798 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 7 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
WUJUD ENTAR PADA CECANDRAN DALAM TINDAK TUTUR
ILOKUSI EKSPRESIF MEMUJI
Nanda Lestari
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
Email : nandaajha20[email protected]
Info Artikel :
Diterima : 30 Juni 2022
Disetujui : 10 Juli 2022
Dipublikasikan : 15 Juli 2022
Kata Kunci:
Gaya bahasa,
cecandran, tindak
tutur, memuji
Keywords:
Metaphor,cecand
ran,speech acts,
compliment
ABSTRAK
Latar Belakang: Gaya bahasa akan menjadikan suatu tuturan menjadi lebih indah
serta lebih jelas. Gaya bahasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah wujud entar
yang berupa cecandran. Wujud cecandran tersebut ditemukan dalam salah satu bentuk
tindak tutur yaitu tindak tutur ilokusi ekspresif memuji. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan bagaimana wujud cecandran dalam tindak tutur memuji
yang digunakan ditengah-tengah masyarakat. Metode: Penelitian ini termasuk dalam
jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan
menggunakan model analisis Miles and Huberman. Data hasil penelitian diperoleh dari
kegiatan simak dan catat terhadap kegiatan komunikasi yang terjadi di masyarakat.
Hasil: Berdasarkan pembagian dari jenis cecandran dan jenis tindak tutur memuji,
diperoleh sepuluh wujud cecandran dalam tindak tutur memuji, namun hasil dari
penelitian ini hanya dapat menjelaskan delapan jenis wujud cecandran dalam tindak
tutur memuji yang dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu wujud cecandran dalam
tindak tutur memuji yang berbentuk pernyataan serta wujud cecandran dalam tindak
tutur memuji yang berwujud pertanyaan. Kesimpulan: Wujud entar pada cecandran
tersebut memiliki hubungan yang erat dengan tindak tutur ilokusi ekspresif memuji
karena masih wujud cecandran digunakan sebagai sarana untuk mengutarakan pujian
kepada orang orang lain agar terlihat lebih jelas, lebih indah, juga lebih sopan ketika
didengarkan oleh mitratutur.
ABSTRACT
Backround: Metaphors will make a speech more beautiful and clearer. A metaphor
used in this study is an entry form in the form of cecandran. The form of cecandran is
found in one form of speech act, namely expressive illocutionary speech acts. Purpose:
This study aims to explain how cecandran forms in praise speech acts that are used in
the midst of society. Method: This research belongs to the qualitative descriptive type
of research. The data from the study were then analyzed using miles and huberman
analysis model. The research data is obtained from listening and recording activities
on communication activities that occur in the community. Results: Based on the
division of the type of cecandran and the type of praise speech act, ten forms of
cecandran in praise speech acts were obtained, but the results of this study can only
explain the eight types of cecandran forms in praise speech acts which are grouped
into two types, namely the form of cecandran in praise speech acts in the form of
statements and the form of cecandran in praise speech acts in the form of questions.
Conclusion: The entar form in the cecandran has a close relationship with the
Wujud Entar Pada Cecandran Dalam Tindak Tutur
Ilokusi Ekspresif Memuji
2022
Nanda Lestari 799
expressive illocutionary speech act of praising because it is still the form of the
cecandran used as a means to express praise to others to make it look clearer, more
beautiful, and also more polite when listened to by the counterparty.
PENDAHULUAN
Hubungan semantik leksikal dalam pragmatik merupakan tema didalam penelitian
ini (Hasriani, 2015). Bagian dari semantik leksikal stilistik ini dapat digunakan dalam
salah satu wujud tindak tutur yang terjadi di masyarakat setiap harinya, oleh karena itu
dari tema tersebut dapat menumbuhkan salah satu topik bahasan tentang gaya bahasa
dalam suatu tindak tutur. Wujud gaya bahasa tersebut dibagi menjadi sembilan jenis,
salah satunya yaitu wujud entar dalam cecandran. Lalu untuk jenis tindak tutur dibagi
menjadi tiga yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Dari ketiga jenis tindak tutur
tersebut, yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tindak tutur ilokusi. Jenis
tindak tutur ilokusi yang akan digunakan adalah tindak tutur ilokusi ekspresif memuji
(Sari, 2012). Dari berbagai bagian tersebut bisa diambil salah satu topik pembahasan
yakni tentang wujud cecandran dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji. Wujud entar
dalam cecandran tersebut merupakan bagian dari semantik stilistika yang digunakan
untuk menegaskan hal-hal yang dicandra atau diperumpamakan, sedangkan tindak tutur
ilokusi ekspresif memuji merupakan tempat dimana wujud entar pada cecandran tersebut
digunakan atau dimana wujud cecandran tersebut ditemukan.
Berdasarkan alasan konseptual, topik tersebut menarik untuk dibahasa karena
antara wujud entar pada cecandran dengan tindak tutur ilokusi ekspresif memuji memiliki
hubungan yang sangat erat. Wujud cecandran tersebut bisa menjadikan tindak tutur
ilokusi ekspresi memuji menjadi semakin jelas dan indah. Hal ini dikarenakan dnegan
menggunakan wujud cecandran bisa menjadikan gambaran tentang bagaimana keindahan
bagian tubuh dan perilaku dari mitratutur terlihat semakin jelas dan bisa dibayangkan
oleh mitratutur tersebut. Oleh karena itu bisa lebih menegaskan apa yang ingin
disampaikan oleh penutur terhadap mitratutur. Selanjutnya, berdasarkan alasan factual
wujud entar pada cecandran dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji masih sering
digunakan oleh masyarakat dalam percakapan sehari-hari, khususnya digunakan oleh
masyarakat Jawa. Contohnya ketika seseorang memuji keindahan warna kulit mitratutur
dengan menggunakan kata “kulite kining langseb”, hal ini menunjukkan salah satu bentuk
pujian terhadap warna kulit seseorang yang terlihat putih selayaknya warna dari kulit
buah langsat.
Penelitian tentang wujud cecandran sudah pernah diteliti oleh beberapa orang.
Salah satunya adalah wujud cecandran pernah diteliti oleh Prihesti Setia Wulandari,
dalam skripsinya yang berjudul “Lelewaning Basa Panyandra Pengantin Jawa di Wilayah
Kebumen”. Skripsi tersebut disusun pada tahun 2011. Dalam penelitian tersebut memiliki
pembahasan yang sama dengan pembahasan yang sedang dilakukan oleh peneliti yaitu
membahas tentang panyandra. Hanya saja tempat penggunaan unsur panyandra tersebut
berbeda, karena peneliti akan mengambil unsur panyandra yang ada dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif memuji (Suhartomo, Mubarok, & Rizki, 2015).
Penelitian ini akan dibahas dengan menggunakan pendekatan etnografi
komunikasi. Pendekatan etnografi komunikasi merupakan salah satu pendekatan yang inti
penelitian atau tujuan penelitiannya ditujukan pada kegiatan komunikasi dalam suatu
masyarakat tertentu melalui etnografi (penjelasan yang berdasarkan pada data asli bahasa
dari masyarakat tersebut) (Laili, 2015). Dalam pendekatan etnografi komunikasi aka nada
tiga konteks yang harus diperhatikan, yaitu wujud sosial, hubungan sosial, serta keadaan
sosial dari penutur dan mitratutur. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
Volume 2, Nomor 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
800 http://sosains.greenvest.co.id
bangaimana wujud entar pada cecandran dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji.
Penelitian tentang wujud cecandran dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji ini
memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari
penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang semantik stilistika
dalam pragmatik pada bahasa Jawa melalui penelitian tentang wujud entar pada
cecandran dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji. Selanjutnya manfaat praktis
dalam penelitian ini adalah agar dapat digunakan menjadi salah satu bahan pembelajaran
tentang semantik stilistika dan juga pragmatic (Amilia & Anggraeni, 2019).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deksriptif kualatiatif, dimana data
hasil penelitian akan lebih menekankan pada makna daripada generalisasi (Darna &
Herlina, 2018). Sumber data dalam penelitian kualtitatif dibagi menjadi dua yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
percakapan sehari-hari yang terjadi di wilayah Desa Tumpakrejo, Kecamatan Gedangan,
Kabupaten Malang. Sedangkang sumber data sekunder pada penelitian ini didapatkan dari
jurnal-jurnal serta penlitian terdahulu yang relevan dengan topik pembahasan dalam
penelitian ini. Data hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil
dari kegiatan simak dan catat. Peneliti akan menyimak dan mengamati percakapan yang
terjadi ditengah masyarakat, kemudian peneliti akan menulis semua data yang selaras
dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. Data yang diambil adalah tindak tutur
memuji yang didalamnya mengandung unsur cecandran.
Setelah data-data hasul penelitian berhasil dikumpulkan, selanjutnya akan
dilakukan proses analisis data dengan menggunakan model Miles dan Huberman.
Menurut Sugiyono (2016:92-96) teknik analisis model Miles dan Huberman dibagi
menjadi tiga tahapan. Yang pertama adalah tahapan mereduksi data, dimana peneliti akan
mengelompokkan data hasil penelitian sesuai dengan kategori dan rumusan masalah yang
telah ditentukan oleh peneliti. Selanjutnya peneliti akan melalui proses penyajian data,
dimana data hasil penelitian tersebut akan disajikan dalam bentuk teks yang bersifat
naratif. Setelah data selesai disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, selanjutnya
peneliti akan menarik kesimpulan dari keseluruhan data hasil penelitian tersebut (Aminah
& Kurniawati, 2018).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Ciri-ciri Wujud Entar pada Cecandran dalam Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif
Memuji
Maksud dari wujud entar pada cecandran dalam tindak tutur ilokusi ekspresif
memuji yaitu wujud cecandran atau kata-kata yang mengandung maksud perumpamaan
(pepindhan) yang terjadi dalam tindak tutur memuji. Antara wujud entar pada cecandran
degan tindak tutur memuji tersebut memiliki hubungan yang erat. Wujud entar pada
cecandran tersebut digunakan sebagai sarana untuk memberikan pujian kepada orang lain
agar pujian tersebut terlihat lebih halus, sopan dan juga lebih jelas. Dengan menggunakan
unsur cecandran, gambaran tentang hal yang ingin disampaikan dan menarik perhatian
penutur tersebut dapat telihat lebih jelas dan dapat dibayangkan oleh mitratutur. Kata-kata
cecandran yang digunakan dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji merupakan kata-
kata yang memiliki arti mengindahkan atau mengumpamaka bagian tubuh dan perilaku
sesorang dengan hal-hal yang memiliki sifat yang hampir sama. Hal ini selaras dengan
pengertian dari memuji. Menurut Benham dan Amizahed (2011), tindak tutur memuji
Wujud Entar Pada Cecandran Dalam Tindak Tutur
Ilokusi Ekspresif Memuji
2022
Nanda Lestari 801
digunakan untuk menunjukkan pengakuan tentang perilaku seseorang, bagian tubuh
seseorang, kuwalitas atau rasa. Yang kedua, tindakan memuji digunakan untuk
menunjukkan rasa kagum terhadap mitratutur. Yang ketiga yaitu untuk memberikan
pujian dan yang terakhir adalah untuk menumbuhkan rasa persaudaraan antara penutur
dan mitratutur. Oleh karena itu tindak tutur ilokusi ekspresif memuji akan lebih baik jika
diungkapkan dengan menggunakan wujud cecandran.
Mengutip dari buku An Introduction To Stylistic (Toolan, 2014) yang
berhubungan dengan tindak tutur memuji. “The compliments what a fabulous jacket! and
Sharp haircut! are informs with evaluation and other-attentiveness uppermost. Greetings
and partings are often the most mechanical and routine parts of interaction but they, too,
can be characterized as in part informs, disclosing the speaker's wishes or disposition
towards the addressee (as indeed do insults, also). Very many of our more interactional
speech acts (compliments, greetings, and so on) are informs refracted by considerations
of politeness. A compliment is an inform that is noticeably and excessively attentive to the
addressee's positive face, while an insult is an inform designed to be abnormally
threatening to the addressee's positive face.”
Berdasarkan kutipan tersebut bisa diketahui bahwa tindak tutur memuji
merupakan salah satu sarana untuk menjelaskan atau mengungkapkan apa yang dirasakan
oleh penutur terhadap mitratutur. Tindak tutur ilokusi ekspresif memuji juga termasuk
dalam tindak tutur interaksional yang dituturkan dengan mengutamakan aspek kesopanan.
Selain itu dalam tindak tutur memuji juga mengutamakan tanggapan positif dari
mitratutur (Afwah, Nababan, & Djatmika, 2019).
Semua wujud entar dalam bahasa Jawa termasuk kedalam jenis metafora/
metaphor. Wujud entar tersebut bisa digunakan dalam tindak tutur ilokusi ekspresif
memuji. Menurut Leech (1983) dan Simpson (1989) memuji atau simpatik merupakan
salah satu wujud unggah-ungguh atau kesopanan, oleh karena itu akan terlihat lebih
indah, halus, dan jelas jika tuturan tersebut dituturkan dengan menggunakan gaya bahasa,
salah satunya adalah wujud cecandran/panyandra tersebut. Dengan menggunakan wujud
entar pada cecandran tersebut dapat menjadikan tindak tutur memuji akan terlihat lebih
sopan.
Mengutip dari buku Pragmatic Stylistic (Black, 2005) yang berhungan dengan
wujud metaphor dalam tindak tutur memuji yang termasuk dalam teori kesopanan atau
unggah-ungguh. “In this he is interestingly close to Sperber and Wilson’s analysis of
poetic effects (1995: 217ff.), and to Blakemore’s discussion (1993), which considers the
importance of the speaker’s judgement about the hearer’s resources in formulating an
utterance. The cognitive capacities of the audience and our judgement of their
encyclopaedic knowledge will a
ect how we express ourselves. All of this strongly
suggests that metaphor is to be included within the realm of politeness phenomena: it
anoints our positive face, despite the fact that, initially, the e
ort required may seem to
be a FTA. Thus it has a powerful interpersonal element: it pays us a compliment,
stimulates thought, and gives pleasure.”
Berdasarkan kutipan diatas bisa lebih menegaskan bahwa antara metaphor/gaya
bahasa memiliki hubungan yang erat dengan tindak tutur. Dalam buku Pragmaic Stylistic
tersebut Blackmore’s (1993) mengarahkan jika metaphor/gaya bahasa harus dimasukkan
kedalam tindak tutur yang termasuk dalam teori kesopanan. Hal tersebut karena dengan
menggunakan gaya bahasa bisa menjadi salah satu ekspresi positif dari penutur terhadap
mitratutur (Gavins & Lahey, 2016). Hal ini selaras dengan wujud entar pada cecandran
dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji, karena wujud cecandran tersebut
menggambarkan penggunaan metaphor atau gaya bahasa, lalu gaya bahasa tersebut
Volume 2, Nomor 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
802 http://sosains.greenvest.co.id
digunakan dalam tindak tutur memuji yang termasuk dalam teori kesopanan atau unggah-
ungguh.
Wujud entar pada cecandran ini mempunyai beberapa ciri, yaitu mempunyai arti
yang bukan arti sebenarnya, mengumpamakan atau membandingkan dua hal yang
mempunyai wujud atau sifat yang hampir sama, mengindahkan hal yang diperumpakan
atau dicandra tersebut (Lestari, n.d.). Sedangkan untuk ciri dari tindak tutur ilokusi
ekspresif memuji yaitu adanya pengakuan, adanya tanggapan dari mitratutur, adanya inti
dari apa yang diungkapkan oleh penutur, penutur menunjukkan kelebihan dari mitratutur,
menumbuhkan rasa suka dari penutur dan mitratutur, dan yang terakhir yaitu dari tuturan
tersebut bisa menumbuhkansikap yang positif.
Untuk wujud entar pada cecandran dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji
memiliki beberapa ciri, yaitu (1) memuat maksud memberikan pujian terhadap kelebihan
orang lain namun dituturkan atau diungkapkan dengan menggunakan cecandran, (2)
wujudnya ada dua yaitu yang berwujud pernyataan dan pertanyaan, (3) hal yang dipuji
adalah hal yang berhubungan dengan bagian tubuh seseorang atau tingkah laku
seseorang, (4) dalam kalimat pujian yang sedang dituturkan dapat diperumpakan dengan
hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya yang mempunyai sifat atau wujud yang hampir
sama dengan hal yang sedang dipuji.
2. Bagian dari Wujud Entar pada Cecandran dalam Tindak Tutur Ilokusi
Ekspresif Memuji
Berdasarkan wujudnya, dalam teori kesopanan yang telah dijelaskan oleh Bruce
Fraser (dalam Chaer, 2010: 47-49) tentang santun tidaknya tindak tutur memuji, tindak
tutur memuji dibagi menjadi dua yaitu tindak tutur memuji yang berbentuk penyataan dan
tindak tutur memuji yang berbentuk pertanyaan. Tindak tutur memuji yang berbentuk
pernyataan merupakan penyataan tentang hal-hal yang dianggap dapat menarik perhatian
sehingga penutur tersebut mengatakan tuturan yang dapat mewakilkan rasa dari penutur
itu sendiri dengan wujud penyataan. Yang kedua yaitu tindak tutur memuji yang
berwujud pertanyaan. Tindak tutur memuji yang berwujud pertanyaan merupakan suatu
tindak tutur memuji yang membutuhkan pengakuan dari mitratutur jika mitratutur
tersebut juga setuju dengan apa yang telah dikatakan oleh penutur. Menurut Holmes
(2003: 187) tindak tutur memuji dibagi menjadi empat, yaitu (1) memuji terhadap tingkah
laku seseorang, (2) memuji terhadap prestasi seseorang, (3) memuji terhadap apa yang
dimiliki oleh seseorang, (4) memuji terhadap kepribadian seseorang, namun dari keempat
jenis tindak tutur menurut Holmes tersebut, yang selaras dengan wujud entar pada
cecandran hanya tindak tutur memuji terhadap tingkah laku seseorang.
Selain itu menurut Nurgiyantoro (2017:277) menjelaskan bahwa cecandran
tersebut memiliki hubungan dengan pancaindra manusia, oleh karena itu wujud cecandran
dibagi menjadi lima jenis, yaitu cecandran penglihatan (visual), cecandran pendengaran
(auditoris), cecandran tingkah laku (kinestetik), cecandran pengraba (taktil termal),
cecandran pembau (olfaktori). Hal-hal yang digunakan untuk membandingkan atau
memperumpakan dalam cecandran tersebut biasanya mempunyai wujud atau sifat yang
hampir sama dengan objek yang akan diperumpamakan. Bisa dibandingkan dengan
hewan, tumbuhan, dan berbagai hal lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, jika bagian dari wujud entar pada cecandran
digabungkan dengan tindak tutur ilokusi ekspresif memuji, bisa menumbuhkan sepuluh
bagian yaitu (1) wujud cecandran penglihatan dalam tindak tutur memuji yang berwujud
pernyataan, (2) wujud cecandran pendengaran dalam tindak tutur ilokusi memuji yang
berbentuk penyataan, (3) wujud cecandran peraba dalam tindak tutur memuji yang
berwujud penyataan, (4) wujud cecandran tingkah laku dalam tindak tutur memuji yang
Wujud Entar Pada Cecandran Dalam Tindak Tutur
Ilokusi Ekspresif Memuji
2022
Nanda Lestari 803
berwujud pernyataan, (5) wujud cecandran pembau dalam tindak tutur ilokusi memuji
yang berwuju pernyataan, (6) wujud cecandran penglihatan dalam tindak tutur ilokusi
memuji yang berwujud pertanyaan, (7) wujud cecandran pendengaran dalam tindak tutur
ilokusi memuji yang berwujud pertanyaan, (8) wujud cecandran peraba dalam tindak
tutur ilokusi memuji yang berwujud pertanyaan, (9) wujud cecandran tingkah laku dalam
tindak tutur ilokusi memuji yang berwujud pertanyaan, (10) wujud cecandran pembau
dalam tindak tutur ilokusi memuji yang berwujud pertanyaan.
3. Penjelasan dan Pandangan
a. Wujud Cecandran Penglihatan dalam Tindak Tutur Ilokusi Memuji yang Berwujud
Pernyataan
Bisa dimengerti bahwa penutur terebut menuturkan pujian yang berwujud
pernyataan dengan menggunakan cecandran yang dapat dilihat dengan indra penglihatan.
(1) P: Lha lek kaya awakmu ngeneki masiya panasan terus ya ora kira isa ireng
Ndra, lha wong kulite asli kuning langseb kaya ibumu.”
(Kalau seperti kamu ini walaupun berpanas-panasan setiap hari ya tidak mungkin
bisa hitam Ndra, soalnya kulit kamu asli kuning langsat seperti ibumu.)
Mt: Wadhuh, inggih sami kemawon Mbah, kadhang kala inggih saged belang
menawi kenging panas.”
(Waduh, ya sama saja Mbah, kadang-kadang juga bisa belang kalau terkena
panas.)
Wujud cecandran penglihatan dalam tindak tutur memuji yang berbentuk
pernyataan dapat dilihat pada salah satu keadaan diatas. Keadaan tersebut terjadi antara
wanita dewasa yang status ekomoninya sedang sebagai penutur dan remaja putri yang
status ekonominya sedang sebagai mitratuturnya (Setyaningsih, 2016). Kedua orang
tersebut memiliki hubungan yang dekat sebagai saudara yang rumahnya saling
berdekatan. Keadaan tersebut terjadi dirumah mitratutur ketia ia sedang membantu ibunya
menjemur jagung. Keadaan pada percakapan tersebut termasuk kedalam keadaan yang
tidak resmi.
Keadaan tersebut memunjukkan tindak tutur memuji yang disampaikan atau
diutarakan dengan menggunakan wujud cecandran, yaitu “kulite kuning langseb”. Pada
ungkapan tersebut, bagian tubuh seseorang yaitu kulit diibaratkan atau dibandingkan
dengan tumbuhan yaitu buah langsat. dari tindak tutur tersebut menunjukkan bahwa
penutur tersebut memberikan pujian terhadap keindahan warna kulit mitratutur yang
terlihat putih dan bersih walaupun terkena paparan sinar matahari setiap harinya. Artinya,
“kulite kuning langseb” disini menggambarkan jika warna kulit dari mitratutur terlihat
putih selayaknya warna kulit dari buah langsat. Dari tuturan tersebut bisa dilihat bahwa
wujud tindak tutur memuji tersebut termasuk kedalam tindak tutur yang berbentuk
pernyataan yang diutarakan oleh penutur terhadap mitratutur.
(2) P: Alise sampeyan iki gampang dibentuk Mbak, soale wis apik. Bentuke kaya
nanggal sepisan ngene.”
(Alis kamu ini mudah untuk dibentuk Mbak, soalnya sudah bagus. Bentuknya seperti
nanggal sepisan/seperti bulan ditanggal satu begini.”
Mt: Iya Mbak, jare sing tau ndandani aku kae ya ngono. Cocog wis gawe aku sing
ora bisa alisan ngene, dad iwis ora usah bingung benakne alis ben dina.
(Iya Mbak, kata yang pernah merias saya juga begitu. Cocok untuk saya yang tidak
bisa menggambar alis seperti ini, jadi tidak perlu bingung membuat alis setiap hari.”
Volume 2, Nomor 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
804 http://sosains.greenvest.co.id
Wujud cecandran penglihatan dalam tindak tutur memuji yang berbentuk
pernyataan dapat dilihat pada salah satu keadaan diatas. Keadaan tersebut terjadi antara
wanita dewasa yang status ekonominya sedang sebagai penutur dan remaja putri yang
status ekonominya sedang sebagai mitratuturnya. Kedua orang tersebut memiliki
hubungan yang tidak dekat sebagai perias dan pengantin wanita yang sedang ia rias.
Keadaan tersebut terjadi dirumah mitratutur ketia ia sedang dirias untuk acara
pernikahannya. Keadaan pada percakapan tersebut termasuk kedalam keadaan yang tidak
resmi.
Keadaan tersebut memunjukkan tindak tutur memuji yang disampaikan atau
diutarakan dengan menggunakan wujud cecandran, yaitu “alise nanggal sepisan”. Pada
ungkapan tersebut, bagian tubuh seseorang yaitu alis diibaratkan atau dibandingkan
dengan bentuk bulan yang muncul pada tanggal satu. Dari tindak tutur tersebut
menunjukkan bahwa penutur tersebut memberikan pujian terhadap keindahan bentuk alis
mitratutur yang terlihat rapi dan melengkung. Artinya, “nanggal sepisan” disini
menggambarkan jika bentuk alis dari mitratutur terlihat rapi dan melengkung selayaknya
bentuk bulan yang muncul pada tanggal pertama. Dari tuturan tersebut bisa dilihat bahwa
wujud tindak tutur memuji tersebut termasuk kedalam tindak tutur yang berbentuk
pernyataan yang diutarakan oleh penutur terhadap mitratutur.
b. Wujud Cecandran Pendengaran dalam Tindak Tutur Memuji yang Berbentuk
Pernyataan.
Bisa diartikan bahwa penutur tersebut mengutarakan pujian yang berbentuk
pernyataan dengan menggunakan cecandra yang bisa didengarkan oleh panca indra.
(3) P: “Ngrungkne sampeyan nyanyi jan seneng tenan aku Mbak, swara kok penak
temen ngombak banyu ngono lek dirungokne.”
(Mendengarkan kamu menyanyi itu seneng banget aku Mbak, suara kok enak banget
ngombak banyu kalau didengarkan.)
Mt: “Woalah matur nuwun hlo Mbak.”
(Woalah terimasih loh Mbak.)
Wujud cecandran pendengaran dalam tindak tutur memuji yang berbentuk
pernyataan dapat dilihat pada percakapan diatas. Keadaan tersebut terjadi antara wanita
dewasa dengan status ekonomi sedang sebagai penutur dan wanita dewasa dengan status
ekonomi sedang sebagai mitratutur. Keduanya memiliki hubugan yang dekat sebagai
tetangga yang jarak rumahnya berdekatan. Percakapan tersebut terjadi dirumah mitratutur
ketika mitratutur sedang berlatih menyanyi untuk acara hajatan. Keadaan tersebut
termasuk kedalam keadaan yang tidak resmi.
Percakapan diatas menunjukkan tindak tutur memuji yang diutaran atau
diungkapkan dengan wujud cecandran yaitu “swarane ngombak nayu”. Disini bagian
tubuh seseorang yaitu suara diibaratkan atau dibandingkan dengan keadaan yang ada di
alam yaitu “ombak’. Dari tindak tutur tersebut menunjukkan bahwa penutur tersebut
memberikan pujian terhadap suara seseorang yang terdengar bagus dan lembut ketika
menyanyi. Oleh karena itu suara yang lembut dan mendayu-dayu tersebut diibaratkan
atau dibandingkan dengan suara ombak yang terdengar merdu juga. Dari tuturan tersebut
dapat dilihat bahwa wujud tindak tutur memuji tersebut memiliki bentuk pernytaan dari
penutur kepada mitratutur.
c. Wujud Cecandran Tingkah Laku dalam Tindak Tutur Ilokusi Memuji yang
Berwujud Pernyataan
Bisa dimengerti bahwa penutur mengungkapkan pujian yang beruwujud
pernyataan dengan menggunakan cecandran tentang tingkah laku seseorang.
Wujud Entar Pada Cecandran Dalam Tindak Tutur
Ilokusi Ekspresif Memuji
2022
Nanda Lestari 805
(4) P: “Sampeyan lek njoged kok bisa luwes ngono ta Ndhuk, mosok awake bisa mliyak-
mliyuk kaya mucang kanginan wae.”
(Kamu ini kalau menari kok bisa luwes begitu toh Nak, masak badanya bisa
meliyuk-liyuk seperti mucang kanginan/pohon jambe yang diterpa angina saja.)
Mt: “He…he…he… Budhe niki saged mawon, matur nuwun hlo Budhe.”
(He…he…he… Budhe ini bisa saja, terimakasih loh Budhe.)
Wujud cecandran tingkah laku dalam tindak tutur memuji dapat dilihat pada
percakapan diatas. Keadaan tersebut terjadi antara wanita dewasa dengan keadaan
ekonomi sedang sebagai penutur dan anak perempuan dengan keadaan ekonomi sedang
sebagai mitratutur (Nasution, 2019). Keduanya memiliki hubungan yang dekat sebagai
saudara yang jarak rumahnya berdekatan. Keadaan tersebut terjadi disalah satu sekolah
ketika ada acara pelepasan siswa kelas 6 di sekolah tersebut. Keadaan tersebut termasuk
kedalam keadaan yang tidak resmi.
Percakapan diatas menunjukkan wujud tindak tutur memuji yang berbentuk
pernytaan dan diutarakan dengan wujud cecandran yaitu awake mliyak-mliyuk kaya
mucang kanginan”. Disini tingkah laku seseorang yaitu menari diibaratkan atau
dibandingkan dengan tumbuhan jambe. Dari tuturan tersebut menunjukkan jika penutur
tersebut memberikan pujian terhadap tarian seseorang yang terlihat bagus dan luwes, oleh
karena itu tarian dari orang tersebut diibaratkan dengan pohon jambe yang sedang diterpa
angina. Dari tuturan tersebut dapat dilihat bahwa wujud tindak tutur tersebut merupakan
pernytaan yang disampaikan oleh penutur kepada mitratutur.
(5) P:“Win iki lek kadhung nyambut gawe jan seken, nyrinthil wis sembarang
ditandangi.”
(Win ini kalau sudah bekerja rajin sekali, nyrinthil semua hal dikerjakan.)
Mt: “Lha karepe wis ben ndang rampung ngono lho Mbah.”
(Lah supaya cepat selesai begitu loh Mbah)
Wujud cecandran tingkah laku dalam tindak tutur memuji dapat dilihat pada
percakapan diatas. Keadaan tersebut terjadi antara wanita dewasa dengan keadaan
ekonomi sedang sebagai penutur dan wanita dewasa dengan keadaan ekonomi sedang
sebagai mitratutur (Ambarwati, 2017). Keduanya memiliki hubungan yang dekat sebagai
saudara yang jarak rumahnya berdekatan. Keadaan tersebut terjadi dirumah mitratutur
ketika mitratutur sedang bersih-bersih rumah. Keadaan tersebut termasuk kedalam
keadaan yang tidak resmi.
Percakapan diatas menunjukkan wujud tindak tutur memuji yang berbentuk
pernytaan dan diutarakan dengan wujud cecandran yaitu “nyrinthil”. Disini tingkah laku
seseorang yang terlihat sangat cekatan dalam bekerja diibaratkan atau dibandingkan
dengan hewan srinthil. Dari tuturan tersebut menunjukkan jika penutur tersebut
memberikan pujian terhadap pekerjaan seseorang yang terlihat cekatan, oleh karena itu
tarian dari orang tersebut diibaratkan dengan hewan srinthil yang terlihat kecil dan
cekatan juga. Dari tuturan tersebut dapat dilihat bahwa wujud tindak tutur tersebut
merupakan pernytaan yang disampaikan oleh penutur kepada mitratutur.
d. Wujud Cecandran Peraba dalam Tindak Tutu Memuji yang Berwujud Pernyataan
Busa diartikan jika penutur tersebut mengutarakan pujian yang berwujud
pernytaan dengan menggunakan wujud cecandran yang bisa dirasakan oleh indra
peraba.
(6) P: “ Sampeyan iki wis putih, kulite alus kaya kapas pisan.
(Kamu ini sudah putiih, kulitnya halus seperti kapas pula.)
Mt: “Woalah…kaya kapas apane Mbak.”
Volume 2, Nomor 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
806 http://sosains.greenvest.co.id
(Oalah seperti kapas apanya Mbak.)
Wujud cecandran peraba dalam tindak tutur memuji dapat dilihat dalam
percakapan tersebut. Keadaan tersebut terjadi antara wanita dewasa dengan status
ekonomi sedang sebagai penutur dan wanita dewasa dengan status ekonomi sedang
sebagai mitratutur. Keduanya memiliki hubungan yang erat sebagai tetangga yang jarak
rumahnya berdekatan. Percakapan tersebut terjadi dirumah mitratutur ketika keduanya
sedang duduk diteras. Keadaan tersebut termasuk kedalam keadan yang tidak resmi.
Percakapan diatas menunjukkan tindak tutur memuji yang diutarakan dengan
wujud cecandran yaitu “kulite alus kaya kapas”. Disini bagian tubuh seseorang yaitu kulit
diibaratkan dengan tumbuhan kapas. Dari tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur
memberikan pujian terhadap kulit seseorang yang terlihat putih dan halus bila diraba, oleh
karena itu warna dan tekstur kulit mutratutur tersebut diibaratkan dengan tumbuhan kapas
yang terlihat putih dan halus juga bila diraba. Dari tuturan tersebut dapat dilihat bahwa
wujud tindak tutur tersebut merupakan pernyataan yang diutarakan oleh penutur terhadap
mitratutur.
e. Wujud Cecandran Pembau dalam Tindak Tutur Memuji yang Berwujud Pernyataan
Bisa diartikan jika penutur menuturkan pujian yang berwujud pernyataan dengan
menggunakan cecandran yang bisa dirasakan oleh indra pembau.
(7) P: “Sore-sore ambune wis enak banget mambu bayi.”
(Sore-sore baunya sudah enak banget bau bayi.)
Mt: ”Inggih Budhe, kala wau nyuwun parfume adhik sekedhik.”
(Iya Budhe, tadi minta parfumnya adik sedikit.)
Wujud cecandran pembau dalam tindak tutur memuji yang berwujud pernyataan
dapat dilihat pada percakapan tersebut. Keadaan tersebut terjadi antara wanita dewasa
dengan keadaan ekonomi sedang sebagai penutur dan remaja putri dengan status ekonomi
sedang sebagai mitratutur. Keduanya memiliki hubungan yang dekat sebagai saudara
yang jarak rumahnya berdekatan. Percakapan tersebut terjadi ketika mitratutur lewat
didepan rumah penutur. Keadaan tersbut termasuk kedalam keadaan yang tidak resmi.
f. Wujud Cecandran Penglihatan dalam Tindak Tutur Memuji yang Berwujud
Pertanyaan
Bisa diartikan jika penutur menggutarakan pujian yang berbentuk pertanyaan
dengan menggunakan cecandran yang dapat dilihat dengan panca indra penglihatan.
(8) P: “Arek ayu sing medhayoh neng omahe sampeyan mau sapa se Mbak? Sing irunge
mancung?
(Anak cantik yang datang kerumah kamu tadi siapa Mbak? Yang hidungnya
mancung?
Mt: Woalah mau kae ta, dulurku teka Malang kuwi.
(Oalah yang tadi toh, saudaraku dari Malang itu.)
Wujud cecandran penglihatan dalam tindak tutur memuji yang berbentuk
pertanyaan dapat diihat pada percakapan tersebut. Keadaan ini terjadi antara remaja putri
dengan status ekonomi sedang sebagai penutur dan remaja putri dengan status ekonomi
sedang sebagai mitratutur. Keduanya memiliki hubungan yang dekat sebagai tetangga
yang jarak rumahnya berdekatan. Percakapan tersebut terjadi dirumah penutur ketika
keduanya sedang duduk bersama diteras rumah. Keadaan tersebut termasuk kedalam
keadaan yang tidak resmi.
Tindak tutur diatas menunjukkan tindak tutur memuji yang berbentuk pertanyaan
dan diutarakan dengan menggunakan wujud cecandran yaitu “irunge mancung”. Disini
bagian tubuh seseorang yaitu hidung diibaratkan atau dibandingkan dengan bagian dari
Wujud Entar Pada Cecandran Dalam Tindak Tutur
Ilokusi Ekspresif Memuji
2022
Nanda Lestari 807
pohon kelapa yaitu “mancung”. Dari tindak tutur tersebut menunjukkan bahwa penutur
mengutarakan pujian tentang indahnya hidung seseorang yang terlihat panjang dan
melengkung, oleh karena itu hidung dari seseorang tersebut diibaratkan atau
dibbandingkan dengan mancung yang terlihat panjang dan juga melengkung. Dari
percakapan tersebut dapat dilihat bahwa tuturan tersebut merupakan tindak tutur memuji
yang berbentuk pertanyaan yang membutuhkan pengakuan dari mitratutur tentang apa
yang sedang dibicarakan oleh penutur.
g. Wujud Cecandran Pendengaran dalam Tindak Tutur Memuji yang Berwujud
Pertanyaan
Bisa diartikan jika penutur mengutarakan pujian yang berbentuk pertanyaan
dengan menggunakan cecandran yang bisa didengarkan oleh panca indra.
(9) P: “Sing nyanyi neng perpisahan wingi apa anake Kun? Kok swarane penak liyak-
liyuk kaya ngombak banyu ngono?
(Yang menyanyi di acara perpisahan kemarin apa anaknya Kun? Kok suaranya enak
meliyuk-liyuk seperti ombak?)
Mt: “Iya anake Kun kuwi, swarane pancen penak arek iku masiya sik cilik ngono
(Iya memang anaknya Kun itu, suaranya memang bagus walaupun masih kecil
begitu.)
Wujud cecandran pendengaran dalam tindak tutur memuji yang berbentuk
pertanyaan dapat dilihat pada percakapan tersebut. Keadaan tersebut terjadi antara wanita
dewasa dengan status ekonomi sedang sebagai penutur dan wanita dewasa dnegan status
ekonomi sedang sebagai mitratutur. Keduanya memiliki hubungan yang dekat sebagai
saudara yang jarak rumahnya dekat. Percakapan tersebut terjadi dirumah mitratutur ketika
keduanya sedang duduk bersama diteras rumah. Keadaan tersebut termasuk kedalam
keadaan yang tidak resmi.
Tindak tuur diatas menunjukkan tindak tutur memuji yang diutarakan dengan
menggunakan wujud cecandran yang dapat didengarkan oleh panca indra yaitu “ngombak
banyu”. Disini bagian tubuh seseorang yaitu suara diibaratkan atau dibandingkan dengan
keadaan alam yaitu suara ombak. Dari tindak tutur tersebut menunjukkan bahwa penutur
mengutarakan pujian tentang suara seseorang yang terdengar merdu dan lembut, oleh
karena itu suara tersebut diibaratkan atau dibandingkan dengan suara ombak yang
terdengar merdu dan mendayu-dayu juga. Dari tuturan tersebut dapat dilihat bahwa apa
yang diucakan oleh penutur termasuk dalam jenis tindak tutur memuji yang berbentuk
pertanyaan. Hal ini dikarenakan dalam tuturan tersebut membutuhkan pengakuan dari
mitratutur tentang hal yang menurut penutur dapat menarik perhatiannya.
h. Wujud Cecandran Tingkah Laku dalam Tindak Tutur Memuji yang Berwujud
Pertanyaan
Dapat diartikan jika penutur mengutarakan pujian yang berbentuk pertanyaan
tentang tingkah laku seseorang.
(10) P: Sing tandang gawe kaya bantheng ketaton pas neng omahmu slametan
kae sapa Nda?”
(Yang berkerja seperti banteng terluka waktu dirumahmu selametan itu siapa
Nda?)
Mt: “Woalah kae budheku, wonge seken pancen.”
(Oalah itu bude saya, oranya rajin memang.)
Wujud cecandran tingkah laku dalam tindak tutur memuji dapat dilihat dalam
tuturan tersebut. Keadaan tersebut terjadi antara wanita dewasa dengan status ekonomi
sedang sebagai penutur dan wanita dewasa dengan status ekonomi sedang sebagai
mitratutur. Keduanya memiliki hubungan yang kurang dekat sebagai tetangga yang jarah
Volume 2, Nomor 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
808 http://sosains.greenvest.co.id
rumahnya tidak terlalu dekat. Percakapan tersebut terjadi dirumah mitratutur ketika
keduanya sedang duduk bersama didapur. Keadaan tersebut termasuk kedalam keadaan
yang tidak resmi.
Tindak tutur diatas menunjukkan tindak tutur memuji yang diutarakan dengan
wujud cecandran yaitu “tandang gawe kaya bantheng ketaton”. Disini tingkah laku
seseorang ketika mengerjakan sesuatu diibaratkan dengan hewan yang sedang terluka
yaitu banteng. Dari tindak tutur tersebut menunjukkan jika penutur memuji tentang gaya
seseorang dalam mengerjakan sesuatu yang terlihat begitu cekatan, oleh karena itu
tingkah laku orang tersebut diibaratkan dengan banteng yang sedang terluka dimana
gerakan dari banteng tersebut juga terlihat begitu cekatan. Dari tuturan tersebut dapat
dilihat bahwa wujud tuturan tersebut adalah pertanyaan yang membutuhkan pengakuan
dari mitratutur tentang hal yang telah menarik perhatian menurut penutur.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa wujud entar pada
cecandran tersebut memiliki hubungan yang erat dengan tindak tutur ilokusi ekspresif
memuji. Hal ini dikarenakan masih banyaknya orang yang menggunakan wujud
cecandran sebagai sarana untuk mengutarakan pujian kepada orang orang lain. Dengan
menggunakan wujud cecandran tersebut, dalam memberikan pujian akan terlihat semakin
jelas, lebih indah, juga lebih sopan ketika didengarkan oleh mitratutur. Yang dimaksud
jelas disini adalah gambaran tentang apa yang ingin dipuji oleh penutur dapat
dibayangkan dengan lebih jelas oleh mitratutur. Cecandran tersebut dibagi menjadi lima
jenis yaitu cecandran penglihatan, pendengaran, tingkah laku, peraba, dan pembau. Lalu
untuk tindak tutur ilokusi ekspresif memuji dibagi menjadi dua yaitu tindak tutur memuji
yang berbentuk pernyataan dan tindak tutur memuji yang berbentuk pertanyaan.
Berdasarkan pembagian tersebut didapatkan sepuluh jenis wujud cecendran dalam tindak
tutur memuji, namun dalam penelitian ini peneliti hanya dapat menemukan delapan jenis
saja. Masih ada dua jenis wujud cecandran dalam tindak tutur memuji yang belum dapat
ditemukan oleh peneliti, yaitu wujud cecandran peraba dalam tindak tutur memuji yang
berwujud pertanyaan dan wujud cecandran pembau dalam tindak tutur memuji yang
berwujud pertanyaan. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih
menyempurnakan data atau bagian-bagian yang masih belum bisa ditemukan oleh
penelitian ini, agar hasil penelitian selanjutnya bisa lebih sempurna.
BIBLIOGRAFI
Afwah, Atina, Nababan, Mangatur Rudolf, & Djatmika, Djatmika. (2019). Analysis of
Censorship in Subtitle of American Pie 1-7. International Journal of Multicultural
and Multireligious Understanding, 6(5), 201211.
Ambarwati, Rosita. (2017). Harmoni dan solidaritas perempuan di jejaring sosial
Facebook (kajian pragmatik). Linguista: Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra, Dan
Pembelajarannya, 1(1), 3646.
Amilia, Fitri, & Anggraeni, Astri Widyaruli. (2019). Semantik: Konsep dan Contoh
Analisis. Pustaka Abadi.
Aminah, Aminah, & Kurniawati, Kiki Riska Ayu. (2018). Analisis Kesulitan Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Topik Pecahan Ditinjau Dari
Gender. JTAM (Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika), 2(2), 118122.
Black, Elizabeth. (2005). Pragmatic stylistics. Edinburgh University Press.
Wujud Entar Pada Cecandran Dalam Tindak Tutur
Ilokusi Ekspresif Memuji
2022
Nanda Lestari 809
Darna, Nana, & Herlina, Elin. (2018). Memilih Metode Penelitian Yang Tepat: Bagi
Penelitian Bidang Ilmu Manajemen. Jurnal Ekonologi Ilmu Manajemen, 5(1), 287
292.
Gavins, Joanna, & Lahey, Ernestine. (2016). World building: Discourse in the mind.
Bloomsbury Publishing.
Hasriani, Hasriani. (2015). Jenis Makna dan Relasinya di dalam QS al-An’am Menurut
Kitab Safwah al-Tafasir (Suatu Analisis Semantik Leksikal). Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Laili, Novilia Tilawatil. (2015). Interaksi Komunikatif antara Dokter dan Pasien atau
Keluarga Pasien di Puskesmas Sumbersari Jember: Suatu Kajian Etnografi
Komunikasi.
Lestari, Nanda. (n.d.). Wujud Cecandran dalam Tindak Tutur Ilokusi di Desa
Tumpakrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang.
Nasution, Wahidah. (2019). Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Iklan Radio 99, 3 Toss
Fm Merduati Banda Aceh. Jurnal Metamorfosa, 7(2), 269283.
Sari, Fenda Dina Puspita. (2012). Tindak tutur dan fungsi tuturan ekspresif dalam acara
Galau Finite di Metro TV: Suatu kajian pragmatik. Jurnal Skriptorium, 1(2), 114.
Setyaningsih, Nur Ramadhoni. (2016). Pepindhan Tentang Aktivitas Manusia Dalam
Bahasa Jawa (Javanese Pepindhan Of Human Activity). Widyaparwa, 44(2), 138
150.
Suhartomo, M. Iqbal, Mubarok, Kamil, & Rizki, Riza. (2015). Bentuk Percakapan
Wacana Humor Pada Acara Pesbukers Antv: Sebuah Kajian Pragmatik.
Toolan, Michael. (2014). Language in literature. Routledge.