang digunakan untuk memperoleh
kondisi optimum HPLC.
(a)
Penentuan Kadar Parasetamol, Amonium Klorida, dan Batas Ketidakmurnian 4-Aminofenol dalam
Obat
33
Jurnal Sosial Sains. Vol.1 No.1. Januari 2021
(b)
Gambar 1
Kromatogram standar parasetamol (a)
dan sampel obat batuk sirup (b)
Analisis 4-aminofenol
menghasilkan kromatogram pada standar 4-
aminofenol membentuk puncak pada waktu
retensi 5.86 menit, sementara
kromatogram sampel pada menit 5.86
tidak terbentuk puncak, sampel dikatakan
tidak mengandung senyawa 4-aminofenol
(Gambar 2).
(a)
(b)
Gambar 2
Kromatogram standar 4-aminofenol (a)
dan sampel obat (b)
Perhitungan kadar tidak dapat
dilakukan karena tidak terdapat luas area
puncak pada kromatogram sampel, maka
kadar dinyatakan 0%. Berdasarkan
spesifikasi PT Combiphar yang mengacu
pada USP 41 tahun 2018, syarat batas
kadar 4-minofenol adalah tidak lebih dari
sama dengan 0.5%. Sampel obat
dinyatakan telah memenuhi persyaratan,
parasetamol dalam obat sirup tidak
Kadar parasetamol yang diperoleh
pada sampel obat batuk sirup adalah
102.06%. Data yang digunakan dalam
perhitungan kadar parasetamol yaitu
perbandingan bobot yang ditimbang dan
luas area puncak standar parasetamol
dengan bobot yang ditimbang dan luas
area sampel obat sirup. Nilai kadar sudah
memenuhi persyaratan yang dibakukan PT
Combiphar dengan mengacu pada FI V
2014 yaitu berkisar antara 90.0%-110.0%.
terdegradasi dan obat sirup belum
mengalami kerusakan.
Analisis kadar amonium klorida
diperoleh volume titrasi blanko ketika
mencapai Titik Ekuivalen (TE) pada kedua
ulangan adalah 0.078 mL sementara pada
sampel ulangan pertama adalah 4.064 mL
dan ulangan kedua 4.063 mL. TE titrasi
ditandai dengan terjadinya lompatan
potensial yang tajam. Grafik yang
dihasilkan pada titrasi potensiometri
membentuk kurva hubungan beda
potensial dengan volume. Penetapan kadar
NH
4
Cl sampel diperoleh 108.56%,
berdasarkan FI V 2014 kadar NH
4
Cl pada
suatu produk obat batuk sirup adalah
99.5%-100.5%, maka sampel telah
memenuhi persyaratan dan dikatakan
belum mengalami kerusakan dan masil
stabil.
Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran
didapatkan hasil kadar parasetamol adalah
102.06%, kadar amonium klorida adalah
108.56%, dan kadar 4-aminofenol adalah
0%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
obat batuk sirup yang dianalisis memenuhi
persyaratan uji stabilitas yang telah
ditetapkan Farmakope Indonesia V tahun
2014 dan United States Pharmacopeia
(USP) 41 tahun 2018.
Emidar Khusnu, Dimas Andrianto
Jurnal Sosial Sains. Vol.1 No.1. Januari 2021
Bibliography
Kuntari, K., Aprianto, T., Baruji, B., &
Noor, R. H. (2018). Validasi Metode
Penentuan Amonium Klorida dalam
Obat Batuk Hitam secara Titrimetri.
Indonesian Journal of Chemical
Analysis (IJCA), 1(01), 3541.
Rohman, A., & Gandjar, I. G. (2010).
Kimia farmasi analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 298304.
Wulandari, P. (2015). Formulasi dan
Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Gel
Ekstrak Pegagan (Centella asiatica
(L.) Urban) dengan Gelling Agent
Karbopol 940 dan Humektan
Propilenglikol. Skripsi, Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
Zulkarnain, I. (2014). Stabilitas Kimia Dan
Usia Simpan Sirup Parasetamol Pada
Berbagai Suhu Penyimpanan. As-
Syifaa Jurnal Farmasi, 6(1), 1724.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License