Volume 2, Nomor 6, Juni 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
739 http://sosains.greenvest.co.id
Menurut Badan dan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), KB
aktif di antara Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2019 sebesar 62,5%, mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 63,27%. Sementara target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar
66%. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 juga
menunjukan angka yang lebih tinggi pada KB aktif yaitu sebesar 63,6%. KB aktif tertinggi
terdapat di Bengkulu yaitu sebesar 71,4% dan yang terendah di Papua Barat sebesar 25,4%.
Terdapat 11 (sebelas) provinsi dengan cakupan KB aktif mencapai target RPJMN yaitu
Provinsi Bengkulu, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung,
Bali, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo, Jawa Barat.
Sebagian besar peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan
sangat dominan dibanding metode lainnya, dimana suntikan (63,7%), pil (17,0%), AKDR
(7,4%), Implant (7,4%), Metode Operasi Pria (MOP) (0,5%), MOW (2,7%), Kondom
(1,2%). Padahal suntikan dan pil termasuk dalam metode kontrasepsi jangka pendek
sehingga tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian kehamilan lebih rendah
dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Menurut Data Statistik Sektoral Kabupaten Karawang jumlah PUS yaitu 539.815.
Berdasarkan data akhir Desember 2018 peserta KB yang aktif sebanyak 378.049 sebagian
besar memilih suntik 206.195 (54,5 %), pil 113.770 (30,1 %), Implant 26.453 (7%), AKDR
21.476 (5,6 %) (Dinas Komunikasi dan Informatika Karawang, 2020). Dari data desa
Purwamekar pada bulan Januari Tahun 2021 jumlah PUS adalah 663 orang yang memakai
IUD sebanyak 19 orang (2,8%). Cakupan KB IUD yaitu 14% dari jumlah PUS sedangkan
pemakainya masih sebanyak 2,8 %. Dari data desa Purwamekar cakupan IUD masih
rendah.
Berdasarkan data buku registrasi KB Praktik Mandiri Bidan (PMB) Rustini selama
tahun 2020 hanya 1,1 % atau 4 orang yang menggunakan akseptor KB AKDR, sementara
itu metode banyak yang dipilih yaitu suntik sebanyak 243 orang (92,8%) dan metode
lainnya pil sebanyak 11 orang (7,1%). Selain dari itu masyarakat juga banyak yang tidak
menggunakan AKDR karena banyak mitos yang beredar di masyarakat tentang AKDR
dengan persepsi yang negatif misalnya AKDR bisa berpindah – pindah tempat,
ketidaknyamanan dalam berhubungan, merasa takut benda asing dimasukkan kedalam
rahim dan lain sebagainya. Dari beberapa rumor itu banyak masyarakat takut untuk
menggunakan AKDR.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Kurrohman (2019) tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan rendahnya pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) pada akseptor KB aktif yaitu pengetahuan (p=0,028), sikap (p=0,015), pendapatan
(p=0,005), sumber informasi (p=0,002) dan dukungan suami (p=0,036). Faktor yang
mempunyai hubungan paling besar dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) yaitu sumber informasi dengan (OR = 4,030).Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemakaian Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Rustini Karawang
tahun 2021. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan
intervensi yang efektif untuk peningkatan pemakaian AKDR.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Hasil penelitian berupa proporsi variabel dependen dan variabel
independen akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berupa presentase sedangkan
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen akan